Oleh :
Rizka Matoka – 17014101116
Dokter Pembimbing :
dr. Henky Loho, M.Kes
i
LEMBAR PENGESAHAN
Tugas Perorangan
Ilmu Kedokteran Komunitas
Dengan Judul:
Oleh:
Rizka Matoka
17014101116
Masa KKM : 20 Agustus – 30 September 2018
Mengetahui,
Dosen Pembimbing,
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya saya
dapat menyelesaikan tugas perorangan ini yang berjudul “Bahaya Bahan
Tambahan Makanan Bagi Kesehatan”.
Adapun Tugas Perorangan ini dibuat sebagai tugas penunjang selama masa
kepaniteraan klinik madya di Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas
Kedokteran Universitas Sam Ratulangi.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan tugas perorangan ini masih
terdapat beberapa kekurangan, maka diharapkan adanya kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca demi kesempurnaan laporan penyuluhan ini.
Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih, semoga tugas perorangan
ini bermanfaat bagi pembaca dan kita semua.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
COVER ……………………………………………………………………….... i
LEMBAR PENGESAHAN ……….............................................................. ii
KATA PENGANTAR ………………………………………………………….. iii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………. iv
DAFTAR TABEL……………………………………………………………….. v
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………….. 1
A. Latar Belakang ………………………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah. ……………………………………………………… 2
C. Tujuan…………… ……..………………………………………………. 2
A. Kesimpulan ……………………………………………………………. 13
B. Saran………..………………………………………………………….. 13
iv
DAFTAR TABEL
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Didalam peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/88
dijelaskan juga bahwa Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah bahan yang
biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan
ingredien khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi yang
sengaja ditambahkan kedalam makanan untuk maksud tekhnologi pada
pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan,
penyimpanan atau pengangkutan makanan untuk menghasilkan suatu
komponen atau mempengaruhi sifat khas makanan tersebut.1
Peraturan pemerintah nomor 28 tahun 2004 tentang keamanan, mutu, dan
gizi pangan pada bab 1 pasal 1 menyebutkan, yang dimaksud dengan bahan
tambahan pangan adalah bahan yang ditambahkan kedalam makanan untuk
mempengaruhi sifat atau bentuk pangan atau produk pangan.
Pada masa lalu, sumber bahan tambahan makanan masih terbatas pada
bahan alami, seperti daun suji dan kunyit untuk pewarna, pati untuk
pengental, garam memberi rasa asin serta rempah-rempah untuk memberikan
aroma yang khas. Namun, dengan semakin maju dan berkembangnya
teknologi pengolahan pangan, mendorong orang untuk memperoleh segala
sesuatu secara praktis dan cepat, tidak heran pada akhirnya tercipta macam-
macam bahan tambahan makanan hasil ekstrak bahan alami maupun sintesis
bahan kimia.2
Pemakaian Bahan Tambahan Pangan di Indonesia diatur oleh Departemen
Kesehatan. Sementara, pengawasannya dilakukan oleh Direktorat Jenderal
Pengawasan Obat dan Makanan (Dirjen POM).2
Pada masa sekarang banyak bahan tambahan makanan yang digunakan
secara bebas dan berlebihan oleh penjual tanpa meikirkan dampak kesehatan
bagi konsumennya, oleh karena itu penulis ingin membahas tentang bahaya
bahan tambahan makanan bagi kesehatan.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari bahan tambahan makanan (Penyedap, Pemanis, dan
Pewarna) ?
2. Apa tujuan dan fungsi pemberian bahan tambahan makanan (Penyedap,
Pemanis, dan Pewarna) ?
3. Bagaimana Cara Pemberian atau dosis bahan tambahan makanan
(Penyedap, Pemanis, dan Pewarna) ?
4. Apa risiko pemberian bahan tambahan makanan bagi kesehatan
(Penyedap, Pemanis, dan Pewarna) ?
5. bahan tambahan makanan apa saja yang dilarang untuk digunakan ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Membantu dalam memberikan informasi mengenai bahaya bahan
tambahan makanan (Penyedap, Pemanis, dan Pewarna) bagi kesehatan
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui mengenai pengertian, tujuan, fungsi, cara pemberian, risiko
bagi kesehatan, dan bahan tambahan makanan apa saja yang dilarang.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
makanan. Secara khusus tujuan penggunaan BTP dalam pangan adalah
untuk :
4
C. Cara Pemberian atau dosis Bahan Tambahan Makanan1,4
Berikut ini adalah bahan tambahan pangan yang aman menurut Surat
Keputusan Menkes no.722/Menkes/Per/IX/88 :
1. Pengawet
Bahan Tambahan Makanan yang dapat mencegah atau menghambat
fermentasi, pengasaman atau penguraian lain terhadap makanan yang
disebabkan oleh mikroorganisme.
Roti 2 g/kg
3. Kalsium Sorbat Pekatan sari nanas 1 g/kg
Margarin 1 g/kg
4. Kalium Sorbat Keju 1 g/kg
Margarin 1 g/kg
2. Pewarna
Bahan Tambahan Makanan yang dapat memperbaiki atau memberi
warna pada makanan.
a. Pewarna alami (dari tumbuhan, hewan atau dari sumber mineral)
Karotenoid (merah, kuning, dan oranye)
Kurkumin (dari tanaman kunyit)
5
Klorofil (hijau)
b. Pewarna yang identik dengan alami (dihasilkan dengan cara sintesa
kimia bukan cara ekstraksi)
Santoxantin (merah)
Beta karoten (kuning orange)
c. Pewarna sintetik
Dyes (mudah larut dalam air dan tidak dapat larut dalam pelarut
organik)
Lakes (tidak larut dalam air, alkohol maupun minyak)
6
3. Hijau
7
3. Penyedap Rasa dan Aroma
MSG (mono sodium glutamate) micin/vetsin dengan dosis 120 mg per kg
berat badan per hari
a. Penyedap rasa dan aroma alami (rempah-rempah, minyak atsiri).
b. Penyedap rasa dan aroma sintetik (Benzaldehida, Etil Butirat, Vanilin).
c. Penguat rasa : Asam guanilat, Asam L-glutamat.
8
kehidupan mikroba, baik yang bersifat pantogen yaitu yang dapat
menyebabkan keracunan atau gangguan kesehatan lainnya maupun
mikroba yang bersifat nonpatogen yang dapat menyebabkan
kerusakan bahan makanan.
Bahan pengawet yang sangat luas pemakaiannya yaitu belerang
yang dioksidasi yang dapat menyebabkan luka pada usus, selain itu
penggunaan nitrit dan nitrat pada daging kalengan dan keju dapat
menyebabkan kanker, hal ini dikarenakan nitrit merupakan senyawa
yang tergolong sebagai racun, apabila terserap oleh darah akan
mengubah hemoglobin menjadi nitrose haemoglobin atau
methaemoglobin yang tidak mampu lagi untuk mengangkut oksigen.
Penderita penyakit ini terlihat dari tanda-tanda perubahan pada kulit
yang berubah menjadi biru, sesak nafas, muntah dan shock bahkan
dapat menyebabkan kematian apabila kandungan methaemoglobin
lebih tinggi dari 70%.
2) Penggunaan Bahan Pewarna pada Makanan
Pemakaian bahan pewarna sintesis dalam makanan walaupun
memiliki dampak positif bagi produsen dan konsumen, yaitu dapat
membuat suatu makanan lebih menarik, meratakan warna makanan
dan mengembalikan warna dari bahan dasar yang hilang atau berubah
selama pengolahan, ternyata dapat pula menumbulkan hal-hal yang
tidak diinginkan dan bahkan memberi efek negatif bagi kesehatan
manusia.
Beberapa hal yang dapat menimbulkan dampak negatif tersebut
apabila terjadi :
a) Bahan pewarna sintesis yang terdapat dalam makanan ini
dikonsumsi dalam jumlah kecil, namun berulang.
b) Bahan pewarna sintesis yang terdapat dalam makanan ini
dikonsumsi dalam jangka waktu lama.
c) Kelompok masyarakat luas dengan daya tahan yang berbeda-beda,
yaitu tergantung pada umur, jenis kelamin, berat badan, mutu
pangan sehari-hari, dan keadaan fisik.
9
d) Berbagai lapisan masyarakat yang mungkin menggunakan bahan
pewarna sintesis secara berlebih.
e) Penyimpanan bahan pewarna sintesis oleh pedagang bahan kimia
yang tidak memenuhi persyaratan.
Efek kronis yang dapat ditimbulkan dari pewarna sintesis ini
adalah apabila dikonsumsi dalam jangka waktu lama dapat
menyebabkan kanker hati.
3) Penggunaan Penyedap Rasa dan Aroma
Penyedap alami sebagian besar tidak menimbulkan efek yang
membahayakan bagi kesehatan, namun ada beberapa penyedap rasa
sintesis yang banyak beredar dipasaran yang apabila dipergunakan
secara berlebihan akan menimbulkan efek terhadap kesehatan,
misalnya penggunaan Monosodium Glutamate (MSG) dalam dosis
tinggi (0,5 g/kg/berat badan/hari) atau dalam dosis yang lebih tinggi
maka dapat mengakibatkan kerusakan beberapa sel syaraf khususnya
dibagian otak yaitu hypothalamus.
10
3) Dietilpirokarbonat (DEPC)
DEPC pada mulanya digunakan sebagai pencegah peragian pada
pembuatan minuman beralkohol dan minuman ringan. Juga sering
digunakan pada pengawetan susu, sari jeruk dan minuman buah-
buahan. Tetapi ternyata DEPC termasuk dalam bahan kimia
karsinogenik.
4) Dulsin
Dulsin adalah pemanis buatan yang memiliki rasa manis 250 kali
gula tebu. Beberapa tahun digunakan ternyata dulsin mengakibatkan
sifat karsinogenik pada hewan percobaan.
5) Kalium Klorat
Kalium klorat biasanya digunakan sebagai pemutih, bahan peledak
dan pembuat korek api. Penggunaan pada makanan dilarang sejak
1988 karena menyebabkan nyeri perut, kerusakan ginjal dan hati.
6) Kloramfenikol
Kloramfenikol disebut juga chloromycetin adalah antibiotik. Pada
saat ini kloramfenikol dilarang ditambahkan pada makanan hewan
karena akan mengkontaminasi daging hewan yang pada akhirnya akan
membahayakan konsumen.
7) Minyak nabati yang dibrominasi
Minyak nabati yang dibrominasi adalah bahan tambahan pangan
yang digunakan sebagai stabiliser dan pengemulsi pada minuman
ringan. Penelitian menunjukkan bahwa pada tikus yang diberi ransum
minyak yang dibrominasi menyebabkan kematian.
8) Nitrofurazon
Nitrofurazon adalah antibiotik yang sering digunakan sebagai salep
atau obat luar. Nitrofurazon yang dicampurkan dalam pakan ayam
menunjukkan potensi pemicu kanker.
9) Formalin
Formalin merupakan bahan pengawet yang paling banyak
disalahgunakan untuk produk pangan. Formalin dapat digunakan
sebagai antiseptik, desinfektan dan pengawet dalam biologi. Dalam
11
dosis kecil (<1%) digunakan untuk perawat sepatu, lilin, shampo
mobil. Kenyataan formalin masih digunakan pada pengolahan tahu,
bakso, mie basah, pengering ikan, dll. Formalin akan menyebabkan
sakit perut, depresi susunan syaraf, karsinogenik.
10) Kalium Bromat
Pada mulanya kalium bromat digunakan untuk memperbaiki
tepung yang dapat mengeraskan kue. Kalium bromat pada akhirnya
telah dilarang pada beberapa negara karena dianggap bersifat
karsinogenik.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahan tambahan makanan memiliki tujuan dan fusngsi dalam
pemberiannya, namun jika pemberiannya sudah melebihi dosis atau takaran
yang dianjurkan maka bahan tambahan makanan tersebut dapat
membahayakan bagi kesehatan sehingga bisa menyebabkan kerusakan organ
bahkan kematian.
B. Saran
1. Perlu adanya penegasan lebih lanjut kepada produsen-produsen makanan
agar dapat mematuhi pemberian dosis bahan tambahan makanan
2. Masyarakat harus lebih pintar dalam memilih makanan yang akan
dikonsumsi
3. Petugas kesehatan harus melakukan penyuluhan-penyuluhan mengenai
dampak bahan tambahan makanan yang berlebihan bagi kesehatan.
13
DAFTAR PUSTAKA
14