OLEH
KELOMPOK IV
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
perubahan yang sangat besar dalam hal pengolahan pangan pada saat sekarang ini,
berbagai tujuan. Bahan tambahan pangan adalah bahan yang ditambahkan kedalam
makanan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan atau produk makanan
Bahan tambahan pangan (BTP) adalah bahan atau campuran bahan yang
secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan ke
dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan antara lain bahan
pewarna, pengawet, penyedap rasa, anti gumpal, pemucat dan pengental. (Denny
BTP atau “food additive” yang harus digunakan harus mempunyai sifat-
sifat sebagai berikut : dapat mempertahankan nilai gizi makanan tersebut, tidak
memperbaiki mutu makanan, dan menarik bagi konsumen serta tidak merupakan
yang berbahaya bagi kesehatan serta melebihi dari dosis yang diizinkan dalam
industri. Secara khusus tujuan penggunaan BTP dalam pangan adalah untuk
mencegah terjadinya reaksi kimia yang dapat menurunkan mutu pangan, membentuk
makanan menjadi lebih baik, renyah dan enak dimulut, memberikan warna dan aroma
yang lebih menarik, meningkatkan kualitas pangan, dan menghemat biaya. (Denny
B. Maksud Percobaan
alkalimetri.
C. Tujuan Percobaan
alkalimetri.
D. Manfaat Percobaan
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
karena itu, setiap tahapan atau proses analisis mengandung suatu kesalahan. Semakin
panjang proses analisis, kesalahan yang dihasilkan akan semakin besar. Maka seorang
analis harus mampu memilih proses analisis yang sesingkat mungkin secara cermat
tanpa mengorbankan akurasi dan presisi hasil analisis (Rohman, Abdul, 2014)
Kimia analitik adalah cabang dari ilmu kimia yang mempelajari metode dan
teknik untuk memposisikan zat. Dengan analisis kualitatif dapat dikenal unsur radikal
atau ion yang terdapat dalam zat tunggal atau campuran zat, sedangkan analisis
kuantitatif dapat menjawab “barapa banyak jumlah unsur atau senyawa dalam suatu
Pengertian bahan tambahan pangan secara umum adalah bahan yang biasanya
tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan komponen khas
makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja
(Cahyadi, 2006).
Menurut FAO di dalam Furia (1980), bahan tambahan pangan adalah senyawa
yang sengaja ditambahkan kedalam makanan dengan jumlah dan ukuran tertentu dan
terlibat dalam proses pengolahan, pengemasan, dan atau penyimpanan. Bahan ini
berfungsi untuk memperbaiki warna, bentuk, cita rasa, dan tekstur, serta
Menurut Codex, bahan tambahan pangan adalah bahan yang tidak lazim dikonsumsi
makanan. Bahan ini ada yang memiliki nilai gizi dan ada yang tidak (Saparinto,
2006).
1. Pewarna, yaitu BTP yang dapat memperbaiki atau memberi warna pada pangan.
2. Pemanis buatan, yaitu BTP yang dapat menyebabkan rasa manis pada pangan
pertumbuhan mikroba.
4. Antioksidan, yaitu BTP yang dapat mencegah atau menghambat proses oksidasi
7. Pengatur keasaman (pengasaman, penetral dan pedapar), yaitu BTP yang dapat
8. Pemutih dan pematang tepung, yaitu BTP yang dapat mempercepat proses
pemanggangan.
10. Pengeras, yaitu BTP yang dapat memperkeras atau mencegah melunaknya
pangan.
11. Sekuestran, yaitu BTP yang dapat mengikat ion logam yang ada dalam pangan,
dibenarkan untuk tujuan tertentu saja, misalnya untuk mempertahankan gizi makanan.
mutu atau kestabilan makanan atau untuk memperbaiki sifat organoleptiknya dari
sifat alami, disamping itu juga diperlukan dalam pembuatan, pengolahan, penyediaan,
bahan pangan.
3. Membuat bahan pangan lebih menarik bagi konsumen yang tidak mengarah pada
penipuan.
dari hal-hal yang merugikan konsumen, oleh karena itu pemakaian bahan tambahan
b. Menipu konsumen.
d. Pengaruh yang dikehendaki bisa diperoleh dengan pengolahan secara lebih baik
dan ekonomis.
1. Antioksidan (Antioxidant)
7. Pengawet (Preservative)
8. Pengeras (Firming Agent)
9. Pewarna (Colour)
10. Penyedap rasa dan aroma, penguat rasa (Flavour, Flavour Enhancer)
dalam makanan.
berikut :
2. Formalin (Formaldehyd)
4. Kloramfeniko l (Chlorampenicol)
6. Dietilpirokarbonat (Diethylpyrocarbonate)
7. Nitrofuranzon (Nitrofuranzone)
untuk keperluan produk olahan pangan, industri, serta minuman dan makanan
kesehatan. Pemanis berfungsi untuk meningkatkan cita rasa dan aroma, memperbaiki
sifat-sifat fisik, sebagai pengawet, memperbaiki sifat-sifat kimia sekaligus merupakan
sumber kalori bagi tubuh, mengembangkan jenis minuman dan makanan dengan
badan, mengurangi kerusakan gigi, dan sebagai bahan substitusi pemanis utama
(Cahyadi, 2006).
Bahan pengawet adalah bahan tambahan pangan yang dapat mencegah atau
dilakukan dengan berbagai cara dan metode, hal ini diupayakan agar bahan pangan
dapat bertahan dalam waktu yang panjang. Secara komersial tujuan dari pengawetan
pangan adalah untuk mengawetkan bahan pangan selama transportasi dari produsen
pengaturan dan pengawasan, hal ini diperlukan untuk mencegah timbulnya akibat
minyak menguap
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya.
Kegunaan dalam lab : Pereaksi
4. Etanol (DEPKES RI, 1979, Hal : 65)
ditempat sejuk
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan dalam lab : Pelarut
5. Fenolftalein (DEPKES RI, 1995, Hal : 662)
kekuningan rapuh
Kelarutan : Larut dalam 1,5 bagian air, agak sukar larut dalam
etanol 95% P
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat-alat yang digunakan yaitu Buret 50 mL (PYREX), Cawan Porselin,
(PYREX), Kaki Tiga, Kawat Kasa, Klam, Labu Ukur 25 mL (PYREX), Lampu
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan Asam Klorida (HCl) 10%, Barium Kloride
B. Pembuatan Bahan
botol coklat
disisapkan alat dan bahan yang akan digunakan, sampel disaring, dan 50 mL filtrat
selanjutnya dipanaskan sampai suhu 100oC, jika terbentuk endapan putih berarti
ditimbang kertas saring + residu yang sebelumnya telah ditimbang kertas saring
kosong.
sampel minuman kemasan, percobaan dilakukan dengan disiapkan alat dan bahan
kemudian dititrasi dengan NaOH 0,1 N sampai berubah warna menjadi merah
muda
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Hasil
Perubahan Kadar
No. Sampel Titran V.S Vt Warna
NaOH Kuning - Ungu 3,372
1. Minuman 0,1 N 50 ml 11,7ml mudah mg/mL
B. Pembahasan
untuk mempengaruhi sifat, bentuk, atau produk makanan (Saparinto Cahyo dan Diana
Hidayanti, 2006)
meningkatkan nilai gizi makanan, memperbaiki nilai estetika dan sensoris makanan,
serta memperpanjang umur simpan (Shelf) makanan (Saparinto Cahyo dan Diana
Hidayanti, 2006)
kosong 0.84 gram, berat kertas saring + residu 1.94 gram dan diperoleh kadar
Natrium Siklamat sebanyak 1.1 g/mL, sedangkan pada sampel minuman kemasan
warna dari ungu menjadi merah muda, dan diperoleh kadar Natrium Benzoat
Berdasarkan kadar yang telah diperoleh, hasil kadar Natrium Siklamat sesuai
g
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yaitu 350 produk, dan hasil kadar
mL
Natrium Benzoat telah sesuai dengan kadar batas maksimum penggunaan pengawet
mg
munurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yaitu 0-5 bb.
kg
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
bahwa:
1. Kadar Natrium Siklamat dalam minuman kemasan Panther adalah 1.1 g/mL, hal
ini sesuai dengan literatur yang mengatakan bahwa kadar batas maksimum
2. Kadar Natrium Benzoat dalam minuman kemasan adalah 3,372 mg/ml, hal ini
B. Saran
1. Laboratorium
Diharapkan agar alat dan bahan yang ada di laboratorium untuk dilengkapi
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Hiskia. 2012. Kimia Analitik Kuantitatif. PT. Citra Aditya Bakti : Baandung
Rohman, Abdul dan Sumantri. 2014. Analisis Makanan. UGM Press : Yogyakarta
Saparinto, Cahyo dan Dana Hidayati. 2006. Bahan Tambahan Pangan. Kanisius :
Yogyakarta.
Ulfa, Ade Maria. 2016. Analisis Asam Benzoat dan Asam Salisilat Dalam Obat Panu
Sediaan Cair. Jurnal Kebidanan Atafarma Putra Indonesia Kampung
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Skema Kerja
a. Metode Gravimetri
Ditambahkan 10 mL BaCl 2 10 %
Disaring
Dikeringkan
1,94 gram
b. Metode Alkalimetri
Dikeringkan
Ditambahkan etanol sedikit demi sedikit hingga
larut
Dititrasi
Merah muda
Lampiran 2 : Perhitungan
a. Perhitungan Kadar
= 1, 94– 0, 84
= 1,1gram
Kadar = 1.1/100
= 1.1%
Kadar = N.Vt . Be
Mg = 168,60 mg
mg
Kadar Asam Benzoat =
mL
= 168,60/50
mg
= 3,372
mL
= 3,372 x100/100
= 3,372%
b. Perhitungan Bahan
1. HCl 10%
% ∙ Bj ∙1000
N1 =
BE
37 % ∙ 1,19∙ 1000
=
36,5
= 19,26 N
% ∙ Bj ∙1000
N 2=
BE
10 % ∙1,19 ∙ 1000
=
36,5
= 3,26 N
V 1 ∙ N 1= V 2 ∙ N 2
100∙ 3,26
V 1=
19,26
V 1= 16,92 mL
2. BaCl 2 10%
% ∙ Bj ∙1000
N1 =
BE
= 18,25 N
% ∙ Bj ∙1000
N 2=
BE
10 % ∙3,86 ∙ 1000
=
208,28
= 1,85 N
V 1 ∙ N 1= V 2 ∙ N 2
100∙ 1,85
V 1=
18,25
V 1= 10,13 mL
3. NaNO2 10%
% ∙ Bj ∙1000
N1 =
BE
58 % ∙2,17 ∙ 1000
=
68,9
= 18,27 N
% ∙ Bj ∙1000
N 2=
BE
10 % ∙2,17 ∙ 1000
=
68,9
= 3,14 N
V 1 ∙ N 1= V 2 ∙ N 2
100∙ 3,14
V 1=
18,27
V 1= 17,18 mL
g ¿ V ∙ BE∙ N
= 0,25 ∙ 40 ∙ 0,1
= 1 gram
C. Foto Pengamatan
1. Metode Gravimetri
LABORATORIUM KIMIA FARMASI LABORATORIUM KIMIA FARMASI
PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR MAKASSAR
Ket : ditambahkan NaNo2 10% Ket : pemanasan diatas hot plate pada
sebanyak 10 ml suhu 125-130oC
2. Metode ALklimetri
LABORATORIUM KIMIA FARMASI LABORATORIUM KIMIA FARMASI
PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR MAKASSAR