Anda di halaman 1dari 35

LABORATORIUM KIMIA FARMASI ANALISIS FARMASI II

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


UNIVERSITAS MEGA REZKY MAKASSAR

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI II HAPUS


“BAHAN TAMBAHAN PANGAN”

PERBAIKI UKURAN LOGO

OLEH

KELOMPOK IV

ANGKATAN 2018/E KELAS SATUKAN

DENGAN KLP SAJA

ASISTEN : ARDIANSYAH HABAR

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2021 LIAT SPASINYA BRP
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan

perubahan yang sangat besar dalam hal pengolahan pangan pada saat sekarang ini,

banyak bahan-bahan yang ditambahkan kedalam makanan dan minuman untuk

berbagai tujuan. Bahan tambahan pangan adalah bahan yang ditambahkan kedalam

makanan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan atau produk makanan

(Saparinto, Cahyo. 2006)

Bahan tambahan pangan (BTP) adalah bahan atau campuran bahan yang

secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan ke

dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan antara lain bahan

pewarna, pengawet, penyedap rasa, anti gumpal, pemucat dan pengental. (Denny

Indra Praja, 2015)

BTP atau “food additive” yang harus digunakan harus mempunyai sifat-

sifat sebagai berikut : dapat mempertahankan nilai gizi makanan tersebut, tidak

mengurangi zat-zat essensial dalam makanan, dapat mempertahankan atau

memperbaiki mutu makanan, dan menarik bagi konsumen serta tidak merupakan

penipuan (Denny Indra Praja, 2015)

Dalam kehidupan sehari-hari sudah umum digunakan namun sering terjadi

kontroversi karena banyak produsen pangan yang menggunakan bahan tambahan

yang berbahaya bagi kesehatan serta melebihi dari dosis yang diizinkan dalam
industri. Secara khusus tujuan penggunaan BTP dalam pangan adalah untuk

mengawetkan makanan dengan mencegah pertumbuhan mikroba perusak pangan atau

mencegah terjadinya reaksi kimia yang dapat menurunkan mutu pangan, membentuk

makanan menjadi lebih baik, renyah dan enak dimulut, memberikan warna dan aroma

yang lebih menarik, meningkatkan kualitas pangan, dan menghemat biaya. (Denny

Indra Praja, 2015).

B. Maksud Percobaan

Agar mengetahui kadar bahan tambahan pangan pemanis dan pengawet

dalam sediaan minuman kemasan Panther menggunakan metode gravimetri dan

alkalimetri.

C. Tujuan Percobaan

Untuk menentukan kadar bahan tambahan pangan pemanis dan pengawet

dalam sediaan minuman kemasan Panther menggunakan metode gravimetri dan

alkalimetri.

D. Manfaat Percobaan

Mahasiswa mengetahui kadar bahan tambahan pangan dalam suatu sampel

pengawet dan pemanis dengan menggunakan metode gravimetri dan alkalimetri.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Kimia analisis adalah ilmu pengetahuan tentang pengukuran kimia. Oleh

karena itu, setiap tahapan atau proses analisis mengandung suatu kesalahan. Semakin

panjang proses analisis, kesalahan yang dihasilkan akan semakin besar. Maka seorang

analis harus mampu memilih proses analisis yang sesingkat mungkin secara cermat

tanpa mengorbankan akurasi dan presisi hasil analisis (Rohman, Abdul, 2014)

Kimia analitik adalah cabang dari ilmu kimia yang mempelajari metode dan

teknik untuk memposisikan zat. Dengan analisis kualitatif dapat dikenal unsur radikal

atau ion yang terdapat dalam zat tunggal atau campuran zat, sedangkan analisis

kuantitatif dapat menjawab “barapa banyak jumlah unsur atau senyawa dalam suatu

zat. (Hiskia, Achmad. 2012).

Pengertian bahan tambahan pangan secara umum adalah bahan yang biasanya

tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan komponen khas

makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja

ditambahkan kedalam makanan untuk maksud teknologi pada pembuatan,

pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, dan penyimpanan

(Cahyadi, 2006).

Menurut FAO di dalam Furia (1980), bahan tambahan pangan adalah senyawa

yang sengaja ditambahkan kedalam makanan dengan jumlah dan ukuran tertentu dan

terlibat dalam proses pengolahan, pengemasan, dan atau penyimpanan. Bahan ini
berfungsi untuk memperbaiki warna, bentuk, cita rasa, dan tekstur, serta

memperpanjang masa simpan, dan bukan merupakan bahan (ingredient) utama.

Menurut Codex, bahan tambahan pangan adalah bahan yang tidak lazim dikonsumsi

sebagai makanan, yang dicampurkan secara sengaja pada proses pengolahan

makanan. Bahan ini ada yang memiliki nilai gizi dan ada yang tidak (Saparinto,

2006).

Pemakaian bahan tambahan pangan di Indonesia diatur oleh Departemen

Kesehatan. Sementara, pengawasannya dilakukan oleh Direktorat Jenderal

Pengawasa Obat dan Makanan (Dirjen POM).

BTP dikelompokkan berdasarkan tujuan penggunaan di dalam pangan.

Pengelompokan BTP yang diizinkan digunakan pada pangan menurut Peraturan

Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/88 adalah sebagai berikut:

1. Pewarna, yaitu BTP yang dapat memperbaiki atau memberi warna pada pangan.

2. Pemanis buatan, yaitu BTP yang dapat menyebabkan rasa manis pada pangan

yang tidak atau hampir tidak mempunyai nilai gizi.

3. Pengawet, yaitu BTP yang dapat mencegah atau menghambat fermentasi,

pengasaman atau penguraian lain pada makanan yang disebabkan oleh

pertumbuhan mikroba.

4. Antioksidan, yaitu BTP yang dapat mencegah atau menghambat proses oksidasi

lemak sehingga mencegah terjadinya ketengikan.

5. Antikempal, yaitu BTP yang dapat mencegah mengempalnya (menggumpalnya)

pangan yang berupa serbuk seperti tepung atau bubuk.


6. Penyedap rasa dan aroma, penguat rasa yaitu BTP yang dapat memberikan,

menambah atau mempertegas rasa dan aroma.

7. Pengatur keasaman (pengasaman, penetral dan pedapar), yaitu BTP yang dapat

mengasamkan, menetralkan dan mempertahankan derajat keasaman pangan.

8. Pemutih dan pematang tepung, yaitu BTP yang dapat mempercepat proses

pemutihan dan atau pematang tepung sehingga dapat memperbaiki mutu

pemanggangan.

9. Pengemulsi, pemantap dan pengenyal, yaitu BTP yang dapat membantu

terbentuknya dan memantapkan sistem dispersi yang homogen pada pangan.

10. Pengeras, yaitu BTP yang dapat memperkeras atau mencegah melunaknya

pangan.

11. Sekuestran, yaitu BTP yang dapat mengikat ion logam yang ada dalam pangan,

sehingga memantapkan warna dan tekstur.

Penggunaan bahan tambahan pangan tidak boleh sembarangan hanya

dibenarkan untuk tujuan tertentu saja, misalnya untuk mempertahankan gizi makanan.

Penggunaan bahan tambahan pangan dibenarkan pula untuk tujuan mempertahankan

mutu atau kestabilan makanan atau untuk memperbaiki sifat organoleptiknya dari

sifat alami, disamping itu juga diperlukan dalam pembuatan, pengolahan, penyediaan,

perlakuan, perawatan, pembungkusan, pemindahan atau pengangkutan, selain itu

setiap tambahan makanan mempunyai batas-batas penggunaan maksimum seperti

diantaranya diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

722/MenKes/Per/IX/988. Pemakaian bahan tambahan pangan diperkenankan bila

bahan tersebut memenuhi persyaratan sebagai berikut:


1. Pemeliharaan kualitas gizi bahan pangan.

2. Peningkatan kualitas gizi atau stabilitas simpan sehingga mengurangi kehilangan

bahan pangan.

3. Membuat bahan pangan lebih menarik bagi konsumen yang tidak mengarah pada

penipuan.

4. Diutamakan untuk membantu proses pengolahan bahan pangan.

Penggunaan bahan tambahan pangan harus dapat menjaga produk tersebut

dari hal-hal yang merugikan konsumen, oleh karena itu pemakaian bahan tambahan

makanan ini tidak diperkenankan bila:

a. Menutupi adanya teknik pengolahan dan penanganan yang salah.

b. Menipu konsumen.

c. Menyebabkan penurunan nilai gizi.

d. Pengaruh yang dikehendaki bisa diperoleh dengan pengolahan secara lebih baik

dan ekonomis.

Beberapa bahan tambahan pangan yang diizinkan digunakan dalam makanan

menurut Permenkes RI No. 722/Menkes/Per/IX/1988 diantaranya sebagai berikut :

1. Antioksidan (Antioxidant)

2. Antikempal (Anticaking Agent)

3. Pengatur keasaman (Acidity Regulator)

4. Pemanis buatan (Artificial Sweeterner)

5. Pemutih dan pematang telur (Flour Treatment Agent)

6. Pengemulsi, pemantap, dan pengental (Emulsifier, Stabilizer, Thickener)

7. Pengawet (Preservative)
8. Pengeras (Firming Agent)

9. Pewarna (Colour)

10. Penyedap rasa dan aroma, penguat rasa (Flavour, Flavour Enhancer)

11. Sekuestran (Sequestrant) beberapa bahan tambahan yang dilarang digunakan

dalam makanan.

Menurut Permenkes RI No. 722/Menkes/Per/IX/1988 diantaranya sebagai

berikut :

1. Natrium Tetraborat (Boraks)

2. Formalin (Formaldehyd)

3. Minyak nabati yang dibrominasi (Brominated Vegetable Oils)

4. Kloramfeniko l (Chlorampenicol)

5. Kalium Klorat (Pottasium Chlorate)

6. Dietilpirokarbonat (Diethylpyrocarbonate)

7. Nitrofuranzon (Nitrofuranzone)

8. P-Phenetilkarbamida (p-Phenethycarbamide, Dulcin, 4-ethoxyphenyl urea)

9. Asam Salisilat dan garamnya (Salilicylic Acid and its salt)

Sedangkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

722/Menkes/Per/IX/1988, selain bahan tambahan diatas masih ada bahan tambahan

kimia yang dilarang seperti Rhodamin B (pewarna merah), Methanyl Yellow

(pewarna kuning), Dulsin (pemanis sintesis), dan Kalsium Bromat (pengeras).

Pemanis merupakan senyawa kimia yang sering ditambahkan dan digunakan

untuk keperluan produk olahan pangan, industri, serta minuman dan makanan

kesehatan. Pemanis berfungsi untuk meningkatkan cita rasa dan aroma, memperbaiki
sifat-sifat fisik, sebagai pengawet, memperbaiki sifat-sifat kimia sekaligus merupakan

sumber kalori bagi tubuh, mengembangkan jenis minuman dan makanan dengan

jumlah kalori terkontrol, mengontrol program pemeliharaan dan penurunan berat

badan, mengurangi kerusakan gigi, dan sebagai bahan substitusi pemanis utama

(Cahyadi, 2006).

Bahan pengawet adalah bahan tambahan pangan yang dapat mencegah atau

menghambat proses fermentasi, pengasaman, atau penguraian lain terhadap makanan

yang disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme. Pengawetan bahan pangan dapat

dilakukan dengan berbagai cara dan metode, hal ini diupayakan agar bahan pangan

dapat bertahan dalam waktu yang panjang. Secara komersial tujuan dari pengawetan

pangan adalah untuk mengawetkan bahan pangan selama transportasi dari produsen

ke konsumen, mengatasi kekurangan produksi akibat musim, menjamin agar

kelebihan produksi tidak terbuang, memudahkan penanganan dengan berbagai bentuk

kemasan (Afrianti, 2008).

Oleh karena bahan makanan dan minuman berkaitan langsung dengan

kesehatan masyarakat, dalam pelaksanaan pengolahan/pengawetannya perlu diadakan

pengaturan dan pengawasan, hal ini diperlukan untuk mencegah timbulnya akibat

buruk bagi konsumen, terutama akibat penggunaan bahan-bahan tambahan yang

semula dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas produk olahan/awetan. Selain

untuk melindungi konsumen, berbagai peraturan pemerintah yang ditetapkan juga

merupakan informasi/petunjuk bagi pengusaha industri kecil akan adanya bahan-

bahan tambahan, diatur menurut ketentuan organisasi kesehatan dunia (WHO) di

Goneva pada tahun 1971. (Suprapti Lier, 2005)


B. Uraian Bahan

1. Asam Klorida (DEPKES RI, 1979, Hal : 53)

Nama resmi : ACIDUM HYDROCHLORIDUM


Nama lain : Asam Klorida
RM/BM : HCl / 36,46
Pemerian : Cairan, tidak berwarna, berasap, bau merangsang.
Kelarutan : Larut dalam air dan etanol (96%) P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat


Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan dalam lab : Pemberi suasana asam
2. Barium Klorida (DEPKES RI, 1979, Hal : 656)

Nama resmi : BARII CLHORIDUM


Nama lain : Barium Klorida
RM/BM : BaCl2 / 244,28
Pemerian : Hablur, tidak berwarna
Kelarutan : Larut dalam 5 bagian air

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat


Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan dalam lab : Agen pengendap
3. Dietil Eter (DEPKES RI, 1979, Hal : 672)

Nama resmi : AETHER


Nama lain : Eter
RM/BM : C 4 H 10 O / 74,42
Pemerian : Larutan mudah mengalir, mudah menguap, tak

berwarna, berbau khas.


Kelarutan : Larut dalam air, dapat bercampur dengan etanol,

benzen, kloroform, pelarut heksan, minyak lemak, dan

minyak menguap
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya.
Kegunaan dalam lab : Pereaksi
4. Etanol (DEPKES RI, 1979, Hal : 65)

Nama resmi : AETHANOLUM


Nama lain : Etanol, Alkohol
RM/BM : C 2 H 6 O/ 46,07
Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap, bau khas,

rasa panas, dan mudah terbakar.


Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, kloroform P, dan eter P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya,

ditempat sejuk
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan dalam lab : Pelarut
5. Fenolftalein (DEPKES RI, 1995, Hal : 662)

Nama resmi : PHENOLPHTHALEIN


Nama lain : Fenolftalein
RM/BM : C12H14O4 / 318,33
Pemerian : Serbuk hablur, putih atau putih kekuningan lemah, tidak

berbau, stabil di udara


Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam etanol, agak

sukar larut dalam eter


Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Kegunaan dalam lab : Indikator
6. Natrium Hidroksida (DEPKES RI, 1979, Hal : 412)

Nama resmi : NATRII HYDROXYDUM


Nama lain : Natrium Hidroksida
RM/BM : NaOH / 40
Pemerian : Hablur putih, berbentuk batang, butiran, masa hablur

atau keping, kering, dan keras


Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dan dalam etanol (95%)

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik


Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan dalam lab : Titran
7. Natrium Nitrit (DEPKES RI, 1979, Hal : 714)

Nama resmi : NATRII NITRIT


Nama lain : Natrium Nitrit
RM/BM : Na NO 2 / 69,00
Pemerian : Hablur atau granul, tidak berwarna atau putih

kekuningan rapuh
Kelarutan : Larut dalam 1,5 bagian air, agak sukar larut dalam

etanol 95% P

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik


Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan dalam lab : Pengikat siklamat

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat-alat yang digunakan yaitu Buret 50 mL (PYREX), Cawan Porselin,

Corong 75 mL (PYREX), Erlenmeyer 250 mL (PYREX), Gelas Kimia 250 mL

(PYREX), Kaki Tiga, Kawat Kasa, Klam, Labu Ukur 25 mL (PYREX), Lampu

Spiritus, Pipet Tetes, Pipet Skala, Pipet Volume 10 mL (PYREX), Statif,

Termometer, Timbangan Analitik (FUJITSU).

2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan Asam Klorida (HCl) 10%, Barium Kloride

(BaCl 2 ¿ 10%, Dietil Eter, Etanaol, indikator Fenolftalein, minuman kemasan

Panther, Natrium Nitrit (NaNO 2 ¿ 10%, Natrium Hidroksida (NaOH ) 0,1 N

B. Pembuatan Bahan

1. BaCl 2 (Barium Kloride) 10%

Dilarutkan 10 gram Barium Klorida dalam 100 mL air, dimasukan dalam

botol coklat

2. HCl (Asam Klorida) 10%

Dicampur 10 mL Asam Klorida P dengan air secukupnya hingga 100 mL,

dimasukan dalam botol coklat

3. NaNO2 (Natrium Nitrit) 10%

Dilarutkan 10 gram Natrium Nitrit P dalam air secukupnya hingga

100 mL, dimasukan dalam botol coklat


4. NaOH (Natrium Hidroksida) 0,1 N

Ditimbang 1 gram Natrium Hidroksida P, dilarutkan dalam air

secukupnya hingga 250 mL, dimasukan dalam botol coklat

C. Cara Kerja Percobaan

1. Penetapan kadar Natrium Siklamat dengan metode Gravimetri

Penetapan kadar Natrium Siklamat dengan menggunakan metode

Gravimetri, pada sampel minuman kemasan Panther, percobaan dilakukan dengan

disisapkan alat dan bahan yang akan digunakan, sampel disaring, dan 50 mL filtrat

diambil, kemudian ditambahakan 10 mL HCl 10% untuk memberikan suasana

asam, selanjutnya ditambahakan 10 mL BaCl2 10% sebagai agen pengendap,

kemudian ditambahakan 10 mL NaNO2 10 % untuk mengikat siklamat,

selanjutnya dipanaskan sampai suhu 100oC, jika terbentuk endapan putih berarti

sampel posistif mengandung Natrium Siklamat, setelah dipanaskan, dinginkan dan

disaring kembali untuk memisahkan endapan, kemudian dikeringkan dan

ditimbang kertas saring + residu yang sebelumnya telah ditimbang kertas saring

kosong.

2. Penetapan kadar Natrium Benzoat dengan metode Alkalimetri

Penetapan kadar Natrium Benzoat dengan metode Alkalimetri pada

sampel minuman kemasan, percobaan dilakukan dengan disiapkan alat dan bahan

yang akan digunakan, sebanyak 50 mL sampel dimasukan kedalam corong pisah,

ditambahkan 2 mL Dietil Eter, kemudian digojok perlahan hingga terbentuk dua

lapisan, selanjutnya lapisan Dietil Eter ditampung dalam cawan porselin,


kemudian diuapkan hingga kering, setelah itu ditambahkan sedikit Etanol hingga

residu larut, kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 25 mL dan ditambahkan

Etanol sampai tanda batas, kemudian diambil 8 mL hasil preparasi, dimasukkan

kedalam erlenmeyer, setelah itu ditambahkan 3 tetes indikator Phenolftalein,

kemudian dititrasi dengan NaOH 0,1 N sampai berubah warna menjadi merah

muda

BAB IV

PEMBAHASAN
A. Hasil

1. Tabel Pengamatan Pemanis

No Berat Kertas Berat Kertas + Kadar Siklamat


Sampel
. Kosong sampel
1. Minuman 0.84 gram 1.94 gram 1.1 g/mL

2. Tabel Pengamatan Pengawet

Perubahan Kadar
No. Sampel Titran V.S Vt Warna
NaOH Kuning - Ungu 3,372
1. Minuman 0,1 N 50 ml 11,7ml mudah mg/mL

B. Pembahasan

Bahan tambahan pangan adalah bahan yang ditambahkan kedalam makanan

untuk mempengaruhi sifat, bentuk, atau produk makanan (Saparinto Cahyo dan Diana

Hidayanti, 2006)

Tujuan penambahan bahan tambahan pangan secara umum adalah untuk

meningkatkan nilai gizi makanan, memperbaiki nilai estetika dan sensoris makanan,

serta memperpanjang umur simpan (Shelf) makanan (Saparinto Cahyo dan Diana

Hidayanti, 2006)

Metode analisis kuantitatif bahan tambahan pemanis dan pengawet.

a. Metode analisis pemanis (Nuraini A. Hadja, dkk. 2018)

1. Analisis kuantitatif siklamat, metode pengendapan

2. Analisis kuantitatif kadar siklamat metode kurva kalibrasi spektrofotometri UV

b. Metode analisis pengawet (Ade Maria, 2016)


Metode alkalimetri untuk Asam Benzoat. Alkalimetri yaitu metode

penetapan kadar secara titrimetri atau volumetri senyawa-senyawa asam dengan

menggunakan baku asam.

Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, pada sampel minuman

kemasan Panther menggunakan metode Gravimetri diperoleh berat kertas saring

kosong 0.84 gram, berat kertas saring + residu 1.94 gram dan diperoleh kadar

Natrium Siklamat sebanyak 1.1 g/mL, sedangkan pada sampel minuman kemasan

menggunakan metode Alkalimetri, diperoleh volume titran 11,7 mL, perubahan

warna dari ungu menjadi merah muda, dan diperoleh kadar Natrium Benzoat

sebanyak 3.372 mg/mL

Berdasarkan kadar yang telah diperoleh, hasil kadar Natrium Siklamat sesuai

dengan kadar batas maksimum penggunaan pemanis buatan menurut Badan

g
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yaitu 350 produk, dan hasil kadar
mL

Natrium Benzoat telah sesuai dengan kadar batas maksimum penggunaan pengawet

mg
munurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yaitu 0-5 bb.
kg

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan yang telah di lakukan dapat disimpulkan

bahwa:

1. Kadar Natrium Siklamat dalam minuman kemasan Panther adalah 1.1 g/mL, hal

ini sesuai dengan literatur yang mengatakan bahwa kadar batas maksimum

penggunaan pemanis buatan yaitu 350 mg/kg

2. Kadar Natrium Benzoat dalam minuman kemasan adalah 3,372 mg/ml, hal ini

sesuai dengan literatur yang mengatakan bahwa kadar batas maksimum

penggunaan pengawet yaitu 0-5 mg/kg

B. Saran

1. Laboratorium

Diharapkan agar alat dan bahan yang ada di laboratorium untuk dilengkapi

lagi, demi kelancaran praktikum.

DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Hiskia. 2012. Kimia Analitik Kuantitatif. PT. Citra Aditya Bakti : Baandung

Cahyadi, W. 2006. Bahan Tambahan Pangan. Bumi Aksara : Jakarta

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Departemen Keseharan RI :


Jakarta.

Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Departemen Keseharan RI :


Jakarta.

Hadju, Nuraini A. 2018. Jurnal Subtance Analisis Sweetner Beberanges Snacks On


Sale At The Traditional Market In Manado. Universitas Sam Patolangi :
Manado

Rohman, Abdul dan Sumantri. 2014. Analisis Makanan. UGM Press : Yogyakarta

Saparinto, Cahyo dan Dana Hidayati. 2006. Bahan Tambahan Pangan. Kanisius :
Yogyakarta.

Suprapti, Lies. 2005. Kuaci dan Manisan Waluh. Kanisius : Yogyakarta

Ulfa, Ade Maria. 2016. Analisis Asam Benzoat dan Asam Salisilat Dalam Obat Panu
Sediaan Cair. Jurnal Kebidanan Atafarma Putra Indonesia Kampung

LAMPIRAN
Lampiran 1 : Skema Kerja

a. Metode Gravimetri

Sampel diukur sebanyak 100 ml

Disaring dengan kertas saring

Ditambahkan 10 mL HCl 10%

Ditambahkan 10 mL BaCl 2 10 %

Didiamkan selama 30 menit

Disaring

Ditambahkan 10 mL NaNO2 10%

Dipanaskan dengan suhu 125-1300 C

Terbentuk endapan putih

Disaring untuk memisahkan endapan

Dikeringkan

Ditimbang untuk diukur beratnya secara


gravimetri

1,94 gram

b. Metode Alkalimetri

Dituangkan sampel sebanyak 5 mL


Diukur sampel 50 mL

Dituang kedalam corong pisah

Diambil petrranolum eter sebanyak 5 mL

Dituang petroleum eter sebanyak 5 mL

Terbentuk dua lapisan

Dikeringkan
Ditambahkan etanol sedikit demi sedikit hingga
larut

Dimasukkan kedalam labu ukur

Dicukupkan dengan Etanol hingga tanda batas

Ditambahkan Hcl 10%

Dititrasi

Merah muda

Lampiran 2 : Perhitungan
a. Perhitungan Kadar

1. Perhitungan Kadar Natrium Siklamat

K. Siklamat = B. Kertas + Sampel – Berat Kertas Kosong

= 1, 94– 0, 84

= 1,1gram

Kadar = 1.1/100

= 1.1%

2. Perhitungan Kadar Natrium Benzoat

Kadar = N.Vt . Be

= 0,1 . 11.7 . 144,11

Mg = 168,60 mg

mg
Kadar Asam Benzoat =
mL

= 168,60/50

mg
= 3,372
mL

= 3,372 x100/100

= 3,372%

b. Perhitungan Bahan

1. HCl 10%

% ∙ Bj ∙1000
N1 =
BE

37 % ∙ 1,19∙ 1000
=
36,5
= 19,26 N

% ∙ Bj ∙1000
N 2=
BE

10 % ∙1,19 ∙ 1000
=
36,5

= 3,26 N

V 1 ∙ N 1= V 2 ∙ N 2

V 1 ∙ 19,26= 100 ∙ 3,26

100∙ 3,26
V 1=
19,26

V 1= 16,92 mL

2. BaCl 2 10%

% ∙ Bj ∙1000
N1 =
BE

98,5 % ∙ 3,86∙ 1000


=
208,28

= 18,25 N

% ∙ Bj ∙1000
N 2=
BE

10 % ∙3,86 ∙ 1000
=
208,28

= 1,85 N

V 1 ∙ N 1= V 2 ∙ N 2

V 1 ∙ 18,25= 100 ∙ 1,85

100∙ 1,85
V 1=
18,25
V 1= 10,13 mL

3. NaNO2 10%

% ∙ Bj ∙1000
N1 =
BE

58 % ∙2,17 ∙ 1000
=
68,9

= 18,27 N

% ∙ Bj ∙1000
N 2=
BE

10 % ∙2,17 ∙ 1000
=
68,9

= 3,14 N

V 1 ∙ N 1= V 2 ∙ N 2

V 1 ∙ 18,27= 100 ∙ 3,14

100∙ 3,14
V 1=
18,27

V 1= 17,18 mL

4. NaOH 0,1 N (250 mL)

g ¿ V ∙ BE∙ N

= 0,25 ∙ 40 ∙ 0,1

= 1 gram

C. Foto Pengamatan

1. Metode Gravimetri
LABORATORIUM KIMIA FARMASI LABORATORIUM KIMIA FARMASI
PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR MAKASSAR

Ket : sampel diukur sebanyak 100 ml Ket : Sampel disaring

LABORATORIUM KIMIA FARMASI LABORATORIUM KIMIA FARMASI


PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR MAKASSAR

Ket : Ditambahkan Hcl 10 % Ket : Ditambahkan lagi BaCl2 10%

LABORATORIUM KIMIA FARMASI LABORATORIUM KIMIA FARMASI


PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR MAKASSAR
Ket : Didiamkan selama 30 menit Ket : proses penyaringan ke2 setelah
didiamkan selama 30 menit

LABORATORIUM KIMIA FARMASI LABORATORIUM KIMIA FARMASI


PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR MAKASSAR

Ket : ditambahkan NaNo2 10% Ket : pemanasan diatas hot plate pada
sebanyak 10 ml suhu 125-130oC

LABORATORIUM KIMIA FARMASI LABORATORIUM KIMIA FARMASI


PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR MAKASSAR
Ket : ditimbang kertas saring 0,84 Ket : setelah proses pemanasan
gram terbentuk endapan putih yang
menandakan sampel positif
mengandung siklamat

LABORATORIUM KIMIA FARMASI LABORATORIUM KIMIA FARMASI


PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR MAKASSAR

Ket : proses pemisahan endapan Ket : proses pengeringan sampel


dari filtratnya

LABORATORIUM KIMIA FARMASI


PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR

Ket : hasil akhir dari pengeringan


sampel didapatkan berat 1,94
gram

2. Metode ALklimetri
LABORATORIUM KIMIA FARMASI LABORATORIUM KIMIA FARMASI
PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR MAKASSAR

Ket : penuangan sampel sebanyak 5 Ket : pengukuran sampel 50 ml


ml

LABORATORIUM KIMIA FARMASI LABORATORIUM KIMIA FARMASI


PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR MAKASSAR

Ket : penuangan sampel kedalam Ket : pengambilan petranolum eter


corong pisah sebanyak 5 ml

LABORATORIUM KIMIA FARMASI LABORATORIUM KIMIA FARMASI


PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR MAKASSAR
Ket : penuangan petroleum eter Ket : proses mendiamkan larutan
kedalam corong pisah sebanyak 5 hingga membentuk 2 lapisan
ml

LABORATORIUM KIMIA FARMASI LABORATORIUM KIMIA FARMASI


PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR MAKASSAR

Ket : proses pemisahan 2 lapisan Ket : hasil dari pemisahan


eter dan sampel

LABORATORIUM KIMIA FARMASI LABORATORIUM KIMIA FARMASI


PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR MAKASSAR
Ket : proses pengeringan Ket : penambahan etanol sedikit demi
sedikit hingga larut

LABORATORIUM KIMIA FARMASI LABORATORIUM KIMIA FARMASI


PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR MAKASSAR

Ket : dimasukkan kedalam labu Ket : dicukupkan sampel dengan


ukur etanol sebanyak batas ukur

LABORATORIUM KIMIA FARMASI LABORATORIUM KIMIA FARMASI


PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR MAKASSAR

Ket : Ditambahkan Hcl 10 % Ket : proses titrasi

LABORATORIUM KIMIA FARMASI LABORATORIUM KIMIA FARMASI


PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR MAKASSAR

Ket : Hasil titrasi Ket : perbandingan sebelum dan


setelah pengerjaan
LABORATORIUM KIMIA FARMASI LABORATORIUM KIMIA FARMASI
PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR MAKASSAR

Ket : ditambahkan indikator pp Ket : Ditambahkan eter sebanyak 5 ml


D. Foto Kehadiran Zoom

Widya Yuna Bahra (18314520183) Nur Cahyani (183145201164)

Sartika Abdullah (18314520170) Akbar (183145201167)

Hamida Rahareng (18314520180) Wildawati (183145201153)


Ode Mutia Aminullah (18314520165) Novita Lisyn A. D. P (183145201158)

Ririn Dwi Aryanti (183145201154)

Anda mungkin juga menyukai