Oleh
Siti Zulaikah
Analis Kesehatan Akademi Analis Kesehatan Malang
INTISARI
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bahan tambahan makanan merupakan suatu senyawa kimia yang secara sengaja
ditambahkan ke dalam makanan. Masyarakat maupun industri perlu memerhatikan bahan tersebut
dalam hubungannya dengan kemungkinan pemalsuan terhadap komponen yang berkualitas rendah
dan kemungkinan bahaya yang ditimbulkan oleh komponen beracun dalam bahan pangan.
Penggunaan bahan tambahan makanan bertujuan meningkatkan dan mempertahankan nilai gizi,
meningkatkan kualiatas, mengurangi limbah, meningkatkan penerimaan konsumen, meningkatkan
kualitas daya simpan, membuat bahan makanan lebih mudah dihidangkan, serta mempermudah
preparasi bahan pangan. Saparianto, Hidayati,2006, hal.251
Beberapa bahan tambahan makanan mempunyai pengaruh yang kurang baik terhadap
kesehatan manusia,karena itu pemerintah (Departemen Kesehatan) telah mengatur/menetapkan
jenis-jenis bahan tambahan makanan yang boleh dan tidak boleh digunakan dalam pengolahan
makanan .Salah satu bahan tambahan yang dilarang digunakan dalam makanan adalah asam borat
dan garamnya natrium tetraborat. Silaban, 2011.
Boraks merupakan garam Natrium ( Na2B4O7 10H2O) yang banyak digunakan
dalam berbagaiindustri non pangan khususnya industri kertas, gelas, pengawet kayu,
dan keramik. Gelas pyrex yangterkenal dibuat dengan campuran boraks. Di
Indonesia boraks merupakan salah satu bahan tambahanpangan yang dilarang
digunakan pada produk makanan, karena asam borat dan senyawanya merupakan
senyawa kimia yang mempunyai sifat karsinogen. Boraks sejak lama telah digunakan
masyarakat untukpembuatan gendar nasi, kerupuk gendar, atau kerupuk puli yang secara trad
isional di Jawa disebut “Karak”atau “Lempeng”. Disamping itu boraks digunakan untuk ind
ustri makanan seperti dalam pembuatan miebasah, lontong, ketupat, bakso bahkan dalam
pembuatan
kecap. Mengkonsumsi boraks dalam makanan tidaksecara langsung berakibat buruk,
namun sifatnya terakumulasi (tertimbun) sedikit demi sedikit dalam organhati, otak
dan testis. Boraks tidak hanya diserap melalui pencernaan namun juga dapat diserap
melalui kulit.Boraks yang terserap dalam tubuh dalam jumlah kecil akan dikeluarkan
melalui air kemih dan tinja, serta sangatsedikit melalui keringat. Boraks bukan hanya
menganggu enzim-enzim metabolisme tetapi juga menganggualat reproduksi pria.
Boraks yang dikonsumsi cukup tinggi dapat menyebabkan gejala pusing, muntah, mencret,
kejang perut, kerusakan ginjal, hilang nafsu makan.(livoil,2008)
Penggunaan boraks pada makanan bisa memperbaiki tekstur makanan sehingga
menghasilkan rupa yang bagus, misalnya bakso dan kerupuk.
Bakso yang menggunakan boraks memiliki kekenyalan khas yang berbeda dari kekenyalan bakso
yang menggunakan banyak daging. Bakso yang mengandung boraks sangat renyah dan disukai
dan tahan lama sedang kerupuk yang mengandung boraks kalau digoreng akan mengembang dan
empuk, teksturnya bagus dan renyah.(Bambang,2008) Berdasarkan latar belakang di atas, maka
rumusan masalah dari penelitian ini adalah, adakah kandungan boraks pada kerupuk yang yang
dijual di Pasar Tradisional Kabupaten Malang.
TINJAUAN PUSTAKA
Meskipun banyak jenis BTP yang dapat digunakan secara legal, namun pada kenyataannya masih
banyak para produsen makanan yang menggunakan bahan tambahan(additive) terlarang pada makanan
terutama makanan kecil, Dunia Veteriner, 2011.
Boraks
Pengertian Boraks
Gambar 1 Stuktur Kimia Boraks
(Sumber : Ra’ike, 2007)
Kegunaan Boraks
Boraks (boric acid) biasanya digunakan dalam industri gelas, porselin, alat pembersih, dan antiseptik.
Kegunaan boraks yang sebenarnya adalah sebagai antiseptik, obat pencuci mata (boric acid 30%), salep (Boorzalf)
untuk menyembuhkan penyakit kulit, salep untuk mengobati penyakit bibir (Borax glicerin), dan (boric acid) sebagai
pembasmi semut, Saprianto, 2006
METODE PENELITIAN
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui ada/tidaknya kandungan boraks pada kerupuk serta mengetahui
kadar boraks pada kerupuk yang dijual di Pasar Tradisional Kabupaten Malang.
Desain penelitian ini menggunakan observasi eksperimental yaitu suatu penelitian untuk mengetahui ada atau tidaknya
boraks serta kandungan boraks yang terkandung pada kerupuk secara kualitatif dengan metode pengabuan serta
kuantitatif dengan metode titrasi asam basa. Sampel yang diambil yaitu kerupuk di Pasar Tradisional Kabupaten
Malang sebanyak 20 sampel yang diambil masing-masing 5 kerupuk dari empat pasar yaitu Pasar gondanglegi, Pasar
Krebet, Pasar Kepanjen dan Pasar Turen.
Variabel Penelitian terdiri dari Variabel bebas pada penelitian ini adalah boraks dan variabel terikatnya
adalah kerupuk.
Analisa terhadap data yang terkumpul
dilakukan secara deskriptif yang disertai dengan tabel,narasi dan pembahasan serta
diambil kesimpulan apakah kerupuk yang dijual di Pasar Tradisional Kota
Malang memenuhi persyaratan untuk dikonsumsi sesuai dengan Permenkes RI
No.1168/Menkes/Per/IX/1999 tentang Bahan Tambahan Makanan
HASIL PENELITIAN
Hasil Pemeriksaan Boraks pada Kerupuk di Pasar Tradisional Kabupaten Malang Tahun 2011
Hasil pemeriksaan kualitatif boraks pada sampel kerupuk di Pasar Tradisional dilakukan di UPTD
Laboratorium Kesehatan Daerah, Dinas Kesehatan Kota Malang dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini :
Berdasarkan Tabel 3 di atas dapat diketahui bahwa dari 20 sampel kerupuk yang diperiksa secarakualit
atif menggunakan metode gravimetri dan reaksi kurkumin, 8 sampel menunjukkan terbentuknya nyala api warna
biru kehijauan serta terjadi perubahan warna
kuning menjadi merah kecoklatan. Hal ini menunjukkanbahwa 8 sampel tersebut mengandung boraks. Dan pad
a 8 sampel yang positif mengandung boraksselanjutnya dilakukan pemeriksaan kuantitatif untuk mengetahui
kadar dari boraks tersebut.
Hasil Pemeriksaan Kuantitatif Boraks pada Kerupuk di Pasar Tradisional Kabupaten Malang Tahun 2011.
Hasil pemeriksaan secara kuantitatif terhadap penggunaan boraks pada kerupuk menunjukkanbah
wa terdapat sampel kerupuk yang mengandung boraks dengan
kadar yang bervariasi. Kadar boraks untukmasing-masing sampel dapat dilihat pada tabel 4.
PEMBAHASAN
Penelitian ini mengenai ada tidaknya penggunaan boraks pada kerupuk.
Penelitian dilakukankarena boraks sering disalah gunakan sebagai bahan tambahan
pangan, padahal boraks tidak diizinkanpenggunaannya dalam makanan walaupun dalam jumlah kecil yang
disesuaikan dengan Permenkes RI No.722/Menkes/Per/X/1999 tentang Bahan Tambahan
Pangan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan,ditemukan boraks pada kerupuk yang dijual di Pasar Tradisonal
Kabupaten Malang dengan kadar yangberbeda. Kerupuk yang mengandung boraks dari 20 sampel pada
pemeriksaan kualitatif hasilnya diketahui sejumlah 8 sampel positif (40% dari jumlah sampel
seluruhnya), selanjutnya diperiksa secara kuantitatif menggunakan metode titrasi asam basa.
Penelitian ini sama halnya dengan analisis sampel yang dikirimkan oleh beberapa laboratorium Balai
POM antara Februari 2001 hingga Mei 2003 bahwa masih ada pangan olahan yang menggunakan boraks, seperti
halnya kerupuk, Food watch, 2004.
Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan boraks telah
menyebar di seluruh Indonesia, untuk itusebaiknya Dinas Kesehatan memberikan
penyuluhan kepada masyarakat tentang dampak penggunaanboraks terhadap
kesehatan agar masyarakat lebih hati-hati dalam memilih dan menggunakan bahan tambahan pangan.
Grafik 1 Perbandingan Persentase Sampel Positif Mengandung Boraks pada Pasar Tradisional Kabupaten Malang.
Grafik 1 menunjukkan bahwa keempat Pasar Tradisional di Kabupaten malang yang diambil kerupuknya
untuk diperiksa, ternyata semua menunjukkan bahwa terdapat hasil kerupuk yang positif mengandung boraks
meskipun persentase masing-masing tempat tersebut berbeda. Seperti yang ditunjukkan pada gambar, persentase
tertinggi terdapat pada Pasar Turen 37,5 %, selanjutnya Pasar Gondanglegi dan Kepanjen 25 %, dan Pasar Turen 12,5
%. Banyaknya penggunaan boraks pada produsen kerupuk menunjukkan bahwa masih rendahnya pengetahuan
masyarakat Indonesia tentang bahaya penggunaan boraks bagi kesehatan.
Dampak negatif boraks bagi tubuh dimana pada dosis tertinggi yaitu 10-
20 gr/kg berat badanorang dewasa dan 5 gr/kg berat badan anak-anak akan
menyebabkan keracunan bahkan kematian.Sedangkan dosis terendah yaitu dibawah 10-20 gr/kg berat badan orang
dewasa dan kurang dari 5 gr/kg berat badan anak-
anak, hati, lemak dan ginjal yang pada akhirnya dapt menyebabkan kanker. Manusia
denganberat badan 50 kg dapat meninggal dunia jika mengonsumsi 5-25 gr boraks.
Gejala awal keracunan boraks bisa berlangsung beberapa jam hingga seminggu
setelah mengonsumsiatau kontak dalam dosis toksis. Gejala klinis keracunan boraks
biasanya ditandai dengan sakit perut sebelahatas, muntah, mencret, sakit kepala,
penyakit kulit berat, sesak nafas dan kegagalan sirkulasi darah, tidaknafsu makan, dehidrasi, koma dan jika
berlangsung terus menerus akan mengakibatkan kematian.
Walaupun boraks memiliki dampak yang sangat berbahaya bagi tubuh, tetap
saja masyarakatmenggunakan boraks sebagai BTP. Masih banyak masyarakat
Indonesia kurang mampu untukmembeli makanan yang bermutu tinggi dan
memenuhi persyaratan. Hal ini disebabkan karena tingkatekonomi masyarakat yang rendah dan juga pengetahuan
yang kurang sehingga kondisi inilah yang menyebabkan
pedagang makanan memproduksi makanan dengan harga yang murah dengan menggunakan bahan-
bahan yang berbahaya. Kurangnya kepedulian pedagang
terhadap keselamatan masyarakatmenyebabkan banyaknya penyakit yang timbul akibat mengonsumsi makanan
yang tidak memenuhi persyaratan tersebut.
Saran
1. Perlu dilakukan penyuluhan tentang dampak penggunaan pengawet boraks
dalam pembuatan kerupuksebagai bahan tambahan dalam makanan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten
Malang kepada paraprodusen sekaligus penjual kerupuk sebagai makanan yang selalu dijajakan kepada
masyarakat.
2. Perlu dilakukan pembinaan, pengawasan dan evaluasi secara berkala oleh
Balai Pengawasan Obat danMakanan khususnya kerupuk sehingga dapat
dilakukan tindakan pencegahan dalam penggunaan bahan-bahan berbahaya sebagai bahan tambahan dalam
makanan.
3. Perlu dilakukan pengawasan terhadap boraks agar tidak diperjual belikan secara bebas.
4. Perlu dilakukan upaya pendidikan bagi masyarakat baik produsen dan
konsumen makanan jajananmelalui medi cetak dan elektronik tentang keamanan pangan.
5. Kepada produsen sekaligus penjual kerupuk sebaiknya menggunakan
pengenyal alami penggantiboraks karena aman untuk dikonsumsi masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA