Anda di halaman 1dari 18

Referat

Bahan Tambahan Pangan Terlarang


Oleh :
Aisy Samara Istiqomah
NIM. 2130912320077

Pembimbing
dr. Widya Nursantari, M.Kes
DEPARTREMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN ULM
BANJARMASIN
Agustus 2023
Pendahuluan
•Pangan merupakan kebutuhan yang paling dasar yang harus dimiliki oleh setiap
manusia, sehingga terpenuhinya pangan merupakan suatu hak manusia yang
paling dasar dimana pemenuhannya merupakan tanggung jawab pemerintah
kepada rakyatnya.

•Terdapat beberapa hak konsumen salah satunya adalah hak atas keamanan
pangan. Masalah keamanan pangan di Indonesia terutama disebabkan oleh
cemaran mikroba, cemaran kimiawi, penyalahgunaan bahan berbahaya dan
penggunaan bahan tambahan pangan berlebih
Pendahuluan

Penggunaan BTP) atau food additives sudah sangat meluas. Penggunaan BTP
memang diperkenankan asalkan bahan tersebut benar-benar aman bagi kesehatan
manusia dan dalam dosis yang tepat. Namun, karena masih kurangnya
pengetahuan tentang bahaya penggunaan BTP, masih banyak produsen makanan
yang menggunakan BTP yang telah dilarang ataupun BTP yang diperbolehkan
namun secara berlebihan
Definisi
• Pangan: segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati baik yang diolah
maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan/minuman bagi
konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan
bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau
pembuatan makanan/minuman

• Bahan Tambahan Pangan (BTP): abahan yang ditambahkan ke dalam


pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan, tetapi tidak
diperuntukan untuk dikonsumsi secara langsung ataupun sebagai bahan
baku pangan.
Tujuan Penggunaan BTP
Mengawetkan pangan dengan mencegah pertumbuhan mikroba perusak pangan
atau mencegah terjadinya reaksi kimia yang dapat menurunkan mutu pangan

Membentuk pangan menjadi lebih baik, renyah dan lebih enak di mulut

Memberikan warna dan aroma yang lebih menarik sehingga menambah selera

Meningkatkan kualitas pangan

Menghemat biaya.
Klasifikasi BTP

Penggolongan BTP yang diizinkan digunakan pada pangan menurut Peraturan


Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/1988:

1. Pewarna: BTP yang dapat memperbaiki atau memberi warna pada pangan.
Bertujuan untuk memberi kesan menarik, menyeragamkan warna pangan,
menstabilkan warna, menutupi perubahan warna selama penyimpanan maupun
saat proses pengolahan. Selain pewarna sintetis juga terdapat jenis pewarna alami
antara lain caramel, beta karoten, dan kurkumin
2. Pemanis buatan: BTP yang sering ditambahkan sebagai pangganti gula karena
mempunyai kelebihan dibandingkan dengan gula, yaitu rasanya lebih manis,
mengandung kalori yang lebih rendah, dan lebih murah.
3. Pengawet: BTP yang dapat mencegah atau menghambat fermentasi,
pengasaman atau peruaian lain pada pangan yang disebabkan oleh pertumbuhan
mikroba.
4. Antioksida: untuk mencegah terjadinya ketengikan pada pangan akibat proses oksidasi
lemak atau minyak yang terdapat didalam pangan. Bahan antioksidan yang diizinkan
digunakan dalam pangan antara lain askorbat sejumlah 100 mg-1 g/kg, Butil hidroksianisol
(BHA) sejumlah 100-200 mg/kg, Butil hidroksitoluen (BHT) sejumlah 200 mg-1 g/kg,
Propil galat sejumlah 100 mg/kg, dan tokoferol sejumlah 50-300 mg/kg.

5. Antikempal: untuk mencegah penggumpalan pada bahan pangan yang berupa serbuk
seperti tepung atau bubuk . Beberapa bahan anti kempal yang diizinkan untuk pangan
beserta Batasan penggunaanya antara lain alumunium silikat dan magnesium oksida
sejumlah 1 gr/kg bahan, kalsium alumunium silikat 10-20 gr/kg bahan, kalsium silikat dan
magnesium karbonat sejumlah 1-10 gr/kg bahan
6. Penyedap : memberikan, menambah atau mempertegas rasa dan atau aroma. Penyedap
rasa mengandung senyawa yang disebut monosodium glutamat (MSG). Peranan asam
glutamat sangat penting, diantaranya untuk merangsang dan menghantar sinyal-sinyal antar
sel otak. Berdasarkan PERMENKES, penggunaan MSG dibatasi secukupnya, yang berarti
tidak boleh berlebihan.

7. Pengatur keasaman: BTP yang dapat mengasamkan, menetralkan, dan mempertahankan


derajat keasaman pangan. . Beberapa pengatur pengasaman yang diizinkan digunakan dalam
pangan dan batasannya antara lain asam laktat sejumlah 2-15 g/kg, asam sitrat sejumlah 5-
25 g/kg, kalium atau natrium bikarbonat sejumlah 2-50 gr/kg, dan natrium sulfat dengan
jumlah secukupnya
8. Pemutih dan pematang tepung: BTP yang dapat mempercepat proses pemutihan dan atau
pematang tepung sehingga dapat memperbaiki mutu pemanggangan.

9. Pengemulsi, pemantap dan pengental: BTP yang dapat membantu terbentuknya dan
memantapkan sistem dipersi yang homogen pada pangan.

10. Pengeras: BTP yang dapat memperkeras atau mencegah melunaknya pangan.

11. Sekuestran: BTP yang dapat mengikat ion logam yang ada dalam pangan, sehingga
memantapkan warna, aroma dan tekstrur.
BTP yang dilarang

1. Asam borat atau boraks (boric acid).

Boraks umumnya digunakan untuk mematri logam, pembuatan gelas dan enamel,
pengawet kayu, dan pembasmi kecoa namun sering disalahgunakan untuk
dicampurkan dalam pembuatan baso, tahu, ikan asin, mie dll. Konsumsi boraks
pada dosis rendah tidak menimbulkan dampak secara langsung namun dalam
jangka panjang menimbulkan dampak negatif bagi Kesehatan sebab boraks akan
terakumulasi di organ hati, otak dan testis.
2. Asam salisilat (ortho-hydroxybenzoik acid)

Asam salisilat dapat mencegah terjadinya penjamuran pada buah namun bahan ini
dilarang digunakan sebagai bahan pengawet makanan di Indonesia karena asam
salisilat memiliki sifat iritan kuat ketika terhirup atau tertelan. Kandungan asam
salisilat alami pada tanaman berguna untuk bertahan dari serangan penyakit
namun bila kandungan asam salisilat berlebihan danmasuk ke tubuh maka
gangguan kesehatan dapat terjadi, misalnya terjadi pengerasan dinding pembuluh
darah dan kanker saluran pencernaan.
3. Dietilpirokarbonat (DEP) termasuk di dalam bahan kimia karsinogenik
mengandung unsur kimia C6H10O5 adalah bahan kimia sintetis yg tidak
ditemukan dalam produk-produk alami dan digunakan sebagai pencegah peragian
pada minuman

4. Dulsin: pemanis sintetik yang memiliki rasa manis sampai 250 kali lipat dari
sukrosa atau gula tebu. Dulsin pernah diusulkan untuk digunakan sebagai
pemanis tiruan namun ditarik total dari peredaran pada tahun 1954 setelah
dilakukan pengetesan dulsin pada hewan dan menampakkan sifat karsinogenik
yang dapat memicu munculnya kanker.
5. Formalin: zat pengawet terlarang yang paling banyak disalahgunakan untuk
produk pangan. Formalin adalah larutan 37% formaldehida dalam air, yang
mengandung 10-15% metanol untuk mencegah polimerasi. Formalin dipakai
sebagai bahan anti septik, disenfektan, dan bahan pengawet dalam biologi.

Mengkonsumsi formalin dalam dosis yang cukup tinggi dapat menyebabkan efek
langsung pada kesehatan terutama pada system pencernaan dan sistem syaraf
dengan gejala kejang, muntah dan diare dimana hal ini disebabkan sifat formalin
yang sangat reaktif terhadap lapisan lender pada saluran pernafasan dan
pencernaan.
6. Kalium bromat (potassium bromat) digunakan untuk memperbaiki tepung yang
dapat mengeraskan kue. Sejak 1988, Pemerintah Indonesia sudah melarang
penggunaan kalium bromat sebagai bahan tambahan makanan karena senyawa ini
dapat merusak tubuh bahkan sampai menyebabkan kematian. Jika terpapar
senyawa ini dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan methemoglobinemia
(kelainan dalam darah), kerusakan hati dan ginjal, iritasi pada kulit, mata, dan
saluran pernapasan.

Beberapa bahan tambahan pangan lain yang juga dilarang penggunaannya antara
lain Brominated vegetable oil, Kloramfenikol, dan Nitrofurazon
Kesimpulan
Penggunaan BTP harus disesuaikan dengan jenis pangan yang akan diproduksi dan tidak
boleh melebihi ambang batas yang dianjurkan dikarenakan penggunaan BTP secara
berlebihan dapat menyebabkan dampak bagi kesehatan tubuh manusia. BTP terlarang yang
sering ditemukan terkandung pada pangan antara lain adalah formalin dan boraks dari
golongan pengawet, dan Rhodamin B dan Methanil yellow dari golongan bahan pewarna.
Diperlukan edukasi dan sosialisasi lebih lanjut, baik untuk konsumen maupun produsen
pangan mengenai keamanan pangan diantara lain dapat berupa: jenis-jenis bahan tambahan
pangan baik yang diperbolehkan maupun yang berbahaya, bahan tambahan pangan dari sisi
hukum, dan ciri-ciri pangan yang mengandung bahan tambahan pangan berbahaya beserta
dampak bahayanya bagi kesehatan.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai