(IBP621)
MODUL 3
BAHAN TAMBAHAN PANGAN
DISUSUN OLEH
FEBRIANA DWI WAHYUNI, M.SI
1. Pengantar
Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah bahan atau campuran bahan yang
secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan
kedalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan, antara lain bahan
pewarna, pengawet, penyedap rasa, anti gumpal, pemucat dan pengental. Bahan
Tambahan pangan atau aditif makanan juga diartikan sebagai bahan yang
ditambahkan dan dicampurkan sewaktu pengolahan makanan untuk meningkatkan
mutu. Pada umumnya bahan tambahan pangan dapat dibagi menjadi dua bagian
besar, yaitu aditif sengaja dan aditif tidak sengaja. Aditif sengaja adalah aditif yang
diberikan dengan sengaja dengan maksud dan tujuan tertentu, misalnya untuk
meningkatkan konsistensi, nilai gizi, cita rasa, mengendalikan keasaman atau
kebasaan, memantapkan bentuk dan rupa, dan lainnya. Sedangkan aditif yang tidak
sengaja adalah aditif yang terdapat dalam makanan dalam jumlah sangat kecil
sebagai akibat dari proses pengolahan. Bila dilihat dari asalnya, aditif dapat berasal
dari sumber alamiah (misalnya lesitin) dan dapat juga disintesis dari bahan kimia
yang mempunyai sifat serupa dengan bahan alamiah yang sejenis, baik dari susunan
kimia maupun sifat metabolismenya (misal asam askorbat). Dalam Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/88 dijelaskan bahwa BTP adalah bahan yang
biasanya tidak digunakan sebagai pangan dan biasanya bukan mer upakan ingredien
khas pangan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja
ditambahkan kedalam pangan untuk maksud teknologi pada pembuatan, pengolahan,
Penggunaan bahan tambahan yang beracum atau BTP yang melebihi batas
akan membahayakan kesehatan masyarakat dan berbahaya bagi pertumbuhan
generasi yang akan datang. Oleh karena itu produsen pangan perlu mengetahui
sifat-sifat dan keamanan penggunaan BTP serta mengetahui peraturan-peraturan
yang telah dikeluarkan oleh pemerintah mengenai penggunaan BTP. Secara khusus
penggunaan BTP di dalam pangan adalah untuk :
1) Mengawetkan pangan dengan mencegah pertumbuhan mikroba perusak
pangan atau mencegah terjadinya reaksi kimia yang dapat menurunkan mutu
pangan.
2) Membentuk pangan menjadi lebih baik, renyah dan lebih enak dimulut.
3) Memberikan warna dan aroma yang lebih menarik sehingga menambah selera.
4) Meningkatkan kualitas pangan.
5) Menghemat biaya.
2. Penggolongan BTM
Selain BTP yang tercantum dalam Peratuan Mentri tersebut, masih ada
beberapa BTP lainnya yang biasa digunakan dalam pangan, misalnya:
1) Enzim, yaitu BTP yang berasal dari hewan, tanaman atau mikroba, yang dapat
menguraikan secara enzimatis, misalnya membuat pangan menjadi lebih
empuk, lebih larut dan lain-lain.
2) Penambah gizi, yaitu bahan tambahan berupa asam amino, mineral atau
vitamin, baik tunggal maupun campuran, yang dapat meningkatkan nilai gizi
pangan.
3) Humektan, yaitu BTP yang dapat menyerap lembab (uap air) sehingga
mempertahankan kadar air pangan.
1) Pewarnaan
Penambahan bahan pewarna pada pangan dilakukan untuk beberapa tujuan
yaitu :
a) Memberi kesan menarik bagi konsumen
b) Menyeragamkan warna pangan
c) Menstabilkan warna
d) Menutupi perubahan warna selama proses pengolahan
e) Mengatasi perubahan warna selama penyimpanan
Beberapa pewarna alami yang diizinkan dalam pangan menurut Peraturan
Menteri Kesehatan RI No. 772/Menkes/RI/Per/IX/88 diantaranya adalah :
a) Karamel, yaitu pewarna alami berwarna coklat yang dapat digunakan
untuk mewarnai jem/jeli (200 mg/kg), acar ketimun dalam botol (300
mg/kg), dan yogurt beraroma (150 mg/kg).
b) Beta-karoten, yaitu pewarna alami berwarna merah-orange yang dapat
digunakan untuk mewarnai acar ketimun dalam botol (300 mg/kg), es krim
(100 mg/kg), keju (600 mg/kg), lemak dan minyak makan (secukupnya).
c) Kurkumin, yaitu pewarna alami berwarna kuning-orange yang dapat
digunakan untuk mewarnai es krim dan sejenisnya (50 mg/kg), atau lemak
dan minyak makan (secukupnya).
2) Pemanis Buatan
Zat pemanis sintetik adalah zat yang dapat menimbulkan rasa manis atau
dapat membantu mempertajam penerimaan terhadap rasa manis tersebut,
sedang kalori yang dihasilkan jauh lebih rendah daripada gula. Hanya
beberapa zat pemanis sintetik yang boleh dipakai dalam makanan. Mula-mula
3) Pengawet
Bahan pengawet umumnya digunakan untuk mengawetkan pangan yang
mempunyai sifat mudah rusak. Bahan ini dapat menghambat atau
memperlambat prosesa fermentasi, pengasaman atau peruraian yang
disebabkan oleh mikroba. Tetapi tidak jarang produsen menggunakanya pada
pangan yang relatif awet dengan tujuan untuk memperpanjang masa simpan
atau memperbaiki tekstur. Pengawet yang banyak dijual dipasaran dan
digunakan untuk mengawetkan berbagai pangan adalah benzoat, yang
Asam borat atau Boraks (boric acid) merupakan zat pengawet berbahaya yang
tidak dizinkan digunakan sebagai campuran bahan makanan. Boraks adalah
senyawa berbentuk kristal putih, tidak berbau, dan stabil pada suhu dan tekanan
normal. Dalam air, boraks berubah menjadi natrium hidroksida dan asam borat.
Boraks umumnya digunakan dalam pembuatan gelas dan enamel, sebagai
pengawet kayu, dan pembasmi kecoa. Boraks ini sering disalahgunakan untuk
dicampurkan dalam pembuatan baso, tahu, ikan asin, mie dll.
Dalam bahan pangan sering kali terdapat senyawa-senyawa kimia yang tidak
mempunyai nilai-nilai nutrisi. Adanya senyawa -senyawa kimia tersebut selalu di
hubungan dengan sifat-sifat yang tidak diinginkan dan kadang -kadang beracun
sehimgga membahayakan kesehatan manusia yang mengkonsumsinya. Senyawa –
senyawa kimia tersebut terdapat dalam macam-macam bentuk, dari garam
anorganik yang sederhana sampai ke molekul yang besar dan kompleks. Bahaya
yang ditimbulkan dapat berupa bahaya keracunan yang akut atau bersifat menahun
dan dapat menyebabkan perubahan sifat (mutagen). Secara garis besar senyawa
beracun dalam bahan makanan dapat digolongkan menjadi tiga golongan : Senyawa
beracun alamiah, senyawa beracun dari mikroba dan senyawa beracun oleh
pencemaran.
Kafein
Kopi dan teh mengandung kafein yaitu senyawa yang pahit rasanya.
Kafein bersifat diuretik. Merangsang kelnjar pengeluaran urin, merangsang
kerja otak dan aktivitas jantung. Jika konsumsi tidak berlebihan, kafein
memberikan kontribusi yang positif seperti badan terasa lebih segar
menghilangkan rasa ngantuk. Jika melebihi ambang batas, konsomsi teh akan
berakibat sukar tidur, jantung berdebar.
Pseudomonas cocovenenans
Senyawa beracun yang dapat diproduksi oleh Pseudomonas
cocovenenans adalah toksoflavin dan asam bongkrek. Kedua senyawa
beracun tersebut diproduksi dalam jenis makanan yang disebut tempe
bongkrek, suatu tempe yang dibuat dengan bahan utama ampas kelapa. Pada
umumnya tempe bongkrek yang jadi atau berhasil dengan baik (kompak dan
putih warnanya) hanya ditumbuhi kapang tempe Rhizopus oligosporus, tetapi
tempe yang gagal dan rapuh di samping R. oligosporus biasanya juga tumbuh
sejenis bakteri yang disebut Pseudomonas cocovenenans.
C. Latihan
D. Kunci Jawaban
E. Daftar Pustaka
1. Buckle KA, Edwards RA, Fleet GH, Wootton. 2013. Ilmu Pangan. UI Press
2. C. Hanny Wijaya. 2012. Bahan Tambahan Pangan Pengawet. IPB Press
3. Ratih Dewanti Haryadi. 2013. Hazard Analysis Critical Control Point
(HACCP). IPB Press
4. Sobari, E. 2017. Teknologi Pengolahan Pangan. Penerbit ANDI.
Yogyakarta.
5. Winiati P Rahayu. 2012. Mikrobiologi pangan. IPB Press
6. Dahrul S. 2012. Pengantar Teknologi Pangan. IPB Press.