(IBP621)
MODUL 2
MUTU DAN KEAMANAN PANGAN
DISUSUN OLEH
FEBRIANA DWI WAHYUNI, M.SI
1. Pengantar
Makanan yang sehat dan aman merupakan faktor penting untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat, oleh karena itu kualitas dan keamanan pangan baik
secara biologi, kimia maupun secara fisik harus selalu dipertahankan, agar
masyarakat sebagai pengguna produk pangan tersebut dapat terhindar dari penyakit
karena makanan atau penyakit bawaan makanan atau keracunan makanan. Mutu
pangan adalah salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam produksi pangan. Mutu
adalah gabungan dari sejumlah atribut yang dimiliki oleh bahan atau produk pangan
yang dapat dinilai secara organoleptik. Atribut tersebut meliputi parameter
kenampakan, warna, tekstur, rasa dan bau. Mutu juga dapat dianggap sebagai
kepuasan (akan kebutuhan dan harga) yang didapatkan konsumen dari integritas
produk yang dihasilkan produsen. Karakteristik mutu bahan pangan dibagi menjadi
dua kelompok, yaitu : (1) karakteristik fisik atau karakteristik tampak, meliputi
penampilan yaitu warna, ukuran, bentuk dan cacat fisik; kinestika yaitu tekstur,
kekentalan dan konsistensi; flavor yaitu sensasi dari kombinasi bau dan cicip, dan (2)
karakteristik tersembunyi, yaitu nilai gizi dan keamanan mikrobiologis.
1) Mutu Objektif
Metode pengujian mutu dengan menggunakan alat dikenal dengan metode
pengujian mutu secara objektif. Jenis pengujian mutu secara objektif meliputi
metode fisik, uji kimia, uji fisiko-kimia, uji mikrobologi, uji mikro analitik dan
histologis. Untuk memonitor umur simpan produk pangan diperlukan korelasi
Bahan pangan yang mengalami perubahan tidak normal dan perubahan dari
biasanya berarti bahan pangan tersebut telah mengalami kerusakan. Hal itu
disebabkan bahan pangan yang semenjak diambil, dipetik, dipanen, dan dipotong
akan mengalami penurunan kualitas dan kesegaran. Berdasarkan cepat atau
lambatnya suatu bahan mengalami kerusakan dapat dibagi menjadi beberapa
kategori, yaitu perishable, semi-perishable, non perishable.
Perishable merupakan bahan pangan yang jika disimpan, dengan cepat akan
mengalami kerusakan dalam jangka waktu dekat. Semi-perishable bahan pangan
yang disimpan pada waktu tertentu akan mengalami kerusakan dengan sendirinya.
Sedangkan non-perishable karakteristik bahan pangan yang memiliki masa simpan
yang cukup panjang akan tetapi lambat laun akan mengalami kerusakan dan
penurunan kualitas. Banyak faktor yang memengaruhi terjadinya kerusakan bahan
1) Aktivitas Mikroba
Kerusakan bahan pangan akibat aktivitas mikroba sangat sering terjadi pada
bahan pangan. Hal itu dikarenakan hampir sebagian besar bahan memiliki
kandungan air bahan yang cukup banyak dan menyebabkan mudah tumbuhnya
mikroba perusak yang tumbuh dan berkembang seperti kapang, bakteri, dan
khamir. Bukan hanya itu saja, pada bahan pangan yang mengalami
kelembapani ideal bisa mengundang tumbuhnya mikroba untuk hidup karena
kondisi seperti itu menjadi salah satu tempat cocok bagi mikroba untuk
berkembang. Mikroba seperti kapang dapat menyerang bahan pangan yang
banyak mengandung pectin, pati, dan selulosa, sedangkan mikroba khamir
dapat hidup pada bahan pangan yang banyak mengandung gula atau glukosa.
2) Enzim
Enzim adalah molekul berpolimer yang tersusun dari serangkaian asam
amino dalam komposisi dan susunan rantai yang tersusun teratur dan tetap.
Enzim memegang peranan penting dalam berbagai protein, enzim diproduksi
dan digunakan oleh sel hidup untuk mengatalis reaksi, antara lain konversi
energi dan metabolisme pertahanan sel (Richana, 2002). Enzim digunakan
untuk menghasilkan produk bioteknologi dalam industri pangan dan
biokatalisator organik pada bidang pertanian. Pada industri makanan hanya
sebagian kecil yang bisa dimanfaatkan untuk membantu pengolahan makanan.
Sebagian lainnya menyebabkan ketidaksesuaian kondisi reaksi enzim,
ketidakstabilan enzim selama pengolahan. Pada industri pangan, enzim
berperan sangat penting, baik produk pangan tradisional maupun desain produk
pangan yang baru. Sebelum dikenalnya teknologi modern, pemanfaatan enzim
sudah dilakukan dengan tidak sengaja. Misalnya pada proses pengolahan
minuman beralkohol dan keju. Beberapa keuntungan penggunaan enzim dalam
pengolahan pangan aman terhadap kesehatan karena berasal dari bahan alami,
mengkatalis reaksi yang sangat spesifik tanpa efek samping, aktif pada
konsentrasi yang rendah, dan dapat digunakan sebagai indikator kesesuaian
pengolahan.
Kebanyakan enzim yang ada dalam bahan pangan hasil pertanian
dihasilkan oleh sel hidup, baik hewani maupun nabati, sehingga enzim pula
dapat menimbulkan reaksi-reaksi fermentasi, ketengikan, serta pembusukan
pada bahan pangan jika rekasinya tidak dihentikan. Selain memberikan manfaat,
aktivitas enzim dapat pula merugikan terhadap kualitas bahan pangan jika
keberadaannya dibiarkan begitu saja karena prinsipnya tadi sebagai katalisator.
4) Suhu
Suhu memiliki peranan penting dalam menjaga keutuhan dan daya simpan
bahan pangan, baik sebelum atau setelah dilakukan pengolahan karena
perlakuan suhu dapat mempengaruhi aktivitas enzimatik, bacterial, kimiawi, dan
biokimia pada bahan pangan. Pengaruh tersebut yang menyebabkan
perubahan pada rasa, tekstur, dan aroma bahan pangan. Pemberian suhu pada
bahan pangan digolongkan menjadi dua bagian, yaitu pemberian suhu tinggi
dan pemberian suhu rendah.
Pemberian suhu rendah dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu chilling
(pendinginan) adalah suatu penyimpanan bahan pangan pada suhu di atas titik
beku dengan suhu berkisar 2°C sampai 5°C. Cara ini hanya dapat menunda
kerusakan dan pembusukan makanan selama hitungan hari hingga minggu
tergantung pada jenis bahannya, misalnya sayuran daun, umbi-umbian,
sayuran batang, biji-bijian, ikan, dan lainnya. Chiling ditujukan untuk
penyimpanan jangka pendek saja. Freezing (pembekuan) adalah menyimpan
bahan pangan pada suhu di bawah titik beku (0°C). Selama pembekuan, air
yang ada pada bahan pangan akan berubah menjadi Kristal-kristal es, sehingga
menurunkan aktivitas air dan menaikkan konsentrasi padatan. Proses ini
mampu menahan kecepatan reaksi kimia dan enzimatis, serta pertumbuhan
dan metabolisme mikroba. Bahan pangan yang sering menggunakan proses
freezing, yaitu daging-dagingan dan ikan yang dapat disimpan pada kondisi
suhu -17°C sampai -40°C yang dapat bertahan selama dua bulan.
6) Oksigen
Oksigen di bumi sangat melimpah dan merupakan sumber utama
keberlangsungan manusia, akan tetapi keberadaan oksigen di bumi
berpengaruh terhadap kualitas suatu bahan pangan. Oksigen dapat merusak
komponen senyawa di dalam bahan pangan seperti vitamin, perubahan warna
bahan pangan, flavor, dan kandungan lain. Melalui oksigen, mikroorganisme
seperti kapang dapat berkembang dengan baik. Jika seperti itu, maka akan
mengganggu kualitas suatu bahan pangan. Tidak heran jika di dalam
pengemasan bahan hasil pengolahan makanan selalu dilakukan perlakuan
vacuum untuk menghilangkan kadar udara yang ada dalam kemasan. Hal ini
dimaksudkan agar kondisi di dalam kemasan tidak menjadi lembab dan kapang
di dalam kemasan makanan olahan tidak berkembang atau tidak muncul,
sehingga bisa beresiko merusak makanan olahan tersebut.
8) Waktu Penyimpanan
Prinsip penyimpanan bahan pangan yang telah diambil harus disesuaikan
dengan jenis dari bahan pangan itu sendiri. Penyimpanan bahan akan
berpengaruh pula pada waktu penyimpanan bahan pangan tersebut.
Penyimpanan bahan pangan bertujuan agar bahan pangan dapat digunakan
kembali pada saat dibutuhkan, tetapi ketika bahan pangan yang disimpan tidak
tahan lama, maka perlu penanganan yang khusus atau memberikan perlakuan
agar waktu simpan dapat lebih lama.
Penyimpanan dilakukan sesuai dengan karakteristik bahan seperti bahan
pangan yang berasal dari daging harus segera diolah kembali agar kualitas
daging tidak menurun dan komposisi gizi di dalamnya tidak rusak. Begitu pula
dengan susu yang memiliki waktu simpan yang cepat, sebab jika tidak ditangani
dengan segera akan mengalami kerusakan, baik secara fisik maupun kimiawi.
Berbeda dengan bahan pangan yang berasal dari buah-buah dan sayuran yang
memiliki waktu penyimpanan cukup panjang sekitar beberapa hari sampai
minggu hingga benar-benar komposisi senyawanya rusak. Efek kerusakan
bahan pangan disebabkan oleh pertumbuhan mikroba, keaktifan enzim,
kerusakan oleh serangga dan parasite, pengaruh suhu, kadar air, oksigen dan
cahaya, semuanya itu dipengaruhi oleh waktu.
3.
2) Selama Pengawetan
Upaya yang dapat dilakukan untuk menghambat penurunan mutu selama
penanganan bahan pangan adalah:
a) Penggunaan suhu rendah dalam bentuk pendinginan dan pembekuan.
Pendinginan adalah penggunaan temperatur di bawah temperatur kamar
tetapi belum mencapai temperatur beku, biasanya berkisar pada 0 – 15°C.
Pembekuan adalah penggunaan temperatur di bawah temperatur beku,
biasanya berkisar pada 0°C hingga -60°C.
b) Iradiasi misalnya sinar gamma, untuk menghambat atau membunuh mikroba
sehingga dapat memperpanjang masa simpan produk pangan.
c) Penggunaan bakteri antagonis yang ditujukan untuk menghambat atau
membunuh bakteri pembusuk, sehingga masa simpan bahan pangan dapat
diperpanjang. Penggunaan Lactobacillus plantarum dan bakteri lainnya
sebagai bakteri antagonis telah terbukti dapat menghambat pertumbuhan
bakteri pembusuk sehingga dapat memperpanjang masa simpan bahan
pangan.
3) Selama Pengolahan
Upaya yang dapat dilakukan untuk menghambat proses penurunan mutu
selama pengolahan antara lain:
C. Latihan
D. Kunci Jawaban
E. Daftar Pustaka
1. Buckle KA, Edwards RA, Fleet GH, Wootton. 2013. Ilmu Pangan. UI Press
2. C. Hanny Wijaya. 2012. Bahan Tambahan Pangan Pengawet. IPB Press
3. Ratih Dewanti Haryadi. 2013. Hazard Analysis Critical Control Point
(HACCP). IPB Press
4. Sobari, E. 2017. Teknologi Pengolahan Pangan. Penerbit ANDI.
Yogyakarta.
5. Winiati P Rahayu. 2012. Mikrobiologi pangan. IPB Press
6. Dahrul S. 2012. Pengantar Teknologi Pangan. IPB Press.