Disusun oleh:
Era Yuliazzahra
Putri Septiani
Kelompok 6
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pangan pada hakikatnya merupakan kebutuhan dasar yang penting untuk
kehidupan manusia dan yang paling hakiki untuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya. Pada umumnya dalam mengolah pangan diberikan beberapa perlakuan dalam
berbagai cara antara lain dengan penambahan bahan tambahan dengan tujuan untuk
memperpanjang umur simpan, memperbaiki tekstur, kelezatan atau kenampakan.
Mengingat pentingnya keamanan pangan maka telah diwujudkan oleh pemerintah
dengan di keluarkannya Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan dan
Undang-undang Nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan serta Peraturan Pemerintah Nomor
28 tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan serta Permenkes RI No
722/Menkes/Per/IX/88 tentang Bahan Tambahan Makanan dalam Permenkes No 733
Tahun 1988.
Yang dimaksud dari BTP sendiri berdasarkan FAO-WHO adalah bahan-bahan
yang ditambahkan secara sengaja ke dalam makanan dalam jumlah tertentu dan berfungsi
untuk memperbaiki warna, bentuk, cita rasa, tekstur, dan memperpanjang masa simpan.
Pemakaian bahan tambahan pangan yang aman merupakan pertimbangan yang
penting. Jumlah bahan tambahan pangan yang diizinkan untuk digunakan dalam pangan
harus merupakan kebutuhan minimum dari pengaruh yang dikehendaki.
Dalam kehidupan sehari-hari, BTP sudah digunakan oleh masyarakat, termasuk
dalam pembuatan makanan jajanan. Kenyataannya masih banyak produsen makanan
yang menggunakan bahan tambahan yang berbahaya bagi kesehatan. Efek dari bahan
tambahan beracun tidak dapat langsung dirasakan, tetapi secara perlahan dan pasti
menyebabkan penyakit. Produsen makanan dianggap melanggar peraturan jika
menggunakan Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang dilarang penggunaannya dalam
pangan dan menggunakan BTP melebihi takaran maksimum yang diizinkan
penggunannya dalam pangan.
Secara khusus tujuan penggunaan BTP di dalam pangan adalah untuk
mengawetkan makanan dengan mencegah pertumbuhan mikroba perusak pangan
atau mencegah terjadinya reaksi kimia yang dapat menurunkan mutu pangan;
membentuk makanan menjadi lebih baik, renyah dan lebih enak di mulut;
memberikan warna dan aroma yang lebih menarik sehingga menambah selera;
meningkatkan kualitas pangan; menghemat biaya.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah:
a. Mengetahui pengertian dan fungsi BTP
b. Mengetahui tujuan penambahan BTP
c. Mengetahui jenis dan cara penambahan BTP
d. Mengetahui dosis pemakaian yang diizinkan Kemenkes, WHO, dll
e. Mengetahui resiko penggunaan BTP
BAB II LANDASAN TEORI
Berdasarkan Fungsi
1. Pewarna
Pewarna adalah bahan yang dapat memberikan atau memperbaiki warna pada
makanan. Dengan menggunakan pewarna, makanan bisa tampak lebih menarik
dan menjadi lebih bervariasi.
Penambahan bahan pewarna pada makanan dilakukan untuk memberi kesan
menarik bagi konsumen, menyeragamkan warna makanan, menstabilkan warna,
menutupi perubahan warna selama proses pengolahan, dan mengatasi perubahan warna
selama penyimpanan. Pemerintah telah mengatur penggunaan pewarna ini, namun masih
banyak produsen pangan yang menggunakan bahan-bahan pewarna yang berbahaya bagi
kesehatan, misalnya pewarna untuk tekstil atau cat yang umumnya mempunyai warna
lebih cerah, lebih stabil selama penyimpanan, dan harga lebih murah. Alternatif lain
untuk menggantikan penggunaan pewarna sintetis adalah dengan menggunakan pewarna
alami seperti ekstrak daun pandan atau daun suji, kunyit, dan ekstrak buah-buahan yang
lebih aman. Beberapa pewarna alami yang diizinkan digunakan dalam makanan
diantaranya adalah : Karamel, Beta-karoten, Klorofil, dan Kurkumin.
Secara garis besar berdasarkan sumbernya dikenal dua jenis zat pewarna, yaitu
pewarna alami dan pewarna sintesis. Beberapa pewarna alami yang ikut menyumbangkan
nilai nutrisi ( karotenoid, riboflavin dan kobalamin) merupakan bumbu (unir dan pabrika)
atau pemberi rasa (karamel). Beberapa bahan pewarna alami yang berasal dari tanaman
dan hewan diantaranya adalah klorofil, mioglobin dan hemoglobin, antosianin, flavonoid,
thanin, betalain, quinon dan santon serta karotenoid.
Zat pewarna yang diizinkan penggunaannya dalam bahan pangan disebut sebagai
Permittet Colour atau Certified Colour. Proses sertifikasi meliputi pengujian kimia,
biokimia, toxikologi dan analisis media terhadap zat warna tersebut. Pemakaian bahan
sintetis dalam pangan walaupun mempunyai dampak positif bagi konsumen dan produsen
diantranya dapat membuat suatu pangan lebih menarik, meratakan warna pangan dan
mengemabalikan warna dari bahan dasar yang hilang atau berubah selama pengolahan
juga mempunyai dampak negatif bila:
Pemanis sintesis adalah bahan tambahan yang dapat menyebabkan rasa manis
terhadap bahan pangan tetapi tidak memiliki nilai gizi. Contohnya :
Sakarin Aspartam
Dulsin Sorbitol sintesis
Siklamat Nitro-propoksi anilin
Siklamat memiliki nama dagang yang dikenal sebagai Assugrin, Sucaryl, dan Sugar Twin
dan Weight Watchers. Siklamat lebih banyak digunakan oleh produsen tingkat industri besar,
disebabkan sifatnya yang tidak menimbulkan ‘after taste’ pahit serta sifatnya yang mudah
larut dan tahan panas, sehingga banyak digunakan terutama dalam produk-produk minuman
ringan.
Batas maksimum penggunaan siklamat menurut ADI (acceptable daily intkae) yang
dikeluarkan oleh FAO ialah 500 - 3000 ppm. Level yang aman untuk penggunaan pemanis
buatan hanya 45 persen nilai ADI. Siklamat pada manusia mempunyai nilai ADI maksimun
11 mg/kg berat badan (BB). Jadi kalau pada anak ditemukan siklamat 240 persen ADI,
berarti kandungan pemanis buatan itu sudah mencapai 240 persen/0,45 = 533,3 persen. Jika
dikonversikan, berarti kandungan siklamat sebesar 5,333 x 11 mg/kg = 58,63 mg/kg BB
Siklamat merupakan pemanis non-nutritif lainnya yang tidak kalah populer. Tingkat
kemanisan siklamat adalah 30 kali lebih manis daripada gula dan siklamat tidak memberikan
after-taste seperti halnya sakarin. Meskipun demikian, rasa manis yang dihasilkan oleh
siklamat tidak terlalu baik (smooth) jika dibandingkan dengan sakarin. Siklamat diperjual
belikan dalam bentuk garam Na atau Ca-nya. Siklamat dilarang penggunaannya di Amerika
serikat, Kanada, dan Inggris sejak tahun 1970-an karena produk degradasinya (sikloheksil
amina) bersifat karsinogenik. Meskipun demikian, penelitian yang mendasari pelarangan
penggunaan siklamat banyak mendapat kritik karena silamat digunakan pada tingkat yang
sangat tinggi dan tidak mungkin terjadi dalam praktek sehari-hari. Oleh karena itu,
FAO/WHO masih memasukkan siklamat sebagai BTM yang diperbolehkan.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) masih mengizinkan penggunaan pemanis
tambahan (siklamat), pada sejumlah makanan dan minuman tertentu yang diproduksi di
Indonesia dengan dosis yang dibatasi sesuai ketentuan.
“Siklamat termasuk boleh digunakan. Penggunaannya terus dipantau dikaji,” kata Irawati.
Hal itu dikemukakannya menanggapi adanya surat edaran yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan mengenai adanya sejumlah minuman tertentu yang mengandung
siklamat yang memicu penyakit lupus yang merusak antibodi. Irawati mengakui, kendati
boleh digunakan, BPOM membatasi penggunaan siklamat pada produk makanan dan
minuman tertentu, antara lain, siklamat tidak boleh digunakan untuk makanan bayi, balita,
serta ibu hamil dan menyusui.
“Siklamat tidak boleh digunakan sembarangan pada produk-produk pangan. Hanya produk
makanan dan minuman tertentu yang masuk sub kategori tertentu saja yang bisa
menggunakannya,” ujar Irawati.
Dikatakan juga, siklamat termasuk zat pemanis tambahan yang terdaftar pada CODEX
Alimentarius atau badan dunia untuk keamanan produk makanan dan minuman dibawah
WHO dan FAO.
Menangggapi pertanyaan, bahwa sejumlah negara seperti Amerika Serikat dan Jepang sudah
tidak menggunakan siklamat, Irawati membenarkan kedua negara tersebut tidak
menggunakan siklamat, namun menggunakan pemanis tambahan stevia, yang di Indonesia
tidak diizinkan.
“Malaysia termasuk negara yang mengijinkan penggunaan stevia glukosaid, tapi kita tidak
karena belum ada kajian yang bisa membuktikan dampaknya,” ujarnya.
Oleh karena itu, lanjut dia, Indonesia juga melarang produk makanan dan minuman yang
mengandung stevia masuk ke Indonesia, karena termasuk zat tambahan yang belum
diizinkan.
Sementara itu Ketua Umum Pusat Informasi Produk Makanan dan Minuman(PIPIMM)
Suroso Natakusuma mengatakan pihaknya akan membuat surat edaran mengenai
ketidakbenaran informasi mengenai 42 daftar minuman yang mengandung siklamat yang
dinyatakan berbahaya karena memicu penyakit lupus.
“Kami akan buat edarannya di toko-toko, karena akibat daftar 42 minuman yang berbahaya
itu, banyak toko-toko menahan peredaran produk yang masuk daftar, sehingga merugikan
industri pangan olahan di dalam negeri,” katanya. (kpl/rit).
Dosen Departemen Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga, Institut Pertanian Bogor,
Eddy Setyo Mudjajanto, yang mendalami soal pemanis buatan mengatakan, di Amerika dan
Jepang penggunaan siklamat sudah dilarang. Demikian juga dengan sebagian besar negara-
negara di Eropa.
Sedangkan untuk sakarin, meski tidak dilarang di Amerika dan Jepang, tetapi penggunaannya
mulai banyak berkurang karena keamanannya dianggap meragukan. Pada hewan percobaan,
sakarin dianggap bisa menimbulkan kanker kandung kemih.
Sementara menurut Marius, penggunaan siklamat juga sudah dilarang di ASEAN, kecuali
Indonesia yang masih membolehkan siklamat. Jumlah jenis pemanis buatan yang digunakan
di masing-masing negara ASEAN berkisar dua-lima jenis. Sedangkan di Indonesia ada 13
jenis pemanis buatan yang diizinkan penggunaannya dalam produk-produk pangan.
Ketigabelas jenis pemanis buatan itu adalah aspartam, acesulfam-K, alitam, neotam,
siklamat, sakarin, sukralosa, dan isomalt serta lima lagi yang termasuk ke dalam
kelompok poliol, yaitu xilitol, maltitol, manitol, sorbitol, dan laktitol.
3. Antioksidan
Antioksidan adalah bahan tambahan makanan yang dapat mencegah atau
menghambat oksidasi. Antioksidan adalah bahan tambahan yang digunakan untuk
melindungi komponen komponen makanan yang bersifat tidak jenuh (mempunyai
ikatan rangkap), terutama lemak dan minyak. Meskipun demikian antioksidan dapat
pula digunakan untuk melindungi komponen lain seperti vitamin dan pigmen, yang
juga banyak mengandung ikatan rangkap di dalam strukturnya. Adanya ion logam,
terutama besi dan tembaga, dapat mendorong terjadinya oksidasi lemak. Ion-ion
logam ini seringkali diinaktivasi dengan penambahan senyawa pengkelat, dan dapat
juga disebut bersifat sinergistik dengan antioksidan karena menaikkan efektivitas
antioksidan utamanya. Untuk dapat digunakan sebagai antioksidan, suatu senyawa
harus mempunyai sifat-sifat : tidak toksik, efektif pada konsentrasi rendah (0,01-
0,02%), dapat terkonsentrasi pada permukaan/lapisan lemak (bersifat lipofilik) dan
harus dapat tahap pada kondisi pengolahan pangan umumnya.
Berdasarkan sumbernya antioksidan dapat digolongkan ke dalam dua jenis.
Pertama, antioksidan yang bersifat alami, seperti komponen fenolik/flavonoid,
vitamin E, vitamin C dan beta-karoten. Kedua, antioksidan sintetis seperti BHA
(Butylated Hydroxyanisole), BHT (Butylated Hydroxytoluene), PG (Propil Galat),
dan TBHQ (di-t-Butyl Hydroquinone). BHA merupakan campuran dua isomer, yaitu
2- dan 3-tertbutilhidroksianisol. Di antara kedua isomer tersebut, isomer 3-tert
memiliki aktivitas antioksidan yang lebih efektif dibandingkan isomer 2-tert. Bentuk
fisik BHA adalah padatan putih menyerupai lilin, bersifat larut dalam lemak dan tidak
larut dalam air. BHT (Butylated Hydroxytoluene). Sifat-sifat BHT sangat mirip
dengan BHA dan bersinergis dengan BHA. Propil Galat. Propil galat merupakan ester
propanol dari asam trihidroksi benzoat.
TBHQ (Tertiary Butylhydroquinone). TBHQ merupakan antioksidan yang
paling efektif dalam minyak makan dibandingkan BHA, BHT, PG dan tokoferol.
Jenis-jenis Antioksidan yang diizinkan digunakan dalam pangan terdiri dari:
Ascorbic Acid (Asam askorbat dan garamnya (natrium askorbat, kalsium
askorbat, dan kalium askorbat)
Ascorbil palmitate (Askorbil palmiat)
Ascorbil stearate (Askorbil stearat)
Erythrobic Acid ((Asam eritrobat dan garamnya (natrium eritrobat)
Tertiary butyl hydroquinone (TBHQ) (Butil Hidrokinon Tersier)
Butylated hydroxyanisole (BHA) (Butil Hidroksianisol)
Butylated hydroxy Toluene (BHT) (Butil Hidroksitoluen)
Propyl gallate (Propil galat)
Tocopherol (tokoferolcampuran pekat, alfa tokoferol dan gama tokoferol)
Dilauryl Thiodipropionate (Dilauril Tiodipropionat)
Stannous Chloride (Timah II Klorida)
4. Anti Kempal
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 722/MENKES/PER/ IX/88,
anti kempal dapat mencegah pengempalan makanan yang berupa serbuk. Contoh:
aluminium silikat (susu bubuk), dan kalsium aluminium silikat (garam meja). Fungsi
Anti Kempal adalah senyawa anhidrat yang dapat mengikat air tanpa menjadi basah
dan biasanya ditambahkan ke dalam bahan pangan yang bersifat bubuk atau partikulat
seperti garam meja, campuran kering (dry mixes), dan lain-lain. Penambahan
senyawa anti kempal bertujuan untuk mencegah terjadinya penggumpalan dan
menjaga agar bahan tersebut tetap dapat dituang (free flowing).
Mekanisme Kerja:
Senyawa anti kempal biasanya merupakan garam-garam anhidrat yang bersifat
cepat terhidrasi dengan mengikat air, atau senyawa-senyawa yang dapat mengikat air
melalui pengikatan di permukaan (surface adhesion) tanpa menjadi basah dan
menggumpal. Senyawa senyawa tersebut biasanya adalah senyawa yang secara alami
berbentuk hampir kristal (near crystalline). Senyawa anti kempal dapat digolongkan
menjadi:
Garam (aluminium, amonium, kalsium, potassium, dan sodium).
Kalsium posfat.
Magnesium oksida.
Garam (magnesium, kaslium, dan campuran kalsium aluminium) dari
asam silikat.
5. Pengatur Keasaman
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/ Per/IX/1988
tentang Bahan Tambahan Makanan, Pengatur keasaman adalah bahan tambahan
makanan yang dapat mengasamkan, menetralkan dan mempertahankan derajat
keasaman makanan. Zat aditif ini dapat mengasamkan, menetralkan, dan
mempertahankan derajat keasaman makanan. Contoh: asam asetat, aluminium
amonium sulfat, amonium bikarbonat, asam klorida, asam laktat, asam sitrat,
asam tentrat, dan natrium bikarbonat. Fungsi Asam, baik organik maupun
anorganik, secara alami terdapat di dalam bahan pangan. Keberadaannya
beragam, dari sebagai metabolit antara hingga sebagai komponen pendapar
(buffering agent).
Asam seringkali ditambahkan ke dalam bahan pangan dan proses
pengolahan pangan. Fungsinya yang paling penting adalah sebagai senyawa
pendapar. Asam dan garamnya sering pula ditambahkan sebagai campuran
pembentuk adonan (leavening system), sebagai antimikroba dan senyawa
pengkelat. Asam berperan sangat penting dalam pembentukan gel pektin, dapat
bertindak sebagai penghilang busa (defoaming agent) dan membantu proses
denaturasi protein dalam pembuatan yogurt, keju, dan produk-produk fermentasi
susu lainnya.
Dalam proses pengolahan buah dan sayuran, asam sering ditambahkan
untuk menurunkan pH dan mengurangi kebutuhan panas selama proses sterilisasi.
Fungsi lain dari asam yang tak kalah pentingnya, tentu saja adalah kontribusinya
terhadap rasa dan aroma bahan pangan. Asam juga mempunyai kemampuan untuk
mengubah dan meningkatkan intensitas rasa dari komponen citarasa lainnya.
Asam lemak rantai pendek berkontribusi terhadap aroma berbagai makanan.
Bahan-bahan yang tergolong pengatur keasaman di antaranya:
a. Alumunium Amonium Sulfat m. Asam Malat
b. Aluminium Natrium Sulfat n. Asam Sitrat
c. Alumunium kalium Sulfat o. Asam Tartrat
d. Amonium Bikarbonat p. Diamonium Fosfat
e. Amonium Hidroksida q. Dikalsium Fosfat
f. Amonium Karbonat r. Dinatrium Fosfat
g. Asam Adipat s. kalium Bikarbonat
h. Asam Asetat Glasial
i. Asam Fosfat
j. Asam Fumarat
k. Asam Klorida
l. Asam Laktat
6. Perlakuan Tepung
Pemutih dan pematang tepung adalah bahan tambahan makanan yang
dapat mempercepat proses pemutihan dan atau pematang tepung sehingga dapat
memperbaiki mutu pemanggangan.Bahan sekuestran seperti asam Etilen Diamin
Tetra Asetat (EDTA), bisa menimbulkan gangguan pada absorpsi mineral-mineral
esensial seperti tembaga, besi, dan seng. Bahan tambahan makanan yang
digunakan untuk memperbaiki tekstur, yaitu karboksimetil selulosa,
epikklorohidrin, natrium dan kalsium karagenan, polieksietilen stearat, saponin,
dan natrium alginat. Penggunaan karboksimetil selulosa dapat menyebabkan
gangguan pada usus, dan bersifat karsinogenik. Saponin mengakibatkan efek pada
masa kehamilan, dan gangguan darah. Karagen bisa memicu luka pada hati, efek
pada sistem imun, karsinogenik, dan menyebabkan bisul pada perut. Penggunaan
Epikklorohidrin secara berlebihan dapat menyebabkan kerusakan ginjal,
karsinogenik, dan bahkan efek perubahan pada kromosom. Polieksietilen stearat
dapat menyebabkan efek pada usus lambung dan urin, seperti batu pada tumor,
dan kandung kemih. Sedangkan penggunaan natrium alginat dapat menyebabkan
reaksi alergi dan penyerapan pada mineral esensial.
Bahan-bahan yang termasuk bahan pemutih dan pematang tepung di
antaranya:
Asam Askorbat
Aseton Peroksida
Azodikarbon Amida
Kalsium stearoil
Natrium Stearil Fumarat
Natrium Stearoil
L-Sisteina (Hidroklorida)
Beberapa bahan tambahan makanan seperti pembentuk cita rasa seperti
koumarin, safrol, minyak kalamus, dan sinamil antranilat, semuanya dilarang.
Masing-masing mempunyai daya pengoksidasi yang tinggi, sehingga tidak bisa
digunakan sebagai BTM mamin berlemak, karena akan memicu ketengikan.
Bahan pemutih dan pematang yang diizinkan adalah asam askorbat.
8. Pengawet
Pengawet adalah bahan tambahan pangan yang dapat mencegah atau
menghambat fermentasi, pengasaman atau penguraian dan perusakan lainnya
terhadap pangan yang disebabkan oleh mikroorganisme.
Proses pengawetan adalah upaya menghambat kerusakan pangan dari
kerusakan yang disebabkan oleh mikroba pembusuk yang mungkin memproduksi
racun atau toksin. Tujuan pengawetan yaitu menghambat atau mencegah
terjadinya kerusakan, mempertahankan mutu, menghindarkan terjadinya
keracunan dan mempermudah penanganan dan penyimpanan. Daya keawetan
pangan berbeda untuk setiap jenisnya. contohnya telur yang diawetkan dapat
bertahan 1-2 bulan; daging yang dibekukan dapat awet 6-9 bulan; ikan asin sekitar
enam bulan; apel segar yang disimpan dengan kontrol atmosfer (dalam ruang
pendingin atau refrigerator/chiller pada temperatur 6-10 °C) dapat awet sekitar 3
bulan.
Secara umum metoda pengawetan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :
Penambahan BTP Pengawet
Pemanasan dengan suhu tinggi (Pemanasan)
Kondisi lingkungan yang beriklim tropis dan kelembaban udara yang
tinggi memungkinkan untuk tumbuhnya mikroba perusak makanan. Sesuai
dengan peraturan menteri kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/1988 terdapat 26
jenis pengawet yang diijinkan untuk ditambahkan ke dalam makanan dan
minuman.
Jenis pengawet yang diizinkan digunakan dalam pangan terdiri dari asam
asetat, kalsium asetat, natrium asetat, asam benzoat dan garamnya (kalium
benzoat, kalsium benzoat, dan natrium benzoat), asam propionat dan garamnya
(kalium propionat, kalsium propionat, dan natrium propionat), asam sorbat dan
garamnya (kalium sorbat, kalsium sorbat, dan natrium sorbat), belerang dioksida
dan garam sulfit (kalium bisulfit, kalium metabisulfit, kalium sulfit, kalsium
bisulfit, natrium bisulfit, natrium metabisulfit, dan natrium sulfit), p-
hidroksibenzoat (etil p-hidroksibenzoat, metil p-hidroksibenzoat, dan propil p-
hidroksibenzoat), lisozim hidroklorida, nitrat (kalium nitrat dan natrium nitrat),
dan nitrit (kalium nitrit dan natrium nitrit). Penggunaan pengawet diatas diizinkan
ditambahkan dengan jumlah tidak melebihi batas maksimum dan sesuai dengan
kategori pangan.
9. Penguat Rasa
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/1988 tentang
Bahan Tambahan Makanan, Penyedap rasa dan aroma, Penguat rasa adalah bahan
tambahan makanan yang dapat memberikan, menambahkan atau mempertegas rasa dan
aroma. Dalam peraturan menteri Kesehatan No 722/Menkes/RI/Per/IX/88 penggunaan
MSG dibatasi secukupnya, artinya tidak boleh berlebih.
Jenis penyedap rasa dan aroma
Penyedap rasa dan aroma (flavor) terdiri dari 75 jenis. Ini dapat dilihat di PERMENKES
No.722/Menkes/Per/IX/88. Contoh: Alil Isotiosianat, Alil Kaproat, Alil Sikloheksil, dan
lain-lain.
Penguat Rasa (flavor Enhancer) Contoh: Guanilat (garam kalium dan garam
natrium), Lglutamat (serta garam kalsium, garium kalium dan garam natrium),
Inosinat (garam kalium dan garam natrium), kalium dan natrium Ribonucleotida
Penyedap Rasa
Stimulan seperti kafein, pengawet makanan seperti natrium benzoat, dibatasi
penggunaannya. Pemakaian kafein yang berlebihan akan merangsang system saraf
pada anak-anak menyebabkan hiperaktif dan memicu kanker pancreas. Sementara itu,
didalam peraturan makanan dunia dan Indonesia, Monosodium Glutamate (MSG)
tidak ditetapkan batas konsumsi hariannya (Acceptable Daily Intake Not Specified),
karena aman untuk dikonsumsi bersama makanan sehari.
Glutamate adalah asam amino (amino acid) yang secara alami terdapat pada
semua bahan makanan yang mengandung protein. Misalnya, keju, susu, daging, ikan
dan sayuran. Glutamate juga diproduksi oleh tubuh manusia dan sangat diperlukan
untuk metabolisme tubuh dan fungsi otak.
Monosodium Glutamate adalah zat penambah rasa pada makanan yang dibuat dari
hasil fermentasi zat tepung dan tetes dari gula beet atau gula tebu. Ketika MSG
ditambahkan pada makanan, dia memberikan fungsi yang sama seperti Glutamate
yaitu memberikan rasa sedap pada makanan. MSG sendiri terdiri dari air, sodium dan
Glutamate. Kandungan sodium pada MSG tidak tinggi, hanya satu sampai tiga persen
sodium. Sedangkan sodium pada garam dapur jumlahnya lebih banyak. Perbandingan
jumlah sodium pada MSG dan garam dapur adalah (13% : 40%)
Berdasarkan suatu penelitian dengan menyuntikan MSG dosis tinggi ke mencit,
MSG juga diisukan merusak otak. Isu-isu negative ini mendorong banyak penelitian
dilakukan terhadap MSG oleh ilmuwan Internasional. Hasil penelitian mereka
menyebabkan Komite Ahli Gabungan BTP FAO/WHO menyimpulkan penggunaan
MSG adalah aman dan batas konsumsi hariannya tidak perlu ditetapkan. Sementara
itu penelitian-penelitian tersebut juga mendorong US FDA untuk mempertahankan
status MSG sebagai BTP yang umumnya diakui aman (Generally Recognized as
Safe) yang ditetapkan sejak tahun 1958.
10. Pengeras
Pengeras adalah bahan tambahan makanan yang dapat memperkeras atau
mencegah melunaknya makanan. BTP pengeras atau firming agent dapat
diaplikasikan pada proses pembuatan acar ketimun, sayuran, buah dalam kaleng,
daging dan ikan dalam kaleng serta jem dan jeli sehingga diharapkan tekstur makanan
tersebut masih tetap terjaga lebih renyah (crispy) dan tidak menjadi lunak selama
proses.
Mekanisme Kerja
Banyak penelitian tentang bagaimana mempertahankan tekstur buah-buahan dan
sayuran berkaitan erat dengan tinggi dan rendahnya kandungan kalsium didalam sel-
sel jaringannya. Semakin rendah kandungan kalsiumnya, buah dan sayuran akan lebih
cepat lunak dan layu. Penambahan kalsium banyak diaplikasikan pada buah dan
sayuran sebelum dan sesudah panen untuk menunda proses pematangan. Disamping
itu, proses pengerasan dan ketahanan terhadap proses pelayuan dihasilkan dari
kestabilan sistem membran dan pembetukan kalsium pektat (Ca-Pectates) yang akan
menambah pengerasan pada dinding sel dan penguatan pada kulit buah dan sayuran.
Salah satu bahan pengeras yang diijinkan yaitu kalsium klorida dapat ditambahkan
dengan kombinasi proses pemanasan untuk buah dan sayuran dalam kaleng. Pada
proses panas, molekul COO- akan terbentuk dari pektin yang terkandung pada buah
dan sayuran selanjutnya dengan Ca2+ akan membentuk lapisan garam saling
bersilangan. Lapisan garam ini menyebabkan dinding sel buah akan terlindungi dari
enzim-enzim yang menyebabkan proses pelayuan dan matang. Bahan-bahan
tambahan makanan diijinkan sebagai bahan pengeras diantaranya :
1. Aluminium Amonium Sulfat
2. Aluminium Kalium Sulfat
3. Aluminium Natrium Sulfat
4. Aluminium Sulfat (Anhidrat)
5. Kalsium Glukonat
6. Kalsium Karbonat
7. Kalsium Klorida
8. Kalsium Laktat
9. Kalsium Sitrat
10. Kalsium Sulfat
11. Monokalsium Fosfat
Selain dijinkan oleh peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes), bahan
pengeras diatas juga telah dievaluasi masalah keamanannya oleh CODEX –
JECFA FAO/WHO. Kalsium Sulfat dalam US FDA juga dinyatakan sebagai
aman atau Generally Recognize as Safe (GRAS).
11. Sekuestran
Sekuestran adalah bahan tambahan makanan yang dapat mengikat ion logam
yang ada dalam makanan.
Mekanisme Kerja
Logam terdapat dalam bahan alami dalam bentuk senyawa kompleks misalnya
Mg dalam klorofil, Fe sebagai feritin, rufin, porfirin, serta hemoglobin; Co sebagai
vitamin B12; Cu, Zn dan Mn dalam berbagai enzim. Ion-ion logam ini dapat terlepas
dari ikatan kompleknya karena proses hidrolisis maupun terdegradasi. Ion logam
yang bebas mudah bereaksi dan mengakibatkan perubahan warna, ketengikan,
kekeruhan dan perubahan rasa. Sekuestran akan mengikat ion logam sehingga
menjaga kestabilan bahan.
Sekuestran yang paling sering digunakan dalam bahan makanan adalah asam
sitrat dan turunannya, fosfat dan garamnya serta etilendiaminatetraasetat (EDTA).
Penambahan sekuestran pada sayuran dapat melepaskan ion kalsium dari pektin
dinding sel sehingga menyebabkan sayuran menjadi lunak. Bahan-bahan tambahan
makanan diijinkan sebagai bahan sekuestran oleh peraturan menteri kesehatan
PERMENKES no. 722/Men.Kes/IX/88 diantaranya:
Asam fosfat
Asam sitrat
Dikalium hidrogen
fosfat
Dinatrium difosfat
Dinatrium edetat
(EDTA)
Dinatrium fosfat
Isopropil sitrat
Kalium pirofosfat
Kalium polifosfat
Kalium polifosfat
Kalium tripolifosfat
Kalsium dinatrium
edetat (EDTA)
Kalsium sitrat
Monogliserida sitrat
Monokalium fosfat
Mononatrium fosfat
Natrium pirofosfat
Natrium fosfat
Natrium sitrat
Natrium tripolifosfat
Oksistearin
Stearil sitrat
Trikalsium fosfat
Trinatrium fosfat
12. Enzim dan Penambah Gizi.
Enzim yaitu BTP yang berasal dari hewan, tanaman atau mikroba, yang
dapat menguraikan komponen pangan tertentu secara enzimatis, sehingga
membuat makanan menjadi lebih empuk, lebih larut dll. Penambahan gizi yaitu
penambahan berupa asam amino, mineral dan vitamin, baik tunggal maupun
campuran yang dapat meningkatkan nilai gizi makanan. Humektan yaitu BTP
yang dapat menyerap uap air sehingga mempertahankan kadar air bahan pangan.
13. Anti Buih
Bahan tambahan pangan untuk mengurangi atau mencegah pembentukan buih.
Yang termasuk anti buih yaitu kalsium alginat dan mono dan digliserida asam
lemak.
Dalam industri pangan : kontrol atas busa yang timbul dari proses produksi.
Aplikasi dari Antifoam adalah pada : bubur kayu, kertas, cat, industri pengolahan
air limbah, pengeboran minyak, Pertanian/perkebunan, Pengolahan Kimia
17. Humektan
Menyerap lembab air sehingga mempertahankan kadar air dalam makanan.
Contohnya yaitu Natrium laktat, Natrium malat gliserol, dan Triasetin. Biasa
digunakan sebagai humektan pada keju, es krim, dll. Sedangkan Triasetin
digunakan sebagai humektan pada adonan kue.
18. Pelapis
Untuk melapisi permukaan pangan sehingga memberikan efek perlindungan
dan tampak mengkilat. Yang biasa dipakai sebagai pelapis yaitu Beeswax.
19. Pembawa
BTP untuk memfasilitasi penanganan, aplikasi atau penggunaan bahan
tambahan pangan lain atau zat gizi di dalam pangan dengan cara melarutkan,
mengencerkan, mendispersikan atau memodifikasi secara fisik bahan tambahan
panganlain atau zat gizi tanpa mengubah fungsinya dan tidak mempunyai efek
teknologi pada pangan. Yang tergolong dalam pembawa (carrier) adalah Sukrosa
asetat isobutirat, trietilsitrat, dan propilen glikol
21. Pembuih
BTP untuk membentuk atau memelihara homogenitas dispersi fase gas dalam
pangan berbentuk cair atau padat. Contoh : Putih telur, Gelatin, dan Protein susu.
22. Pengembang
BTP berupa senyawa tunggal atau campuran untuk melepaskan gas sehingga
meningkatkan volume adonan. Pengembang yang biasa digunakan adalah Soda
kue, Natrium karbonat, Natrium hidrogen karbonat, kalium hidrogen karbonat,
amonium karbonat, dekstrin, dan pati asetat.
24. Penstabil
BTP untuk menstabilkan sistem dispersi yang homogen pada pangan, tanpa
menimbulkan warna baru. Yang termasuk ke dalam golongan penstabil adalah
Kalsium karbonat, kalsium asetat, asam fumarat, lesitin, dan natrium laktat.
26. Perisa
BTP berupa preparat konsentrat dengan atau tanpa ajudan perisa (flavoring
adjuct) yang digunakan untuk memberi flavor asin, manis, dan asam. Perisa
dikelompokkan menjadi beberapa yaitu :
Bahan baku aromatic alami (natural aromatic raw material). Contoh:
bubuk bawang, bubuk cabe, irisan daun jeruk, potongan daun salam, irisan
jahe.
Perisa asap (smoke flavouring): perisa yang diperoleh dari kayu keras
termasuk serbuk gergaji, tempurung dan tanaman berkayu yang tidak
mengalami perlakuan dan tidak terkontaminasi melalui proses pembakaran
yang terkontrol atau distilasi kering.
Perisa hasil proses panas (process flavouring): perisa dari bahan atau
campuran bahan yang diizinkan digunakan dalam pangan, atau yang secara
lami terdapat dalam pangan atau diijinkan digunakan dalam pembuatan
perisa hasil proses panas, pada kondisi yang setara dengan suhu dan waktu
tidak lebih dari 180º C dan 15 menit serta pH tidak lebih dari 8,0.
Preparat perisa (flavouring preparation). Contoh: orange oil, tea extract,
paprika oleoresin, cheese powder, yeast extract.
27. Propelan
BTP berupa gas untuk mendorong pangan keluar dari kemasan. Yang
termasuk ke dalam golongan propelan adalah Nitrogen, dinitrogen monoksida,
dan propana.
2. Formalin (formaldehid)
Formalin merupakan zat pengawet terlarang yang paling banyak
disalahgunakan untuk produk pangan. Zat ini termasuk bahan beracun dan berbahaya
bagi kesehatan manusia. Jika kandungannya dalam tubuh tinggi, akan bereaksi secara
kimia dengan hampir semua zat yang terdapat dalam sel sehingga menekan fungsi sel
dan menyebabkan kematian sel yang menyebabkan keracunan pada tubuh. Formalin
adalah larutan 37 persen formaldehida dalam air, yang biasanya mengandung 10
sampai 15 persen metanol untuk mencegah polimerasi. Formalin dapat dipakai
sebagai bahan anti septik, disenfektan, dan bahan pengawet dalam biologi. Zat ini
juga merupakan anggota paling sederhana dan kelompok aldehid dengan rumus kimia
HCHO.
3. Minyak nabati yang dibrominasi (brominanted vegetable oils)
Minyak nabati yang dibrominasi dapat menstabilkan peneyedap rasa dan
aroma dalam minuman ringan. Efek negatif : Menimbulkan reaksi alergi,
Metabolisme ion Br yang perlahan menimbulkan akumulasi pada sel adiphose tulang
dan lemak.
4. Kloramfenikol (chloramfenicol)
Penggunaan kloramfenikol sebagai bahan tambahan pangan digunakan
sebagai anti mikrobial, terutama ditambahkan pada air susu untuk tujuan mematikan
mikroba pengurai pada susu.
Efek terhadap kesehatan dari kloramfenikol yang diberikan sebanyak 50
mg/kg berat badan pada neonatus, terutama yang prematur dapat mengalami pray
sickness. Kelainan ini berdasarkan atas belum sempurnanya kemampuan hati
neonatus untuk mengadakan konjugasi kloramfenikol dengan asam glukoramat.
Kloramfenikol yang tidak mengalami konjugasi masih bersifat toksik.
5. Kalium Klorat
Kalium klorat (KClO3) salah satu fungsinya sebagai pemutih, sehingga sering
dimasukkan dalam obat kumur pemutih dan pasta gigi. Sejak tahun 1988, Pemerintah
Indonesia sudah melarang penggunaan kalium klorat sebagai bahan tambahan
makanan karena senyawa ini dapat merusak tubuh bahkan kematian.Jika terpapar
dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan methemoglobinemia (kelainan dalam
darah), kerusakan hati dan ginjal, iritasi pada kulit, mata, dan saluran pernapasan. Bila
dimakan bersamaan dengan produk pangan, kalium klorat dapat menyebabkan iritasi
pada saluran pencernaan, gejalanya mual, muntah dan diare.
6. Dietilpirokarbonat
Dietilpirokarbonat (DEP) termasuk di dalam bahan kimia karsinogenik
mengandung unsur kimia C6H10O5 adalah bahan kimia sintetis yg tdk ditemukan
dlm produk-produk alami dan digunakan sebagai pencegah peragian pada minuman
yang mengandung alkohol maupun minuman yang tidak beralkohol.DEP sering
digunakan untuk susu dan produk susu, bir, jus jeruk dan minuman buah-buahan lain
sehingga minuman ini dapat bertahan lama. DEP apabila masuk ke dalam tubuh dan
terakumulasi dalam jangka panjang, dapat memicu timbulnya kanker.
7. Nitrofuranzon
Nitrofuranzon merupakan bahan sintetik yang bersifat bakteri ida pada hewan.
Nitrofuranzon digunakan dalam pakan ternak, pada pangan digunakan sebagai
senyawa antimikroba. Efek farmakologi nitrofuranzon dari hasil penelitian terhadap
tikus dapat mengakibatkan skin lession pada kulit, infeksi pada kandung kemih
membunuh flora usus.
8. Asam salisilat dan garamnya
Asam salisilat sering disebut aspirin. Pada aspirin ini adalah analgetik dan
anti-inflamasi. Penelitian telah menunjukkan bahwa aspirin dapat mengurangi jumlah
asam folat dalam darah, meskipun kepastian perubahan belum terbukti.
Asam salisilat (ortho-Hydroxybenzoik acid) dapat mencegah terjadinya
penjamuran pada buah dan telah digunakan dalam pabrik cuka. Namun, penggunaan
asam salisilat sebagai pengawet makanan seperti yang diatur Pemerintah Amerika
pada tahun 1904 disalahgunakan untuk pengawet makanan pada produsen-produsen
makanan yang nakal.
Asam salisilat dilarang digunakan sebagai bahan pengawet makanan di
Indonesia. Pasalnya, asam salisilat memiliki iritasi kuat ketika terhirup atau
tertelan.Bahkan ketika ditambah air, asam salisilat tetap memberikan gangguan
kesehatan pada tubuh karena dapat menyebabkan nyeri, mual, dan muntah jika
tertelan.
Pada sebuah sebuah survei terhadap sup sayuran, disebutkan bahwa sup
sayuran nonorganik mengandung asam salisilat hampir enam kali lipat ketimbang sup
sayuran organik. Kandungan asam salisilat dalam tanaman secara alami berguna
untuk tanaman bertahan dari serangan penyakit. Namun bila kandungan asam salisilat
melebihi dan berlebihan masuk ke dalam tubuh, maka gangguan kesehatan dapat
terjadi, misalnya terjadi pengerasan dinding pembuluh darah dan kanker saluran
pencernaan.
Karamel, yaitu pewarna alami berwarna coklat yang dapat digunakan untuk mewarnai
jem/jeli (200 mg/kg), acar ketimun dalam botol (300 mg/kg) dan yogurt beraroma
(150 mg/kg)
Beta-karoten, yaitu pewarna alami berwarna merah orange yang dapat digunakan
untuk mewarnai es krim (100 mg/kg), keju (600 mg/kg)
Kurkumin, yaitu pewarna alami yang berwarna kuning-orange yang dapat digunakan
untuk mewarnai es krim dan sejenisnya (50 mg/kg)
http://pujilastari.blogspot.co.id
diakses Kamis, 16 Februari 2017, pukul 14.33 WIB.
http://alir-farmasi.blogspot.co.id
diakses Kamis, 16 Februari 2017, pukul 14.33 WIB.
http://errenscorner.blogspot.co.id/2017/02
diakses Kamis, 16 Februari 2017, pukul 14.33 WIB.
https://ciamisanaliystacademi.wordpress.com/
diakses Kamis, 16 Februari 2017, pukul 14.33 WIB.
http://futurefoodscientist.blogspot.co.id/2010/06/pemanis-buatan-siklamat.html
diakses Minggu, 26 Februari 2017, pukul 09.48 WIB.
http://ayukluwissetiyawati.blogspot.co.id/2014/04/bahaya-dibalik-manisnya-pemanis-
buatan.html
https://nsajajanhot.wordpress.com
diakses Sabtu, 25 Februari 2017 pukul 21.25 WIB
https://prezi.com
diakses Sabtu, 25 Februari 2017 pukul 21.25 WIB
http://www.dapur.website
diakses Sabtu, 25 Februari 2017 pukul 21.25 WIB
Prof. Dr. F. G. Winarno dan Ir. Titi Sulistyowati Rahayu. 1994. Bahan Tambahan Untuk
Makanan dan Kontaminan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan