A. Tujuan
Tujuan dari Acara I “Kadar Amilosa Serealia, Daya Serap Air Tepung
Terigu, Uji Gluten Tepung Terigu, Uji Bleaching pada Tepung Terigu, dan
Swelling Power Beras” antara lain:
1. Mengetahui kadar amilosa berbagai jenis tepung serealia
2. Mengetahui daya serap air tepung terigu
3. Mengetahui kadar gluten tepung terigu
4. Mengetahui kadar bleaching pada tepung terigu
5. Mengetahui swelling power beras
B. Tinjauan Pustaka
Pati tersusun dari amilosa dan amilopektin. Amilosa merupakan
homoglikan D-glukosa dengan ikatan α-(1,4) dari struktur cincin piranosa.
Amilopektin merupakan komponen utama dari pati dan menjadi polisakarida
terbesar. Amilopektin adalah polimer yang memiliki ikatan α-(1,4) pada rantai
lurusnya serta ikatan β-(1,6) pada titik percabangannya. Amilopektin secara
dominan berperan terhadap kristalinitas pati (Aini, 2013).
Kadar amilosa bahan pangan dapat dipengaruhi oleh komposisi antara
kandungan kandungan amilosa dan amilopektin pada pati dalam bahan pangan.
Pada pengujian kadar amilosa, proses pragelatinisasi atau gelatinisasi dapat
menurunkan kadar amilosa pati. Hal tersebut dapat terjadi karena pada proses
pemanasan, granula pati akan mengembang, strukturnya hancur (tergelatinasi),
kemudian amilosa serta amilopektin lepas dan larut dalam suspensi. Sehingga
suhu penyimpanan bahan berpati dapat mempengaruhi hasil kadar amilosa
dalam bahan pangan (Lukman dkk., 2013).
Tepung gandum atau terigu pada umumnya berwarna krem, karena
adanya zat warna xantofil. Warna tepung akan memutih selama penyimpanan,
tetapi ini merupakan proses yang lambat. Karena konsumen lebih menyukai
tepung yang berwarna putih, maka digunakan bahan pemutih tepung. Bahan
pemutih tepung yang paling sering digunakan adalah Benzil Peroksida (Buckle
et al, 1985).
Bleaching pada tepung terigu dilakukan sebagai upaya mengurangi atau
melarutkan Pada tepung terigu murni terkandung pigmen yang menyebabkan
tepung yang dihasilkan dari proses penggilingan gandum berwarna
kekuningan. Warna kekuningan pada tepung terigu dihasilkan dari karotenoid
dan pigmen xanthophylls. Proses bleaching dilakukan pada tepung terigu untuk
memperoleh tepung terigu yang berwarna putih yang banyak diinginkan
konsumen (Saunders et al, 2008). Warna tepung yang baru selesai digiling
masih kekuningan. Bleaching dapat dilakukan secara alami dengan
penyimpanan tepung dalam waktu beberapa bulan, namun kurang efisien.
Penyimpanan tersebut dimaksudkan agar kontak dengan O2 dapat memudarkan
warna tepung (Cahyana, 2005).
Tepung terigu yang bermutu baik diperoleh dengan masa pemeraman,
yaitu penyimpanan hingga enam minggu setelah gandum melalui proses
penggilingan menjadi terigu. Bahan-bahan yang menyebabkan sifat lekat pada
terigu dan pigmen karotenoid akan teroksidasi selama masa pemeraman,
sehingga warna tepung terigu menjadi putih serta memiliki daya kembang yang
baik. Cara praktis yang lebih cepat untuk mendapatkan warna tepung terigu
agar putih dapat dilakukan dengan pemberian zat pemucat sebagai oksidator.
Ikatan rangkap karotenoid, yaitu xantofil akan teroksidasi oleh zat pemucat,
sehingga degradasi pigmen karotenoid menghasilkan senyawa yang tidak
berwarna (Winarno, 2004).
Pada pengujian daya serap air pada tepung terigu sangat perlu
dilakukan. Hal ini karena dalam penyusunan formula adonan, penambahan air
harus sesuai dengan jenis dari tepung terigu. Penetapan daya serap air tepung
terigu juga dapat digunakan untuk menilai mutu tepung terigu. Daya serap air
sekitar 60% dianggap baik. Makin rendah daya serap air terigu, makin rendah
mutu terigu tersebut (Mucthadi, 2010).
Kemampuan penyerapan air pada pati dipengaruhi oleh adanya gugus
hidroksil yang terdapat pada molekul pati. Bila jumlah gugus hidroksil dalam
molekul pati sangat besar, maka kemampuan menyerap air sangat besar.
Dimana gugus hidroksil terletak pada salah satu ujung rantai amilosa dan pada
ujung rantai pokok amilopektin berperan dalam penarikan air oleh pati karena
gugus hidroksil dari pati akan tarik menarik dengan gugus hidrogen dari air.
Semakin rendah amilosa dan amilopektin pada pati maka gugus hidroksilnya
akan turun sehingga akan menyebabkan gaya tarik-menarik antara pati dengan
air menjadi kecil (Pangesti, 2014).
Gluten merupakan kumpulan protein kompleks yang tidak larut dalam
air. Struktur kerangka protein pembentuk gluten terdiri dari dua fraksi, yaitu
glutein dan gliadin. Gliadin menyebabkan adonan semakin kuat, menahan gas
dan membentuk struktur pada produk yang dipanaskan. Gluten mempunyai
sifat mudah bergabung dengan karbohidrat, lemak, dan protein sehingga
merupakan zat aditif untuk pembuatan berbagai makanan dari tepung yang
kandungan proteinnya sedang (Aristawati, 2013).
Tepung terigu harus mampu menyerap air dalam jumlah banyak untuk
mencapai konsistensi adonan yang tepat, dan memiliki elastisitas yang baik untuk
menghasilkan roti dengan remah yang halus, tekstur lembut dan volume yang
besar. Tepung yang demikian disebut tepung keras (hard wheat). Tepung keras
mengandung 12-13 % protein dan cocok untuk pembuatan roti. Sebaliknya tepung
terigu yang kecil kemampuannya menyerap air, menghasilkan adonan yang kurang
elastis sehingga menghasilkan roti yang padat serta tekstur yang tidak sempurna.
Tepung terigu demikian disebut tepung lunak (soft wheat), mengandung protein
sekitar 7,5-8 %, bisa digunakan untuk biskuit, bolu, kue kering,dan crakers. Gluten
ini berasal dari protein tepung terigu. Protein tersebut tidak larut dalam air tetapi
mengikat air membentuk gluten. Gluten tersebut berfungsi menahan gas yang
dihasilkan selama proses fermentasi dengan ragi. (Koswara, 2009).
C. Metodologi
1. Alat
a. Kadar Amilosa Serealia
Labu takar 100 ml
Neraca analitik
Penangas air
Penjepit kayu
Pipet ukur 1 ml
Pipet ukur 5 ml
Pipet ukur 10 ml
Propipet
Spektrofotometer
Tabung reaksi
b. Daya Serap Air Tepung Terigu
Buret
Baskom
Gelas beker
Neraca analitik
Sendok
Statif
c. Uji Gluten Tepung Terigu
Baskom
Gelas beker
Kain blacu
Neraca analitik
Oven
Pipet volume 5 ml
Propipet
Sendok
d. Uji Bleaching pada Tepung Terigu
Gelas beker
Neraca Analitik
Pengaduk
Pipet volum
Propipet
e. Swelling Power Beras
Loyang
Rice cooker
Baskom
Neraca analitik
2. Bahan
a. Kadar Amilosa Serealia
Amilosa murni
Aquades
Asam asetat 1 N
Etanol 95%
Iod
NaOH 1 N
Tepung beras merah
Tepung garut
Tepung kentang
Tepung tapioka
Tepung terigu
Tepung ubi jalar putih
b. Daya Serap Air Tepung Terigu
Aquades
Tepung terigu kunci biru
Tepung terigu segitiga biru
Tepung terigu cakra
Tepung terigu mila serbaguna
c. Uji Gluten Tepung Terigu
Aquades
NaCl 1%
Tepung terigu cakra kembar
Tepung terigu kunci biru
Tepung terigu mila serbaguna
Tepung terigu segitiga biru
d. Uji Bleaching pada Tepung Terigu
Petroleum ether
Tepung terigu merek Cakra Kembar
Tepung terigu merek Kunci Biru
Tepung terigu merek Mila
Tepung terigu merek Segitiga Biru
e. Swelling Power Beras
Air Mineral
Beras Merah
Beras Hitam
Beras Pandan Wangi
Beras Menthik Wangi
Beras C4
3. Cara Kerja
a. Kadar Amilosa Serealia
Pembuatan Larutan Iod
200 mg iod dan 2 g
KI
Larutan iod
40 mg amilosa murni
Penimbangan
1 ml etanol
95% + 9 ml Penambahan
NaOH 1 N
Pendinginan
2 ml larutan iod +
asam asetat 1 N Pemindahan ke labu takar masing-masing 1, 2,
berturut-turut 0,2; 3, 4, dan 5 ml
0,4; 0,6; 0,8; dan
1 ml
Penambahan
Penggojogan
Pendiaman 20 menit
Penimbangan
Larutan
petroleum ether Gelas Bekker
5 ml
Pengadukan
Pendiaman
Beras Merah
Air mineral
275 ml Penanakan beras pada rice cooker
Penimbangan nasi
Aini, Nur. 2013. Teknologi Fermentasi pada Tepung Jagung. Graha Ilmu.
Yogyakarta.
Aliawati, Gusnimar. 2003. Teknik Analisis Kadar Amilosa dalam Beras. Buletin
Teknik Pertanian 8(2): 82-84.
Aristawati, Ria W. dkk. 2013. Subtitusi Tepung Tapioka (Manihot Esculenta)
Dalam Pembuatan Takoyaki. Jurnal Teknosains Pangan Vol. 2 No 1 ISSN:
2302-0733.
Badan Standarisasi Nasional. 2009. Tepung Terigu Sebagai Bahan Makanan.
Badan Standarisasi Nasional. Jakarta
Baslar, Mehmet and Mustafa Fatih Ertugay. 2011. Determination of Protein and
Gluten Quality-Relatedparameters of Wheat Flour using Near-Infrared
Reflectance Spectroscopy (NIRS). Turki Journal Agriculture Vol. 35 Hal
139-144
Buckle, K.A, R.A Edwards, G.H Fleet, M. Wotton. 1985. Ilmu Pangan. UI Press.
Jakarta.
Cahyana, Herry. 2005. Studi Awal Pemanfaatan Jamur Tiram Putih (Pleurotus
ostreatus) sebagai Biokatalis Pembentukan Senyawa Antioksidan. Jurnal
Ilmu dan Teknologi Pangan 3(2): 1-8.
Dewi, Afsika Prima. 2013. Pengaruh Nasi Putih Baru Matang dan Nasi Putih
Kemarin (Teretrodegradasi) Terhadap Kadar Glukosa Darah Postprandial
Pada Subjek Wanita Pra Diabeter. Artikel Penelitian.
Febriana, Ana., Rachmaati, Dian dan Anam, Choirul. 2014. Evaluasi Kualitas
Gizi Sifat Fungsional, dan Sifat Sensoris Sala Lauak dengan Variasi Tepung
Beras Sebagai Alternative Makanan Sehat. Jurnal Teknosains Pangan, vol.
3, no. 2: 28-38.
Fitasari, Eka. 2009. Pengaruh Tingkat Penambahan Tepung Terigu Terhadap
Kadar Air, Kadar Lemak, Kadar Protein, Mikrostruktur, Dan Mutu
Organoleptik Keju Gouda Olahan. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil
Ternak Hal 17-29 Vol. 4 No. 2
Gumilar, Jajang, Obin Rachmawan, dan Winda Nurdyanti. 2011. Kualitas
Fisikokimia Naget Ayam yang Menggunakan Filer Tepung Suweg
(Amorphophallus Campanulatus B1). Jurnal Ilmu Ternak 11(1): 1-5.
Haklim, Azafilmi., Sistihapsari, Faresti. 2010. Modifikasi Fisik-Kimia Tepung
Sorgum Berdasarkan Karakteristik Sifat Fisikokimia Sebagai Substitusi
Tepung Gandum. Jurnal Teknik Kimia.
Hartanti, Feny Di., Amanto, Bambang Sigit., Rahadian Dimas. 2013. Kajian
Karakteristik Fisikokimia Tepung Sukun Termodifikasi Dengan Variasi
Konsentrasi dan Lama Perendaman Asam Laktat. Jurnal Teknosains Pangan
Vol 2 No. 4.
Haryanti, Pepita, Retno Setyawati, dan Rumpoko Wicaksono. 2014. Pengaruh
Suhu dan Lama Pemanasan Suspensi Pati serta Konsentrasi Butanol
Terhadap Karakteristik Fisikokimia Pati Tinggi Amilosa dari Tapioka.
Jurnal Agritech 34(3): 308-315.
Herawati, Heny. 2011. Potensi Pengembangan Produk Pati Tahan Cerna sebagai
Pangan Fungsional. Jurnal Litbang Pertanian 30(1): 31-39.
Hidayat, Beni, Adil Basuki Ahza, dan Sugiyono. 2007. Karakterisasi Tepung Ubi
Jalar (Ipomoea batatas L.) Varietas Shiroyutaka serta Kajian Potensi
Penggunaannya sebagai Sumber Pangan Karbohidrat Alternatif. Jurnal
Teknologi dan Industri Pangan 13(1): 32-39.
http://www.bogasari.com/product/tepung-terigu. 2016. 2011. diakses pada 14 Mei
2016 pukul 22.00 WIB.
Husni, Happinessa Brilliant. 2012. Serealia dan Kacang-Kacangan. Fakultas
TEknik Universitas Pasundan Bandung.
Indrastuti, Erning., Harijono., Susilo, Bambang. 2012. Karakteristik Tepung Uwi
Ungu (Dioscorea alta L.) yang Direndam dan Dikeringkan Sebagai Bahan
Edible Paper. Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 133, No. 3.
Koswara, Sutrisno. 2009. Teknologi Pengolahan Beras (Teori dan Praktek).
eBookPangan.com.
Koswara, Sutrisno. 2009. Teknologi Pengolahan Roti (Teori Dan Praktek).
eBookPangan.com.
Lukman, Anita, Deni Anggraini, Noveri Rahmawati, dan Nani Suhaeni. 2013.
Pembuatan dan Uji Sifat Fisikokimia Pati Beras Ketan Kampar yang
Dipragelatinasi. Jurnal Penelitian Farmasi 1(2): 67-71.
Mandasari, Rika., Amanto, Bambang Sigit., Ridwan, Achmad. 2015. Kajian
Karakteristik Fisik, Kimia, Fisikokimia dan Sensori Tepung Kentang Hitam
(Coleus tuberosus) Termodifikasi Menggunakan Asam Laktat. Jurnal
Teknosains Pangan Vol 4, No. 3.
Masniawati, A., Eva Johannes 1, Andi Ilham Latunra 1, dan Novita Paelongan.
2013. Karakterisasi Sifat Fisikokimia Beras Merah pada Beberapa Sentra
Produksi Beras di Sulawesi Selatan. Jurnal Industri Pangan 1(1): 1-10.
Masniawati, A., Johanes, Eva., Latunra, Andi dan Paelongan, Novita. 2012.
Karakteristik Sifat Fisikokimia Beras Merah pada Beberapa Sentra
Produksi Beras di Sulawesi Selatan. Artikel Penelitian Biologi. Universitas
Hasanuddin.
Muchtadi, Tien R. 2010. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Penerbit Alfabeta.
Bandung.
Mudiarti, Agnes dan Amaliah. 2013. Panduan Penyiapan Pangan Sehat untuk
Semua. Kencana. Jakarta.
Muhandri, Tjahja, Hamigia Zulkhaiar, Subarna, dan Budi Nurtama. 2012.
Komposisi Kimia Tepung Jagung Varietas Unggul Lokal dan Potensinya
untuk Pembuatan Mi Jagung Menggunakan Ekstruder Pencetak. Jurnal
Sains Terapan 2(1): 16–31.
Padmaningrum, Regina Tutik dan M. Pranjoto Utomo. 2009. Perubahan Warna
Dan Kadar β - Karoten Dalam Tepung Ubi Jalar (Ipomea batatas, L)
Akibat Pemutihan. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan
dan Penerapan MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.
Pangesti, Yunita Dian, Nur Her Riyadi Parnanto, Achmad Ridwan A. 2014.
Kajian Sifat Fisikokimia Tepung Bengkuang (Pachyrhizus erosus)
Dimodifikasi Secara Heat Moisture Treatment (HMT) Dengan Variasi
Suhu. Jurnal Teknosains Pangan Vol 3 No. 3 Juli 2014
Pratama, Israzul Aji dan Fithri Choirun Nisa. 2014. Formulasi Mie Kering dengan
Subsitusi Tepung Kimpul (Xanthosoma sagittifolium) dan Penambahan
Tepung Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.). Jurnal Pangan dan
Agroindustri 2( 4): 101-112.
Purnamasari, Nestri., M.A,M.Andriani, dan Kawiji. 2013. Pengaruh Jenis Pelarut
dan Variasi Suhu Pengering Spray Dryer Terhadap Kadar Karotenoid
Kapang Oncom Merah (Neurospora sp.). Jurnal Teknologi Pangan
2(1):107-110.
Rahman, Adie. 2007. Mempelajari Karakteristik Kimia dan Fisik Tepung Tapioka
dan Mocal (Modified Cassava Flour) Sebagai Penyalut Kacang pada
Produk Kacang Salut. Skripsi Fakultas Teknologi Pertanian. Institut
Pertanian Bogor.
Richana, Nur. 2013. Menggali Potensi Ubi Kayu dan Ubi Jalar. Nuansa
Cendekia. Bandung.
Saunders, J.A., K.A.Rosentrater, dan P.G.Krishan. 2008. Potential Bleaching
Techniques for Corn Distillers Grain. Journal of Food Technology 6(6):
242-252.
Shimelis, Emire Admassu., Meaza, Mersha., Rakshit, Sudip Kumar. 2006.
Pshyco-chemical Properties, Pasting Behavior and Functional
Characteristics of Flours and Starches from Improved Bean (Phaseolus
vulgaris L.) Varieties Grown in East Africa. Ejournal Manuscript Vol 8.
Sihotang, Siti Nur Janna, Zulkifli Lubis, Ridwansyah. 2015. Karakteristik
Fisikokimia dan Fungsional Tepung Gandum yang Ditanam di Sumatera
Utara. J.Rekayasa Pangan dan Pertanian Vol.3 No.3.
Sollars, W.F. 1972. Water Retention Properties of Wheat Flour Fractions.
Journal of Cereal Chemist Vol. 50.
Suhery, Wira Noviana, Deni Anggraini, dan Novtafia Endri. 2015. Pembuatan
dan Evaluasi Pati Talas (Colocasia esculenta Schoot) Termodifikasi
dengan Bakteri Asam Laktat (Lactobacillus sp). Jurnal Sains Farmasi dan
Klinis 1(2): 207-214.
Suryani, Eni, Wahono Hadi Susanto, dan Novita Wijayanti. 2016. Karakteristik
Fisik Kimia Minyak Kacang Tanah (Arachis hypogaea) Hasil Pemucatan
(Kajian Kombinasi Asdorben dan Waktu Proses). Jurnal Pangan dan
Agroindustri 4(1): 120-126.
Syarief, Rizal dan Anies Irawati. 1988. Pengetahuan Bahan untuk Industri
Pertanian. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta.
Tarigan, Elsera Br., Kusbiantoro, Bram. 2011. Pengaruh Derajat Sosoh dan
Pengemas Terhadap Mutu Beras Aromatik Selama Penyimpanan. Penelitian
Pertanian Tanaman Pangan Vol. 30, No. 1.
Teja , Albert W., Ignatius Sindi P., Aning Ayucitra, dan Laurentia E.K.Setiawan.
2008. Karakteristik Pati Sagu dengan Metode Modifikasi Asetilasi dan
Cross-Linking. Jurnal Teknik Kimia Indonesia 7(3): 836-843.
Wijayanti, Atik dan Harijono. 2015. Pemanfaatan Tepung Garut (Marantha
Arundinaceae L ) sebagai Bahan Pembuatan Edible Paper dengan
Penambahan Sorbitol. Jurnal Pangan dan Agroindustri 3(4): 1367-1374.
Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Winarsa, Tan Tandyo, Ricky Jan Kimarga, Angga Kurnia Artha, Paini Sri
Widyawati, Anita Maya Suteja, dan Thomas Indarto Putut Suseno. 2013.
Pengaruh Perbedaan Varietas Beras Organik Lokal terhadap Profil
Gelatinisasi Granula Pati. Jurnal Pertanian Trunojoyo 1(1): 811-819.
Yu, Shifeng, Jing Xu, Yongchun Zhang, dan Narasimha Kumar Kopparapu. 2014.
Relationship between Intrinsic Viscosity, Thermal, and Retrogradation
Properties of Amylose and Amylopectin. Czech Journal Food Science
32(5): 514-520.
Zulaidah, Agustien. 2008. Modifikasi Ubi Kayu Dengan Kombinasi Proses
Penggaraman dan Proses Biologi Untuk Subtitusi Terigu.
LAMPIRAN
= 18,643%
2. Perhitungan Swelling Power
Kelompok 12.
Berat Awal = 100 g
Berat Akhir (setelah dimasak) = 178,70 gram
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑠𝑎𝑘−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙
% Swelling power = 𝑥 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙
178,70−100
= x 100%
100
= 78,70 %
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑠𝑎𝑘−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙
Swelling power (g/g) = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙
178,70−100
= 100
= 0,78
Swelling power (g/g) kelompok 2 = 1,45 dan kelompok 8 = 1,75
0,78+1,45+1,75
Rata-rata Swelling power (g/g) = = 1,327
3
3. Dokumentasi Praktikum
Gambar 1.8 Sampel Tepung Gambar 1.9 Uji Kadar Amilosa Tepung
Garut
Gambar 1.10 Penetesan air pada tepung
Gambar 1.16 Sampel Tepung Terigu Gambar 1.17 Sampel Tepung Terigu
Merek Cakra Kembar Merk Cakra Kembar +
PE Setelah Diaduk
Gambar 1.18 Keenam Sampel + PE Terbentuk Endapan Setelah Pengadukan dan
Pendiaman