KELOMPOK 1:
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
METODEOLOGI
2.1.1 Bahan
2.1.2 Alat
3.1 Hasil
Keterangan:
Pada praktikum pembuatan tepung ubi jalar ini, dilakukan pengamatan uji
organoleptik berupa warna, tekstur dan penerimaan keseluruhan. Dari tabel hasil
uji organoleptik yang dilakukan oleh 1 perwakilan panelis dari masing-masing
kelompok dapat dilihat hasil yang tidak terlalu berbeda. Pada uji organoleptik ini
dilakukan pada kelima jenis umbi yaitu, ubi jalar putih, singkong, ubi jalar ungu,
keladi dan kentang yang telah menjadi tepung umbi. Pada uji organoleptik
berdasarkan warna, jenis umbi seperti ubi jalar putih, keladi, singkong mendapat
skor 4 yaitu putih kekuningan, hal ini disebabkan karena kandungan senyawa
kimia dari ketiga jenis umbi yang sama dan warna ketiga jenis umbi sebelum
dilakukan pengovenan adalah putih pucat. Sedangkan, pada umbi jenis kentang
mendapat skor 3 yaitu putih kecoklatan. Hal ini disebabkan karena karotenoid
pada kentang akan berubah selama proses pengeringan. Adanya pengovenan
menyebabkan terjadinya reaksi Maillard (reaksi pencoklatan) akibat adanya gula
dari tepung kentang tersebut.
Pada uji organoleptik berdasarkan tekstur, hasil yang diperoleh dari kelima
jenis umbi yang diamati mendapat skor yang sama yaitu 4 atau halus. Tekstur
merupakan sensasi tekanan yang dapat diamati dengan mulut (pada waktu digigit,
dikunyah dan ditelan) ataupun perabaan dengan jari. Pada saat dilakukan
pengujian inderawi, sifat-sifat seperti keras atau lemahnya bahan pada saat digigit,
hubungan antar serat-serat yang ada dan sensasi lain misalnya rasa berminyak,
rasa berair, rasa mengandung cairan (Kartika, dkk., 1987). Pada tabel hasil diatas,
diperoleh hasil skor tekstur yang sama dapat disebabkan karena pada saat
dilakukannya proses pembubukan dan pengayakan tepung yang dilakukan
berulang, hal inilah yang menyebabkan halusnya hasil dari kelima jenis tepung
tersebut. Setiap jenis umbi memiliki kandungan pati dengan kadar amilosa dan
amilopektin yang berbeda-beda. Pati terutama amilosa mempengaruhi dari tekstur
tepung umbi. Menurut Nindyarani, dkk (2011), kandungan pati dari tepung
berpengaruh terhadap sifat fisik bahan tersebut. Salah satu fungsi pati pada
pangan olahan adalah dalam pembentukan tekstur. Ciri utama pati sebagai
penentu tekstur adalah sifat gelatinisasi dan retrogradasi. Oleh sebab itu tepung
dengan kadar pati tinggi akan memberikan tekstur kuat dan kompak. Sementara
komponen amilosa mempengaruhi sifat gel yang dihasilkan yaitu tidak lengket
dan kokoh.
SIMPULAN
Ambasari. 2009. Rekomendasi dalam Penetapan Standar Mutu Tepung Ubi Jalar.
Balai Pengenbangan Teknologi Pertanian. Bandung.
Kartika, B., Pudji H., dan Wahyu S. 1987. Pedoman Uji Inderawi Bahan
Pangan. Universitas Gajah Mada : Yogyakarta.
Suparti. 2003. Tepung Ubi Jalar Pembuatan dan Pemanfaatan. Penerbit Kanisius.
Jakarta.
LAMPIRAN
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI UMBI
KELOMPOK 1:
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Ubi jalar putih yang dikenal juga sebagai ketela rambat, adalah pohon
tanaman tropian dan subtropika. Umbinya dikenal luas sebagai makanan pokok
penghasil karbohidrat dan daunya sebagai sayuran. Ubi jalar putih merupakan
tanaman rakyat hampir di seluruh wilayah Indonesia, sehingga dipetimbangkan
sebagai bahan baku pembuatan pati. Tanaman ubi jalar putih diduga berasal dari
Benua Amerika. Para ahli botani dan pertanian memperkiraan daerah asal
tanaman umbi jalar adalah Selandia Baru, Polinesia, dan Amerika Tegah.
Pati sangat beperan penting dalam industri pangan, juga dapat digunakan
sebagai bahan non pangan seperti dalam industri kertas, tekstil, lem, lumpur
pemboran. Karena pati memiliki berbagai manfaat, maka perlu dilakukan upaya
untuk mengolah ubi jalar putih menjadi pati. Dengan dilakukannya pembuatan
pati ubi jalar putih, diharapkan dapat menunjang potensi pendayagunaan ubi jalar
putih di masyarakat.
BAB II
METODEOLOGI
2.1.1 Bahan
2.1.2 Alat
3.1 Hasil
Uji Organoleptik
2 Singkong 5 4 4
4 Keladi 5 4 4
5 Kentang 4 4 4
3.2 Pembahasan
Pati adalah karbohidrat yang merupakan polimer glukosa yang terdiri dari
amilosa dan amilopektin dimana besarnya perbandingan amilosa dan amilopektin
ini berbeda-beda tergantung pada jenis patinya. Pati dengan kandungan amilosa
yang tinggi, memiliki kemampuan menyerap air dan mengembang lebih besar
karena amilosa memiliki kemampuan membentuk ikatan hidrogen yang lebih
besar daripada amilopektin. Selain itu pati dengan kandungan amilosa tinggi
bersifat kurang rekat dan kering sedangkan pati yang memiliki kandungan
amilopektin tinggi bersifat rekat dan basah (Hidayat.et.al.,2007).
Berdasarkan hasil uji organoleptik tekstur dari pati dapat dilihat dari
ayakan yang digunakan untuk menyaring pati. Karena semakin kecil ukuran mesh
yang digunakan maka semakin halus pati yang didapatkan. Ayakan yang
digunakan yaitu ayakan 80 mesh sehingga pati yang didapatkan hasilnya seragam
yaitu halus. Pada penilaian warna, penilaian terkecil terdapat pada kentang. Hal
tersebut dikarenakan kentang memiliki warna putih kecoklatan sehingga
karotenoid pada kentang akan berubah selama proses pengeringan. Adanya
pengovenan menyebabkan terjadinya reaksi Maillard (reaksi pencoklatan) akibat
adanya gula dari tepung kentang tersebut.
Pada hasil rendemen, pati ubi jalar putih yaitu 6,536%, pati singkong
13,06%, ubi jalar ungu 10,922%, keladi 8,19%, kentang 2,659%. Rendemen yang
paling rendah yaitu pada pati kentang. Perbedaan rendemen yang dihasilkan dapat
disebabkan oleh perbedaan kandungan pati dari masing-masing tanaman serta
perbedaan struktur umbi sehingga lebih banyak menghasilkan rendemen pati
kering. Menurut Richana (2004) agar rendemen pati yang dihasilkan lebih banyak,
pelarut untuk merendam dan mengestraksi pati dapat diganti dengan larutan
natrium bisulfit. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi rendemen antara
lain mutu bahan baku yaitu kondisi tanaman dan umur panen, penanganan
pascapanen (pengeringan dan penyimpanan) dan proses ekstraksi (perajangan,
perbandingan bahan air, abu, lama perebusan, penyaringan, pengeringan dan
penggilingan).
BAB IV
SIMPULAN
Hidayat, B., Ahza, A.B. & Sugiyono. 2007. Karakterisasi tepung ubi jalar
(Ipomoea batatas L.) varietas shiroyutaka serta kajian potensi penggunaanya
sebagai sumber pangan karbohidrat alternatif. Jurnal Teknologi dan Industri
Pangan, 13(1), 32-39.
Richana N. dan T.C. Sunarti. 2004. Karakterisasi Sifat Fisikokimia Tepung Umbi
dan Tepung Pati dari Umbi Ganyong, Suweg, Ubi Kelapa dan Gembili.
Jurnal Pasca panen. 1(1):29-37
LAMPIRAN
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI UMBI
KELOMPOK 1:
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Ubi jalar putih adalah salah satu hasil produksi pertanian Indonesia,
produktivitas ubi jalar di berbagai daerah bervariasi, antaranya 3,4 ton-11,0 ton
per hektar dengan rata-rata nasional adalah 9,5 ton/hektar (Jarod, 2007).
Perkembangan ubi jalar di Irian Jaya dan Maluku relatif tinggi karena ubi jalar
termasuk makanan pokok pada kedua daerah tersebut. Komoditas ubi jalar putih
berperan penting dalam produksi pengolahan pangan, salah satunya dalam
pembuatan keripik. Ubi jalar putih termasuk salah satu pengahasil karobohidrat
(sebagai sumber energi) yang potensial. Peranan petani ubi jalar putih memiliki
prospek yang baik sebagai komoditas pertanian unggulan. Keberadaan ubi jalar di
Indonesia cukup melimpah dan belum dimanfaatkan secara maksimal oleh
masyarakat. Pemanfaatan umbi jalar kebanyakan masih terbatas pada penggunaan
umbi segarnya yang hanya direbus dan digoreng.
Usaha penganekaragaman pangan (ketahuan pangan) sangat penting,
karena sebagai usaha untuk mengatasi masalah ketergantungan hanya pada satu
bahan pangan pokok. Misalnya mengolah umbi-umbian menjadi berbagai produk
olahan berupa krupuk. Beberapa macam produk olahan ubi jalar skala industri
yang ada saat ini adalah keripik, gula fruktosa, alkohol, tepung, pati, mie, dan
masih banyak lagi.
Kerupuk adalah salah satu makanan ringan yang tergolong jenis makanan
crackers, yaitu makanan ringan, karena irisan yang tipis dapat membuat kripik
menjadi renyah (crispy). Kerupuk sudah tidak asing lagi dikalangan masyarakat
Indonesia, mempunyai sifat reyah, tahan lama, praktis, mudah dibawa dan
disimpan. Untuk menghasilkan rasa yang gurih dan renyah biasanya dicampur
dengan tepung dan diberi bumbu. Kerupuk dapat berasa dominan asin, pedas,
manis, asam, gurih atau padua dari semuanya (Rahayuningsih, 2008).
Kerupuk sangat beranekaragam dalam bentuk, warna, ukuran, bau, rasa,
kerenyahan, ketebalan hingga nilai gizinya. Untuk menambah variasi kerupuk
yang beredar di kalangan masyarakat maka dalam praktikum kali ini
memanfaatkan ubi jalar putih sebagai bahan baku pembuatan keripik.
Kerupuk ubi jalar putih merupakan salah satu produk alternatif makanan
kering yang memiliki peluang pasar dan prospek yang besar. Dengan adanya
diversifikasi ubi jalar putih diharapkan akan meningkatkan nilai ekonomi dan
memperpanjang daya simpan selain sebagai bahan baku pengolahan pangan
(Rukmana, 2007).
BAB II
METODEOLOGI
2.1.1 Bahan
2.1.2 Alat
1. Kompor
2. Pisau
3. Timbangan analitik
4. Baskom
5. Aluminium foil
6. Nampan
7. Panci
3.1 Hasil
3.2 Pembahasan
Hasil uji organoleptik pada perlakuan kerupuk tepung ubi ungu dengan
penambahan daun seledri menghasilkan warna sangat disukai hal ini disebabkan
karena pada ubi ungu mengandung pigmen antosianin yang memberikan warna
ungu pada ubi ungu sehingga pada kerupuk ubi ungu menghasilkan warna ungu
yang khas. Aroma yang dihasilkan kurang disukai karena pada ubi ungu memiliki
kandungan protein yang tinggi, hal tersebut sesuai dengan pernyataan Sudarmadji
et al., (1997) yang menjelaskan bahwa protein mudah sekali mengalami
perubahan yang dapat disebabkan oleh air dan panas. Rasa yang dihasilkan kurang
disukai karena kerupuk yang dihasilkan menghasilkan rasa pahit hal ini
disebabkan karena seledri terlalu lama dalam pemanasan sehingga menyebabkan
timbulnya rasa pahit. Tekstur yang dihasilkan kurang disukai karena ubi ungu
memiliki kadar air yang tinggi hal ini berhubungan dengan tingkat kerenyahan,
kerenyahan kerupuk sangat dipengaruhi oleh kadar air, semakin kadar air yang
dimiliki cukup tinggi maka kerupuk akan semakin kurang renyah.
SIMPULAN
Fusia Rina. 2012. Studi Komparasi Pembuatan Kerupuk Kepala Udang Dengan
Composite Flour (Pati Ganyong dan Tepung Tapioka). Skripsi. Jurusan
Teknologi Jasa Dan Produksi. Fakultas Teknik. Universitas Negeri
Semarang
Murtiningsih & Suyanti, Bsc. 2011. Membuat Tepung Umbi dan Variasi
Olahannya. Jakarta : AgroMedia
Kelompok 1 :
METODOLOGI
2.1.1 Alat
1. Pisau
2. Baskom
3. Timbangan roti
4. Cetakan mie
5. Cublukan
2.1.2 Bahan
3. Garam
4. Air
2. Puree ubi jalar ungu dicampur dengan pati ubi jalar putih diaduk, diuleni
hingga homogeny.
3.1 Hasil
Uji Organoleptik
Kelompok Perlakuan Warna Aroma Rasa Tekstur PK
1 Pati ubi jalar putih 5 3 3 4 4
2 Pati singkong 3 4 3 3 3
3 Pati ubi jalar ungu 4 3 3 3 3
4 Pati keladi 5 4 3 4 4
5 Pati kentang 4 3 3 4 4
3.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini, membuat pasta dengan lima jenis umbi, yaitu ubi
jalar putih, singkong, ubi jalar ungu, keladi dan kentang. Sedangkan untuk
parameter pengujian organoleptik dari segi warna, aroma, rasa, tekstur, dan
penerimaan keseluruhan. Dalam penilaian organoleptik panelis yag dipilih adalah
panelis semi terlatih yang sudah mengikuti mata kuliah evaluasi sensoris. Hasil
penilaian organoleptik dari kelima sempel umbi yang diuji berbeda-beda, tetapi
juga ada penilaian yang sama, seperti dalam parameter rasa, kelima jenis umbi
mendapatkan penilaian yang sama yaitu 3, artinya panelis agak suka dengan
kelima jenis pasta umbi tersebut. Untuk parameter warna panelis memberikan
nilai yang berbeda, nilai tertinggi dengan skor 5 yaitu pasta umbi jalar putih dan
umbi keladi, artinya panelis sangat menyukai dari segi warna, skor 4 yaitu pasta
dari kentang dan umbi jalar ungu, artinya panelis suka terhadap warna dari pasta
kentang, dan skor 3 yaitu umbi singkong, artinya panelis agak suka dari warna
dari pasta singkong. Parameter aroma ada dua jenis umbi yang mendapatkan skor
4, yaitu pasta dari singkong dan keladi, artinya panelis menyukai aromanya,
sedangkan skor 3 yaitu pasta dari umbi jalar putih, umbi jalar ungu dan singkong,
artiya panelis agak menyukai aromanya. Parameter tekstur ada tiga jenis umbi
yang mendapatkan skor 4 yaitu umbi jalar putih, keladi dan singkong, artinya
panelis suka terhadap teksturnya. Yang terakhir adalah parameter penerimaan
keseluruhan, ada tiga jenis umbi yang mendapatkan skor 4, yaitu umbi jalar putih,
keladi dan singkong, artinya panelis suka terhadap penerimaan keseluruhannya,
dan ada dua jenis umbi yang mendapatkan skor 3, yaitu umbi jalar ungu dan
singkong, artinya panelis agak menyukai dari segi parameter penerimaan
keseluruhannya.
Praktikum pembuatan pasta ubi ini menggunakan lima jenis umbi yaitu ubi
jalar putih dan ungu, singkong, keladi dan kentang dengan dilakukan perlakuan
yang sama. Dari parameter pengujian organoleptik rasa, panelis memberikan skor
3 atau agak suka. Sedangkan, untuk pengujian warna, skor tertinggi yaitu 5 atau
sangat suka diperoleh dari bahan ubi jalar putih dan keladi. Untuk pengujian
organoleptik aroma, singkong dan keladi memperoleh skor tertinggi yaitu 4 atau
suka. Dan, untuk pengujian organoleptik tekstur dan penerimaan keseluruhan,
skor tertinggi diperoleh dari bahan ubi jalar putih, keladi dan kentang.
Pasta yang dihasilkan pada praktikum ini tidak seperti pasta yang
seharusnya. Salah satu faktor gagalnya pembuatan pasta ini disebabkan tidak
ditambahkannya telur pada adonan pembuatan pasta. Adanya penambahan telur
dapat membuat adonan pasta menjadi tidak mudah putus atau hancur.
DAFTAR PUSTAKA
Damardjati, D.S. dan S. Widowati, 1994. Pemanfaatan Ubi Jalar dalam Program
Diversifikasi Guna Mensukseskan Swasembada Pangan. Dalam A. Winarto,
Y. Widodo, SS. Antarlina, H. Pudjosantosa dan Sumarno (eds). Risalah
Seminar Penerapan Teknologi Produksi dan Pasca Panen Ubi jalar untuk
Mendukung Agro-Industri. Edisi khusus Balittan Malang No 3: 1-25
Larasati, Anggi. 2016. Pengaruh Proporsi Pasta Ubi Jalar Ungu (Ipomoea Batatas
L) Dan Tepung Terigu Terhadap Kualitas Fisik, Kimia Dan Organoleptik
Kue Pukis. Other Thesis, University Of Muhammadiyah Malang.