Disusun Oleh :
Kelompok A-2
Sofianna Margareth. S 6103015003
Yolanda Christina 6103015027
Christine Amadea 6103015045
Johan Putra W 6103015057
1.1.Latar Belakang
Serealia dan kacang-kacangan adalah komoditas yang umum dan mudah tumbuh di negara
kita ini. Tiap serealia dan kacang-kacangan memiliki berbagai warna, bentuk, ukuran, dan
varietasi. Serealia umumnya merupakan bahan pangan sebagai sumber karbohidrat (pati),
beberapa contoh dari serealia adalah padi, jagung, gandum, cantel atau sorghum, sedangkan
kacang-kacangan umumnya sebagai sumber protein. Di Indonesia, serealia dan kacang-kacangan
dikonsumsi sebagai makanan pokok. Oleh karena itu penting bagi kita untuk lebih memahami
karakteristik fisik dan kimia dari bahan-bahan ini.
Pengamatan pada praktikum meliputi struktur dan sifat fisik. Selain itu juga dilakukan
pengamatan mutu serealia dan kacang-kacangan. Bahan-bahan yang digunakan dalam
praktikum mengamati fisik serealia dan kacang-kacangan yaitu beras sorghum, kacang
kedelai,jagung,kacang tanah, kacang hijau. Sedangkan untuk praktikum uji gluten menggunakan
adalah tepung segitiga biru dan cakra kembar.
1.2.Tujuan
Memahami sifat-sifat fisik dan kimiawi berbagai jenis serealia dan kacang-kacangan.
1.3.Sasaran Belajar
Menentukan ukuran dan bentuk berbagai jenis serealia dan kacang-kacangan kemudian
mengklasifikasikannya ke dalam bentuk acuan.
Mengukur sifat spesifik (karakteristik) bahan serealia dan kacang-kacangan : warna, berat,
spesifik gravitasi, densitas kamba, daya serap air, karakter gluten dan rasio pengembangan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Biji-bijian hasil pertanian dapat diartikan bermacam-macam. Pengertian yang umum yaitu
sebagai kelompok padi-padian atau serealia. Selain serealia, kacang-kacangan dari famili Leguminosa
juga seringkali dikelompokkan sebagai bebijian. Untuk memahami sifat fisik dan kimiawi serealia
dan kacang-kacangan maka dapat dilakukan dengan menentukan sifat spesifik masing-masing bahan
seperti ukuran, bentuk, warna, berat, ukuran, specific gravity, densitas kamba, daya serap air,
pengujian gluten tepung dan rasio pengembangan.
Warna
Serealia dan kacang-kacangan berwarna dikarenakan oleh kandungan pigmen yang dimiliki
oleh tiap serealia dan kacang-kacangan. Pigmen yang paling sering dikandung pada serealia adalah
pigmen antosianin, klorofil dan karotenoid. Kestabilan warna antosianin dipengaruhi oleh pH atau
tingkat keasaman. Pada pH asam antosianin berwarna merah orange sedangkan dalam pH basa
antosianin berwarna biru-ungu. Klorofil menyebabkan warna hijau pada bahan. Klorofil terbentuk
dari gabungan cincin forfirin dengan gugus Mg di tengah-tengah. Karotenoid merupakan kelompok
pigmen dan antioksidan alami yang menyebabkan warna kuning, merah, oranye pada tanaman dan
juga bersifat larut dalam lemak (Winarno,2002).
Specific gravity
Specific gravity adalah suatu besaran rasio atau perbandingan antara berat bahan di udara
dengan berat suatu bahan di air pada volume yang sama. Menurut Wirakartakusumah (1992), faktor-
faktor yang mempengaruhi spesific gravity bahan adalah:
Daya serap air suatu bahan pangan dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Daya serap air = 100%
Densitas Kamba
Densitas kamba (bulk density) adalah berat bahan per unit volume bahan termasuk ruang
kosong antar bahan. Densitas kamba dapat digunakan dalam perencanaan penyimpanan serealia dan
kacang-kacangan (Saldivar, 2012). Dalam ruang penyimpanan, kondisi air dan suhu bahan pangan
dapat dikendalikan dengan perencanaan tersebut. Hal ini bertujuan untuk menghindarkan bahan
serealia dan kacang-kacangan mengalami perubahan biokimiawi dan kimiawi dalam bahan serta
pertumbuhan mikroorganisme, serangga, dan rayap selama penyimpanan yang dapat mengakibatkan
turunnya kualitas dari suatu jenis serealia dan kacang-kacangan (Muchtadi, dkk., 2010).
Densitas kamba dapat dipengeruhi oleh jenis bahan, ukuran bahan, keadaan bahan, dan
massa tiap bahan tersebut. Faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi besarnya ruang kosong antar
bahan dan berat dari bahan dalam suatu volume. Densitas kamba dapat diketahui dengan rumus:
Bulk density () =
V=
Dimana m merupakan berat bahan, g merupakan gaya gravitasi, rho merupakan massa jenis cairang
atau media, A merupakan luas yang dimiliki bahan, dan Cd merupakan koefisien hambatan udara.
Koefisien hambatan udara tiap bahan berbeda-beda tergantung dari bentuk yang dimiliki bahan.
Densitas kamba berbeda dengan densitas curah. Densitas kamba merupakan massa per
volume bahan sedangkan densitas curah merupakan kerapatan bahan curah dalam keadaan volume
seimbang. Dengan mengetahui densitas curah, kita dapat mengetahui lamanya waktu yang
dibutuhkan oleh bahan dengan berat tertentu untuk berpindah dari suatu tempat atau wadah ke wadah
yang lain. Densitas curah dipengaruhi oleh permukaan bahan, ukuran, berat bahan, dan gaya gesek
yang terjadi. Bahan dengan permukaan yang halus, ukuran yang kecil dan bentuk yang pipih dan
runcing, akan memiliki waktu pengosongan yang lebih cepat. (Maryanto, 2007)
BAB III
CARA KERJA
Kacang tanah, jagung, kacang kedelai, beras sorgum, dan kacang hijau
Pemasukan bahan ke dalam gelas ukur hingga volume 100 mL dan harus padat
(menggunakan Vibrator Tyler dengan amplitudo 20)
Penimbangan berat (g/100 mL) dan perhitungan jumlah bahan (butir/100 mL)
Penimbangan 10 g bahan
Kacang tanah, jagung, kacang kedelai, beras sorgum, dan kacang hijau
Tabel 4.1.1 Data Pengamatan Sifat Fisik Visual Dengan Jangka Sorong
Tingg Beraturan /
Bahan Bentuk panjang lebar Warna
i tidak
1,240 0,890 0,880
Kacang
Oval 1,200 0,710 0,705 Coklat Beraturan
tanah
1,240 0,840 0,910
Rata-rata 1,227 0,837 0,831 A= 5,484 cm2
0,886 0,320 0,690
Jagung Unekual 0,795 0,340 0,540 Oranye Beraturan
0,710 0,320 0,638
Rata-rata 0,797 0,327 0,623 A= 1,921 cm2
0,790 0,550 0,680
Kacang
Bulat 0,766 0,570 0,658 Coklat muda Beraturan
kedelai
0,810 0,560 0,668
Rata-rata 0,789 0,560 0,669 A= 2,382 cm2
0,430 0,330 0,276
Sorghum Regular 0,432 0,266 0,340 Cream Beraturan
0,452 0,330 0,240
Rata-rata 0,438 0,309 0,285 A= 0,696 cm2
0,482 0,400 0,374
Kacang
Regular 0,500 0,390 0,390 Hijau tua Beraturan
hijau
0,510 0,402 0,370
Rata-rata 0,497 1,192 0,378 A= 2,461 cm2
Tabel 4.1.2. Data Pengamatan Sifat Fisik Visual dengan Mikrometer skrup
Beraturan /
Bahan Bentuk panjang lebar tinggi Warna
tidak
12,039 8,522 9,050
Kacang
Oval 12,015 7,005 7,530 Coklat Beraturan
tanah
11,503 8,025 9,049
Rata-rata 11,852 7,850 8,543 A= 794,825 cm2
8,514 3,022 7,003
Jagung Unekual 8,539 3,506 5,513 Oranye Beraturan
7,503 3,036 5,540
Rata-rata 8,185 3,188 8,543 A= 222,919 cm2
7,510 5,523 6,530
Kacang
Bulat 8,013 5,506 7,029 Coklat muda Beraturan
kedelai
7,527 5,506 6,533
Rata-rata 7,683 5,511 6,697 A= 283,557 cm2
4,506 3,330 2,880
Sorghum Regular 4,407 3,270 3,535 Cream Beraturan
4,430 2,503 2,568
Rata-rata 4,447 3,034 2,994 A= 40,395 cm2
5,016 3,533 4,013
Kacang
Regular 5,020 3,998 3,900 Hijau tua Beraturan
hijau
5,225 4,005 3,650
Rata-rata 5,087 3,845 3,854 A= 75,382 cm2
Tabel 4.2 Gambar dan Bagian Bahan
Contoh perhitungan:
V=
Keterangan:
m = massa jenis per butir (gr)
g = gaya gravitasi (cm/s2) = 980 cm/s2
= massa jenis medium (g/cm3)
A = luas permukaan (cm2)
Cd = koefisien hambatan benda (tergantung bentuk bahan)
Kacang tanah
= 0,8 /3
= 1 /3
2 0,41 980
V = = 12,105
1 5,4841
D. Densitas Curah
Waktu Pengosongan (s)
Bahan Densitas curah (g/s)
1 2 3 Rata-rata
Kacang tanah 3 3 3 3 1667,67
Jagung 2 2 2 2 250
Kacang
2 2 2 2 250
kedelai
Beras sorgum 4 4 3 3,3 151,51
Kacang hijau 2 2 2 2 250
Contoh perhitungan:
Kacang tanah
Densitas Curah =
500
= 3
= 166,67 g/s
BAB V
PEMBAHASAN
Untuk mengetahui perbedaan kandungan protein antara kedua tepung tersebut, maka akan
dilakukan pengekstrasian gluten menggunkan larutan NaCl 1%. Penambahan larutan tersebut
bertujuan untuk membentuk gluten dan melarutkan fraksi globulin. Melalui proses tersebut, protein
seperti albumin dan globulin dapat terekstrak (albumin larut dalam air dan globulin larut dalam garam
encer).
Setelah ditambahkan NaCl, dilakukan perlakuan mekanis pada tepung dengan cara diremas-
remas dan kemudian dibentuk menjadi bola. Proses ini membantu terbentuknya gluten. Pada saat
dilakukan perlakuan mekanis (diremas-remas), molekul-molekul gluten akan saling bersinggungan
dan berpindah tempat yang menyebabkan penggabungan secara fisik, selanjutnya membentuk massa
koloid yang elastis atau gluten. Gluten terbentuk karena adanya perubahan ikatan yang terjadi pada
asam amino sistin. Ikatan sulfidril pada sistin akan berubah menjadi ikatan disulfida. Adanya ikatan
disulfida inilah yang menyebabkan adonan menjadi elastis.
Setelah itu, adonan direndam dalam air selama 1 menit. Perendaman ini bertujuan untuk
menghilangkan albumin dan globulin yang telah larut saat penambahan larutan NaCl 1%, sehingga
akan didapatkan gliadin dan glutenin saja. Kemudian dilakukan pencucian dengan air mengalir untuk
menghilangkan protein-protein yang telah terekstrak sehingga yang tersisa adalah gluten yang bersifat
viskoelastis dan kohesif (tidak mudah bereaksi dengan bahan lain, memiliki gaya kohesi yang sangat
tinggi, kalis). Pencucian dilakukan hingga air cucian menjadi jernih karena hal tersebut menandakan
bahwa albumin telah hilang dari tepung.
Saat pencucian, massa adonan akan mengalami penyusutan seiring dengan terlarutnya
senyawa yang tidak diinginkan dari adonan. Protein yang tersisa dalam adonan hanyalah gliadin dan
glutenin yang menyusun gluten. Selanjutnya, adonan ditimbang untuk mengetahui persentasi gluten
basahnya. Kemudian dilakukan pengeringan dalam oven dengan suhu 100C selama 15 menit untuk
menguapkan kadar air dalam adonan. Hasil akhir setelah dioven, diperoleh adonan yang mengembang
seperti balon dan membentuk kulit permukaan yang kering. Adonan akhir tersebut ditimbang lagi
untuk mengetahui persentase gluten kering.
Dari hasil uji gluten, didapatkan hasil bahwa tepung terigu protein tinggi (cakra kembar)
memiliki kadar gluten tinggi, yaitu berat gluten basah 7.2 g dan berat gluten kering 3.8 g, sedangkan
tepung terigu protein rendah (segitiga biru) memiliki kadar gluten rendah, yaitu berat gluten basah
5.8 g dan berat gluten kering 2.3 g. Hal ini sterbukti bahwa tepung protein tinggi akan memiliki kadar
gluten yang tinggi pula, sedangkan tepung protein rendah akan memiliki kadar gluten yang rendah.
Kemudian setelah pengeringan, diperoleh hasil bahwa gluten kering yang berasal dari tepung protein
tinggi (cakra kembar) memiliki serabut lebih banyak akan tetapi memiliki pengembangan yang kecil
dibandingkan dengan gluten kering yang berasal dari tepung protein rendah (segitiga biru). Hal ini
berkaitan dengan kemampuan pengikatan air ketika dalam bentuk adonan. Adonan terigu protein
tinggi tentu akan memiliki kemampuan mengikat air yang lebih baik dibandingkan dengan adonan
tepung terigu protein rendah, sehingga ketika dikeringkan adonan terigu protein tinggi memiliki
serabut yang lebih banyak daripada adonan terigu protein rendah. Pengembangan yang kecil pada
tepung terigu protein tinggi, hal ini disebabkan kesalahan oleh praktikan yang memungkinkan
menyucian adonan yang belum sepenuhnya jernih.
5.4. Specific Gravity
Specific gravity atau bobot jenis adalah suatu rasio yang menjelaskan perbandingan massa
suatu bahan pada udara dengan massa suatu benda pada air. Jika s.g. bahan lebih rendah dibanding
dengan air, maka bahan akan mengapung pada air, begitu pula sebaliknya apabila s.g. bahan lebih
berat maka bahan akan tenggelam dalam air. Metode pengukuran s.g. yang digunakan pada percobaan
ini adalah dengan membandingkan berat bahan di udara, dan berat bahan di air. Untuk berat bahan di
air, diukur dengan menggunakan neraca pegas dan pemberat, mengingat bahan untuk praktikum kali
ini berupa kacang-kacangan dan beras sehingga tidak sepenuhnya bisa tenggelam dan menunjukkan
skala yang sesuai.
Dari data s.g. praktikum kali ini, dapat dilihat bahwa untuk sorghum memiliki specific
gravity yang paling besar yaitu 1.23%. Hal ini disebabkan pada sorghum memiliki porositas yang
paling rendah dibandingkan sampel-sampel yang lain.
Pada pengamatan s.g ini, kadar protein, lemak, dan karbohidrat juga berpengaruh. Akan
tetapi, komponen bahan yang paling berpengaruh adalah protein. Hal ini dikarenakan protein yang
terkandung dalam produk serealia memiliki berat molekul tinggi. Oleh karena itu, kadar protein yang
berjumlah besar dalam suatu bahan pangan dapat menyebabkan nilai specific gravity dari bahan
tersebut juga besar. Selain itu kadar karbohidrat juga berpengaruh karena karbohidrat pada serealia
kebanyakan berupa polisakarida yang memiliki berat molekul yang besar. Selain itu, jagung dan
kacang kedelai memiliki hasil yang hampir sama yaitu 1.15% dan 1.17%. Hal ini disebabkan karena
kedua sampel tersebut memiliki kandungan lemak yang sama. Sedangkan, pada kacang tanah
memiliki s.g paling rendah yaitu 1%, hal ini dapat disebabkan karena porositas massa dari kacang
tanah lebih besar dibandingkan sampel lain yang digunakan.
Specific gravity dari bahan pangan dan hasil pertanian mempunyai arti yang sangat penting
dalam banyak hal praktis, misalnya untuk penentuan kemurnian biji, pemisahan, grading dan
sebagainya. Pengukuran specific gravity juga dipengaruhi oleh dimensi bahan. Semakin besar
dimensi bahan, maka berat bahan juga semakin besar. Berat bahan dalam air dipengaruhi oleh gaya
ke atas yang berlawanan dengan gaya berat sehingga berat bahan dalam air lebih ringan dibandingkan
berat bahan di udara. Prinsip specific gravity ini bertujuan untuk mengetahui apakah suatu bahan
pangan mengalami kerusakan atau tidak, serta mengetahui kemurnian suatu bahan pangan. Misalnya,
biji-bijian atau serealia yang mengapung saat direndam dalam air menandakan adanya bagian bahan
yang telah berkurang (porositasnya besar), sehingga dapat disimpulkan bahwa kualitasnya kurang
baik.
5.5. Densitas Kamba
Densitas kamba dapat dipengaruhi oleh jenis bahan, ukuran bahan, keadaan bahan, dan massa
tiap bahan tersebut. Jenis bahan atau komoditi yang berbeda mempengaruhi densitas kamba karena
tiap komoditi memiliki ciri-cirinya masing-masing yang berbeda dengan komoditi yang lain seperti
ukuran, bentuk, berat, dan sebagainya. Pada percobaan ini, digunakan komoditi kacang tanah, jagung,
kacang kedelai, beras sorgum dan kacang hijau yang memiliki ukuran, bentuk, dan berat yang
berbeda-beda. Ukuran dapat mempengaruhi densitas kamba karena ukuran mempengaruhi banyaknya
ruang kosong antar bahan. Ukuran bahan yang makin besar menyebabkan ruang kosong semakin
besar pula sehingga densitas kambanya semakin kecil. Ukuran tiap komoditi berbeda-beda, seperti
pada beras sorgum yang memiliki ukuran yang lebih kecil daripada kacang tanah. Perbedaan massa
butir serealia dan kacang-kacangan tiap komoditinya menyebabkan densitas kamba yang didapat juga
berbeda Keadaan bahan juga dapat mempengaruhi hasil yang didapat seperti pada sorgum ada
beberapa yang pecah sehingga ukuran akan menjadi lebih kecil dan pada jagung yang terdapat banyak
kutu sehingga bagian dalam jagung banyak yang dimakan kutu menyebabkan jagung menjadi ringan.
Keadaan bahan tersebut dapat menyebabkan bahan memiliki ukuran yang lebih besar dengan berat
yang lebih ringan sehingga densitas semakin kecil.
Pada percobaan, dilakukan perbandingan antara hasil praktek dan hasil teori yang didapat.
Hasil densitas bahan g/mL dari berat tiap 100 mL merupakan hasil praktek sedangkan g/mL dari berat
bahan per butir dengan jumlah butir per 100 mL merupakan hasil teori. Terdapat perbedaan antara
hasil praktek dan teori disebabkan karena keadaan bahan yang tidak baik dengan beberapa komoditi
dengan biji yang pecah dan terdapat kutu pada jagung yang memamkan isi jagung sehingga jagung
menjadi ringan dan bagian dalam jagung kosong. Selain itu, ukuran dan berat tiap biji pada suatu
bahan berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan pada jumlah komposisi yang
dimiliki dan umur dari biji tersebut. Dengan mengetahui densitas kamba dengan hasil teori dan
praktek, kita dapat mengetahui keadaan bahan dan ciri-ciri yang dimiliki bahan tersebut.
1. Bentuk, ukuran, dan warna pada serealia dan kacang kacangan dipengaruhi oleh varietas,
umur, komponen bahan, dan penanganan pra panen maupun pasca panen.
2. Tepung terigu protein tinggi memiliki kadar gluten yang lebih banyak daripada tepung terigu
protein rendah.
3. Specific gravity (SG) dipengaruhi oleh komponen penyusun bahan, porositas bahan,
persentase kulit pelindung bahan.
4. Daya serap air dipengaruhi oleh komposisi bahan, luas permukaan, serta kekerasan dan
ketebalan kulit.
5. Densitas kamba dipengaruhi oleh jenis bahan, ukuran, berat, dan keadaan bahan tersebut.
6. Kecepatan terminal dapat dipengaruhi oleh jenis bahan, bentuk bahan, viskositas yang
berkaitan dengan gaya gesek, gaya gravitasi, media yang digunakan berkaitan dengan massa
jenis media, berat, luas permukaan, dan kekasaran permukaan bahan.
7. Densitas curah dipengaruhi oleh permukaan bahan, ukuran, berat bahan dan gaya gesek yang
terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Matz, A.S. 1991. Chemistry and Technology of Cereals as Food and Feed. New York: Springer
Science
Muchtadi, T.R., Sugiyono, dan Ayustaningwarno. 2010. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Jakarta:
Alfabeta.
Saldivar, S.O.S. 2012. Cereal Grains: Laboratory Reference and Procedures Manual. VS: CRC
Press.
Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Wirakartakusumah, M.A., K. Abdullah dan A.M. Syarief. 1992. Sifat Fisik Pangan. Bogor: IPB
Press.
LAMPIRAN
C. Sifat adonan