Disusun Oleh :
NAMA NIM
Widya P07133218040
Penulis
DAFTAR ISI
i
KATA PENGANTAR.......................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 1
C. Tujuan ............................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Bahan Tambahan Pangan............................................... 3
B. Tujuan Bahan Tambahan Pangan.................................................... 3
C. Macam-Macam Bahan Tambahan Pangan...................................... 4
D. Upaya Pengendalian Keamanan Pangan.......................................... 6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
4. Untuk mengetahui bagaimana Upaya Pengendalian Pangan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2. Membentuk makanan menjadi lebih baik, renyah dan enak dimulut.
3. Memberikan warna dan aroma yang lebih menarik
4
3. Pengawet, yaitu bahan tambahan pangan yang dapat mencegah fermentasi,
pengemasan, atau penguraian lain pada makanan yang disebabkan oleh
pertumbuhan mikroba.
4. Antioksidan, yaitu bahan tambahan pangan yang dapat mencegah atau
menghambat proses oksida lemak, sehingga mencegah terjadinya ketengikan.
5. Antikempal, yaitu bahan tambahan pangan yang dapat mencegah
mengempalnya (menggumpalnya) makanan yang berupa serbuk seperti
tepung atau bubuk.
6. Penyedap rasa dan aroma, penguat rasa, yaitu bahan tambahan pangan
yang dapat memberikan, menambah, atau mempertegas rasa dan juga aroma.
7. Pengatur keasaman (pengasam, penetral, pendapat), yaitu bahan tambahan
pangan yang dapat mengasamkan, menetralkan, dan mempertahankan derajat
keasaman makanan.
8. Pemutih dan pematang tepung, yaitu bahan tambahan pangan yang dapat
mempercepat proses pemutihan dan atau pematang tepung, sehingga dapat
memperbaiki mutu pemanggangan.
9. Pengemulsi, pemantap, dan pengental, yaitu bahan tambahan pangan yang
dapat membantu terbentuknya dan memantapkannya sistem dispersi yang
homogen pada makanan.
10. Pengeras, yaitu bahan tambahan pangan yang dapat memperkeras atau
mencegah melunaknya makanan.
11. Sekuestran, yaitu bahan tambahan pangan yang dapat mengikat ion logam
yang ada dalam makanan, sehingga memantapkan warna, aroma, tekstur.
Adapun bahan tambahan pangan yang dilarang digunakan dalam
makanan, menurut Permenkes RI Nomor 33/MENKES/PER/VI/2012.
Sebagai beriku:
1. Asam borat dan senyawanya (Boric acid)
2. Formalin (formaldehyde)
3. Minyak nabati yang dibrominasi (Brominated vegetable oils)
4. Kloramfenikol (Chloramphenicol)
5. Kalium klorat (Potassium chlorate)
5
6. Dietilpirokarbonat (Diethylpyrocarbonate, DEPC)
7. Nitrofurazon (Nitrofurazone)
8. Dulkamara ( Dulcamara)
9. Asam silsilat dan garamnya ( Salicylic acid and its salt)
10. Dulsin (Dulcin)
11. Kalium bromat (Potassium bromate)
12. Kokain (Cocaine)
13. Nitrobenzen (Nitrobenzene)
14. Sinamil antranilat (Cinnamyl anthranilate)
15. Dihidrosafrol (Dihydrosafrole)
16. Biji tonka (Tonka bean)
17. Minyak kalamus (Calamus oil)
18. Minyak tansi ( Tansy oil)
19. Minyak sasafras (Sasafras oil)
D. Upaya Pengendalian Keamanan Pangan
Upaya-upaya tersebut antara lain adalah berkaitan dengan prinsip-
prinsip cara pengolahan makanan yang baik yang dapat dilakukan dengan
cara-cara sederhana secara mikro ataupun melibatkan peran swasta dan
pemerintah secara makro.
1. Memperhatikan masalah sanitasi dan higinitas. Kebersihan pada setiap
tahapan proses pengolahan, yang dimulai dari persiapan dan penyediaan
bahan baku, pemakaian air bersih, tahapan pengolahan, dan pasca
pengolahan (pengemasan dan penyimpanan) makanan atau pangan
tradisional merupakan langkah-langkah penting untuk menghindari
terjadinya infeksi dan intoksikasi. Selain itu usaha-usaha untuk mencegah
terjadinya kontaminasi silang antara bahan baku yang belum diolah
dengan bahan jadi juga merupakan upaya preventif yang harus dilakukan.
2. Memanfaatkan secara maksimal sifat sinergisme antara bahan-bahan
penyusun makanan tradisional yang dikombinasikan dengan penambahan
asam untuk menurunkan pH (keasaman) produk. Seperti kita ketahui
bahwa kunyit, jahe, lengkuas, dan bahan-bahan lainnya merupakan pangan
6
tradisional yang diketahui mempunyai efek antibakteri atau antimikroba.
Sifat sinergisme ini juga merupakan usaha untuk menghindarkan
penggunaan pengawet kimia.
3. Upaya pelayanan purna jual yang diberikan kepada konsumen dengan cara
penulisan label pada kemasan makanan. Penulisan informasi tentang batas
akhir penggunaan makanan (kadaluarsa), komposisi gizi penyusun
makanan tradisional, komposisi zat gizi yang terkandung, bahan pengawet
yang digunakan, informasi kehalalan, dan nama perusahaan atau industri
rumah tangga yang memproduksi. Langkah ini merupakan jaminan mutu
kepada konsumen tentang produk yang akan kita pasarkan.
4. Peran aktif industri pangan dalam membentuk atau membina pola dan
kebiasaan konsumsi yang baik bagi masyarakat. Peran strategis industri
pangan ini dimulai dari penggunaan jenis dan kualitas produk yang
digunakan untuk produk olahannya. Industri pangan mempunyai kekuatan
yang besar pula untuk mempengaruhi status gizi dan kesehatan masyarakat
umum.
5. Peran serta pemerintah dalam memberikan regulasi dan pengawasan
terhadap masalah-masalah keamanan pangan. Penguatan jejaring
keamanan pangan nasional yang sudah ada dalam kerangka sistem
keamanan pangan terpadu yang melibatkan semua stake-holder pemerintah
pusat sampai pemerintah daerah. Perbaikan sistem pelaporan, pengaduan,
pencatatan, dan penegakan hukum agar kasus-kasus keracunan pangan
tidak terulang lagi.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahan Tambahan Pangan adalah bahan campuran bahan yang secara
alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan
ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan antara lain
bahan pewarna, pengawet, penyedap rasa, anti gumpal, pemucat dan
pengental.
Tujuan penggunaan bahan tambahan pangan adalah dapat
meningkatkan atau mempertahankan gizi dan kualitas daya simpan, membuat
bahan pangan lebih mudah dihidangkan, serta mempermudah preparasi bahan
pangan. Fungsi penggunaan BTP dalam pangan adalah untuk :
1. Mengawetkan makanan dengan mencegah pertumbuhan mikroba perusak
pangan atau mencegah terjadinya reaksikimia yang dapat menurunkan
mutu pangan.
2. Membentuk makanan menjadi lebih baik, renyah dan enak dimulut.
3. Memberikan warna dan aroma yang lebih menarik
Upaya pengendalian keamanan pangan yang dapat dilakukan adalah
dengan Memperhatikan masalah sanitasi dan higinitas. Kebersihan pada
setiap tahapan proses pengolahan. Selain itu usaha-usaha untuk mencegah
terjadinya kontaminasi silang antara bahan baku yang belum diolah dengan
bahan jadi. Memanfaatkan secara maksimal sifat sinergisme antara bahan-
bahan penyusun makanan tradisional yang dikombinasikan dengan
penambahan asam untuk menurunkan pH (keasaman) produk. Upaya
pelayanan purna jual yang diberikan kepada konsumen dengan cara penulisan
label pada kemasan makanan. Penulisan informasi tentang batas akhir
penggunaan makanan (kadaluarsa), komposisi gizi penyusun makanan
tradisional, komposisi zat gizi yang terkandung, bahan pengawet yang
digunakan, informasi kehalalan, dan nama perusahaan atau industri rumah
8
tangga yang memproduksi. Peran aktif industri pangan dalam membentuk
atau membina pola dan kebiasaan konsumsi yang baik bagi masyarakat.
Peran strategis industri pangan ini dimulai dari penggunaan jenis dan kualitas
produk yang digunakan untuk produk olahannya. Peran serta pemerintah
dalam memberikan regulasi dan pengawasan terhadap masalah-masalah
keamanan pangan. Penguatan jejaring keamanan pangan nasional yang sudah
ada dalam kerangka sistem keamanan pangan terpadu yang melibatkan semua
stake-holder pemerintah pusat sampai pemerintah daerah.
9
DAFTAR PUSTAKA
11