Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ANALISIS OBAT MAKANAN DAN KOSMETIK


“Analisis Siklamat”

Kelompok 2

Anggota :
1. Betha Lana Dhilavia (1500023114)
2. Venty Anggita Kirtianda (1500023115)
3. Mohammad Arief Ramadhan (1500023120)
4. Fuad Mukhlisin (1500023121)
5. Hazimah Anis Farras (1500023133)

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA

1
DAFTAR ISI
A. Pendahuluan ...................................................................................................................... 3
a. Bahan Tambahan Makanan (BTM) ............................................................................ 3
b. Pemanis Buatan ............................................................................................................. 5
c. Macam-macam pemanis buatan .................................................................................. 6
B. Identifikasi …………………………………………………………………………………………………………………… 10
C. Metode Analisis .................................................................................................................. 10
a. Macam-Macam Metode Analisis ................................................................................... 10
c. Beberapa metode analisis kuantitatif ........................................................................ 12
d. Metode penetapan kadar terpilih .............................................................................. 12
C. Prinsip Dasar Reaksi ....................................................................................................... 13
D. Metodologi Penelitian ..................................................................................................... 13
a. Cara Kerja ....................................................................................................................... 13
b. Perhitungan Kadar ......................................................................................................... 14
c. Hasil dan Pembahasan ................................................................................................ 14
F. Kesimpulan ...................................................................................................................... 15
G. Daftar Pustaka ............................................................................................................... 166

2
A. Pendahuluan

a. Bahan Tambahan Makanan (BTM)


Bahan Tambahan Makanan (BTM) adalah bahan atau campuran bahan yang
secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan
kedalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan, antara lain bahan
pewarna, pengawet, penyedap rasa, anti gumpal, pemucat dan pengental.
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/88 dijelaskan
bahwa BTM adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai pangan dan biasanya
bukan merupakan ingredien khas pangan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi,
yang dengan sengaja ditambahkan kedalam pangan.Tujuan penggunaan bahan
tambahan makanan adalah untuk meningkatkan dan mempertahankan nilai gizi dan
kualitas makanan.
Secara umum bahan tambahan makanan dapat dibagi menjadi dua golongan
besar yaitu:
a. Bahan tambahan makanan yang ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan,
dengan mengetahui komposisi bahan dan maksud penambahan BTM dapat
mempertahankan kesegaran, cita rasa dan membantu pengolahan seperti:
pengawet, pewarna dan pengeras.
b. Bahan tambahan makanan yang tidak sengaja ditambahkan, yaitu bahan yang tidak
mempunyai fungsi dalam makanan tersebut, terdapat secara tidak sengaja, baik
dalam jumlah sedikit atau cukup banyak akibat perlakuan selama proses produksi,
pengolahan dan pengemasan. Bahan ini dapat pula merupakan residu atau
kontaminan dari bahan yang sengaja ditambahkan untuk tjuan produksi bahan
mentah atau penanganannya yang masih terbawa ke dalam makanan yang akan
dikonsumsi. Contoh: residu pestisida, antibiotik dan pupuk.
Selain itu, berdasarkan asalnya bahan tambahan makanan dapat berasal dari
sumber alamiah, seperti lesitin, asam sitrat, dan lainnya dan bahan tambahan makanan
sintesis. Lesitin, asam sitrat dan lainnya juga dapat disintesis dari bahan kimia yang
mempunyai sifat serupa dengan bahan alamiah yang sejenis, baik susunan kimia
maupun sifat metabolismenya misalnya asam askorbat dan beta karoten.

3
Penggunaan bahan tambahan makanan sintesis lebih sering digunakan karena
memiliki kelebihan yaitu: lebih pekat, lebih stabil dan lebih murah.
Kelemahannyasering terjadi ketidaksempurnaan proses sehingga mengandung zat-zat
yang berbahaya bagi kesehatan dan kadang bersifat karsinogen yang dapat merangsang
terjadinya kanker pada hewan dan manusia. Untuk itu, secara umum tambahan
makanan yang digunakan hanya dapat dibenarkan apabila:
a. Dimaksudkan untuk dapat mencapai masing-masing tujuan penggunaan dalam
pengolahan.
b. Tidak digunakan untuk menyembunyikan penggunaan bahan yang salah atau
tidak memenuhi persyaratan.
c. Tidak digunakan untuk menyembunyikan cara kerja yang bertentangan dengan
cara produksi yang baik untuk pangan.
d. Tidak digunakan untuk menyembunyikan kerusakan bahan pangan
Salah satu golongan BTM yang diizinkan yaitu pemanis. Menurut Peraturan
BPOM Nomor 4 tahun 2014, pemanis (Sweetener) adalah bahan tambahan pangan
berupa pemanis alami dan pemanis buatan yang memberikan rasa manis pada produk
pangan. Sedangkan pemanis alami (Natural sweetener) adalah pemanis yang dapat
ditemukan dalam bahan alam meskipun prosesnya secara sintetik ataupun fermentasi
dan pemanis buatan (Artificial sweetener) adalah pemanis yang diproses secara
kimiawi, dan senyawa tersebut tidak terdapat di alam.
BTP Pemanis yang diizinkan digunakan dalam pangan terdiri atas Pemanis
Alami (Natural Sweetener) dan Pemanis Buatan (Artificial Sweetener).
1. Pemanis alami yang diizinkan terdiri atas:
a. Sorbitol (Sorbitol);
b. Manitol (Mannitol);
c. Isomalt/Isomaltitol (Isomalt/Isomaltitol);
d. Glikosida steviol (Steviol glycoside);
e. Maltitol (Maltitol);
f. Laktitol (Lactitol);
g. Silitol (Xylitol); dan
h. Eritritol (Erythritol).

4
2. Pemanis Buatan yang diizinkan terdiri atas:
a. Asesulfam-K (Acesulfame potassium);
b. Aspartam (Aspartame);
c. Siklamat (Cyclamates);
d. Sakarin (Saccharins);
e. Sukralosa (Sucralose/Trichlorogalactosucrose); dan
f. Neotam (Neotame).
BTM pemanis buatan yang dilarang digunakan dalam pangan yaitu dulsin.
Dulsin adalah pemanis buatan dengan daya manis 250 kali dari daya manis sukrosa.
Hasil percobaan pada hewan menunjukkan bahwa dulsin dapat menyebabkan kanker.
b. Pemanis Buatan
Pemanis buatan pada umumnya memiliki ADI (acceptable daily intake) yang
ditentukan. Acceptable Daily Intake diartikan sebagai jumlah maksimum senyawa
kimia yang bisa dikonsumsi setiap hari secara terus menerus tanpa menimbulkan
resiko dalam kesehatan. Acceptable Daily Intake sakarin 5 mg/kgBB/hari, siklamat 1
mg/kgBB/hari, aspartam 50 mg/kgBB/hari, acesulfamK 15 mg/kgBB/hari, neotam 2
mg/kgBB/hari, dan sucralose 5 mg/kgBB/hari (FDA, 2006). Menurut Peraturan Kepala
Badan Pengawas Obat dan Makanan nomor 4 tahun 2014, Acceptable Daily Intake
sakarin 0-5 mg/kgBB, siklamat 011 mg/kgBB, aspartam 0-40 mg/kgBB, acesulfam-K
0-15 mg/kgBB, neotam 0-2 mg/kgBB, dan sucralose 0-15 mg/kgBB (BPOM, 2014).
Zat pemanis buatan adalah zat yang dapat menimbulkan rasa manis atau dapat
membantu mempertajam penerimaan terhadap rasa manis tersebut, sedang kalori yang
dihasilkan jauh lebih rendah daripada gula. Hanya beberapa zat pemanis sintetik yang
boleh dipakai dalam makanan. Mula-mula garam Na – dan Ca – siklamat dengan
kemanisan 30x sukrosa digunakan sebagai pemanis. Di Amerika Serikat
penggunaannya dilarang (karsinogen), namun di Indonesia masih diijinkan.
Metabolisme siklamat yaitu sikloheksamina merupakan senyawa karsinogenik,
pembuangannya melalui urine dapat merangsang tumor kandung kemih pada tikus.
Namun uji ulang pada bebrapa galur tikus dan hamster menunjukkan hasil negatif.

5
Pemanis buatan sering ditambahkan kedalam pangan dan minuman sebagai
pangganti gula karena mempunyai kelebihan dibandingakan dengan pemanis alami
(gula), yaitu :
1. Rasanya lebih manis.
2. Membantu mempertajam penerimaan terhadap rasa manis.
3. Tidak mengandung kalori atau mengandung kalori yang jauh lebih rendah
sehingga cocok untuk penderita penyakit gula (diabetes).
4. Harganya lebih murah. Pemanis buatan yang paling umum digunakan dalam
pengolahan pangan di Indonesia adalah siklamat dan sakarin yang mempunyai
timgkat kemanisan masing-masing 30-80 dan 300 kali gula alami.
Bahan pemanis sintetis masih diragukan keamanannya bagi kesehatan manusia.
Beberapa negara mengeluarkan peraturan ketat atau bahkan melarang penggunaan
beberapa pemanis buatan. Di Kanada, sejak 1997 penggunaan sakarin dilarang
pemakaiannya. Di Indonesia meskipun banyak pembatasan namun belum ada larangan
untuk penggunaanya. Karena itu, masyarakat Indonesia masih menggunakan sakarin,
siklamat dan aspartam dalam jumlah tertentu baik gabungan maupun secara terpisah
(Winarno, 1994).
Beberapa dampak yang dapat ditimbulkan dari penggunaan bahan pemanis
sintetis diantaranya: penggunaan sakarin dosis tinggi dapat menyebabkan kanker dan
kanker kantong kemih. Konsumsi siklamat juga dapat memicu karsinogen dan kanker
kantong kemih. Sedangkan untuk dampak dari aspartam diperkirakan dapat memicu
keterbelakangan mental karena ketidak mampuan tubuh untuk memetabolisme asal
fenilpiruvat yang terbentuk dari fenilalanin.
c. Macam-macam pemanis buatan
a. Aspartam
Aspartam adalah pemanis buatan yang paling sering digunakan dalam industri
makanan, karena tidak menyisakan after taste pahit. Tapi derajat kemanisannya sangat
tinggi, sekitar 60-220 kali gula murni.Dari semua pemanis buatan, hanya aspartam
yang mengalami metabolisme dalam tubuh. Aspartam dirombak secara cepat dan
sempurna menjadi asam amino asam aspartat, fenilalanin dan metanol. Meski tak
mengandung kalori, batas konsumsinya hanya 50 ml/kg berat badan.

6
b. Asesulfam Potassium (Acesulfame-K)
Selain aspartam, Acesulfame-K juga sering ditambahkan dalam produk
makanan dan minuman kemasan di Indonesia. Bedanya, pemanis ini akan dikeluarkan
melalui urine tanpa mengalami perubahan. Karena tingkat kemanisannya tinggi sekitar
200 kali gula pasir, penggunaan asesulfam sebaiknya dibatasi dalam dosis yang kecil.
Apalagi kalau penggunaannya dibarengi zat pemanis lain.
c. Siklamat
Siklamat punya derajat kemanisan 30 kali gula pasir. Hasil penelitian Codex
Alimentarius Commissions pada 1984 menyimpulkan bahwa siklamat tidak terbukti
menyebabkan mutagen dan kanker.Meski demikian, Amerika Serikat dan Kanada tidak
mengizinkan penggunaan siklamat. Di Indonesia, penggunaannya dibolehkan BPOM
selama dosisnya tepat.
d. Sakarin
Pelopor pemanis buatan sejak seabad lalu ini punya indeks kemanisan 300-500
dari gula pasir. Sejauh ini, penggunaan sakarin masih diizinkan BPOM dalam takaran
wajar. Namun perlu hati-hati, karena mulai banyak penelitian yang menyimpulkan
kalau konsumsi sakarin bisa berpotensi menimbulkan kegemukan.
e. Sukralosa
Sukralosa punya rasa 600 kali lebih manis dari gula murni. Meski demikian,
sukralosa tidak dapat dicerna tubuh, sehingga tak berpengaruh pada gula darah.Tak
seperti gula, pemanis ini tidak menyebabkan kerusakan pada gigi atau potensi penyakit
lainnya seperti diabetes. Kelebihan lainnya, sukralosa juga bisa diolah dalam suhu
tinggi tanpa mengurangi rasa manisnya.
f. Eritritol
Eritritol merupakan gula alkohol dengan derajat kemanisan kecil dibanding
lainnya, yakni 0,7 kali gula pasir. Pemanis ini termasuk Generally Recognized As Safe
atau GRAS, yang cenderung aman digunakan. Lebih dari 90 persen eritritol yang
diserap usus halus dikeluarkan melalui urine tanpa perubahan dalam kurun waktu 24
jam. Nilai kalori yang terkandung hanya 0,2 kkal/gram sehingga tak menyebabkan
karies gigi, gula darah, dan insulin penderita diabetes.

7
g. Neotam
Pemanis turunan aspartam ini punya derajat kemanisan yang sangat tinggi,
yaitu 7.000 – 13.000 kali gula. Beberapa studi menyebutkan neotam aman dikonsumsi
dan tidak menimbulkan efek buruk khusus.Penambahan neotam pada konsentrasi
tertentu dapat menghilangkan rasa pahit, rasa mentah, dan rasa nutty dari produk
kacang kedelai. Ketika dikonsumsi, neotam dapat dimetabolisis dan tidak akan
terakumulasi di dalam tubuh, karena akan dikeluarkan melalui urin atau feses.
h. Isomalt
Isomalt dibuat dari sukrosa (gula pasir) dan memiliki derajat kemanisan 0,45-
0,65 kali gula murni. Sama seperti eritritol, isomalt termasuk GRAS, aman untuk gigi,
dan tak menyebabkan kenaikan gula darah penderita diabetes I atau II.
i. Xylitol (Silitol)
Silitol punya nilai kalori 2,4 kkal/gram yang tergolong rendah. Gula alkohol ini
punya derajat kemanisan satu kali gula pasir dan termasuk GRAS (Generally
Recognized As Safe). Karena tidak menyebabkan karies gigi, kebanyakan silitol
digunakan sebagai campuran permen.
j. Sorbitol
Sama seperti silitol, sorbitol seringkali dijadikan pemanis dalam produk
permen karena tak menimbulkan karies gigi. Sorbitol termasuk glukosa dengan derajat
kemanisan 0,5-0,7 kali gula pasir. Selain pemanis, zat ini juga bisa menjadi humektan,
pengental, dan mencegah terbentuknya kristal pada sirup. Sedangkan, bagi
penderita diabetes dan pelaku diet rendah kalori, sorbitol aman dikonsumsi selama tak
berlebihan.
k. Maltitol
Maltitol adalah gula alkohol dengan derajat kemanisan 0,9 kali gula
pasir. Umumnya dikenal aman karena termasuk GRAS. Zat pemanis ini dibuat dengan
cara hidrogenasi maltosa yang diperoleh dari hidrolisis pati. Namun, kandungannya tak
menyebabkan kerusakan gigi atau peningkatan insulin pada penderita diabetes.
l. Manitol
Manitol termasuk GRAS (Generally Recognized As Safe) dan merupakan gula
alkohol dengan derajat kemanisan 0,5-0,7 kali gula pasir. Dapat digunakan sebagai

8
pengganti gula bagi penderita diabetes dan aman untuk kamu yang lagi berdiet, karena
kalorinya hanya 1,6 kkal/gram. Tapi perlu diperhatikan, konsumsi manitol lebih dari
20 gram per hari akan berefek laksatif.
m. Laktitol
Derajat kemanisan Laktitol berkisar 0,3-0,4 kali gula pasir. Termasuk
GRAS atau umumnya dikenal aman karena tak merusak gigi. Laktitol juga banyak
dimanfaatkan dalam produk khusus penderita diabetes. Sama dengan manitol,
konsumsi laktitol perhari lebih dari 20 gram akan berefek laksatif.

9
B. Identifikasi
Natrium siklamat (C6H12NNaO3S) merupakan pemanis buatan yang terbuat
dari garam natrium dari asam siklamat. Memiliki kemanisan 30 kali lipat manis gula.
Natrium siklamat memiliki struktur seperti gambar berikut :

Gambar 1. Struktur Kimia Natrium Siklamat/Natrii Cyclamas (Natrium


sikloheksilsulfamat)
Berdasarkan Farmakope Indonesia edisi III, natrium siklamat memiliki
pemerian atau serbuk hablur putih, tidak berbau atau hampir tidak berbau, rasa agak
manis walaupun dalam larutan encer. Larut dalam 5 bagian air, dalam 250 bagian
etanol (95%) P dan dalam 25 bagian propilenglikol P, praktis tidak larut dalam
klorofom P dan dalam eter P. Keasaman-kebasaannya memiliki pH larutan 10,0% b/v.
Natrium siklamat bersifat tahan panas.

C. Metode Analisis
a. Macam-Macam Metode Analisis
Suatu metode analisis terdiri atas serangkaian langkah yang harus diikuti untuk
tujuan analisis kualitatif, kuantitatif, dan informasi struktur dengan menggunakan
teknik tertentu. Berikut merupakan beberapa metode analisis kadar sampel.
No Metode Prinsip Syarat Senyawa
Pembentukan senyawa Senyawa logam, garam
1. Kompleksometri
komplek yang sukar mengion
Senyawa yang dapat
Reaksi redoks dengan
2. Permanganometri direduksi dengan
senyawa KMnO4
KMnO4
3. Nitrimetri Reaksi pembentukan garam Senyawa yang memiliki

10
diazonium gugus amin aromatis
primer
Senyawa yang bisa
4. Argentometri Pengendapan garam perak mengendap dengan
garam perak
5. Asidi/Alkalimetri Reaksi netralisasi Asam/basa
Senyawa dengan
Reaksi pengendapan kelarutan kecil sehingga
6. Gravimetri berdasarkan bobot konstan bisa mengendap kembali
sampel dan dapat dianalisis
dengan cara menimbang
Senyawa yang
mempunyai potensial
7. Iodometri/Iodimetri Reaksi redoks oksidasi lebih besar
daripada senyawa yang
bersifat sebagai oksidator
Serapan sinar oleh senyawa Memiliki gugus
Spektrofotometri
8. yang ditentukan berdasarkan kromofor, larutan tidak
UV
panjang gelombang berwarna
Serapan sinar oleh senyawa Memiliki gugus
Spektrofotometri
9. yang ditentukan berdasarkan kromofor, larutan
Vis
panjang gelombang berwarna
HPLC (high
Pemisahan analit-analit
10. performance Larutan
berdasarkan kepolarannya
Chomatography)
Sinar monokromatis
penyebab promosi electron
Memiliki struktur
11. Spektrofluorometri pada senyawa organic/atom,
koplanar dan kromofor
kemudian electron
kehilangan sebagian energy

11
kinetic, ketika electron
kembali ke tingkat dasar
mengemisikan sinar dengan
panjang gelombang lebih
besar.
Pemisahan campuran
berdasarkan perbedaan
12. KLT Campuran senyawa
kecepatan rambat komponen
dalam media tertentu
Pemisahan campuran
Mudah menguap dalam
13. Kromatografi Gas senyawa yang punya titik
campuran
didih rendah
Penyerapan energy sinar
SSA
oleh atom-atom netral dan Senyawa dengan
14. (spektrofotometri
sinar yang diserap adalah konsentrasi rendah
serapan atom)
uv/vis

c. Beberapa metode analisis kuantitatif

1. Alkalimetri
Siklamat dapat dianalisis dengan alkalimetri karena mempunyai sifat asam.
2. Gravimetri
Siklamat dapat di analisis dengan gravimetri karena tahan terhadap pemanasan.
3. N-Total
Siklamat dapat di analisis dengan N-Total karena memiliki unsur N.

d. Metode penetapan kadar terpilih

12
Kadar siklamat dengan metode pengendapan (gravimetri). Penentuan kadar
siklamat dengan metode pengendapan ini memerlukan alat dan bahan yang lebih
sederhana dibandingkan dengan menggunakan spetrofotometri. Sampel yang diteliti
kandungan/kadar siklamatnya adalah sirup jajanan yang berwarna merah yang
biasanya dicampurkan ke dalam es kelapa atau es campur, yang dijual di wilayah
Banjarmasin Utara.

C. Prinsip Dasar Reaksi

Prinsip identifikasi adanya siklamat dalam sampel adalah dengan cara


pengendapan. Sampel ditambahkan HCl yang berfungsi untuk mengasamkan larutan
agar reaksi dapat berlangsung lebih cepat. Penambahan BaCl2 berfungsi untuk
mengendapkan pengotor-pengotor yang ada dalam larutan, yang mana dalam
penelitian ini pengotor yang kemungkinan ada adalah Barium Sulfat (BaSO4) yang
didapat dari penambahan BaCl2 dan NaNO2 yang bereaksi dengan siklamat.

Gambar 2. Reaksi Identifikasi Siklamat

D. Metodologi Penelitian

a. Cara Kerja
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel sirup merah,
larutan asam klorida (HCl) 10%, larutan barium klorida (BaCl2) 10%, larutan natrium
nitrit (NaNO2) 10%, akuades, dan siklamat. Alat yang digunakan yaitu neraca analitik,
gelas ukur, pipet volume, kertas saring, labu ukur, hot plate, batang pengaduk. Sampel
sirup disaring dengan kertas saring. Filtrat hasil penyaringan ditambahkan 10 ml
larutan HCl 10% dan 10 ml larutan BaCl2 10% lalu didiamkan. Setelah 30 menit
larutan disaring lagi, kemudian ditambahkan 10 ml NaNO2 10%. Larutan selanjutnya
dipanaskan di atas hot plate pada suhu 125 - 130ºC. Jika terbentuk endapan putih

13
maka sampel positif mengandung siklamat. Endapan yang terbentuk kemudian
dipisahkan dari filtratnya, dikeringkan, dan ditimbang untuk diukur beratnya secara
gravimetri.
b. Perhitungan Kadar

Endapan barium sulfat yang didapat dianalogikan dengan besarnya siklamat


yang ada. Ini dikarenakan dalam mekanismenya jumlah mol siklamat yang bereaksi
sama dengan jumlah mol barium sulfat yang didapat. Hasil perhitungan kadar siklamat
pada sirup merah yang dijual di wilayah Banjarmasin Utara.

c. Hasil dan Pembahasan


Siklamat adalah senyawa yang larut dalam 5 bagian air. Oleh karena itu,
sampel yang mengandung siklamat sebanyak 25 ml dicampurkan dengan akuades
sampai homogen dengan perbandingan 1:1. Pengenceran sampel bertujuan untuk
menghidrolisis Na-Siklamat menjadi ion Na+ dan ion siklamat sehingga memudahkan
terjadinya reaksi antara sampel dengan reagen/pereaksi. Prinsip identifikasi adanya
siklamat dalam sampel adalah dengan cara pengendapan.
Sampel ditambahkan HCl yang berfungsi untuk mengasamkan larutan agar
reaksi dapat berlangsung lebih cepat. Penambahan BaCl2 berfungsi untuk
mengendapkan pengotor-pengotor yang ada dalam larutan, yang mana dalam
penelitian ini pengotor yang kemungkinan ada adalah Barium Sulfat (BaSO4) yang
didapat dari penambahan BaCl2 dan NaNO2 yang bereaksi dengan siklamat.
Sedangkan penambahan NaNO2 berfungsi untuk memutuskan ikatan sulfat dalam
siklamat (Lestari, 2011).

14
Endapan yang dihasilkan dari proses identifikasi siklamat pada saat penelitian
adalah endapan merah muda sampai tua. Endapan berwarna yang dihasilkan
merupakan efek dari warna dasar sampel sirup tersebut yang berwarna merah. Endapan
merah muda sampai dianggap sama dengan endapan putih yang dihasilkan dari reaksi
positif adanya sampel yang mengandung siklamat. Hasil ini sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2011) pada jamu gendong yang dijual di Pasar
Grobok Medan, endapan yang dihasilkan adalah endapan berwarna bukan endapan
putih walaupun sudah ditambahkan arang aktif untuk menghilangkan warna dasar dari
sampel.
Endapan barium sulfat yang didapat dianalogikan dengan besarnya siklamat
yang ada. Ini dikarenakan dalam mekanismenya jumlah mol siklamat yang bereaksi
sama dengan jumlah mol barium sulfat yang didapat. Hasil perhitungan kadar siklamat
pada sirup merah yang dijual di wilayah Banjarmasin Utara.
Dari hasil pengujian tersebut, tidak ada sampel melebihi ambang batas
sehingga masih aman dikonsumsi. Walaupun aman dikonsumsi, penggunaan pemanis
buatan tidak dianjurkan untuk masyarakat umum. Penggunaan pemanis buatan lebih
dikhususkan untuk masyarakat tertentu seperti penderita diabetes yang tujuannya untuk
mengontrol kadar gula berlebih atau untuk penderita kegemukan, namun juga harus
dalam batas tertentu dan harus diawasi oleh dokter atau ahli kesehatan. Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI) juga menyebutkan
bahwa pemanis yang dibolehkan untuk ditambahkan ke dalam sirup adalah gula alami,
sedangkan pemanis buatan atau pemanis non kalori tidak diperbolehkan.

F. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
hasil identifikasi siklamat dengan menggunakan reaksi pengendapan yang dilakukan
terhadap 15 sampel sirup merah yang dijual di wilayah Banjarmasin Utara, diperoleh 6
sampel yang positif mengandung siklamat yaitu sampel C, D, G, H, N dan O dengan
kadarnya berturut-turut adalah 46,21 mg/kg; 71,26 mg/kg; 97,86 mg/kg; 74,82 mg/kg;
84,46 mg/kg; 105,24 mg/kg. Kadar siklamat tersebut tidak melebihi ambang batas

15
maksimum yang ditetapkan oleh Codex Alimentarius Commision (CAC) yaitu 500
mg/kg berat badan.

Daftar Pustaka
Abdul Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan


Republik Indonesia.

Anonim. http://repository.usu.ac.id diakses tanggal 5 Mei 2019.

BPOM nomor 4 tahun 2014. Batas maksimum penggunaan bahan tambahan pangan
pemanis. Jakarta

.https://www.idntimes.com/food/dining-guide/putriana-cahya/13-nama-lain-pemanis-
buatan/full diakses tanggal 5 Mei 2019.

Lestari, D., 2011. Analisis Adanya Kandungan Pemanis Buatan (Sakarin dan Siklamat)
pada Jamu Gendong di Pasar Gubug Grobogan. IAIN Walisong. Semarang. Indonesia.

.Musiam., siska.2016. Penetapan kadar siklamat dalam sirup merah yang dijual di
banjarmasin utara. Jurnal Ilmiah Ibnu Sina. 1(1), 19-25.

16
17

Anda mungkin juga menyukai