PENDAHULUAN
1
dilarang seperti formalin, boraks, sebagai BTP. Bahan-bahan tersebut sering
digunakan karena mempunyai fungsi yang sama seperti BTP, misalnya boraks
merupakan bahan pengawet, dan antiseptic kayu. Hal tersebut dikarenakan
ketidaktahuan produsen pangan, sehingga bahan tersebut digunakan untuk pangan
sebagai BTP.
Salah satu zat pengawet yang dilarang adalah boraks. Boraks atau sodium
tetraborate decahydrate adalah mineral dengan toksisitas yang rendah. Boraks
2
berasal dari tambang alam dari daerah batuan mineral yang mengandung boraks,
misalnya batuan kernite, batuan colemanite, atau batuan ulexit. Dalam
perdagangan, boraks dikenal dengan sebutan borofax three elephant, hydrogen
orthoborate, calcium borate, atau sassolite. Boraks diperdagangkan dalam bentuk
balok padat, kristal, tepung berwarna putih kekuningan, atau dalam bentuk cairan
tidak berwarna.
3
biasanya dalam salep, bedak, larutan kompres, obat oles mulut, bahkan juga untuk
pencuci mata. Boraks juga digunakan sebagai bahan solder, bahan pembersih,
pengawet kayu dan antiseptik kayu. Namun boraks sering disalahgunakan untuk
mengawetkan berbagai makanan seperti bakso, mie basah, pisang molen, siomay,
lontong, ketupat dan pangsit. Selain bertujuan untuk mengawetkan, boraks juga
dapat membuat tekstur makanan menjadi lebih kenyal atau lebih renyah dan
memperbaiki penampilan makanan.
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik
yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukan sebagai makanan atau
minuman bagi konsumsi manusia. Makanan dapat juga terkontaminasi oleh
mikroba. Beberapa mikroba pembuat racun baik exotoxin maupun endotoxin,
adalah yang tergolong Salmonella, Staphylococcus, Clostridium, Bacillus
cocovenans, Bacillus cereus, dan lain-lainnya.
4
Terjadinya pencemaran dapat dibagi dalam 2 (dua) cara, yaitu Pencemaran
langsung, adanya bahan pencemar yang masuk ke dalam makanan secara
langsung, baik disengaja maupun tidak disengaja. Contoh : masuknya rambut ke
dalam nasi, penggunaan zat pewarna makanan, dan sebagainya. Pencemaran
silang, yaitu pencemaran yang terjadi secara tidak langsung sebagai akibat
ketidaktahuan dalam pengolahan makanan. Contoh : makanan bercampur dengan
pakaian atau peralatan kotor, menggunakan pisau pada pengolahan bahan mentah
untuk bahan makanan jadi (makanan yang sudah terolah).
Jenis – jenis bakso tersebut dijual dengan cara yang berbagai, ada yang
dijual secara kemasan dan ada pula yang dijual dalam keadaan matang.
Penjualan bakso dalam keadaan matang tersebut memudahkan bagi para
5
konsumen untuk menyantapnya. Sehingga mayoritas masyarakat lebih tertarik
untuk mengonsumsinya dari mulai anak kecil hingga orang dewasa
Sering dijumpai banyaknya bakso daging sapi memiliki warna bakso yang
bermacam – macam seperti warna kecoklatan (khas daging) dan adapun yang
cenderung cerah atau putih yang justru dicurigai karena bahan dasar yang
digunakan adalah daging merah yang berasal dari sapi, yang umumnya ketika
diolah adanya proses pemanasan warna daging akan berubah menjadi kecoklatan.
Hal ini patut dicurigai akan adanya penambahan zat warna pada bakso tersebut
yang hal ini sangat tidak lazim ditambahkan pada bakso, bagi para oknum “nakal”
ini sangat berguna untuk menambah minat konsumen dengan produk yang
memiliki visual yang menarik.
6
Oleh karena itu, oknum tersebut menggunakan bahan – bahan yang tidak
berkualitas dan berbahaya. Salah satunya penggunaan borax. Kebanyakan
masyarakat mengira bahwa mendeteksi borax harus di laboratorium sehingga
memerlukan biaya mahal. Hal ini membuat masyarakat malas menguji dan
langsung mengonsumsi barang yang dibeli. Padahal jika dapat mengetahui cara
yang benar dan mudah untuk mendeteksi borax, pasti masyarakat tidak akan
kesulitan untuk melakukan sendiri, Salah satu bahan alami yang berpotensi dapat
digunakan untuk mendeteksi borax adalah kunyit. Kunyit dapat digunakan sebagai
obat dan bumbu dalam berbagai resep makanan.
7
a. Apa faktor pendorong pedagang menggunakan boraks pada bakso?
b. Apakah akibat dari pengunaan boraks secara berlebihan pada bakso?
c. Bagaimanakah pengaruh reagen curcuma dalam mendeteksi boraks pada
bakso di Pasar yang dikonsumsi oleh seseorang?
1.5 Tujuan
1.5.1 Tujuan Umum (penelitian)
8
1.6 Manfaat
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian bakso
Bakso merupakan produk dari daging, baik daging sapi, ayam, ikan maupun
udang. Bakso dibuat dari daging giling dengan bahan tambahan utama garam dapur
(NaCL), tepung tapioca, dan bumbu berbentuk bulat seperti kelereng dengan berat
25-30 gr per butir, banyak orang menyukai bakso dari anak-anak sampai orang
dewasa, bakso juga biasa digunakan dalam campuran beragam masakan lainnya,
sebut saja misalnya, nasi goreng, capcay, mie goreng dan aneka sup.
(Widyaningsih, 2006).
Bakso adalah jenis makanan yang berupa bola-bola yang terbuat dari daging
dan tepung. Makanana ini biasanya disajikan dengan kuah dan mie. Bahan-bahan
yang dibutuhkan dalam pembuatan bakso adalah daging, bahan perekat, bumbu dan
es batu atau air es. Biasanya jenis bakso di masyarakat pada umumnya diikuti
dengan nama jenis bahan seperti bakso ayam, bakso ikan dan bakso sapi atau bakso
daging (wibowo, 2009).
10
makanan yang aman serta cara pengolahahn yang benar akan dihasilkan produk
bakso yang berkualitas baik. Bakso yang berkualitas baik dapat dilihat dari tekstur,
warna dan rasa. Teksturnya yang halus, kompak, kenyal dan empuk. Halus yaitu
permukaan irisannya rata, seragam, dan serat dagingnya tidak tampak.
Jadi, bakso adalah jenis makanan yang berbentuk bola-bola yang terbuat dari
daging sapi, ayam atau ikan yang dibuat dengan cara digiling dan ditambah bahan
tambahan utama garam dapur, tepung tapioca dan bumbu-bumbu. Bakso biasanya
disajikan dengan kuah mie. Bakso yang berkualitas baik memiliki tekstur yang
halus, kenyal dan empuk.
Tepung Tapioka
Tepung tapioka adalah pati dari umbi singkong yang dikeringkan dan
dihaluskan. Tepung tapioka dibuat secara langsung dari singkong segar. Tepung
tapioka yang dibuat dari singkong berwarna putih atapun kuning akan
menghasilkan tepung berwarna putih lembut dan licin. Tepung tapioka dapat
dimanfaatkan sebagai bahan baku ataupun campuran pada berbagai macam produk
antar lain kerupuk, biscuit atau kue kering. Selain itu, tepung tapioka dapat
dimanfaatkan sebagai bahan pengental, bahan pemadat dan pengisi, bahan pengikat
pada industri makanan olahan, dan juga sebagai bahan penguat benang pada
industry tekstil (suprapti, 2005).
Bumbu-bumbu
11
Bawang putih mempunyai jenis yang cukup banyak tetapi tidak ada
perbedaan yang menyolok kecuali pada bentuk umbinya. Senyawa alicin pada
bawang putih merupakan penyebab timbulnya bau yang sangat tajam. Bawang
putih penting untuk mencegah atherosclerosis dan penyakit jantung. Bawang putih
mengandung yodim yang tinggi dan banyak mengandung sulfur (wirakusumah,
2000).
Es atau Air Es
Es batu dicampur pada saat proses penggilingan. Hal ini dimasukkan agar
selama penggilingan, daya elastisitas daging tetap terjaga sehingga bakso yang
dihasilkan akan lebih kenyal (Widyaningsih dan Mutini, 2006).
12
Menurut Putri (2009), proses pembuatan bakso terdiri dari beberapa tahapan,
yaitu penghancuran daging, pembuatan dan pencampuran adonan, pencetakan
bakso dan pemasakan bakso. Penghancuran daging memiliki tujuan untuk
memperluas permukaan daging sehingga protein larut dalam dapat ditarik keluar
yang kemudian akan menyebabkan perubahan jaringan lunak pada daging menjadi
mikropartikel. Adonan bakso dibuat dengan cara daging yang telah hancur
dicampur dengan garam dan bumbu secukupnya kemudian ditambahkan dengan
tepung, pati, atau tapioca, sedikit demi sedikit samba diaduk dan dilumat hingga
hoy6iippmogen (Yunarni 2012). Proses pembuatan adonan bakso memerlukan air
es atau air dingin sebanyak kurang lebih 20-30% dari berat adona dengan tujuan
untuk membentuk emulsi yang baik dan mencegah kenaikan suhu akibat gesekan.
Selain itu, es berfungsi untuk mempertahankan adonan agar tidak kering dan
rendamannya tinggi. (Widayat, 2011).
13
2.1.2 Hakikat Boraks
A. Pengertian Boraks
Menurut Tumbel (Santi, 2017, 58-59) Boraks adalah zat pengawet yang
banyak digunakan dalam industri pembuatan taksidermi, insektarium dan
herbarium, tetapi dewasa ini masyarakat cenderung menggunakannya dalam
industri rumah tangga sebagai bahan pengawet makanan seperti pembuatan mie dan
bakso.
Menurut Syah (Widayat, 2011, 17) Asam borat atau boraks (boric acid)
merupakan zat pengawet berbahaya yang tidak diizinkan digunakan sebagai
campuran bahan makanan. Boraks adalah senyawa kimia dengan rumus Na2B4O7
10H2O berbentuk kristal putih, tidak berbau dan stabil pada suhu dan tekanan
normal.
B. Karakteristik Boraks
14
Menurut Cahyadi ( Mudzkirah, 2016, 29 )Komposisi dan bentuk asam borat
mengandung 99,0% dan 18 100% H3BO3. Mempunyai bobot molekul 61,83
dengan B = 17,50% ; H = 4,88% ; O = 77,62% berbentuk serbuk halus kristal
transparan atau granul putih tak berwarna dan tak berbau serta agak manis.
Senyawa asam borat ini mempunyai sifat-sifat kimia sebagai berikut: jarak lebur
sekitar 171°C, larut dalam 18 bagian air dingin, 4 bagian air mendidih, 5 bagian
gliserol 85% dan tak larut dalam eter. Kelarutan dalam air bertambah dengan
penambahan asam klorida, asam sitrat atau asam tetrat. Mudah menguap dengan
pemanasan dan kehilangan satu molekul airnya pada suhu 100°C yang secara
perlahan berubah menjadi asam metaborat (HBO 2). Asam borat merupakan asam
lemah dan garam alkalinya bersifat basa. Satu gram asam borat larut sempurna
dalam 30 bagian air, menghasilkan larutan yang jernih dan tak berwarna. Asam
borat tidak tercampur dengan alkali karbonat dan hidroksida.
15
Menurut Widyaningsih dan Murtini ( Mudzkirah, 2016, 32-34) kerugian
penggunaan boraks yaitu boraks merupakan racun bagi semua sel. Pengaruhnya
terhadap organ tubuh tergantung konsentrasi yang dicapai dalam organ tubuh.
Karena kadar tertinggi tercapai pada waktu diekskresi maka ginjal merupakan
organ yang paling terpengaruh dibandingkan dengan organ yang lain. Dosis
tertinggi yaitu 10-20 gr/kg berat badan orang dewasa dan 5 gr/kg berat badan anak-
anak akan menyebabkan keracunan bahkan kematian. Sedangkan dosis terendah
yaitu dibawah 10-20 gr/kg berat badan 33 orang dewasa dan kurang dari 5 gr/kg
berat badan anak-anak (Saparinto dan Hidayati, 2006 dalam widayat 2011).
16
Akibat yang timbul diantaranya anoreksia, berat badan turun, muntah, diare,
ruam kulit, alposia, anemia dan konvulsi. Penggunaan boraks apabila dikonsumsi
secara terus-menerus dapat mengganggu gerak pencernaan usus, kelainan pada
susunan saraf, depresi dan kekacauan mental. Dalam jumlah serta dosis 34 tertentu,
boraks bisa mengakibatkan degradasi mental, serta rusaknya saluran pencernaan,
ginjal, hati dan kulit karena boraks cepat diabsorbsi oleh saluran pernapasan dan
pencernaan, kulit yang luka atau membran mukosa.
17
Jadi, Bahan pengawet merupakan bahan tambahan pangan yang berfungsi
untuk mencegah atau menghambat tumbuhnya bakteri, sehingga
mempertahankan kualitas dan memperpanjang umur simpan bahan pangan.
a. Pengawet Organik, yang lebih banyak dipakai dari pada zat pengawet anorganik
karena pengawet organik lebih mudah dibuat dan dapat terdegradasi sehingga
mudah diekskresikan. Bahan pengawet organik yang sering digunakan adalah:
asam sorbat, asam propianat, dan asam benzoat.
b. Pengawet Anorganik, yang masih sering dipakai dalam bahan makanan adalah:
nitrit, nitrat dan sulfit.
18
bersifat langsung, misalnya keracunan; maupun yang bersifat tidak langsung atau
kumulatif, misalnya apabila bahan pengawet yang digunakan bersifat karsinogenik.
a. Aditif sengaja : yaitu aditif yang diberikan dengan sengaja dengan maksud dan
tujuan tertentu, misalnya untuk meningkatkan konsistensi, nilai gizi, cita rasa,
19
mengendalikan keasaman atau kebasaan, memantapkan bentuk atau rupa dan lain
sebagainya.
b. Aditif tidak sengaja, yaitu aditif yang terdapat dalam makanan dalam jumlah
sangat kecil sebagai akibat dari proses pengolahan.
Bila dilihat dari asalnya, aditif dapat berasal dari sumber alamiah seperti
lesitin, asam sitrat, dan lain sebagainya, dapat juga disintesis dari bahan kimia yang
mempunyai sifat serupa benar dengan bahan alamiah yang sejenis, baik susunan
kimia maupun sifat metabolismenya seperti misalnya β-karoten, asam askorbat,
dan lain-lain. Pada umumnya bahan sintetik mempunyai kelebihan yaitu lebih
pekat, lebih stabil, dan lebih murah. Walaupun demikian ada kelemahannya yaitu
sering terjadi ketidaksempurnaan proses sehingga mengandung zat-zat yang
berbahaya bagi kesehatan, dan kadang-kadang bersifat karsinogenik yang dapat
merangsang terjadi kanker pada hewan atau manusia.
a. Anti oksidan dan oksidan sinergisi, bahan tambahan pangan yang digunakan
untuk mencegah terjadinya proses oksidasi. Contoh : asam askorbat dan asam
eritrobat serta garamnya untuk produk daging, ikan dan buah-buahan kaleng.
Butilhidroksi anisol (BHA) atau butilhidroksi toluen (BHT) untuk lemak, minyak
dan margarin.
20
c. Pengatur keasaman, bahan tambahan pangan yang dapat mengasamkan,
menetralkan, dan mempertahankan derajat keasaman makanan. Contoh: Asam
laktat, sitrat, dan malat digunakan pada jeli. Natrium bikarbonat, karbonat, dan
hidroksida digunakan sebagai penetral pada mentega.
d. Pemanis buatan, bahan tambahan pangan yang dapat menyebabkan rasa manis
pada makanan yang tidak atau hampir tidak mempunyai nilai gizi. Contoh: sakarin
dan siklamat.
e. Pemutih dan pematang tepung, bahan tambahan pangan yang dapat mempercepat
proses pemutihan tepung dan atau pematangan tepung hingga dapat memperbaiki
mutu penanganan.
21
ketimun dalam botol, Ca glukonat dan Ca sulfat pada buah kaleng seperti tomat
dan kaleng.
i. Pewarna, bahan tambahan pangan yang dapat memperbaiki atau memberi warna
pada makanan. Contoh: karmin, ponceau 4R, eritrosin warna merah, green FCF,
green S warna hijau, kurkumin, karoten, yellow kuinolin, tartazin warna kuning
dan karamel warna coklat.
j. Penyedap rasa dan aroma serta penguat rasa, bahan tambahan pangan yang dapat
memberikan, menambahkan atau mempertegas rasa dan aroma. Contoh:
monosodium glutamat pada produk daging.
k. Sekuestran, bahan tambahan pangan yang dapat mengikat ion logam yang ada
pada makanan sehingga dicegah terjadinya oksidasi yang dapat menimbulkan
perubahan warna dan aroma. Biasa ditambahkan pada produk lemak dan minyak
atau produk yang mengandung lemak atau minyak seperti daging dan ikan. Contoh:
asam folat dan garamnya.
b. Kloramfenikol (chloramphenicol)
d. Dietilpirokarbonat
e. Nitrofurazon (nitrofurazone)
22
C. Fungsi Bahan Tambahan Makanan
23
Suatu zat yang digunakan sebagai pereaksi yang dapat digunakan untuk
mendeteksi suatu senyawa dalam campuran, yang memiliki efektifitas terhadap
identifikasi boraks.
24
boraks lebih tepat dibandingkan uji kualitatif dengan penglihatan. Reagen
curcumax mampu mendeteksi borak dalam bakso yang direbus hingga 15 menit.
Penelitian relevan yang kedua dilakukan oleh Nur Rohimah Fuad, dari
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah. Judul penelitiannya yaitu Identifikasi kandungan borax pada tahu
pasar tradisional di daerah Ciputat. Metode yang digunakan uji kualitatif dengan uji
kertas kunyit dan kuantitatif dengan titrasi asam basa. Hasil penelitiannya adalah
uji kertas kunyit kurang sensitive dalam mendeteksi borax secara kualitatif.
25
Dalam penelitian ini dijelaskan kerangka konsep pada Pengaruh Reagen
Curcumax dalam mengidentifikasi borax pada bakso di Pasar Minggu. Pada
penelitian ini peneliti membagi berdasarkan metode sederhana dan metode
kualitatif dengan uji kertas kunyit dan dengan reagen curcumax (waktu perebusan).
Pada metode sederhana langkah pertama yang harus dilakukan yaitu dengan
menggunakan tusuk gigi yang ditusuk ke dalam kunyit lalu tusuk gigi yang telah
dibasahi oleh kunyit ditusukkan ke dalam bakso yang diduga mengandung senyawa
borax. Diamati dengan saksama perubahan warna pada tusuk gigi tersebut apabila
tusuk gigi semula berwarna kuning dari kunyit setelah ditusukkan ke dalam bakso
warna yang dihasilkan jingga mendekati merah maka dapat diduga bakso
mengandung senyawa borax.
Pada metode kualitatif dengan uji kertas kunyit dibuat kertas kunyit yang
berasal dari kertas saring yang direndam dengan reagen curcumax dikeringkan,
dibuat larutan uji positif dengan cara kertas kunyit diteteskan dengan larutan borax
diamati warna yang terjadi pada kertas kunyit. Dibuat larutan bakso dengan
menumbuknya diberikan sedikit air, larutan tersebut diteteskan pada kertas kunyit
hasil perubahan warna yang terjadi dibandingkan dengan uji positif pada kertas
kunyit apabila warna yang terjadi pada larutan bakso sama dengan warna pada uji
positif dapat diduga bakso tersebut mengandung senyawa borax.
27
BAB III
METODE PENGUJIAN
Pengujian dalam penelitian ini dilakukan selama satu hari pada hari Sabtu,
13 Oktober 2018.
Sampel bakso dalam pengujian ini diperoleh secara acak dipertokoan sekitar
kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Sampel – sampel tersebut diambil dari
produk olahan pabrik maupun produksi rumah tangga. Selanjutnya sampel
dilakukan proses perebusan selama beberapa menit, lalu diberi perlakuan yang
berbeda antara satu dengan sampel lainnya.
28
3.2.2 Prapengayaan
3.3.1 Alat
Ada beberapa alat yang digunakan dalam penelitian ini yang dapat
mendukung proses pengujian dalam penelitian. Beberapa alat tersebut yaitu :
1. Kompor Gas
2. Panci (Wadah untuk merebus sampel)
3. Lumpang dan alu
4. Plat tetes
5. Corong penyaring
6. Gelas kimia
7. Pipet tetes
3.3.2 Bahan
Ada beberapa bahan yang digunakan dalam penelitian ini yang dapat
mendukung proses pengujian dalam penelitian. Beberapa bahan tersebut yaitu :
1. Sampel bakso
2. Boraks
3. Kunyit
4. Aquadest
29
5. Tusuk gigi
6. Kertas saring
30
4. Larutan borax diteteskan sebanyak 3 tetes ke dalam kertas kunyit
5. Amati perubahan warna pada kertas tumerik
6. Warna yang dihasilkan dijadikan sebagai kontrol positif
d) Ditumbuk sampel yang akan di uji dan diberikan sedikit aquadest
e) Diteteskan larutan dari sampel ke dalam kertas tumerik
f) Amati perubahan warna yang terjadi
g) Dilakukan pengujian kembali terhadap sampel yang dilakukan dengan
perebusan selama 5 menit, 10 menit, 15 menit
h) Apabila warna yang dihasilkan sesuai dengan kontrol positif maka dapat
diduga sampel positif mengandung borax.
31
BAB IV
32
Gambar 4.1.1.4 Kunyit
33
Gambar 4.1.2.1 Kunyit di haluskan dengan lumpang dan alu
34
Gambar 4.1.2.3 Kertas diteteskan dengan kunyit
Gambar 4.1.2.4 Sampel yang telah halus di letakkan pada kertas yang telah
diteteskan dengan kunyit (kertas kurkumin)
35
Gambar 4.1.2.5 Hasil pengujian dengan kertas curcumin
36
Gambar 4.1.3.2 Bakso dengan tusuk gigi yang telah ditusukan pada kunyit
37
Gambar 4.13.3 Hasil pengujian sederhana dengan tusuk gigi pada sampel A
dan sampel B
4.2 Pembahasan
38
Pengujian dilakukan di Laboratorium Makanan dan Minuman, Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta II, yang berlokasi di Pasar Minggu,
Jakarta Selatan. Dalam pengujian ini, digunakan dua sampel bakso uji. Sampel
tersebut diperoleh dari beberapa produk, yakni produk hasil industri pabrik dan
produk hasil industri rumah tangga, yang dibeli dari pertokoan dikawasan Pasar
Minggu, Jakarta Selatan. Kedua sampel tersebut dibedakan menjadi, Sampel A
(hasil industri pabrik) dan Sampel B (hasil industri rumah tangga).
Pada metode identifikasi secara sederhana, dua sampel bakso yang telah
direbus dimasukkan tusuk gigi yang sebelumnya telah ditusukkan pada kunyit,
dimana kunyit tersebut digunakan sebagai indikator untuk menetukan hasil
kesimpulan identifikasi. Kesimpulan dapat diperoleh dengan adanya perubahan
warna yang terjadi pada hasil tusukkan kunyit pada tusuk gigi setelah
dimasukkan kedalam sampel, apabila warna yang dihasilkan bewarna merah bata,
orange atau kuning pekat maka sampel dapat diduga positif mengandung boraks.
Namun sebaliknya, apabila tidak terjadi perubahan warna pada hasil tusukkan,
maka dapat disimpulkan bahwa sampel negatif mengandung boraks.
Dari hasil pengujian yang dilakukan dengan metode sederhana, data yang
diperoleh ialah, pada awal identifikasi, hasil tusukkan pada kunyit sebelum
dimasukkan pada sampel bewarna kuning cerah. Namun, setelah dimasukkan ke
dalam Sampel A terjadi perubahan warna dari kuning cerah menjadi kuning gelap,
dari hasil tersebut dapat dikatakan sampel diduga mengandung boraks. Sementara
itu, setelah hasil tusukkan kunyit dimasukkan pada Sampel B tidak menunjukkan
39
adanya perubahan warna, sehingga dapat disimpulkan bahwa Sampel B negatif
mengandung boraks.
40
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uji organoleptik dan uji kualitatif dengan metode sederhana dan
kertas kurkumin dari bakso yang di ambil dari sekitar Pasar Minggu, Sampel A
merupakan bakso buatan industry di duga positif mengandung borax dan Sampel B
merupakan bakso kaki lima negative mengandung borax.
5.2 Saran
1) Perlu adanya pengawasan yang lebih ketat dari lembaga terkait dan perguruan
tinggi terhadap penggunaan bahan tambahan makanan di masyarakat.
2) Perlu adanya penyuluhan dari lembaga terkait dan perguruan tinggi kepada
produsen bakso mengenai bahan tambahan makanan khususnya boraks dan aturan
penggunaannya.
3) Perlu Dilakukan Penelitian lebih lanjut tentang kandungan borax pada bakso
dengan metode atau instrument lain
41
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Dwi Astut; Nugroho, Sri Widagdo. 2017. Kemampuan Reagen Curcumax
Mendeteksi Boraks dalam Bakso yang Direbus. Yogyakarta
Jurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 2 No. 04 November 2013 ISSN 2302 – 2493 10.40
WIB halaman 143
Analisis Boraks Secara Cepat, Mudah Dan Murah Pada Kerupuk. FK Hartati. 2017.
ejournal.kemenperin.go.id. Terakhir diakses pada 10:11 WIB
42
Terlampir
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56