Disusun
Oleh :
Po.71.4.221.16.1.043
D.IV / II.B
PRODI D.IV
2018
BAB II
PEMBAHASAN
a) Dasar Teori
DISUSUN
OLEH:
B. Boraks
Boraks (Na2B4O7.10 H2O) adalah kristal putih yang dapat larut dalam air
dingin membentuk natrium hidroksida dan asam borat. Boraks mudah larut
dalam air dan tidak berbau serta memiliki pH 9.5. Boraks maupun asam borat
sebenarnya digunakan dalam industri non pangan karena memiliki sifat antiseptik
dan biasa digunakan dalam industri farmasi sebagai ramuan obat seperti salep,
bedak, obat pencuci mata, obat oles mulut, solder, bahan pembersih, pengawet
kayu, antiseptik, dan pengontrol kecoa (Suhada dan Rikky, 2012).
Asam borat atau boraks (boric acid) merupakan zat pengawet berbahaya
yang tidak diizinkan digunakan sebagai campuran bahan makanan, boraks dalam
air berubah menjadi natrium hidroksida dan asam borat (Syah, 2005).
Senyawa-senyawa asam borat ini mempunyai sifat-sifat kimia sebagai
berikut : jarak lebur sekitar 171o C. Larut dalam 18 bagian air dingin, 4 bagian
air mendidih, 5 bagian gliserol 85%, dan tidak larut dalam eter. Kelarutan dalam
air bertambah dengan penambahan asam klorida, asam sitrat atau asam tartrat.
Mudah menguap dengan pemanasan dan kehilangan satu molekul airnya pada
suhu 1000 C yang secara perlahan berubah menjad asam metaborat (HBO2).
Asam borat merupakan asam lemah dengan garam alkalinya bersifat basa,
mempunyai bobot molekul 61,83 berbentuk serbuk halus kristal transparan atau
granul putih tak berwarna dan tak berbau serta agak manis (Khamid, 2006).
Pengaruhnya terhadap organ tubuh tergantung konsentrasi yang dicapai
dalam organ tubuh, boraks merupakan racun bagi semua sel. Kadar tertinggi
tercapai pada waktu diekstraksi maka ginjal merupakan organ yang paling
terpengaruh dibandingkan dengan organ yang lain. Dosis tertinggi yaitu 10-20
gr/kg berat badan orang dewasa dan 5 gr/kg berat badan anak-anak (Saparinto
dan Hidayati, 2006).
Boraks merupakan salah satu zat adiktif pada makanan. Yakni zat yang di
tambahkan dan dicampurkan pada makanan sewaktu pengolahan makanan
dengan maksud untuk menarik (pewarna), menambah selera (pemanis),
menyedapkan (penyedap), mengharumkan dan sebagai bahan pengawet makanan
dan sebagai pengenyal. Boraks yang di gunakan sebagai pengenyal berupa
sodium boraks, yang salam istilah awamnya disebut bleng.
Banyak makanan yanng berasal dari jawa menggunakan bleng sebagai
salah satu bahan dasar pengolahan makanan seperti gendar atau puli, lopis dan
kerupuk gendar atau karak. Memeng dari segi rasa, makanan tersebut di geamri
oleh masyarakat, karena selain enak, gurih dan kenyal juga tahan lama.
Bleng juga di pergunakan dalam pembuatan bakso dan mie agar lebih
kenyal, menggurihkan makanan, serta tahan lama (Aryani, 2006).
Pemerintah telah meperbolehkan penggunaan boraks sebagai bahan
makanan, namun dibatasi oleh UU Kesehatan dana Keselamatan Nasional,
batasnya hanya 1 gram per satu kilogram pangan, bila lebih itu ilegal, pelaku
akan di penjara 12 tahun bila menambahkan lebih dari 1 gram per 1 kilogram
pangan (Anonim, 2013).
C. Penyalahgunaan Boraks pada Makanan
Boraks meskipun bukan pengawet makanan sering pula digunakan sebagai
pengawet makanan, selain sebagai pengawet, bahan ini berfungsi pula
mengenyalkan makanan. Makanan yang sering ditambahakan boraks diantaranya
adalah bakso, sosis, nugget, mie, kerupuk dan lontong. Bakso yang menggunakan
boraks memiliki kekenyalan-kekenyalan bakso khas yang berbeda dari bakso
yang menggunakan banyak daging. Kerupuk yang mengandung boraks kalau
digoreng akan mengembang dan empuk, tekstur bagus dan renyah. Ikan basah
yang tidak rusak selama 3 hari pada suhu kamar, insang berwarna merah tua dan
tidak cemerlang, dan memiliki bau menyengat khas formalin. Tahu yang
berbentuk bagus, kenyal, tidak mudah hancur, awet hingga lebih dari 3 hari,
bahkan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es, dan berbau menyengat khas
formalin. Mie basah biasanya lebih awet sampai 2 hari pada suhu kamar 25°C,
berbau menyengat, kenyal, tidak lengket, dan agak mengkilap (Yuliarti, 2007).
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia dikenal dengan kuliner yang kaya dan beragam, dengan citarasa
yang lezat kuliner indonesia benyak digemari dan dapat bersaing dengan kuliner
luar negeri. Selain itu beberapa kuliner Indonesia juga memiliki kemiparan
dengan kuliner luar negeri. Hal ini dapat terjadi karena kulturasi budaya.
Contohnya saja seperti bakso, mie ayam, siomay dsb. Kuliner tersebut banyak
dijajakan oleh penjual mulai dari tempat yang elit hingga ke pedagang kaki lima.
Namun beberapa tahun belakangan banyak pagadang nakal yang
menambahkan zat kimia berbahaya kedalam makanan yang mereka jual.
Penggunaan zat kimia berbahaya seperti boraks dan formalin mereka gunakan
bukan tanpa alasan. Pedagang nakal ini menggunakan formalin salah satunya
untuk mengawetkan mie basah hasil produksi mereka agar dapat bertahan selama
beberapa hari. Selain itu makanan yang acapkali diakali dengan penambahan
boraks adalah bakso, tahu, mie dengan tujuan dapat memperbaiki tekstur dan
kepadatan sehingga menjadi bakso dan mie yang lebih kenyal, serta tahu yang
tidak mudah hancur. Boraks juga dipakai oleh para pedagang kerupuk nakal
untuk member kerenyahan serta rasa gurih.
Boraks berbahaya apabila dikonsumsi terutama pada jangka waktu yang
lama. Boraks dalam dosis yang tinggi dapat meracuni sel-sel tubuh dan
menyebabkan kerusakan usus, hati, ginjal dan otak. Penyakit yang
ditimbulkannya seperti kanker dan gangguan fungsi hati. Terdapat beberapa ciri
makanan yang mengandung boraks seperti, bertekstur kenyal, tidak mudah
hancur, berwarna mencolok daripada aslinya, beraroma menyengat, tidak mudah
rusak atau busukwalaupun ditaruh pada suhu yang tidak semestinya. Selain itu
untuk mengetahui makanan tersebut mengandung boraks atau tidak dapat
dilakukan pengujian. Oleh karena itu dilakukannya praktikum uji boraks ini.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Bahan Tambahan Pangan
Menurut Syah (2005), bahan tambahan pangan (BTP) adalah bahan atau
campuran bahan yang secara alami, bukan merupakan bagian dari bahan baku
pangan, tetapi ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau
bentuk bahan pangan dan untuk memperbaiki karakter pangan agar memiliki
kualitas yang meningkat. Peraturan pemerintah nomor 28 tahun 2004 tentang
keamanan, mutu, dan gizi pangan pada bab 1 pasal 1 menyebutkan, yang
dimaksud dengan bahan tambahan pangan adalah bahan yang ditambahkan
kedalam makanan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan atau produk
pangan.
Zat adiktif makanan adalah bahan yang ditambahkan dan dicampurkan
sewaktu pengolahan makanan untuk meningkatkan mutu atau bahan yang
ditambahkan pada makanan ataupun minuman pada waktu proses atau
pembuatannya dan terdapat pada hasil akhirnya (Pardiazi, 1980).
Pemakaian BTP (Bahan Tambahan Pangan) yang aman merupakan
pertimbangan yag penting. Jumlah BTP (Bahan Tambahan Pangan) yang
diizinkan untuk digunakan dalam pangan harus merupakan kebutuhan minimum
untuk mendapatan pegaruh yang dikehendaki. Pada prinsipnya konsumen harus
diberi informasi adanya bahan tambahan pangan (BTP) dalam bahan baku
makanan. Pernyataan yang tertera atau etiket harus diberikan informasi adanya
BT (Bahan Tambahan Pangan) kepada konsumen. Hal ini merupakan metode
yang paling efektif untuk mencapai tujuan tersebut (Baliwati, 2004).
B. Boraks
Boraks (Na2B4O7.10 H2O) adalah kristal putih yang dapat larut dalam air
dingin membentuk natrium hidroksida dan asam borat. Boraks mudah larut
dalam air dan tidak berbau serta memiliki pH 9,5. Boraks maupun asam borat
sebenarnya digunakan dalam industri non pangan karena memiliki sifat antiseptik
dan biasa digunakan dalam industri farmasi sebagai ramuan obat seperti salep,
bedak, obat pencuci mata, obat oles mulut, solder, bahan pembersih, pengawet
kayu, antiseptik, dan pengontrol kecoa (Suhada dan Rikky, 2012). Asam borat
atau boraks (boric acid) merupakan zat pengawet berbahaya yang tidak diizinkan
digunakan sebagai campuran bahan makanan, boraks dalam air berubah menjadi
natrium hidroksida dan asam borat (Syah, 2005).
Senyawa-senyawa asam borat ini mempunyai sifat-sifat kimia sebagai
berikut : jarak lebur sekitar 171o C. Larut dalam 18 bagian air dingin, 4 bagian
air mendidih, 5 bagian gliserol 85%, dan tidak larut dalam eter. Kelarutan dalam
air bertambah dengan penambahan asam klorida, asam sitrat atau asam tartrat.
Mudah menguap dengan pemanasan dan kehilangan satu molekul airnya pada
suhu 1000 C yang secara perlahan berubah menjad asam metaborat (HBO2).
Asam borat merupakan asam lemah dengan garam alkalinya bersifat basa,
mempunyai bobot molekul 61,83 berbentuk serbuk halus kristal transparan atau
granul putih tak berwarna dan tak berbau serta agak manis (Khamid, 2006).
Pengaruhnya terhadap organ tubuh tergantung konsentrasi yang dicapai
dalam organ tubuh, boraks merupakan racun bagi semua sel. Kadar tertinggi
tercapai pada waktu diekstraksi maka ginjal merupakan organ yang paling
terpengaruh dibandingkan dengan organ yang lain. Dosis tertinggi yaitu 10-20
gr/kg berat badan orang dewasa dan 5 gr/kg berat badan anak-anak (Saparinto
dan Hidayati, 2006).