Anda di halaman 1dari 13

CARA PEMERIKSAAN BORAKS, FORMALIN, RHODAMIN-B, DAN

METHANYL YELLO PADA MAKANAN DAN MINUMAN

Disusun

Oleh :

DWI PUTRI AFRIANI

Po.71.4.221.16.1.043

D.IV / II.B

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

PRODI D.IV

2018
BAB II

PEMBAHASAN

A. PEMERIKSAAN KANDUNGAN BORAKS PADA MAKANAN

a) Dasar Teori

Boraks merupakan senyawa kimia dengan nama natriurn tetraborat,


berbentuk kristal lunak. Boraks bila dilarutkan dalam air akan terurai menjadi
natrium hidroksidaserta asam borat. Baik boraks maupun asam borat
memiliki sifat antiseptik, dan biasa digunakan oleh industri farmasi sebagai
ramuan obat misalnya dalam salep, bedak, larutan kompres, obat oles mulut
dan obat pencuci mata. Secara lokal boraks dikenal sebagai 'bleng' (berbentuk
larutan atau padatan/kristal) dan ternyata digunakan sebagai pengawet
misalnya pada pembuatan mie basah, lontong dan bakso.

Penggunaan boraks ternyata telah disalahgunakan sebagai pengawet


makanan, antara lain digunakan sebagai pengawet dalam bakso dan mie.
Boraks juga dapat menimbulkan efek racun pada manusia, tetapi mekanisme
toksisitasnya berbeda dengan formalin. Toksisitas boraks yang terkandung di
dalam makanan tidak langsung dirasakan oleh konsumen. Boraks yang
terdapat dalam makanan akan diserap oleh tubuh dan disimpan secara
kumulatif dalam hati, otak, atau testis (buah zakar), sehingga dosis boraks
dalam tubuh menjadi tinggi. Pada dosis cukup tinggi, boraks dalam tubuh
akan menyebabkan timbulnya gejala pusing-pusing, muntah, mencret, dan
kram perut. Bagi anak kecil dan bayi, bila dosis dalam tubuhnya mencapai 5
gram atau lebih, akan menyebabkan kematian. Pada orang dewasa, kematian
akan terjadi jika dosisnya telah mencapai 10 - 20 g atau lebih.

b) Ciri-ciri Makanan yang Mengandung Boraks

1. Ciri-ciri mie basah mengandung boraks: Teksturnya kenyal, lebih


mengkilat, tidak lengket, dan tidak cepat putus.

2. Ciri baso mengandung boraks: teksturnya sangat kenyal, warna tidak


kecokelatan seperti penggunaan daging namun lebih cenderung
keputihan.
3. Ciri-ciri jajanan (seperti lontong) mengandung boraks: teksturnya
sangat kenyal, berasa tajam, seprti sangat gurih dan membuat lidah
bergetar dan meberikan rasa getir.

4. Ciri-ciri kerupuk mengandung boraks: teksturnya renyah dan bisa


menimbulkan rasa getir

c) Pengaruh Boraks Terhadap Kesehatan

1. Jika terhirup; Rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan, sukar


bernapas, napas pendek, sakit kepala, kanker paru-paru.

2. Jika terkena kulit; Kemerahan, gatal, kulit terbakar.

3. Jika terkena mata; Kemerahan, gatal, mata berair, kerusakan mata,


pandangan kabur, kebutaan.

4. Jika tertelan; Mual, muntah, perut perih, dalam jumlah banyak


menyebabkan kurang darah, muntah darah, mati.
LAPORAN PRAKTIKUM PENYEHATAN MAKANAN DAN MINUMAN – A
PEMERIKSAAN BORAKS PADA MAKANAN

DISUSUN
OLEH:

ANDI NURUL AL GEBRA ATOGA


PO714221181005
D.IV/II.A

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PRODI D.IV SARJANA TERAPAN
TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makanan adalah bahan, biasanya berasal dari hewan atau tumbuhan, yang
dimakan oleh makhluk hidup mendapatkan tenaga dan nutrisi. Cairan yang
dipakai untuk maksud ini sering disebut minuman, tetapi kata 'makanan' juga bisa
dipakai. Istilah ini kadang-kadang dipakai dengan kiasan, seperti "makanan
untuk pemikiran". Kecukupan makanan dapat dinilai dengan status gizi secara
antropometri. Makanan yang dibutuhkan manusia biasanya diperoleh dari hasil
bertani atau berkebun yang meliputi sumber hewan, dan tumbuhan. Beberapa
orang menolak untuk memakan makanan dari hewan seperti, daging, telur, dan
lain-lain. Mereka yang tidak suka memakan daging, dan sejenisnya disebut
vegetarian yaitu orang yang hanya memakan sayuran sebagai makanan pokok
mereka. Pada umumnya bahan makanan mengandung beberapa unsur atau
senyawa seperti air, karbohidrat, protein, lemak, vitamin, enzim, pigmen dan
lain-lain.
Dalam produksi pangan olahan sangat dibutuhkan berbagai bahan
pendukung yang dapat membuat produk yang dihasilkan bercita rasa lezat,
berpenampilan menarik, tahan lama, serta mudah dalam pengangkutan dan
pendistribusian. Adapun bahan pendukung itu lazim disebut bahan tambahan
makanan (BTM/Food additive) atau zat Aditif. Yang dimaksud dari BTM sendiri
berdasarkan FAO-WHO adalah bahan – bahan yang ditambahkan secara sengaja
ke dalam makanan dalam jumlah tertentu dan berfungsi untuk memperbaiki
warna, bentuk, cita rasa, tekstur, dan memperpanjang masa simpan.
Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah bahan atau campuran bahan yang
secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi
ditambahkan kedalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan
antara lain bahan pewarna, pengawet, penyedap rasa, anti gumpal, pemucat dan
pengental. Di dalam peraturan Mentri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/88
dijelaskan juga bahwa BTP adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai
makanan dan biasanya bukan merupakan ingredien khas makanan, mempunyai
atau tidak mempunyai nilai gizi yang sengaja ditambahkan kedalam makanan
untuk maksud tekhnologi pada pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan,
pengepakan, pengemasan, penyimpanan atau pengangkutan makanan untuk
menghasilkan suatu komponen atau mempengaruhi sifat khas makanan tersebut.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Bahan Tambahan Pangan
Menurut Syah (2005), bahan tambahan pangan (BTP) adalah bahan atau
campuran bahan yang secara alami, bukan merupakan bagian dari bahan baku
pangan, tetapi ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau
bentuk bahan pangan dan untuk memperbaiki karakter pangan agar memiliki
kualitas yang meningkat. Peraturan pemerintah nomor 28 tahun 2004 tentang
keamanan, mutu, dan gizi pangan pada bab 1 pasal 1 menyebutkan, yang
dimaksud dengan bahan tambahan pangan adalah bahan yang ditambahkan
kedalam makanan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan atau produk
pangan.
Zat adiktif makanan adalah bahan yang ditambahkan dan dicampurkan
sewaktu pengolahan makanan untuk meningkatkan mutu atau bahan yang
ditambahkan pada makanan ataupun minuman pada waktu proses atau
pembuatannya dan terdapat pada hasil akhirnya (Pardiazi, 1980).
Pemakaian BTP (Bahan Tambahan Pangan) yang aman merupakan
pertimbangan yag penting. Jumlah BTP (Bahan Tambahan Pangan) yang
diizinkan untuk digunakan dalam pangan harus merupakan kebutuhan minimum
untuk mendapatan pegaruh yang dikehendaki. Pada prinsipnya konsumen harus
diberi informasi adanya bahan tambahan pangan (BTP) dalam bahan baku
makanan. Pernyataan yang tertera atau etiket harus diberikan informasi adanya
BT (Bahan Tambahan Pangan) kepada konsumen. Hal ini merupakan metode
yang paling efektif untuk mencapai tujuan tersebut (Baliwati, 2004).
Menurut peraturan Menteri Kesehatan R.I.No.329/Menkes/PER/XII/76,
yang dimaksudkan dengan adiktif makanan adalah bahan yang di tambahkan dan
di campurkan sewaktu pengolahan makanan untuk meningkatkan mutu termasuk
kedalam aroma, pemantap, antioksidan, pengawet, pengemulsi, antigumpal,
pemucat dan pengental (Winarno, 1992).

B. Boraks
Boraks (Na2B4O7.10 H2O) adalah kristal putih yang dapat larut dalam air
dingin membentuk natrium hidroksida dan asam borat. Boraks mudah larut
dalam air dan tidak berbau serta memiliki pH 9.5. Boraks maupun asam borat
sebenarnya digunakan dalam industri non pangan karena memiliki sifat antiseptik
dan biasa digunakan dalam industri farmasi sebagai ramuan obat seperti salep,
bedak, obat pencuci mata, obat oles mulut, solder, bahan pembersih, pengawet
kayu, antiseptik, dan pengontrol kecoa (Suhada dan Rikky, 2012).
Asam borat atau boraks (boric acid) merupakan zat pengawet berbahaya
yang tidak diizinkan digunakan sebagai campuran bahan makanan, boraks dalam
air berubah menjadi natrium hidroksida dan asam borat (Syah, 2005).
Senyawa-senyawa asam borat ini mempunyai sifat-sifat kimia sebagai
berikut : jarak lebur sekitar 171o C. Larut dalam 18 bagian air dingin, 4 bagian
air mendidih, 5 bagian gliserol 85%, dan tidak larut dalam eter. Kelarutan dalam
air bertambah dengan penambahan asam klorida, asam sitrat atau asam tartrat.
Mudah menguap dengan pemanasan dan kehilangan satu molekul airnya pada
suhu 1000 C yang secara perlahan berubah menjad asam metaborat (HBO2).
Asam borat merupakan asam lemah dengan garam alkalinya bersifat basa,
mempunyai bobot molekul 61,83 berbentuk serbuk halus kristal transparan atau
granul putih tak berwarna dan tak berbau serta agak manis (Khamid, 2006).
Pengaruhnya terhadap organ tubuh tergantung konsentrasi yang dicapai
dalam organ tubuh, boraks merupakan racun bagi semua sel. Kadar tertinggi
tercapai pada waktu diekstraksi maka ginjal merupakan organ yang paling
terpengaruh dibandingkan dengan organ yang lain. Dosis tertinggi yaitu 10-20
gr/kg berat badan orang dewasa dan 5 gr/kg berat badan anak-anak (Saparinto
dan Hidayati, 2006).
Boraks merupakan salah satu zat adiktif pada makanan. Yakni zat yang di
tambahkan dan dicampurkan pada makanan sewaktu pengolahan makanan
dengan maksud untuk menarik (pewarna), menambah selera (pemanis),
menyedapkan (penyedap), mengharumkan dan sebagai bahan pengawet makanan
dan sebagai pengenyal. Boraks yang di gunakan sebagai pengenyal berupa
sodium boraks, yang salam istilah awamnya disebut bleng.
Banyak makanan yanng berasal dari jawa menggunakan bleng sebagai
salah satu bahan dasar pengolahan makanan seperti gendar atau puli, lopis dan
kerupuk gendar atau karak. Memeng dari segi rasa, makanan tersebut di geamri
oleh masyarakat, karena selain enak, gurih dan kenyal juga tahan lama.
Bleng juga di pergunakan dalam pembuatan bakso dan mie agar lebih
kenyal, menggurihkan makanan, serta tahan lama (Aryani, 2006).
Pemerintah telah meperbolehkan penggunaan boraks sebagai bahan
makanan, namun dibatasi oleh UU Kesehatan dana Keselamatan Nasional,
batasnya hanya 1 gram per satu kilogram pangan, bila lebih itu ilegal, pelaku
akan di penjara 12 tahun bila menambahkan lebih dari 1 gram per 1 kilogram
pangan (Anonim, 2013).
C. Penyalahgunaan Boraks pada Makanan
Boraks meskipun bukan pengawet makanan sering pula digunakan sebagai
pengawet makanan, selain sebagai pengawet, bahan ini berfungsi pula
mengenyalkan makanan. Makanan yang sering ditambahakan boraks diantaranya
adalah bakso, sosis, nugget, mie, kerupuk dan lontong. Bakso yang menggunakan
boraks memiliki kekenyalan-kekenyalan bakso khas yang berbeda dari bakso
yang menggunakan banyak daging. Kerupuk yang mengandung boraks kalau
digoreng akan mengembang dan empuk, tekstur bagus dan renyah. Ikan basah
yang tidak rusak selama 3 hari pada suhu kamar, insang berwarna merah tua dan
tidak cemerlang, dan memiliki bau menyengat khas formalin. Tahu yang
berbentuk bagus, kenyal, tidak mudah hancur, awet hingga lebih dari 3 hari,
bahkan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es, dan berbau menyengat khas
formalin. Mie basah biasanya lebih awet sampai 2 hari pada suhu kamar 25°C,
berbau menyengat, kenyal, tidak lengket, dan agak mengkilap (Yuliarti, 2007).

D. Ciri - Ciri Makanan yang Mengandung Boraks


Beberapa ciri – ciri makanan yang mengandung boraks, yaitu:
1. Ciri – ciri mie basah mengandung boraks: Teksturnya kenyal, lebih mengkilat,
tidak lengket, dan tidak cepat putus.
2. Ciri baso mengandung boraks: teksturnya sangat kenyal, warna tidak
kecokelatan seperti penggunaan daging namun lebih cenderung keputihan.
3. Ciri – ciri jajanan (seperti lontong) mengandung boraks: teksturnya sangat
kenyal, berasa tajam, seprti sangat gurih dan membuat lidah bergetar dan
meberikan rasa getir.
4. Ciri – ciri kerupuk mengandung boraks: teksturnya renyah dan bisa
menimbulkan rasa getir
E. Pengaruh Boraks pada Kesehatan
Pengaruh boraks pada kesehatan, yaitu:
1. Jika terhirup: Rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan, sukar bernapas,
napas pendek, sakit kepala, kanker paru-paru.
2. Jika terkena kulit: Kemerahan, gatal, kulit terbakar.
3. Jika terkena mata: Kemerahan, gatal, mata berair, kerusakan mata, pandangan
kabur, kebutaan.
4. Jika tertelan: Mual, muntah, perut perih, dalam jumlah banyak menyebabkan
kurang darah, muntah darah, mati.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia dikenal dengan kuliner yang kaya dan beragam, dengan citarasa
yang lezat kuliner indonesia benyak digemari dan dapat bersaing dengan kuliner
luar negeri. Selain itu beberapa kuliner Indonesia juga memiliki kemiparan
dengan kuliner luar negeri. Hal ini dapat terjadi karena kulturasi budaya.
Contohnya saja seperti bakso, mie ayam, siomay dsb. Kuliner tersebut banyak
dijajakan oleh penjual mulai dari tempat yang elit hingga ke pedagang kaki lima.
Namun beberapa tahun belakangan banyak pagadang nakal yang
menambahkan zat kimia berbahaya kedalam makanan yang mereka jual.
Penggunaan zat kimia berbahaya seperti boraks dan formalin mereka gunakan
bukan tanpa alasan. Pedagang nakal ini menggunakan formalin salah satunya
untuk mengawetkan mie basah hasil produksi mereka agar dapat bertahan selama
beberapa hari. Selain itu makanan yang acapkali diakali dengan penambahan
boraks adalah bakso, tahu, mie dengan tujuan dapat memperbaiki tekstur dan
kepadatan sehingga menjadi bakso dan mie yang lebih kenyal, serta tahu yang
tidak mudah hancur. Boraks juga dipakai oleh para pedagang kerupuk nakal
untuk member kerenyahan serta rasa gurih.
Boraks berbahaya apabila dikonsumsi terutama pada jangka waktu yang
lama. Boraks dalam dosis yang tinggi dapat meracuni sel-sel tubuh dan
menyebabkan kerusakan usus, hati, ginjal dan otak. Penyakit yang
ditimbulkannya seperti kanker dan gangguan fungsi hati. Terdapat beberapa ciri
makanan yang mengandung boraks seperti, bertekstur kenyal, tidak mudah
hancur, berwarna mencolok daripada aslinya, beraroma menyengat, tidak mudah
rusak atau busukwalaupun ditaruh pada suhu yang tidak semestinya. Selain itu
untuk mengetahui makanan tersebut mengandung boraks atau tidak dapat
dilakukan pengujian. Oleh karena itu dilakukannya praktikum uji boraks ini.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Bahan Tambahan Pangan
Menurut Syah (2005), bahan tambahan pangan (BTP) adalah bahan atau
campuran bahan yang secara alami, bukan merupakan bagian dari bahan baku
pangan, tetapi ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau
bentuk bahan pangan dan untuk memperbaiki karakter pangan agar memiliki
kualitas yang meningkat. Peraturan pemerintah nomor 28 tahun 2004 tentang
keamanan, mutu, dan gizi pangan pada bab 1 pasal 1 menyebutkan, yang
dimaksud dengan bahan tambahan pangan adalah bahan yang ditambahkan
kedalam makanan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan atau produk
pangan.
Zat adiktif makanan adalah bahan yang ditambahkan dan dicampurkan
sewaktu pengolahan makanan untuk meningkatkan mutu atau bahan yang
ditambahkan pada makanan ataupun minuman pada waktu proses atau
pembuatannya dan terdapat pada hasil akhirnya (Pardiazi, 1980).
Pemakaian BTP (Bahan Tambahan Pangan) yang aman merupakan
pertimbangan yag penting. Jumlah BTP (Bahan Tambahan Pangan) yang
diizinkan untuk digunakan dalam pangan harus merupakan kebutuhan minimum
untuk mendapatan pegaruh yang dikehendaki. Pada prinsipnya konsumen harus
diberi informasi adanya bahan tambahan pangan (BTP) dalam bahan baku
makanan. Pernyataan yang tertera atau etiket harus diberikan informasi adanya
BT (Bahan Tambahan Pangan) kepada konsumen. Hal ini merupakan metode
yang paling efektif untuk mencapai tujuan tersebut (Baliwati, 2004).

B. Boraks
Boraks (Na2B4O7.10 H2O) adalah kristal putih yang dapat larut dalam air
dingin membentuk natrium hidroksida dan asam borat. Boraks mudah larut
dalam air dan tidak berbau serta memiliki pH 9,5. Boraks maupun asam borat
sebenarnya digunakan dalam industri non pangan karena memiliki sifat antiseptik
dan biasa digunakan dalam industri farmasi sebagai ramuan obat seperti salep,
bedak, obat pencuci mata, obat oles mulut, solder, bahan pembersih, pengawet
kayu, antiseptik, dan pengontrol kecoa (Suhada dan Rikky, 2012). Asam borat
atau boraks (boric acid) merupakan zat pengawet berbahaya yang tidak diizinkan
digunakan sebagai campuran bahan makanan, boraks dalam air berubah menjadi
natrium hidroksida dan asam borat (Syah, 2005).
Senyawa-senyawa asam borat ini mempunyai sifat-sifat kimia sebagai
berikut : jarak lebur sekitar 171o C. Larut dalam 18 bagian air dingin, 4 bagian
air mendidih, 5 bagian gliserol 85%, dan tidak larut dalam eter. Kelarutan dalam
air bertambah dengan penambahan asam klorida, asam sitrat atau asam tartrat.
Mudah menguap dengan pemanasan dan kehilangan satu molekul airnya pada
suhu 1000 C yang secara perlahan berubah menjad asam metaborat (HBO2).
Asam borat merupakan asam lemah dengan garam alkalinya bersifat basa,
mempunyai bobot molekul 61,83 berbentuk serbuk halus kristal transparan atau
granul putih tak berwarna dan tak berbau serta agak manis (Khamid, 2006).
Pengaruhnya terhadap organ tubuh tergantung konsentrasi yang dicapai
dalam organ tubuh, boraks merupakan racun bagi semua sel. Kadar tertinggi
tercapai pada waktu diekstraksi maka ginjal merupakan organ yang paling
terpengaruh dibandingkan dengan organ yang lain. Dosis tertinggi yaitu 10-20
gr/kg berat badan orang dewasa dan 5 gr/kg berat badan anak-anak (Saparinto
dan Hidayati, 2006).

C. Penyalahgunaan Boraks pada Makanan


Boraks meskipun bukan pengawet makanan sering pula digunakan sebagai
pengawet makanan, selain sebagai pengawet, bahan ini berfungsi pula
mengenyalkan makanan. Makanan yang sering ditambahakan boraks diantaranya
adalah bakso, sosis, nugget, mie, kerupuk dan lontong. Bakso yang menggunakan
boraks memiliki kekenyalan-kekenyalan bakso khas yang berbeda dari bakso
yang menggunakan banyak daging. Kerupuk yang mengandung boraks kalau
digoreng akan mengembang dan empuk, tekstur bagus dan renyah. Ikan basah
yang tidak rusak selama 3 hari pada suhu kamar, insang berwarna merah tua dan
tidak cemerlang, dan memiliki bau menyengat khas formalin. Tahu yang
berbentuk bagus, kenyal, tidak mudah hancur, awet hingga lebih dari 3 hari,
bahkan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es, dan berbau menyengat khas
formalin. Mie basah biasanya lebih awet sampai 2 hari pada suhu kamar 25°C,
berbau menyengat, kenyal, tidak lengket, dan agak mengkilap (Yuliarti, 2007)
Academia
Informasi Pendidikan No #1

Laporan Praktikum Uji Boraks pada Sampel


Bahan Pangan

Anda mungkin juga menyukai