PENDAHULUAN
1
diantara pemukiman penduduk. Disekitar kampus terdapat banyak pedagang
yang menjajakan makanan olahan baik di tempat permanen maupun non
permanen. Pedagang yang berjualan juga beraneka jenis, mulai dari pedagang
keliling, pedagang kantin, maupun pedagang kakilima. Pedagang menjual
berbagai macam makanan olahan mulai dari harga Rp. 500,-sampai dengan
harga ± Rp. 10.000,-. Rata-rata pembeli adalah mahasiswa, dosen dan
karyawan UNISA.
Pembeli terbanyak adalah mahasiswa. Mahasiswa selalu ingin mencoba
makanan olahan atau jajanan yang dipasarkan namun mereka tidak pernah
memperhatikan kandungan zat yang ada dalam makanan olahan atau jajanan
yang mereka makan. Hal inilah yang melatarbelakangi peneliti untuk
melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui keberadaan boraks
pada berbagai jenis makanan olahan yang di pasarkan disekitar lingkungan
kampus UNISA.
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
3
senyawanya merupakan senyawa kimia yang mempunyai sifat karsinogen.
Meskipun boraks berbahaya bagi kesehatan ternyata masih banyak digunakan
oleh masyarakat sebagai bahan tambahan makanan, karena selain berfungsi
sebagai pengawet, boraks juga dapat memperbaiki tekstur bakso dan kerupuk
hingga lebih kenyal dan lebih disukai konsumen (Mujianto, 2003).
Asam borat (H3BO3) merupakan senyawa bor yang dikenal juga dengan nama
borax. Di Jawa Barat dikenal juga dengan nama “bleng”, di Jawa Tengah dan
Jawa Timur dikenal dengan nama “pijer”. Digunakan/ditambahkan ke dalam
pangan/bahan pangan sebagai pengental ataupun sebagai pengawet (Cahyadi,
2008).
Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan diperoleh data bahwa senyawa
asam borat ini dipakai pada lontong agar teksturnya menjadi bagus dan
kebanyakan ditambahkan pada proses pembuatan bakso. Komposisi dan bentuk
asam borat mengandung 99,0% dan 100% H3BO3. Mempunyai bobot molekul
61,83 dengan B = 17,50% ; H = 4,88% ; O = 77,62% berbentuk serbuk hablur
kristal transparan atau granul putih tak berwarna dan tak berbau serta agak manis
(Cahyadi, 2008).
Karekteristik boraks antara lain (Riandini, 2008):
1. Warna adalah jelas bersih
2. Kilau seperti kaca
3. Kristal ketransparanan adalah transparan ke tembus cahaya
4. Sistem hablur adalah monoklin
5. Perpecahan sempurna di satu arah
6. Warna lapisan putih
7. Mineral yang sejenis adalah kalsit, halit, hanksite, colemanite, ulexite
dan garam asam bor yang lain
8. Karakteristik yang lain: suatu rasa manis yang bersifat alkali.
Senyawa asam borat ini mempunyai sifat-sifat kimia sebagai berikut: jarak
lebur sekitar 171°C, larut dalam 18 bagian air dingin, 4 bagian air mendidih, 5
bagian gliserol 85% dan tak larut dalam eter. Kelarutan dalam air bertambah
dengan penambahan asam klorida, asam sitrat atau asam tetrat. Mudah menguap
dengan pemanasan dan kehilangan satu molekul airnya pada suhu 100°C yang
secara perlahan berubah menjadi asam metaborat (HBO2). Asam borat
merupakan asam lemah dan garam alkalinya bersifat basa. Satu gram asam borat
larut sempurna dalam 30 bagian air, menghasilkan larutan yang jernih dan tak
4
berwarna. Asam borat tidak tercampur dengan alkali karbonat dan hidroksida
(Cahyadi, 2008).
Efek boraks yang diberikan pada makanan dapat memperbaiki struktur dan
tekstur makanan. Seperti contohnya bila boraks diberikan pada bakso dan lontong
akan membuat bakso/lontong tersebut sangat kenyal dan tahan lama, sedangkan
pada kerupuk yang mengandung boraks jika digoreng akan mengembang dan
empuk serta memiliki tekstur yang bagus dan renyah. Parahnya, makanan yang
telah diberi boraks dengan yang tidak atau masih alami, sulit untuk dibedakan
jika hanya dengan panca indera, namun harus dilakukan uji khusus boraks di
Laboratorium (Depkes RI, 2002).
bisa didapatkan dalam bentuk padat atau cair (natrium hidroksida atau
asam borat). Baik boraks maupun asam borat memiliki sifat antiseptik dan biasa
digunakan oleh industri farmasi sebagai ramuan obat, misalnya dalam salep,
bedak, larutan kompres, obat oles mulut dan obat pencuci mata. Selain itu boraks
juga digunakan sebagai bahan solder, pembuatan gelas,bahan pembersih/pelicin
porselin, pengawet kayu dan antiseptik kayu (Aminah dan Himawan, 2009).
Meskipun bukan pengawet makanan, boraks sering pula digunakan sebagai
pengawet makanan. Selain sebagai pengawet, bahan ini berfungsi pula
mengenyalkan makanan. Makanan yang sering ditambahkan boraks diantaranya
adalah bakso, lontong, mie, kerupuk, dan berbagai makanan tradisional seperti
“lempeng” dan “alen-alen”. Di masyarakat daerah tertentu boraks juga dikenal
dengan sebutan garam bleng, bleng atau pijer dan sering digunakan untuk
mengawetkan nasi untuk dibuat makanan yang sering disebut legendar atau
gendar (Yuliarti, 2007)
5
BAB III
METODE PENELITIAN
Dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N sampai terbentuk warna merah muda
yang tidak hilang setelah dikocok 15 detik
6
2. Penetapan Kadar Sampel
Sampel digerus, dilarutkan menggunakan aquadest kemudian disaring dan
diambil filtratnya
Titrasi dengan larutan NaOH 0,1 N sampai terbentuk warna merah muda yang
tidak hilang setelah dikcok 15 detik
7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1Hasil Pengamatan
1. Hasil Standarisasi NaOH dengan HCl
Volume HCl Volume NaOH Gambar
9,5 ml
10 ml
9,3 ml
10 ml
Perhitungan
NNaOH = VHCl X NHCl
VNaOHl
1. NNaOH = 10 ml X 0,1 N
9,5 ml
= 0,105 N
2. NNaOH = 10 ml X 0,1 N
9,3 ml
= 0,107 N
8
3. NNaOH = 10 ml X 0,1 N
9,4 ml
= 0,106 N
Lontong 10 ml 4 ml
gorengan
Perhitungan
Kadar sampel = ml zat (titran) X 100%
ml sampel X 1000
1. Lontong Pasar
Kadar = 4,2 ml X 100%
9
10 ml X 1000
= 0,042%
= 420 ppm
= 0,42 gr
2. Lontong Gorengan
Kadar = 4 ml X 100%
10 ml X 1000
= 0,04 %
= 400 ppm
=0,04 gr
4.2Pembahasan
Praktikum kali ini membahas tentang titrasi asam basa yang bertujuan untuk
menentukan kadar suatu zat dengan metode alkalimetri.
Bahan-bahan yang digunakan alam perobaan ini adalah HCl, NaOH, indicator pp,
gliserol, lontong pasar dan lontong gorengan (sampel). Fungsi dari asam klorida
yaitu sebagai larutan standar primer yang beperan dalam proses standarisasi
NaOH. NaOH berperan sebagai larutan yang akan distandarisasi, Indikator pp
berfungsi seagai indicator yang menentukan perubahan warna.Langkah pertama
yang dilakukan yaitu menstandarisasi NaOH, Larutan NaOH dimasukan kedalam
buret sebagai titran dan larutan HCl sebagai titrat yang disimpan didalam
Erlenmeyer sebanyak 10ml dan ditambahkan indicator pp sebanyak 3 tetes.
Pada titrasi alkalimetri, borax akan diukur sebagai asam borax. Pada
penetapan asam borax digunakan gliserol, gliserol meruakan kosolven. Kosolven
sendiri adalah pelarutyang ditambahkan dalam suatu system utuk membantu
melarutkan atau meningkatkan stabilitas dari suatuzat. Kosolven mempunyai dua
sifat yaitu hidrofilik dan hidrofobik. Kedua sifat ini yang akan membantu dalam
meningkatkan kelarutan suatu larutan.
Setelah dilarutkan menggunakan gliserol, kemudian ditambahkan indicator pp
sebanyak 2 tetes sampel 1 dan sampel 2 (lontong pasar dan lontong gorengan)
kemudian dititrasi dengan NaOH. Didapatkan volume akhir sebanyak 4,2ml dan
4ml dengan titik akhir titrasi berwarna merah muda yang menunjukan kedua
sampel tersebut positif mengandung borax.
Adapun ciri-ciri makanan yang mengandung borax adalah bertekstur
sangat kenyal, tidak mudah hancur dan rusak, berwarna sangat mencolok dari
10
aslinya, beraroma menyengat bahkan binatang seperti lalat enggan untuk
menempel.
Efek jangka panjang yang akan dialami manusia jika mengonsumsi makanan
mengandung borax adalah sakit kepala, demam, tidak enak badan, ,mual, nyeri
hebat pada perut bagian atas, diare, lemah lesu, kerusakan hati bahkan kanker.
11
BAB V
PENUTUP
5.1Kesimpulan
Kesimpulan Pada penelitian ini, berdasarkan uji kuantitatif boraks
menggunakan metode titrasi asam basa dapat disimpulkan bahwa pada ke 2
sampel lontong yang dijual dipasar dan ditempat gorengan keduanya positif
mengandung boraks. diperolah kadar boraks sebagai asam borat pada sampel
1 adalah 420 ppm dan sampel 2 adalah 400ppm.
12
DAFTAR PUSTAKA
13