Anda di halaman 1dari 18

MATAKULIAH ANALISIS KEAMANAN PANGAN

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKALAH KANDUNGAN BORAKS PADA MAKANAN

OLEH:
KELOMPOK 2
SUCI FITRIAH ANGGRENI

N111 12 310

WAHYUDDIN S.

N111 12 314

DEWI M. ASFAR

N111 12 318

NURUL FAJARYANTI

N111 12 341

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016

KATA PENGANTAR
1

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang


telah memberikan banyak nikmatnya kepada kami. Sehingga kami mampu
menyelesaikan Makalah Analisis Keamanan Pangan yang berjudul Kandungan
Boraks pada Makanan ini sesuai dengan waktu yang kami rencanakan. Makalah
ini kami buat dalam rangka memenuhi salah satu syarat penilaian mata kuliah
Analisis Keamanan Pangan. Yang meliputi nilai tugas, nilai kelompok, nilai
individu, dan nilai keaktifan.
Penyusunan makalah ini tidak berniat untuk mengubah materi yang sudah
tersusun.

Namun,

hanya

lebih

pendekatan

pada

studi

banding

atau

membandingkan beberapa materi yang sama dari berbagai referensi. Yang semoga
bisa memberi tambahan pada hal yang terkait dengan kepentingan mata kuliah
Analisis Keamanan Pangan.
Kami sebagai penyusun pastinya tidak pernah lepas dari kesalahan. Begitu
pula dalam penyusunan makalah ini, yang mempunyai banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kami mohon maaf atas segala kekurangannya.

Makassar, 6 April 2016

Penyusun

DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................ii
Daftar Isi................................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Tujuan........................................................................................................2
C. Manfaat......................................................................................................2
BAB II. TINJAUAN PUSTKA
A. Boraks........................................................................................................3
B. Efek Boraks bagi Kesehatan......................................................................5
BAB III PEMBAHASAN
A. Analisis Kandungan Boraks pada Manakanan..........................................7
B. Isu-Isu dan Contoh Kasus Mengenai Kandungan Boraks yang terdapat
pada Makanan............................................................................................12
BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan................................................................................................14
B. Saran..........................................................................................................14
Daftar Pustaka

16
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Makanan memiliki arti penting dalam kehidupan manusia. Selain
menyediakan zat-zat yang diperlukan untuk sumber tenaga dan pertumbuhan,
makanan juga menyediakan zat-zat yang diperlukan untuk mendukung
kehidupan tubuh yang sehat. Karena itu untuk meningkatkan kehidupan
manusia diperlukan adanya persediaan makanan yang memadai baik dari segi
kualitas maupun kuantitas. Dari segi kualitas, selain mengandung semua zat
yang diperlukan oleh tubuh makanan juga harus memenuhi syarat keamanan.(5)
3

Dewasa ini boraks banyak sekali digunakan dalam industri makanan,


seperti: dalam pembuatan mie basah, lontong, ketupat, tahu, bakso, sosis,
bahkan dalam pembuatan kecap. Padahal zat kimia ini merupakan bahan
beracun dan bahan berbahaya bagi manusia sehingga sangat dilarang
digunakan sebagai bahan baku makanan. Tentunya tidak ada seorang pun yang
akan mengonsumsi jika mengetahui barang tersebut mengandung zat
berbahaya di dalamnya. Sayangnya, tidak semua orang mengetahui cara
mendeteksi adanya kandungan boraks dalam bahan makanan dan bahayanya
bagi kesehatan. Teridentifikasinya boraks pada makanan-makanan tersebut
dapat kita rasakan pula perbedaannya dengan makanan yang tidak
menggunakan boraks, namun hal tersebut tidak mutlak dan hanya sebagai
perkiraan saja.(3)
Seringnya boraks digunakan sebagai pengawet makanan yang membuat
para konsumen harus berhati-hati dalam memilih makanan sehat tanpa bahan
pengawet berbahaya. Karena mengkonsumsi makanan berboraks akan
menyebabkan gangguan otak, hati, lemak dan ginjal. Dalam jumlah banyak,
boraks menyebabkan demam, anuria (tidak terbentuknya urin), koma,
merangsang sistem saraf pusat, menimbulkan depresi, apatis, sianosis, tekanan
darah turun, kerusakan ginjal, pingsan bahkan kematian

(1).

Oleh karena itu,

dalam makalah ini akan di bahas analisis kandungan boraks dalam makanan.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui Isu-isu dan contoh kasus terkait kandungan Boraks
dalam Makanan
2. Untuk mengetahui Efek Boraks pada Kesehatan
3. Untuk mengetahui cara menganalisis kandungan Boraks pada makanan
C. Manfaat
1. Dapat memberikan pengetahui mengenai isu-isu dan contoh kasus terkait
kandungan Boraks dalam Makanan
2. Dapat memberikan pengetahuan mengenai efek boraks bagi kesehatan
3. Dapat mengetahui cara menganalisis kandungan Boraks pada makanan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Boraks
Boraks atau yang lazim disebut asam borat (boric acid) adalah senyawa
kimia turunan dari logam berat boron (B). Asam borat terdiri atas tiga macam
senyawa, yaitu: asam ortoborat (H3BO3), asam metaborat (HBO2), dan asam
piroborat (H2B4O7)(5). Rumus struktur ketiga asam borat tersebut adalah
sebagai berikut :

Asam-asam borat adalah asam lemah. Boraks merupakan senyawa hidrat dari
garam natrium tetraborat dengan rumus molekul Na2B4O7.10H2O (Natrium
tetraborat dekahidrat). Dalam perdagangan boraks dikenal dengan sebutan
borofax three elephant, hydrogen orthoborate, NCL-C56417, calcium borate,
atau sassolite. Dalam istilah domestik boraks memiliki nama berbeda-beda. Di
Jawa Tengah boraks disebut dengan nama air bleng atau garam bleng, di daerah
Sunda disebut bubuk gendar; di Jakarta disebut pijer. Boraks yang
diperdagangkan dalam bentuk balok padat, kristal, atau tepung berwarna putih
kekuningan, atau dalam bentuk cairan tidak berwarna.(5)
Boraks digunakan orang sudah sejak lama, yaitu sebagai zat pembersih
(cleaning agent), zat pengawet makanan (additive), dan untuk penyamak kulit.
Boraks sebagai antiseptik dan pembunuh kuman. Karena itu borak banyak
digunakan sebagai anti jamur, bahan pengawet kayu, dan untuk bahan
antiseptik pada kosmetik. Dalam industri tekstil boraks digunakan untuk
mencegah kutu, lumut, dan jamur. Boraks juga digunakan sebagai insektisida
dengan mencampurkannya dalam gula untuk membunuh semut, kecoa, dan
lalat. Boraks sejak lama sudah digunakan untuk membuat gendar nasi, krupuk
gendar, atau krupuk puli yang secara lokal di beberapa daerah di Jawa disebut
karag atau lempeng.(5)
Boraks dalam peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
dinyatakan bahan berbahaya dan beracun, dan dilarang untuk digunakan dalam
pembuatan makanan. Peraturan Menteri Kesehatan tersebut didasarkan pada
hasil sidang Codex dunia tentang makanan, yang melarang boraks untuk
6

digunakan sebagai bahan tambahan makanan karena dapat menyebabkan


kanker pada tikus percobaan. Karena bersifat toksik, maka boraks dimasukkan
dalam golongan senyawa yang disebut bahan berbahaya dan beracun (B3).(5)
Adapun karakteristik Boraks, antara lain: (3)
o berbentuk kristal putih
o tidak berbau - larut dalam air
o stabil pada suhu serta tekanan normal
o Boraks dipasaran terkenal dengan nama pijer, petitet, bleng, gendar dan air
kl.
Ada beberapa ciri Gejala Keracunan Boraks, antara lain sebagai berikut: (3)
Keadaan umum: lemah, sianosis, hipotensi
Terhirup: iritasi membran mukosa, tenggorokan sakit, dan batuk, efek pada
sistem saraf pusat berupa hiperaktifitas, agitasi dan kejang. Aritmia berupa
atrial fibrilasi, syok dan asidosis metabolik. Kematian dapat terjadi setelah
pemaparan, akibat syok, depresi saraf pusat atau gagal ginjal.Kontak dengan
kulit: Eritrodemik rash (merah), iritasi dan gejala seperti orang mabuk,
deskuamasi dalam 3-5 hari setelah pemaparan.
Tertelan: mual, muntah, diare, gangguan pencernaan, denyut nadi tidak
beraturan, nyeri kepala, gangguan pendengaran dan penglihatan, sianosis,
kejang dan koma. Keracunan berat dan kematian umumnya terjadi pada
bayi dan anak-anak dalam 1-7 hari setelah penelanan, sedangkan pada orang
dewasa jarang terjadi.
B. Efek Boraks bagi Kesehatan
Pemakaian boraks dalam pembuatan makanan dapat dikatakan telah
membudaya.

Dalam

Peraturan

Menteri

Kesehatan

Nomor:

722/MenKes/Per/IX/88 tentang bahan tambahan makanan dan Nomor:


239/MenKes/Per/ V/85 tentang zat-zat warna tertentu yang dinyatakan sebagai
bahan berbahaya, boraks dan zat-zat warna tertentu seperti halnya Methanil
Yellow dan Rhodamin B dinyatakan sebagai bahan yang berbahaya bagi
kesehatan. Karena itu bahan-bahan tersebut dilarang untuk digunakan dalam
pembuatan makanan.(5)
Boraks dinyatakan sebagai bahan berbahaya bagi kesehatan karena dari
hasil percobaan dengan menggunakan tikus menunjukkan sifat karsinogenik.
Dalam makanan boraks akan terserap oleh darah dan disimpan di dalam hati.

Karena tidak mudah terlarut dalam air boraks bersifat kumulatif. Boraks di
dalam tubuh dapat menimbulkan bermacam-macam gangguan .(5) Gangguangangguan umum yang ditimbulkan boraks adalah sebagai berikut: (5)
1. Dapat menyebabkan gangguan pada pertumbuhan bayi, terutama mata.
2. Menyebabkan gangguan proses reproduksi.
3. Dapat menimbulkan iritasi pada lambung, kulit merah dan mengelupas.
4. Menyebabkan gangguan pada ginjal, hati, dan testes.
Informasi tentang gangguan kesehatan karena boraks masih sangat
sedikit, bahkan dapat dikatakan belum ada bukti yang cukup kuat. Hal ini dapat
dimengerti karena akibat yang ditimbulkannya tidak dapat segera tampak.
Gejala-gejala gangguan kesehatan yang dapat diamati dalam jangka pendek
karena menghisap atau kontak secara langsung dengan boraks antara lain
terjadinya iritasi pada hidung, saluran pernapasan, dan mata. Selain itu, adanya
pencemaran boron dalam waktu panjang dapat menimbulkan gangguan
reproduksi berupa menurunnya jumlah sperma pada orang laki-laki. Dari hasil
penelitian pada hewan menunjukkan bahwa dengan adanya pencemaran boron
dalam jangka panjang dapat menyebabkan gangguan pada jaringan paru-paru
dan inhalasi yang lama. Pencemaran boron dalam kadar tinggi dalam waktu
singkat dapat menimbulkan bahaya pada perut, usus, hati, ginjal, dan otak. (5)
Dari hasil penelitian pada hewan menunjukkan dengan adanya
pencemaran boron pada hewan jantan dapat menyebabkan gangguan pada
testes dan gangguan kelahiran pada hewan betina yang bunting. Terjadinya
kontak langsung pada hewan dapat menyebabkan terjadinya iritasi kulit. Akibat
dari kontak dengan kulit manusia belum diketahui. Konsumsi boraks secara
terus menerus dapat mengganggu gerak pencernaan usus dan dapat
mengakibatkan usus tidak mampu mengubah zat makanan sehingga dapat
diserap dan diedarkan ke seluruh tubuh. Pada dosis 5 gram atau lebih dalam
tubuh bayi dan anak kecil dapat menyebabkan kematian. Pada orang dewasa
kematian dapat terjadi pada dosis 10 20 gram atau lebih.(5)
Makanan yang mengandung boraks dapat menyebabkan dampak negatif
bagi tubuh dimana pada dosis tertinggi yaitu 10-20 gr/kg berat badan orang
dewasa dan 5 gr/kg berat badan anak-anak akan menyebabkan keracunan
bahkan kematian. Sedangkan dosis terendah yaitu dibawah 10-20 gr/kg berat

badan orang dewasa dan kurang dari 5 gr/kg berat badan anak-anak, jika sering
dikonsumsi akan menumpuk/terakumulasi pada jaringan tubuh di otak, hati,
lemak dan ginjal yang pada akhirnya dapat memicu terjadinya kanker.(2)

BAB III
PEMBAHASAN
A. Analisis Kandungan Boraks pada Manakana
Penggunaan senyawa boraks banyak digunakan dalam industri
makanan, seperti: dalam pembuatan mie basah, lontong, ketupat, tahu, bakso,
sosis, bahkan dalam pembuatan kecap.

Zat kimia ini merupakan bahan

beracun dan bahan berbahaya bagi manusia sehingga sangat dilarang


digunakan sebagai bahan baku makanan. Tentunya tidak ada seorang pun yang
akan mengonsumsi jika mengetahui barang tersebut mengandung zat
berbahaya di dalamnya. Ada beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk
mengetahui atau mengidentifikasi makanan yang mengandung boraks. Caracara yang dapat kita tempuh misalanya yang paling mudah adalah dengan
pengamatan fisik, adapun yang lebih meyakinkan yaitu dengan pemeriksaan
laboratorium, namun jika masyarakat awam terlalu asing dengan laboratorium,
maka ada cara mengidentifikasi yang lebih mudah yaitu metode kunyit. (3)

1. Identifikasi dengan pengamatan fisik


Dari berbagai macam jenis makanan, ada beberapa makanan yang biasa
dicampuri dengan boraks baik dengan alasan untuk mengawetkan, maupun
untuk kepentingan dagang, serta dapat dengan mudah kita identifikasi
menurut ciri fisiknya. Berikut beberapa diantara makanan yang dapat kita
identifikasi ada tidaknya boraks dalam makanan menurut bentuk fisiknya :
Ciri-ciri
Mie basah mengandung boraks: Teksturnya kenyal, lebih mengkilat, tidak
lengket, dan tidak cepat putus.
Ciri-ciri
Bakso mengandung boraks: teksturnya sangat kenyal, warna tidak
kecokelatan seperti penggunaan daging namun lebih cenderung keputihan.
Seperti dijelaskan di atas, sebagian bakso yang beredar di pasaran juga
mengandung boraks. Tetapi kita bisa membedakan antara bakso yang
mengandung boraks atau tidak. Bakso yang mengandung boraks lebih
kenyal daripada bakso tanpa boraks. Bila digigit akan kembali ke bentuk
semula. Ia juga tahan lama dan awet hingga beberapa hari. Warnanya juga
lebih putih. Berbeda dengan bakso tanpa boraks yang berwarna abu-abu dan
merata di semua bagian. Kalau masih ragu, coba lembar bakso ke lantai.
Apabila memantul seperti bola bekel, berarti bakso itu mengandung boraks.
Padahal pembuatan bakso tidak harus menggunakan berbagai bahan kimia.
Bakso dapat dihasilkan dengan baik tanpa menggunakan boraks. Kita bisa
menggunakan bahan pengawet yang lebih aman, seperti kalium karbonat,
natrium karbonat, karaginan, atau kalsium propionat.
Ciri-ciri
Jajanan (seperti lontong) mengandung boraks: teksturnya sangat kenyal,
berasa tajam, seprti sangat gurih dan membuat lidah bergetar dan meberikan
rasa getir.
Ciri-ciri
Kerupuk/gendar mengandung

boraks:

teksturnya

renyah

dan

bisa

menimbulkan rasa getir.


2. Identifikasi dengan pemeriksaan laboratorium
Identifikasi Boraks di laboratorium, ada 2 metode yang dapat digunakan :
a. Metode Nyala Api
Alat :

10

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Cawan petri
Pinset
Korek Api
Furnace
Pipet Ukur
Mortar dan Penggerus
Kompor

Bahan :
1. H2SO4 10ml
2. Metanol 2ml
3. Air Kapur Jenuh
4. Kertas Lakmus
Cara Kerja :
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Tumbuk sample hingga halus dengan mortar, kemudian timbang
sample sebanyak 3 gram sample.
3. Masukkan kedalam cawan petri, dan atur pH dengan menambahkan
Air kapur jenuh hingga suasana menjadi asam, di ukur dengan kertas
lakmus.
4. Setelah asam, kemudian masukkan cawan petri ke dalam furnace.
5. Tambahkan 5 ml H2SO4 pekat, aduk sampai homogen hingga larutan
menjadi asam (lakmus biru menjadi merah), tambahkan 10 ml
Methanol kemudian nyalakan. Jika nyala api berwarna hijau maka
dinyatakan adanya asam borat dan boraks.
b. Metode Kertas Curcuma
Alat :
a. Waterbath
b. Mortar dan penggerus
c. Kompor
d. Pipet ukur
e. Pemijar (Movel Furnace)
f. Rak Tabung Reaksi
g. Cawan Porselin
h. Tabung Reaksi
i. Corong
j. Sendok
k. Pengaduk kaca
l. Timbangan
Bahan :
a. Kertas Saring
b. Kertas Curcuma

11

c.
d.
e.
f.
g.

Amonia
Sample makanan
Air kapur jenuh
Kertas lakmus
HCl 10%

Cara Kerja :
1. Bahan makanan atau minuman kurang lebih 20 gram (sebelumnya
dihaluskan dulu) masukkan kedalam cawan porselin.
2. Tambahkan larutan kapur jenuh sampai basa (lakmus merah menjadi
biru).
3. Isapkan dalam waterbath.
4. Panaskan di atas kompor.
5. Pijarkan sampai menjadi abu, kemudian kerjakan sebagai berikut :
Sebagian abu dimasukkan ke dalam tabung reaksi, tambahkan HCl 10%
sampai menjadi asam, saring dengan kertas saring, celupkan kertas
curcuma ke dalam air hasil saringan, jika kertas curcuma memerah
kembali dengan asam tambahkan amoniak menjadi hijau biru tua maka
dinyatakan adanya asam borat dan boraks.
3. Identifikasi dengan metode kunyit
Kebanyakan masyarakat mengira bahwa mendeteksi boraks harus di
laboratorium sehingga memerlukan biaya mahal. Hal ini membuat
masyarakat malas menguji dan langsung mengonsumsi barang yang dibeli.
Padahal jika dapat mengetahui cara yang benar dan mudah untuk
mendeteksi boraks, pasti masyarakat tidak akan kesulitan untuk melakukan
sendiri. Salah satu bahan alami yang berpotensi dapat digunakan untuk
mendeteksi boraks adalah kunyit. Kunyit dapat digunakan sebagai obat dan
bumbu dalam berbagai resep makanan. Cara mendeteksi boraks dengan
kunyit sangat mudah dan cepat.
Alat dan bahan :
a. Kunyit
b. kertas saring,
c. serta sedikit boraks sebagai kontrol positif.
Cara Kerja :
1. Mula-mula, kita membuat kertas tumerik.
2. Ambil beberapa potong kunyit ukuran sedang,

12

3. kemudian menumbuk dan menyaringnya sehingga dihasilkan cairan


kunyit berwarna kuning.
4. Kemudian, celupkan kertas saring ke dalam cairan kunyit tersebut dan
keringkan.
5. Hasil dari proses ini disebut kertas tumerik. Selanjutnya, buat kertas
yang berfungsi sebagai kontrol positif dengan memasukkan satu sendok
teh boraks ke dalam gelas yang berisi air dan aduk larutan boraks,
6. teteskan pada kertas tumerik yang sudah disiapkan.
7. Amati perubahan warna pada kertas tumerik. Warna yang dihasilkan
tersebut akan dipergunakan sebagai kontrol positif.
8. Tumbuk bahan yang akan diuji dan beri sedikit air.
9. Teteskan air larutan dari bahan makanan yang diuji tersebut pada kertas
tumerik
10. Amati perubahan warna apa yang terjadi pada kertas tumerik.
11. Apabila warnanya sama dengan pada kertas tumerik kontrol positif,
maka bahan makanan tersebut mengandung boraks.
12. Apabila tidak sama warnanya, berarti bahan makanan tersebut tidak
mengandung boraks.
Tanaman kunyit banyak ditemui di pasar dan lingkungan sekitar kita
sehingga dapat dengan mudah didapat. Harga tanaman kunyit juga
terjangkau sehingga dapat dibeli oleh berbagai kalangan masyarakat dari
kelas bawah hingga atas. Hal ini menunjukkan bahwa kunyit merupakan
detektor alami untuk boraks yang tepat. Deteksi boraks bisa dimulai dari
bahan makanan yang sering kita konsumsi. Kewasapadaan kita terhadap
boraks menentukan kualitas tubuh kita.

B. Isu-Isu dan Contoh Kasus Mengenai Kandungan Boraks yang terdapat


pada Makanan
1. Bakso
a. Pemeriksaan Boraks di dalam Bakso di Medan, dimana Pemeriksaan
dilakukan dengan reaksi nyala memakai asam sulfat pekat dan metanol
serta reaksi dengan asam oksalat dan kurkumin 1% dalam metanol.
Penetapan kadar boraks dilakukan dengan titrasi asam basa menggunakan
larutan standar NaOH 0,2N dan indikator fenolftalein. Hasil penelitian
13

menunjukkan bahwa 80% dari sampel yang diperiksa ternyata


mengandung boraks dan kadar boraks yang ditemukan dalam bakso pada
lokasi-lokasi pengambilan sampel berkisar antara 0.09 - 0.29 %. Pereaksi
kurkumin lebih sensitif daripada reaksi nyala dengan asam sulfat pekat.
Metode pengabuan lebih sensitif daripada metode sentrifugasi, akan tetapi
metode sentrifugasi lebih cepat dan memakai alat sederhana.(4)
b. Analisis Kandungan Zat Pengawet Boraks pada Jajanan Bakso Di
SDN Kompleks Mangkura Kota Makassar. Dimana hasil percobaan
identifikasi senyawa boraks pada sampel bakso dengan metode nyala
api, diketahui bahwa sampel bakso A, B dan C yang diuji tidak
menghasilkan nyala hijau yang berarti tidak terdeteksi adanya
kandungan boraks pada sampel. Dari hasil penelitian disimpulkan
bahwa bakso yang dianalisis dengan metode nyala api membuktikan
bahwa sampel A, B, dan C yang beredar di SDN Kompleks Mangkura
tidak teridentifikasi adanya boraks dan bebas dari kandungan boraks.
Tidak dapat dilakukan penelitian kuantitatif untuk mengetahui kadar
boraks dari jajanan bakso karena pada penelitian secara kualitatif
menghasilkan nilai yang negatif (tidak mengandung boraks).(7)
c. Analisis Boraks dalam Bakso Daging Sapi A dan B di Daerah
Tenggilis Mejoyo Surabaya Menggunakan Spektrofotometrik.(6)

2. Roti
Analisis Kandungan Boraks (Na2B4O710.H2O) pada Roti Tawar yang
Bermerek dan Tidak Bermerek yang dijual di Kelurahan Padang Bulan
Kota Medan Tahun 2012. Dimana pada hasil analisis kualitatif di
laboratorium dengan menggunakan metode pewarnaan yang dilakukan
peneliti tarhadap 8 sampel roti tawar bermerek dan tidak bermerek yang
dijual diperoleh bahwa tidak ada satupun sampel yang diuji memiliki
kandungan boraks atau Boraks (-). Pengujian kualitatif dilakukan
dengan menggunakan 2 metode yaitu metode nyala api dan metode
pewarnaan. Dengan metode nyala api, sebagian abu ditambah sedikit

14

asam sulfat dan methanol kemudian dibakar. Dari uji nyala api,
diperoleh warna biru sehingga bisa disimpulkan bahwa tidak terdapat
boraks dalam roti tawar. Metode yang kedua adalah uji pewarnaan
dengan kurkumin dimana sampel abu tersebut ditambah air dan HCL 5N
sampai larutan bereaksi asam, kemudian disaring dalam cawan penguap.
Dari hasil pemeriksaan tersebut

dapat disimpulkan bahwa semua

sampel roti tawar yang bermerek dan tidak bermerek tidak ada yang
mengandung boraks.(2)
3. Tahu
Analisis Boraks Pada Tahu yang Diproduksi di Kota Manado. Sampel
tahu yang diteliti adalah sampel A (Bahu), sampel B (Batukota I),
sampel C (Batukota II), sampel D (Kleak), sampel E (Pakowa),
kemudian kandungan boraks diamati menggunakan metode uji nyala,
metode kertas kurkuma, metode kunyit, dan metode Spektrofotometri
UV-Vis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelima sampel tahu
tidak teridentifikasi adanya boraks baik dengan menggunakan secara uji
nyala, kertas kurkuma, kunyit dan Spektrofotometri UV-Vis. Dengan
tidak teridentifikasinya boraks pada tahu maka dipastikan kelima sampel
tahu produksi lokal ini bebas dari kandungan boraks.(8)

BAB IV
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1. Isu-isu dan contoh kasus terkait kandungan Boraks dalam Makanan yakni :
a. Adanya Kandungan Boraks pada Bakso di Medan
b. Adanya kandungan Zat Pengawet Boraks pada Jajanan Bakso Di SDN
Kompleks Mangkura Kota Makassar
c. Adanya kandungan Boraks (Na2B4O710.H2O) pada Roti Tawar yang
Bermerek dan Tidak Bermerek yang dijual di Kelurahan Padang Bulan
Kota Medan Tahun 2012
d. Adanya kandungan Boraks pada Tahu yang Diproduksi di Kota Manado
2. Efek Boraks pada Kesehatan
a. Dapat menyebabkan gangguan pada pertumbuhan bayi, terutama mata.

15

b. Menyebabkan gangguan proses reproduksi.


c. Dapat menimbulkan iritasi pada lambung, kulit merah dan mengelupas.
d. Menyebabkan gangguan pada ginjal, hati, dan testes
3. Adapun cara untuk menganalisis adanya kandungan Boraks pada makanan
dengan menggunakan 4 metode yakni;
a. Identifikasi dengan pengamatan fisik
b. Identifikasi dengan pemeriksaan laboratorium
c. Metode Kertas Curcuma
d. Identifikasi dengan metode kunyit
B. Saran
Berdasarkan pada hasil analisis, pembahasan, dan kesimpulan yang
telah diuraikan di atas beberapa saran yang dapat disampaikan adalah sebagai
berikut:
1. Bagi masyarakat
Karena boraks dan pewarna terlarang berbahaya bagi kesehatan sebaiknya
anggota masyarakat tidak mengkonsumsi jenis-jenis makanan jajanan
tradisional yang mengandung air bleng atau cetitet

dan makanan

jajanan tradisional yang memiliki warna yang mencolok. Selain itu,


pembuat makanan perlu meningkatkan pengetahuan tentang boraks dan
pewarna terlarang dengan mengikuti penyuluhan-penyuluhan yang
diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten setempat.
2. Bagi Dinas Kesehatan
Perlu adanya larangan penjualan secara bebas boraks atau bahan bahan
lain yang diduga mengandung boraks di masyarakat, serta perlu adanya
pengawasan dan pemeriksaan secara periodik terhadap perdagangan
bahan- bahan yang diduga mengandung boraks dan bahan-bahan yang
diduga mengandung pewarna terlarang.

16

DAFTAR PUSTAKA
1. Nasution, Anisyah. 2009. Analisa Kandungan Boraks Pada Lontong Di
Kelurahan Padang Bulan Kota Medan Tahun 2009. Skripsi. Medan:
Universitas Sumatera Utara
2. Pane,Imee Syorayah,dkk.2013.Analisis Kandungan Boraks (Na2B4O7 10 H2O)
Pada Roti Tawar Yang Bermerek Dan Tidak Bermerek Yang Dijual Di
Kelurahan Padang Bulan Kota Medan Tahun 2012. Departemen Kesehatan
Lingkungan

Fakultas

Kesehatan

Masyarakat

Universitas

Sumatera

Utara.Medan
3. Saparinto, Cahyo dan Diana Hidayati. 2011. Bahan Tambahan Pangan. Jakarta
4. Silalahi,Jansen,dkk.2010. Pemeriksaan Boraks di dalam Bakso di Medan. Maj
Kedokt Indon, Volum: 60, Nomor: 11, November 2010
5. Sugiyatmi, Sri. 2006. Analisis Faktor-Faktor Risiko Pencemaran Bahan Toksik
Boraks Dan Pewarna Pada Makanan Jajanan Tradisional Yang dijual Di
Pasar-Pasar Kota Semarang Tahun 2006. Tesis. Semarang : Universitas
Diponegoro
6. Suhendra,Mela Sastaviyana.2013.Analisis Boraks dalam Bakso Daging A dan
B

di

Daerah

Tenggiling

Mejoyo

Surabaya

Menggunakan

Spektrofotometri.Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya


Vol.2 No.2 (2013)
7. Sultan,Pramutia,dkk.2013. Analisis Kandungan Zat Pengawet Boraks pada
Jajanan Bakso di SDN Kompleks Mangkura Kota Makassar. Program Studi
Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.Makassar

17

8. Triastuti,Endang,dkk.2013.Analisis Boraks Pada Tahu

Yang Diproduksi Di

Kota Manado. PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 2 No.


01

Februari 2013 ISSN 2302 2493

18

Anda mungkin juga menyukai