6232-1208-7120-9553-9828-6153
DAFTAR PUSTAKA
Svehla, G, diterjemahkan oleh Ir.L.Setiono.1979. VOGEL, Buku Teks Analisis Anorganik
Kualitatif Makro dan Semimikro, Bagian I dan II. Jakarta : PT. Kalman Media Pustaka.
Svehla, G, diterjemahkan oleh Ir.L.Setiono.1979. VOGEL, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan
Semimikro, Bagian II. Jakarta : PT. Kalman Media Pustaka. Hal 367.
http://oliveoile.wordpress.com/2008/01/07/formalin-boraks/
Bahan tambahan makanan (food additives) adalah senyawa atau campuran senyawa kimia
yang sengaja ditambahkan ke dalam makanan (non bahan tambahan makanan) namun oleh
masyarakat dijadikan bahan tambahan makanan. Dan ini merupakan salah satu masalah
mental masyarakat.
Formalin
Formalin adalah nama dagang formaldehida yang dilarutkan dalam air dengan kadar 36 – 40
%. Formalin biasa juga mengandung alkohol 10 – 15 % yang berfungsi sebagai stabilator
supaya formaldehidnya tidak mengalami polimerisasi.
Formaldehida pada makanan dapat menyebabkan keracunan pada tubuh manusia, dengan
gejala : sakit perut akut disertai muntah-muntah, mencret berdarah, depresi susunan syaraf
dan gangguan peredaran darah. Injeksi formalin (suntikan) dengan dosis 100 gram dapat
menyebabkan kematian dalam waktu 3 jam.
Tahu merupakan produk pangan yang sering direndam formalin. Tahu yang tidak direndam
formalin hanya bertahan 1 – 2 hari saja kemudian berlendir. Sedangkan yang direndam
formalin akan bertahan 4 – 5 hari bahkan bisa sampai 1 bulan dalam kadar tertentu.
Boraks
Boraks berasal dari bahasa Arab yaitu Bouraq. Merupakan kristal lunak lunak yang
mengandung unsur boron, berwarna dan mudah larut dalam air.
Boraks merupakan garam Natrium Na2 B4O7 10H2O yang banyak digunakan dalam
berbagai industri non pangan khususnya industri kertas, gelas, pengawet kayu, dan keramik.
Gelas pyrex yang terkenal dibuat dengan campuran boraks.
Boraks sejak lama telah digunakan masyarakat untuk pembuatan gendar nasi, kerupuk
gendar, atau kerupuk puli yang secara tradisional di Jawa disebut “Karak” atau “Lempeng”.
Disamping itu boraks digunakan untuk industri makanan seperti dalam pembuatan mie basah,
lontong, ketupat, bakso bahkan dalam pembuatan kecap.
Mengkonsumsi boraks dalam makanan tidak secara langsung berakibat buruk, namun
sifatnya terakumulasi (tertimbun) sedikit-demi sedikit dalam organ hati, otak dan testis.
Boraks tidak hanya diserap melalui pencernaan namun juga dapat diserap melalui kulit.
Boraks yang terserap dalam tubuh dalam jumlah kecil akan dikelurkan melalui air kemih dan
tinja, serta sangat sedikit melalui keringat. Boraks bukan hanya menganggu enzim-enzim
metabolisme tetapi juga menganggu alat reproduksi pria.
Boraks yang dikonsumsi cukup tinggi dapat menyebabkan gejala pusing, muntah, mencret,
kejang perut, kerusakan ginjal, hilang nafsu makan.
Pemakaian boraks untuk memperbaiki mutu bakso sebagai pengawet telah diteliti pada tahun
1993. Di DKI Jakarta ditemukan 26% bakso mengandung boraks baik di swalayan, pasar
tradisional dan pedagang makanan jajanan. Pada pedagang bakso dorongan ditemukan 7 dari
13 pedagang menggunakan boraks dengan kandungan boraks antara 0,01 – 0,6 %
Selain itu digunakan tawas yang dilarutkan dalam 2 gram/liter air tersebut digunakan untuk
merebus bakso untuk mengeringkan dan mengeraskan permukaan bakso. Beberapa pengolah
bakso menggunakan TiO2 yaitu zat kimia yang disebut Titanium dioksida untuk menghindari
warna bakso yang gelap.
http://irizlovely.blogspot.com/2010/08/analisis-kualitatif-natrium-
tetraborat.html
TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan dari praktikum yang kami lakukan adalah menganalisis kandungan
boraks dalam makanan.
PRINSIP PERCOBAAN
Pada praktikum ini, kami menggunakan teknik eksperimen analisis anorganik
kualitatif dengan pendahuluan uji reaksi basah. Yaitu uji yang diterapkan untuk zat dalam
larutan. Dengan jalan ini, kita melakukan analisa secara sistematis. Reaksi-reaksi di sini
menyebabkan terjadinya zat-zat baru yang berbeda dari zat semula dan di kenali dari
perbedaan sifat fisiknya, antara lain :
Membentuk endapan dari suatu larutan.
Melarutkan zat yang berbentuk endapan.
Zat yang berwarna lain.
Pembentukan gas.
Bentuk kristal yang khas.
Mayoritas reaksi analisis kualitatif dilakukan dengan cara basah. Metode yang
digunakan dalam melakukan uji-uji ini ternyata bermanfaat dan harus dipelajari dengan
seksama.
DASAR TEORI
Borat-borat diturunkan dari ketiga asam borat yaitu asam ortoborat (H3BO3),
asam piroborat (H2B4O7), dan asam metaborat (HBO2). Asam ortoborat adalah zat padat
kristalin putih, yang sedikit larut dalam air dingin, tetapi lebih larut dalam air panas. Garam-
garam dari asam ini sangat sedikit yang diketahui dengan pasti. Asam ortoborat yang
dipanaskan pada 1000C, akan diubah menjadi asam metaborat. Pada 1400C dihasilkan asam
piroborat. Kebanyakan garam ini diturunkan dari asam meta dan piro. Disebabkan oleh
lemahnya asam borat, garam-garam yang larut terhidrolisis dalam larutan, dan karenanya
bereaksi basa.
BO33- + 3 H2O → H3BO3 + 3 OH-
B4O72- + 7 H2O → 4 H3BO3 + 2 OH-
BO2- + 2 H2O → H3BO3 + OH-
Kelarutan Borat dari logam-logam alkali mudah larut dalam air. Borat dari
logam-logam lainnya umumnya sangat sedikit larut dalam air, tetapi cukup larut dalam asam-
asam dan dalam larutan ammonium klorida. Untuk mempelajari reaksi-reaksi ini, kita
memakai larutan natrium tetraborat (natrium piroroborat/boraks) Na2B4O7.10H2O.
Asam Sulfat Pekat
Tak terjadi sesuatu kerja yang dapat dilihat dalam keadaan dingin, meskipun
asam ortoborat (H3BO3) dibebaskan. Namun, ketika dipanaskan, asap putih asam borat
dilepaskan. Jika asam klorida pekat ditambahkan kepada larutan boraks yang pekat, asam
borat mengendap.
Na2B4O7 + 2 HCl + 5 H2O → 4 H3BO3 ↑ + 2 Na+ + SO42-
Na2B4O7 + 2 HCl + 5 H2O → 4 H3BO3 ↓ + 2 Na+ + Cl-
Asam Sulfat Pekat dan Alkohol (uji nyala api).
Data Percobaan 2
Larutan Sebelum dipanaskan Sesudah dipanaskan
Larutan menjadi
Terbentuk endapan
Mie basah + AgNO3 berwarna coklat
putih, larutan keruh.
kehitam-hitaman.
Terbentuk endapan Larutan tidak ada
Bakso sampel I + AgNO3
putih, larutan keruh. perubahan
Terbentuk endapan Larutan tidak ada
Bakso sampel II + AgNO3
putih, larutan keruh. perubahan.
Data Percobaan 3
Sebelum ditambah Sesudah ditambah
Larutan
BaCl2 BaCl2
Terbentuk endapan
Larutan berwarna
Mie basah + BaCl2 putih, larutan
kuning keruh
berwarna putih keruh.
Larutan berwarna coklat Terbentuk endapan
Bakso sampel I + BaCl2
keruh. putih, larutan keruh.
Larutan berwarna putih Terbentuk endapan
Bakso sampel II + BaCl2
keruh. putih, larutan keruh.
Identifikasi Borak
Jan17
LAPORAN PRAKTIKUM
EKOTOKSIKOLOGI
“KERUPUK RAMBAK”
DISUSUN OLEH:
EVI NURHIDAYAH
B 1003014
POLITEKNIK BANJARNEGARA
2011
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Sekarang ini, dengan semakin pesatnya industrialisasi dan berkembangnya teknologi kimia
telah melanda dunia dan bagi Indonesia menjadi keharusan untuk ikut memanfaatkannya.
Pada saat ini kita masih tertinggal dalam mengendalikan dampak yang merugikan, khususnya
dampak lingkungan dan lebih khusus bagi keracunan melalui makanan yang perlu dihindari.
Tidak diherankan lagi, saat ini banyak sekali bahan kimia dan berbagai campuran-campuran
lain dibuat dan diciptakan untuk membuat pekerjaan manusia dalam membuat makanan lebih
efektif dan efisien. Tetapi di samping untuk makanan dibuat juga bahan kimia untuk
pembuatan kebutuhan lain. Di mana bahan kimia tersebut tidak boleh dipergunakan dalam
pembuatan makanan dan dapat berakibat fatal.
Seperti yang kita ketahui sekarang, kata Borak sudah tidak asing lagi ditelinga. Boraks adalah
senyawa berbentuk kristal, warna putih, tidak berbau dan stabil pada suhu tekanan normal
dan bersifat sangat beracun, sehingga peraturan pangan tidak membolehkan boraks untuk
digunakan dalam pangan. Banyak orang yang belum mengetahui pengertian bahkan bahaya
borak pada makanan yang sering kita konsumsi sehari-hari yang dapat menimbulkan dampak
buruk bahkan jika digunakan dalam waktu yang lama dapat menimbulkan kematian.
Masyarakat sekarang ini hanya mengetahui bahwa makanan yang dibelinya enak dan
harganya murah tanpa mengetahui kandungan zat-zat berbahaya didalamnya.
Bahan-bahan pengawet yang digunakan pada makanan umumnya digunakan untuk jenis
pangan yang mempunyai sifat mudah rusak. Bahan tersebut dapat menghambat atau
memperlambat proses fermentasi, pengasaman, atau penguraian yang disebabkan oleh
mikroba. Akan tetapi, tidak jarang produsen menggunakannya pada pangan yang relative
awet dengan tujuan untuk memperpanjang masa simpan atau memperbaiki tekstur.
Penggunaan pengawet dalam pangan harus tepat, baik jenis maupun dosisnya. Suatu bahan
pengawet mungkin efektif untuk mengawetkan pangan tertentu, tetapi tidak efektif untuk
mengawetkan pangan yang lainnya karena pangan mempunyai sifat yang berbeda-beda
sehingga mikroba perusak yang akan dihambat pertumbuhannya juga berbeda. Pada saat ini,
masih banyak ditemukan penggunaan bahan-bahan pengawet yang dilarang untuk digunakan
dalam pangan dan berbahaya bagi kesehatan, seperti borak tersebut.
Pemakaian bahan pengawet dari satu sisi menguntungkan karena dengan bahan pengawet,
bahan pangan dapat dibebaskan dari kehidupan mikroba, baik yang bersifat pathogen yang
dapat menyebabkan keracunan atau gangguan kesehatan lainnya maupun microbial yang non
pathogen yang dapat menyebabkan kerusakan bahan pangan, misalnya pembusukan. Namun
dari sisi lain, bahan pengawet pada dasarnya adalah senyawa kimia yang merupakan bahan
asing yang masuk bersama bahan pangan yang dikonsumsi. Apabila pemakaian bahan pangan
dan dosisnya tidak diatur dan diawasi, kemungkinan besar akan menimbulkan kerugian bagi
pemakainya; baik yang bersifat langsung, misalnya keracunan; maupun yang bersifat tidak
langsung atau kumulatif, misalnya apabila bahan pengawet yang digunakan bersifat
karsinogenik.
Dalam kehidupan modern seperti sekarang ini, banyak dijumpai pemakaian bahan pengawet
secara luas. Kebanyakan bahan pengawet memiliki ciri sebagai senyawa kimia yang relative
sederhana jika dibandingkan dengan senyawa kimia lainnya yang diperlukan untuk
memberikan tingkat toksisitas yang selektif.
Hal ini menjadi sangat penting dan juga memprihatinkan. Fenomena ini merupakan salah satu
masalah dan kebobrokan bangsa yang harus diperbaiki. Oleh karena itu, kita harus
mempelajari cara identifikasi Borak dengan benar sehingga dapat meminimalisir masalah
yang ada. Karena apabila dibuarkan, hal ini terus berlarut dan akhirnya akibat menumpuk di
masa depan.
Tujuan
1. Untuk mengetahui alat, bahan, dan cara kerja yang benar dalam mengidentifikasi
Borak pada makanan,
2. Untuk mengetahui interpretasi hasil dari praktikum yang telah dilaksanakan,
3. Untuk mengetahui cirri-ciri dari makanan yang mengandung Borak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah
maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan ataupun minuman bagi
konsumsi manusia. Termasuk di dalamnya adalah bahan tambahan pangan, bahan baku
pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan atau pembuatan
makanan atau minumam (Saparinto dan Hidayati, 2006).
Kualitas pangan dapat ditinjau dari aspek mikrobiologis, fisik (warna, bau, rasa dan tekstur)
dan kandungan gizinya. Pangan yang tersedia secara alamiah tidak selalu bebas dari senyawa
yang tidak diperlukan oleh tubuh, bahkan dapat mengandung senyawa yang merugikan
kesehatan orang yang mengkonsumsinya. Senyawa-senyawa yang dapat merugikan
kesehatan dan tidak seharusnya terdapat di dalam suatu bahan pangan dapat dihasilkan
melalui reaksi kimia dan biokimia yang terjadi selama pengolahan maupun penyimpanan,
baik karena kontaminasi ataupun terdapat secara alamiah. Selain itu sering dengan sengaja
ditambahkan bahan tambahan pangan (BTP) atau bahan untuk memperbaiki tekstur, warna
dan komponen mutu lainnya ke dalam proses pengolahan pangan (Hardiansyah dan Sumali,
2001).
Boraks atau dalam nama ilmiahnya dikenal sebagai sodium tetraborate decahydrate
merupakan bahan pengawet yang dikenal masyarakat awam untuk mengawetkan kayu,
antiseptik kayu dan pengontrol kecoa. Tampilan fisik boraks adalah berbentuk serbuk kristal
putih. Boraks tidak memiliki bau jika dihirup menggunakan indera pencium serta tidak larut
dalam alkohol. Indeks keasaman dari boraks diuji dengan kertas lakmus adalah 9,5, ini
menunjukkan tingkat keasaman boraks cukup tinggi (Bambang, 2008).
Boraks merupakan senyawa kimia berbahaya untuk pangan dengan nama kimia natrium
tetrabonat (NaB4O7 10H2O). Dapat dijumpai dalam bentuk padat dan jika larut dalam air
akan menjadi natrium hidroksida dan asam borat (H3BO3). Boraks atau asam borat biasa
digunakan sebagai bahan pembuat deterjen, bersifat antiseptik dan mengurangi kesadahan air.
Bahan berbahaya ini haram digunakan untuk makanan. Bahaya boraks jika terhirup,
mengenai kulit dan tertelan bisa menyebabkan iritasi saluran pernapasan, iritasi kulit, iritasi
mata dan kerusakan ginjal. Jika boraks 5-10 gram tertelan oleh anak-anak bisa menyebabkan
shock dan kematian. Efek akut dari boraks bisa menyebabkan badan berasa tidak enak, mual,
nyeri hebat pada perut bagian atas, perdarahan gastro-enteritis disertai muntah darah, diare,
lemah, mengantuk, demam, dan sakit kepala.
Asam borat atau boraks (boric acid) merupakan zat pengawet berbahaya yang tidak diizinkan
digunakan sebagai campuran bahan makanan. Boraks adalah senyawa kimia dengan rumus
Na2B4O7 10H2O berbentuk kristal putih, tidak berbau dan stabil pada suhu dan tekanan
normal. Dalam air, boraks berubah menjadi natrium hidroksida dan asam borat (Syah, 2005).
Asam borat sering digunakan dalam dunia pengobatan dan kosmetika. Misalnya, larutan
asam borat dalam air digunakan sebagai obat cuci mata dan dikenal sebagai boorwater. Asam
borat juga digunakan sebagai obat kumur, semprot hidung, dan salep luka kecil. Namun,
bahan ini tidak boleh diminum atau digunakan pada luka luas, karena beracun ketika terserap
masuk dalam tubuh.
Asam borat (H3BO3) merupakan senyawa bor yang dikenal juga dengan nama borax. Di
Jawa Barat dikenal juga dengan nama “bleng”, di Jawa Tengah dan Jawa Timur dikenal
dengan nama “pijer”. Digunakan/ditambahkan ke dalam pangan/bahan pangan sebagai
pengental ataupun sebagai pengawet (Cahyadi, 2008).
Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan diperoleh data bahwa senyawa asam borat ini
dipakai pada lontong agar teksturnya menjadi bagus dan kebanyakan ditambahkan pada
proses pembuatan bakso. Komposisi dan bentuk asam borat mengandung 99,0% dan 100%
H3BO3. Mempunyai bobot molekul 61,83 dengan B = 17,50% ; H = 4,88% ; O = 77,62%
berbentuk serbuk hablur kristal transparan atau granul putih tak berwarna dan tak berbau
serta agak manis (Cahyadi, 2008).
Senyawa asam borat ini mempunyai sifat-sifat kimia sebagai berikut: jarak lebur sekitar
171°C, larut dalam 18 bagian air dingin, 4 bagian air mendidih, 5 bagian gliserol 85% dan tak
larut dalam eter. Kelarutan dalam air bertambah dengan penambahan asam klorida, asam
sitrat atau asam tetrat. Mudah menguap dengan pemanasan dan kehilangan satu molekul
airnya pada suhu 100°C yang secara perlahan berubah menjadi asam metaborat (HBO2).
Asam borat merupakan asam lemah dan garam alkalinya bersifat basa. Satu gram asam borat
larut sempurna dalam 30 bagian air, menghasilkan larutan yang jernih dan tak berwarna.
Asam borat tidak tercampur dengan alkali karbonat dan hidroksida (Cahyadi, 2008).
Efek boraks yang diberikan pada makanan dapat memperbaiki struktur dan tekstur makanan.
Seperti contohnya bila boraks diberikan pada bakso dan lontong akan membuat
bakso/lontong tersebut sangat kenyal dan tahan lama, sedangkan pada kerupuk yang
mengandung boraks jika digoreng akan mengembang dan empuk serta memiliki tekstur yang
bagus dan renyah. Parahnya, makanan yang telah diberi boraks dengan yang tidak atau masih
alami, sulit untuk dibedakan jika hanya dengan panca indera, namun harus dilakukan uji
khusus boraks di Laboratorium (Depkes RI, 2002).
Boraks bisa didapatkan dalam bentuk padat atau cair (natrium hidroksida atau asam borat).
Baik boraks maupun asam borat memiliki sifat antiseptik dan biasa digunakan oleh industri
farmasi sebagai ramuan obat, misalnya dalam salep, bedak, larutan kompres, obat oles mulut
dan obat pencuci mata. Selain itu boraks juga digunakan sebagai bahan solder, pembuatan
gelas,bahan pembersih/pelicin porselin, pengawet kayu dan antiseptik kayu (Aminah dan
Himawan, 2009).
Meskipun bukan pengawet makanan, boraks sering pula digunakan sebagai pengawet
makanan. Selain sebagai pengawet, bahan ini berfungsi pula mengenyalkan makanan.
Makanan yang sering ditambahkan boraks diantaranya adalah bakso, lontong, mie, kerupuk,
dan berbagai makanan tradisional seperti “lempeng” dan “alen-alen”. Di masyarakat daerah
tertentu boraks juga dikenal dengan sebutan garam bleng, bleng atau pijer dan sering
digunakan untuk mengawetkan nasi untuk dibuat makanan yang sering disebut legendar atau
gendar (Yuliarti, 2007).
Boraks merupakan racun bagi semua sel. Pengaruhnya terhadap organ tubuh tergantung
konsentrasi yang dicapai dalam organ tubuh. Karena kadar tertinggi tercapai pada waktu
diekskresi maka ginjal merupakan organ yang paling terpengaruh dibandingkan dengan organ
yang lain. Dosis tertinggi yaitu 10-20 gr/kg berat badan orang dewasa dan 5 gr/kg berat badan
anak-anak akan menyebabkan keracunan bahkan kematian. Sedangkan dosis terendah yaitu
dibawah 10-20 gr/kg berat badan orang dewasa dan kurang dari 5 gr/kg berat badan anak-
anak (Saparinto dan Hidayati, 2006).
Efek negatif dari penggunaan boraks dalam pemanfaatannya yang salah pada kehidupan
dapat berdampak sangat buruk pada kesehatan manusia. Boraks memiliki efek racun yang
sangat berbahaya pada sistem metabolisme manusia sebagai halnya zat-zat tambahan
makanan lain yang merusak kesehatan manusia.
Mengkonsumsi boraks dalam makanan tidak secara langsung berakibat buruk, namun
sifatnya terakumulasi (tertimbun) sedikit-demi sedikit dalam organ hati, otak dan testis.
Boraks tidak hanya diserap melalui pencernaan namun juga dapat diserap melalui kulit.
Boraks yang terserap dalam tubuh dalam jumlah kecil akan dikelurkan melalui air kemih dan
tinja, serta sangat sedikit melalui keringat. Boraks bukan hanya menganggu enzim-enzim
metabolisme tetapi juga menganggu alat reproduksi pria (Artika, 2009).
Sering mengkonsumsi makanan berboraks akan menyebabkan gangguan otak, hati, lemak
dan ginjal. Dalam jumlah banyak, boraks menyebabkan demam, anuria (tidak terbentuknya
urin), koma, merangsang sistem saraf pusat, menimbulkan depresi, apatis, sianosis, tekanan
darah turun, kerusakan ginjal, pingsan bahkan kematian (Widyaningsih dan Murtini, 2006).
Keracunan kronis dapat disebabkan oleh absorpsi dalam waktu lama. Akibat yang timbul
diantaranya anoreksia, berat badan turun, muntah, diare, ruam kulit, alposia, anemia dan
konvulsi. Penggunaan boraks apabila dikonsumsi secara terus-menerus dapat mengganggu
gerak pencernaan usus, kelainan pada susunan saraf, depresi dan kekacauan mental. Dalam
jumlah serta dosis tertentu, boraks bisa mengakibatkan degradasi mental, serta rusaknya
saluran pencernaan, ginjal, hati dankulit karena boraks cepat diabsorbsi oleh saluran
pernapasan dan pencernaan, kulit yang luka atau membran mukosa (Saparinto dan Hidayati,
2006).
Gejala awal keracunan boraks bisa berlangsung beberapa jam hingga seminggu setelah
mengonsumsi atau kontak dalam dosis toksis. Gejala klinis keracunan boraks biasanya
ditandai dengan hal-hal berikut:
BAB III
MATERI
1.
1. ALAT
1. Mortar dan stemper
2. Glass Beker 50 ml / 100 ml
3. Labu Erlenmeyer 50 ml
4. Cawan cruss
5. Open
6. Furnace
7. Kompor
8. Pipet
9. Cawan penguap
10. Kertas Curcumin
11. Cuvet
12. Spatula
13. Korek api
14. Tissue
15. Alat tulis untuk mencatat
1. BAHAN
1. Kerupuk Rambak
2. Asam sulfat pekat
3. Methanol absolute
4. Asam Klorida 5 N
5. Asam Oksalat Jenuh
6. Larutan Kurkumin 1% dalam methanol
7. NH4OH
METODE
BAB IV
HASIL
Sampel Kerupuk Rambak dinyatakan Negatif atau tidak mengandung Borak karena pada saat
pembakaran nyala api tetap berwarna merah, dan pada saat diberi uap ammonia warna tidak
berubah menjadi hijuan tua kehitaman.
PEMBAHASAN
Dari hasil yang ada, dapat dijelaskan bahwa kerupuk adalah salah satu makanan ringan yang
dapat digunakan sebagai lauk pada saat makan ataupun sebagai camilan. Banyak orang yang
gemar mengkonsumsi kerupuk pada saat makan. Apalagi jika menu makanan yang
dikonsumsi menunjang untuk menggunakan kerupuk sebagai penyempurna makan, seperti
bakso, soto, nasi goreng, gado-gado dan lain-lain.
Di daerah sekitar kita, ada berbagai macam kerupuk yang biasa dipasarkan kepada konsumen,
diantaranya yaitu kerupuk rambak, kerupuk udang, kerupuk jengkol, kerupuk ikan, kerupuk
terasi, dan lain sebagainya. Untuk menjadikan biaya produksi (modal) dikeluarkan sekecil-
kecilnya dan hasil (laba) diperoleh sebesar-besarnya, para produsen menggunakan berbagai
cara agar produksinya tetap berjalan normal bahkan meningkat seperti halnya menggunakan
bahan tambahan pangan ataupun bahan pengawet misalnya Borak yang jika digunakan
sembarangan (dosisnya) jelas berbahaya bagi tubuh manusia. Namun produsen tidak
memikirkan dampak yang terjadi pada tubuh konsumen jika dikonsumsi secara terus
menerus. Oleh karena itu kita sebagai konsumen harus dapat memilih makanan yang kita beli
agar apabila dikonsumsi tidak menjadi racun pada tubuh kita dengan berbagai macam
dampak yang mungkin terjadi bahkan hingga terjadi kematian.
Pada praktikum identifikasi borak dalam makanan, kelompok kami menggunakan sampel
berupa kerupuk rambak. Kerupuk rambak sering dijumpai diwarung-warung sekitar kita.
Selain rasanya enak untuk makan, harganya juga relative murah. Sehingga memicu pembeli
untuk lebih memilihnya. Kerupuk rambak yang dipasarkan diwarung-warung sekitar kita
biasanya telah dibungkus menggunakan plastik sesuai harga yang ada, mulai dari Rp. 1.000
per bungkus, Rp. 2000 per bungkus namun ada juga yang diecerkan perbiji.
Kita sebagai konsumen hanya dapat menikmati kerupuk tersebut tanpa mengetahui bahan-
bahan yang digunakan dalam pembuatannya. Setelah kita melaksanakan praktikum
identifikasi ini, kita dapat mengetahui ada tidaknya kandungan bahan tambahan makanan
Borak pada kerupuk rambak.
Boraks adalah senyawa kimia yang mempunyai sifat dapat mengembangkan, memberi efek
kenyal, serta membunuh mikroba. Boraks sering digunakan oleh produsen untuk dijadikan
zat tambahan makanan (ZTM) pada bakso, tahu, mie, bihun, kerupuk, maupun lontong.
Keberadaan boraks pada makanan tidak ditoleransi (tidak boleh ada dalam kadar berapapun,
red.) karena sangat berbahaya bagi kesehatan, oleh sebab itu penggunaan boraks dilarang
(tidak ada standar kadar boraks dalam makanan) oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM).
Boraks sejak lama telah digunakan masyarakat untuk pembuatan gendar nasi, kerupuk
gendar, atau kerupuk puli yang secara tradisional di Jawa disebut “Karak” atau “Lempeng”.
Disamping itu boraks digunakan untuk industri makanan seperti dalam pembuatan mie basah,
lontong, ketupat, bakso bahkan dalam pembuatan kecap. Jika kerupuk tidak pakai boraks
biasanya kerupuk akan menjadi bantat dan tidak mekar sehingga bentuknya jelek serta tidak
menarik. Sedangkan untuk industri mie akan membuat tekstur mie menjadi lebih baik, lebih
elastis, lebih kenyal serta tidak mudah putus.
Bagi masyarakat awam mungkin agak sulit untuk membedakan mana kerupuk yang memakai
boraks dan tidak. Biasanya jika teksturnya bagus dan renyah biasanya kerupuk itu
mengandung boraks. Meskipun demikian, sebetulnya kandungan boraks tersebut bisa
dirasakan oleh lidah kita yaitu adanya suatu rasa yang agak getir atau pahit yang tertinggal di
mulut setelah mengkonsumsi beberapa kali kerupuk atau makanan tersebut.
Mengkonsumsi boraks dalam makanan tidak secara langsung berakibat buruk, namun
sifatnya terakumulasi (tertimbun) sedikit-demi sedikit dalam organ hati, otak dan testis.
Boraks tidak hanya diserap melalui pencernaan namun juga dapat diserap melalui kulit.
Boraks yang terserap dalam tubuh dalam jumlah kecil akan dikeluarkan melalui air kemih
dan tinja, serta sangat sedikit melalui keringat. Boraks bukan hanya menganggu enzim-enzim
metabolisme tetapi juga menganggu alat reproduksi pria.
Setelah praktikum dilaksanakan, sebagian abu dari proses pembakaran kerupuk yang telah
dihancurkan kemudian dicampur kapur dan diberi sedikit asam sulfat pekat + methanol,
pembakaran abu tersebut menghasilkan warna api merah yang menunjukkan bahwa kerupuk
rambak tersebut Negatif atau tidak mengandung borak.
Selain itu, sebagian abu yang disisihkan, kemudian ditambah asam klorida 5 N, disaring ke
dalam cawan penguap, ditambah 4 tetes asam oksalat jenuh, dan 1 ml larutan kurkumin 1%
dalam methanol, kemudian diberi uap ammonia menghasilkan warna yang tetap seperti
semula (tidak terjadi perubahan warna). Hal tersebut menunjukkan bahwa kerupuk rambak
yang kami gunakan sebagai sampel tidak mengandung borak pada produksi hari tersebut.
Karena apabila mengandung borak, warna merah cemerlang bila diberi uap ammonia akan
menjadi hijau tua kehitaman.
Dari hal tersebut dapat diketahui ciri-ciri kerupuk yang mengandung boraks yaitu: teksturnya
renyah dan bagus dan bisa menimbulkan rasa getir, jika digoreng akan mengembang dan
empuk.
Amati apakah makanan tersebut berwarna mencolok atau jauh berbeda dari warna aslinya.
Snack, kerupuk, mi, es krim yang berwarna terlalu mencolok ada kemungkinan telah
ditambahi zat pewarna yang tidak aman.
1. Cicipi rasa.
Biasanya lidah cukup jeli untuk membedakan mana makanan yang aman atau tidak. Makanan
yang tidak aman umumnya berasa tajam, misal sangat gurih, membuat lidah bergetar dan
tenggorakan gatal.
1. Baui aromanya.
Bau apek atau tengik pertanda makanan tersebut sudah rusak atau terkontaminasi oleh
mikroorganisme.
1. Amati komposisi.
Bacalah dengan teliti adakah kandungan bahan-bahan makanan tambahan yang bahaya dan
bisa merusak kesehatan.
1. Perhatikan kualitas.
Perhatikan kualitas makanan, apakah masih segar atau sudah berjamur yang bisa
menyebabkan keracunan. Makanan yang sudah berjamur menandakan proses tidak berjalan
dengan baik atau sudah kedaluwarsa.
1. Terdaftar di BPOM.
Bila hendak membeli makanan impor, usahakan produknya telah terdaftar di BPOM (Badan
Pengawas Obat dan Makanan), yang bisa dicermati dalam label yang tertera di kemasannya.
BAB V
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Cahyadi, Wisnu. 2008. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan.
Jakarta: Bumi Aksara
Djamhuri, Agus. 2009. Racun dalam Makanan. Surabaya: Airlangga University Press
http://www.remajagaptek.com/2011/10/bahaya-borax.html. Diakses tanggal 31
Desember 2011
http://matoa.org/bahaya-boraks-dan-bleng/. Diakses tanggal 31 Desember 2011
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=boraks%20pada%20kerupuk%20filetype
%3Apdf&source=web&cd=9&ved=0CFsQFjAI&url=http%3A%2F%2Fblogs.unpad.
ac.id%2Fboenga%2Ffiles%2F2011%2F08%2FKenali-Makanan-Mengandung-Zat-
Berbahaya.pdf&ei=I_n7Tun_DoyqrAeC2LXXDw&usg=AFQjCNF9a3zogycby8M-
xhe-9iTMbSEvyQ&sig2=pD82JkEjIn8FYz5JtjrQeA&cad=rja. Diakses tanggal 31
Desember 2011
http://antiborax.wordpress.com/2011/04/19/borax-boraks-dalam-industri-kerupuk-
puli-dan-mie-serta-pengganti-nya/. Diakses tanggal 31 Desember 2011
http://www.scribd.com/doc/39035410/Boraks-Dan-Formalin. Diakses tanggal 31
Desember 2011
http://hakimsimanjuntak.blogspot.com/2010/11/pengaruh-boraks-dan-formalin-
pada.html. Diakses tanggal 31 Desember 2011
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=identifikasi%20boraks%20dan%20formal
in%20pada%20krupuk&source=web&cd=7&sqi=2&ved=0CEgQFjAG&url=http%3
A%2F%2Fwww.pom.go.id%2Fsurv%2Fevents%2Ffoodwatch%25201st%2520editio
n.pdf&ei=bPf7Tu67M8rYrQfepPnzDw&usg=AFQjCNEtOi512kchwnGUmowicU3T
fJzXgw&sig2=plMHqKJCrRYVUGgVW1mCzA&cad=rja. Diakses tanggal 31
Desember 2011
http://yunisiklil.blogspot.com/2010/10/boraks-dan-formalin.html. Diakses tanggal 31
Desember 2011
http://matoa.org/bahaya-boraks-dan-bleng/
Info Lingkungan | Tips | 24/08/2010
BLENG
Bleng adalah sebutan untuk salah satu zat berbahaya dengan nama ilmiah Natrium Biborat,
Natrium Piroborat, Natrium Teraborat. Bleng adalah bentuk tidak murni dari boraks/asam
borat murni yang biasa dibuat oleh industri farmasi.
BORAKS
Boraks merupakan senyawa kimia berbahaya untuk pangan dengan nama kimia natrium
tetrabonat (NaB4O7 10H2O). Dapat dijumpai dalam bentuk padat dan jika larut dalam air
akan menjadi natrium hidroksida dan asam borat (H3BO3). Boraks atau asam borat biasa
digunakan sebagai bahan pembuat deterjen, bersifat antiseptik dan mengurangi kesadahan air.
Bahan berbahaya ini haram digunakan untuk makanan.
Sebagai konsumen berarti kita harus lebihh teliti sebelum membeli, berikut tips yang mudah
agar kita dapat mendeteksi makanan yang kita beli itu tidak mengandung boraks ;
- Ciri-ciri mie basah mengandung boraks: Teksturnya kenyal, lebih mengkilat, tidak lengket,
dan tidak cepat putus.
- Ciri baso mengandung boraks: teksturnya sangat kenyal, warna tidak kecokelatan seperti
penggunaan daging namun lebih cenderung keputihan.
-Ciri-ciri jajanan (seperti lontong) mengandung boraks: teksturnya sangat kenyal, berasa
tajam, seprti sangat gurih dan membuat lidah bergetar dan meberikan rasa getir.
-Ciri-ciri kerupuk mengandung boraks: teksturnya renyah dan bisa menimbulkan rasa getir.
Jika sudah seperti itu, sebenarnya ada zat pengganti yang lebih aman untuk dikonsumsi.
Bahan alami yang bisa digunakan untuk menggantikan borak maupun bleng dan memberikan
efek sama (sebagai pengenyal maupun pengawet) adalah air abu. Untuk mendapatkan air abu,
bakar merang (tangkai bulir padi) atau klaras (daun pisang kering) hingga menjadi abu,
kemudian rendam 2-3 hari dengan air bersih. Ambil air rendamannya, manfaatkan sebagai
pengenyal maupun pengawet alami. Bisa juga memanfaatkan air kapur sirih.
Dengan demikian kita bisa lebih bijak dalam mengkonsumsi dan memilih makanan.
AYO..Gunakanlah bahan yang alami sehingga lebih ramah lingkungan dan yang paling
penting baik untuk kesehatan. [amd]
http://yunisiklil.blogspot.com/2010/10/boraks-dan-formalin.html
10/27/2010
KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami ingin mengucapkan puji dan sykur kepada Tuhan yang Maha Esa yang
telah memberkati kami sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan. Kami juga ingin
mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan
karya tulis ini dan berbagai sumber yang telah kami pakai sebagai data dan fakta pada karya
tulis ini.
Kami mengakui bahwa kami adalah manusia yang mempunyai keterbatasan dalam berbagai
hal. Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat sempurna. Begitu
pula dengan karya tulis ini yang telah kami selesaikan. Tidak semua hal dapat kami
deskripsikan dengan sempurna dalam karya tulis ini. Kami melakukannya semaksimal
mungkin dengan kemampuan yang kami miliki. Di mana kami juga memiliki keterbatasan
kemampuan.
Maka dari itu seperti yang telah dijelaskan bahwa kami memiliki keterbatasan dan juga
kekurangan, kami bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca yang budiman. Kami
akan menerima semua kritik dan saran tersebut sebagai batu loncatan yang dapat
memperbaiki karya tulis kami di masa datang. Sehingga semoga karya tulis berikutnya dan
karya tulis lain dapat diselesaikan dengan hasil yang lebih baik.
Dengan menyelesaikan karya tulis ini kami mengharapkan banyak manfaat yang dapat
dipetik dan diambil dari karya ini. Semoga dengan adanya karya tulis ini dapat mengurangi
bahkan menghilangkan penggunaan boraks dan formalin sebagai pengawet pada makanan.
Dengan begitu maka kesehatan akan lebih terjamin dan tidak ada lagi muncul berbagai
penyakit baru yang diakibatkan penggunaan bahan-bahan terlarang sebagai bahan baku
makanan. Kami juga mengharapkan kinerja yang lebih baik dan tegas serta efektif dari pihak
pengawas makanan yang merupakan bagian dari kepemerintahan, sehingga makanan yang
dihasilkan dari Indonesia dapat lebih terjamin dan sehat.
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengaruh Komposisi Hidrokarbon Komponen bensin pada
Angka Oktana
2.2. Komponen Bensin Parafin
2.3. Komponen Bensin Olefinik
2.4. Komponen Bensin Aromatik
2.5. Pembuatan Bensin Ramah Lingkungan
BAB III PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAKSI
Karya tulis ini menjelaskan tentang bagaimana sekarang ini banyak kejadian penggunaan
boraks dan formalin sebagai bahan pengawet makanan. Di mana kedua bahan tersebut sangat
dilarang digunakan sebagai bahan baku makanan. Dan jika penggunaannya terus dilakukan
dan dikonsumsi dapat menyebabkan berbagai penyakit terutama kanker dan bahkan kematian
untuk tingkat yang lebih lanjut. Hal ini telah menjadi hal yang cukup serius dan menjadi
suatu masalah yang berusaha diselesaikan dengan baik oleh berbagai pihak terutama
pemerintah.
Sebagai pusat utama kelangsungan negara, pemerintah harus dapat dengan bijak memutuskan
dan bertindak bagaimana penanganan kasus tersebut. Terutama kasus pada pembuatan bakso
dengan bahan pengawet boraks dan berbagai makanan seperti ikan asin serta tahu yang
diawetkan dengan menggunakan formalin. Berbagai solusi kami tuliskan di sini. Tetapi solusi
tersebut tidaklah semuanya dapat dijalankan dengan hasil yang cepat dan ada kemungkinan
banyak faktor yang menyebabkan penyelesaian masalah ini tidak dapat diselesaikan dengan
baik. Karena masalah ini harus kembali lagi kepada masyarakatnya yang terlibat langsung.
BAB I
PENDAHULUAN
Sekarang ini banyak sekali bahan kimia dan berbagai campuran-campuran lain dibuat
dan diciptakan untuk membuat pekerjaan manusia dalam membuat makanan lebih efektif dan
efisien. Tetapi di samping untuk makanan dibuat juga bahan kimia untuk pembuatan
kebutuhan lain. Di mana bahan kimia tersebut tidak boleh dipergunakan dalam pembuatan
makanan dan dapat berakibat fatal.
Hal ini sangat penting dan juga memprihatinkan. Fenomena ini merupakan salah satu
masalah dan kebobrokan bangsa yang harus diperbaiki. Janganlah sampai membiarkan hal ini
terus berlarut dan akhirnya akibat menumpuk di masa depan. Oleh karena itu, kami berusaha
merangkum sedemikian rupa dan mencoba membedah apa saja yang seharusnya dilakukan
dan mengapa hal ini menjadi hal yang sangat penting.
2. Pembatasan Masalah
Boraks adalah bahan kimia yang digunakan sebagai pengawet kayu, antiseptik kayu
dan pengontrol kecoa. Sedangkan formalin adalah bahan kimia yang digunakan sebagai
desinfektan, pembasmi serangga dan dalam industri tekstil serta kayu lapis.
Kedua bahan kimia tersebut memang berguna jika digunakan sesuai fungsinya, tetapi
menjadi sangat berbahaya bila digunakan dalam pembuatan pangan. Di mana pangan itu
merupakan segala sesuatu yang menjadi bahan makanan manusia. Dan akibat dari
penggunaan bahan-bahan kimia tersebut bisa jadi sangatlah fatal, dari kanker hingga
menyebabkan kematian.
Dalam karya tulis ini kami akan berusaha membahas pendeskripsian sedetail mungkin
dari boraks dan formalin itu sendiri serta bagaimana kedua bahan kimia tersebut dapat
digunakan sebagai salah satu bahan baku pembuatan pangan. Begitu pula dengan berbagai
akibat dari penggunaan boraks dan formalin pada pangan tersebut serta bagaimana solusi
yang harus dilakukan demi membasmi hal ini dan mencegah terjadi lagi.
3. Perumusan Masalah
1. Apa faktor yang mendorong pihak-pihak tertentu untuk menggunakan boraks atau
formalin pada pangan yang diproduksinya?
2. Jenis pangan apa saja yang menjadi sasaran penggunaan boraks atau formalin pada
proses pembuatannya?
3. Bagaimana mengetahui suatu pangan dibuat dengan bahan pengawet dari boraks atau
formalin?
4. Apa akibat dari penggunaan boraks atau formalin pada produk pangan?
5. Bagaimana penanganan penggunaan boraks dan formalin pada produk pangan ini
supaya dapat dibasmi secara tuntas?
4. Tujuan Penulisan
5. Metode Penulisan
Pada penulisan karya tulis ini kami menggunakan satu metode, yaitu dengan angket.
Di mana angket akan kami sebarkan dengan jumlah 40 lembar. Di mana angket itu berisi
pertanyaan-pertanyaan mengenai boraks dan formalin pada makanan mengacu pada tujuan
yang telah ada.
6. Hipotesa
1. Boraks dan formalin merupakan bahan pengawet yang umumnya digunakan untuk
industri tekstil, kayu, dsb. Dapat juga digunakan sebagai pembasmi serangga dan hal-
hal lain yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan makanan.
2. Jenis pangan yang menjadi sasaran penggunaan boraks atau formalin pada proses
pembuatannya adalah tahu, tempe, bakso dan ikan asin.
3. Akibat dari penggunaan boraks atau formalin pada produk pangan adalah berbagai
gangguan pada saluran pencernaan, hati, saraf, otak, serta pada organ-organ yang
berselaput yang terkena secara langsung. Dan bila terjadi secara terus menerus dapat
menyebabkan kanker bahkan kematian.
4. Sebenarnya pemerintah telah berperan dalam pemberantasan penggunaan boraks dan
formalin pada produk makanan. Tetapi tindakan-tindakan yang dilakukan pemerintah
kurang tegas dan tidak tepat mengenai sasaran. Sehingga hingga sekarang kita masih
sering melihat orang-orang yang keracunan atau terkena penyakit lainnya, disebabkan
memakan makanan yang mengandung boraks atau formalin.
6. Manfaat
Dapat mengetahui cirri-ciri makanan dengan bahan baku boraks atau formalin sebagai
pengawet sehingga dapat menghindarinya.
Dapat menghindari secara langsung penggunaan boraks dan formalik pada produk pangan.
Dapat menambah wawasan dengan mengetahui dampak yang diakibatkan dari penggunaan
boraks dan formalin pada produk pangan.
Dapat membantu pencegahan dan pemberantasan penggunaan boraks dan formalin dengan
berbagai solusi yang telah dipikirkan.
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Jika terhirup akan menyebabkan rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan , sukar
bernafas, nafas pendek, sakit kepala, dan dapat menyebabkan kanker paru-paru.
2. Jika terkena kulit akan menyebabkan kemerahan pada kulit, gatal, dan kulit terbakar
3. Jika terkena mata akan menyebabkan mata memerah, gatal, berair, kerusakan mata,
pandangan kabur, bahkan kebutaan
4. Jika tertelan akan menyebabkan mual, muntah-muntah, perut terasa perih, diare, sakit
kepala, pusing, gangguan jantung, kerusakan hati, kerusakan saraf, kulit membiru,
hilangnya pandangan, kejang, bahkan koma dan kematian.
Boraks dan formalin akan berguna dengan positif bila memang digunakan sesuai
dengan seharusnya, tetapi kedua bahan itu tidak boleh dijadikan sebagai pengawet makanan
karena bahan-bahan tersebut sangat berbahaya, seperti telah diuraikan diatas pengaruhnya
terhadap kesehatan. Walaupun begitu, karena ingin mencari keuntungan sebanyak-
banyaknya, banyak produsen makanan yang tetap menggunakan kedua bahan ini dan tidak
memperhitungkan bahayanya. Pada umumnya, alasan para produsen menggunakan formalin
dan boraks sebagai bahan pengawet makanan adalah karena kedua bahan ini mudah
digunakan dan mudah didapat, karena harga nya relatif murah dibanding bahan pengawet lain
yang tidak berpengaruh buruk pada kesehatan. Selain itu, boraks dan formalin merupakan
senyawa yang bisa memperbaiki tekstur makanan sehingga menghasilkan rupa yang bagus,
misalnya bakso dan kerupuk. Beberapa contoh makanan yang dalam pembuatannya sering
menggunakan boraks dan formalin adalah bakso, kerupuk, ikan, tahu, mie, dan juga daging
ayam.
Formalin dan boraks merupakan bahan tambahan yang sangat berbahaya bagi
manusia karena merupakan racun. Bila terkonsumsi dalam konsentrasi tinggi racunnya akan
mempengaruhi kerja syaraf. Secara awam kita tidak dapat mengetahui seberapa besar kadar
konsentrat formalin dan boraks yang digunakan dalam suatu makanan. Oleh karena itu lebih
baik hindari makanan yang mengandung formalin dan boraks. Berikut adalah beberapa cara
mengidentifikasi makanan yang menggunakan formalin dan boraks.
Bakso yang menggunakan boraks memiliki kekenyalan khas yang berbeda dari
kekenyalan bakso yang menggunakan banyak daging.
Kerupuk yang mengandung boraks kalau digoreng akan mengembang dan empuk,
teksturnya bagus dan renyah.
Ikan basah yang tidak rusak sampai 3 hari pada suhu kamar, insang berwarna merah
tua dan tidak cemerlang, dan memiliki bau menyengat khas formalin.
Tahu yang berbentuk bagus, kenyal, tidak mudah hancur, awet hingga lebih dari 3
hari, bahkan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es, dan berbau menyengat khas
formalin.
Mie basah biasanya lebih awet sampai 2 hari pada suhu kamar (25 derajat celcius),
berbau menyengat, kenyal, tidak lengket dan agak mengkilap.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab 3 ini akan dijelaskan mengenai jenis penelitian, sumber data, teknik
pengumpulan data dan teknik analisa data.
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang kami gunakan adalah penelitian korelatif. Yang di maksud
dengan penelitian korelatif adalah penelitian yang menghubungkan data-data yang ada.
Sesuai dengan pengertian tersebut kami menghubungkan data-data yang kami dapat antara
yang satu dengan yang lain. Selain itu kami juga menghubungkan data-data yang ada dengan
landasan teori yang kami gunakan. Sehingga diharapkan penelitian kami bisa menjadi
penelitian yang benar dan tepat.
2. Sumber data
Sumber data kami adalah beberapa siswa SMA Kanisius, yang kira-kira kami ambil
sampel adalah 40 siswa.