Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN MAKANAN

Uji Formalin dalam Bahan Makanan


D
I
S
U
S
U
N
Oleh
Nama :
NIM :
Kelompok :
Kelas :
Tanggal Praktikum :

LABORATORIUM KIMIA BAHAN MAKANAN


FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN UMUM
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA MEDAN
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan “Praktikum Kimia Bahan
Makanan”. Seiring shalawat dan salam penulis sampaikan keharibaan junjungan
Nabi Muhammad SAW, keluarga, dan sahabat beliau semoga kelak mendapat
limpahan syafaat beliau.
Terimakasih kepada Dosen Mata Kuliah Praktikum Kimia Bahan Makanan
yang telah banyak memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis khususnya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, sehingga
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Penulis juga
mengharapkan makalah ini menjadi sesuatu yang berarti bagi ilmu pengetahuan.

Medan, Juni 2018

Penulis

Kelompok

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................... i


DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................ 1
1.1 Latar Belakang.............................................................. 1
1.2 Prinsip Percobaan.......................................................... 2
1.3 Tujuan Percobaan.......................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................ 3

2.1 Pengertian Formalin ..................................................... 3


2.2 Kegunaan Formalin....................................................... 4
2.3 Efek terhadap Kesehatan............................................... 6
2.4 Penanganan bila Terkena Formalin............................... 8

III METODE PERCOBAAN.................................................................. 10

3.1 Alat................................................................................ 10
3.2 Bahan............................................................................. 10
3.3 Spesifikasi Bahan.......................................................... 10
3.4 Mekanisme Reaksi........................................................ 11

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................. 12

4.1 Hasil.............................................................................. 12
4.2 Pembahasan................................................................... 14

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................ 15

3.1 Kesimpulan.................................................................... 15
3.2 Saran ............................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam proses pengolahan makanan, produsen selalu mengusahakan untuk
menghasilkan makanan yang disukai dan berkualitas baik. Oleh karena itu,
biasanya produsen sering menambahkan Bahan Tambahan Pangan (BTP) ke
dalam makanan. Penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) atau food additives
sudah sangat meluas. Hampir semua industri pangan, baik industri besar maupun
industri rumah tangga, dipastikan menggunakan BTP. Penggunaan BTP memang
tidak dilarang asalkan bahan tersebut benar-benar aman bagi kesehatan manusia
dan dalam dosis yang tepat. Akan tetapi, terdapat dua permasalahan utama dalam
penggunaannya. Pertama, produsen menggunakan BTP yang diizinkan akan tetapi
melebihi dosis yang diizinkan. Kedua, produsen menggunakan bahan yang bukan
merupakan BTP. Salah satu contoh bahan yang bukan termasuk BTP tetapi sering
ditambahkan ke dalam makanan yaitu formalin (1).
Formalin merupakan larutan yang tidak berwarna, memiliki bau yang
menyengat, dan mengandung 37% formaldehid dalam air (2).
Formalin merupakan bahan beracun dan berbahaya bagi kesehatan
manusia. Formalin dapat bereaksi secara kimia dengan hampir semua zat di dalam
sel tubuh sehingga menekan fungsi sel dan menyebabkan kematian sel.
Kandungan formalin yang tinggi di dalam tubuh dapat menyebabkan iritasi
lambung, alergi, diare bercampur darah, kencing bercampur darah, dan kematian
yang disebabkan adanya kegagalan peredaran darah. Formalin dapat menguap di
udara berupa gas yang tidak berwarna dengan bau yang tajam menyesakkan
sehingga merangsang hidung, tenggorokan, dan mata (3).
Formalin tidak diperkenankan ada dalam makanan maupun minuman,
karena dalam jangka panjang dapat memicu perkembangan sel-sel kanker, iritasi
pada saluran pernafasan, reaksi alergi, dan luka bakar. Salah satu makanan yang
sering ditambahkan formalin adalah tahu (4).
Berdasarkan latar belakang diatas akan dilakukan percobaan kandungan
formalin pada sampel.

1
1.2 Prinsip Percobaan
Pengujian kandungan formalin pada sampel uji dengan prinsip reduksi
kandungan gula (monosakarida atau disakarida) dalam suatu sampel.
1.3 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui ada tidaknya kandungan
formalin dari sampel uji.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Formalin
Formalin atau formaldehid merupakan bahan makanan tambahan kimia
yang efisien, tetapi dilarang ditambahkan pada bahan pangan (makanan), tetapi
ada kemungkinan formaldehid digunakan dalam pengawetan susu, tahu, mie, ikan
asin, ikan basah, dan produk pangan lainnya. Larutan formaldehid atau larutan
formalin mempunyai nama dagang formalin, formol, atau mikrobisida dengan
rumus molekul CH2O mengandung kira-kira 37% gas formaldehid dalam air.
Biasanya ditambahkan 10-15% methanol untuk menghindari polimerisasi. Larutan
ini sangat kuat dan dikenal dengan formalin 100 % atau formalin 40 %, yang
mengandung 40 gram formaldehid dalam 100 ml pelarut (3)
Formaldehid murni tidaklah tersedia secara komersial, tetapi dijual dalam
30-50% (b/b) larutan mengandung air. Formalin (37% CH 2O) adalah larutan yang
paling umum. Pada umumnya, methanol atau unsur-unsur lain ditambahkan
kedalam larutan sebagai alat penstabil untuk mengurangi polimerisasi
formaldehid, dalam bentuk padat, formaldehid dijual sebagai trioxane [(CH 2O)3]
dan polimernya paraformaldehid, dengan 8-100 unit formaldehid (4).
Nama lain formalin adalah Formol, Methylene aldehyde, Paraforin,
Morbicid, Oxomethane, Polyoxymethylene glycols, Methanal, Formoform,
Superlysoform, Formic aldehyde, Formalith, Tetraoxymethylene, Methyl oxide,
Karsan, Trioxane, Oxymethylene, Methylene glycol (5).
Formalin merupakan larutan komersial dengan konsentrasi 10-40% dari
formaldehid. Bahan ini biasanya digunakan sebagai antiseptik, germisida, dan
pengawet. Formalin mempunyai banyak nama kimia diantaranya adalah : Formol,
Methylene aldehyde, Paraforin, Morbicid, Oxomethane, Polyoxymethylene
glycols, Methanal, Formoform, Superlysoform, Formic aldehyde, Formalith,
Tetraoxymethylene, Methyl oxide, Karsan, Trioxane, Oxymethylene dan
Methylene glycol. Di pasaran, formalin bisa ditemukan dalam bentuk yang sudah
diencerkan, dengan kandungan formaldehid 10-40 % (6).

3
Formalin sebenarnya sudah dilarang sejak tahun 1982 dan kemudian
diperkuat dengan Undang - Undang No. 7 / 1996 tentang Perlindungan Pangan.
Beberapa petunjuk tentang ciri-ciri makanan yang terindikasi diberi formalin. Ciri
penggunaan formalin pada tahu antara lain : tidak rusak sampai dua hari pada
suhu kamar dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es, bau agak
menyengat, tidak lengket dan tahu lebih mengkilap dibandingkan tahu normal,
teksturnya sangat kenyal (7).
2.2 Kegunaan Formalin
Menurut Cahyadi (2008), formaldehid digunakan sebagai obat pembasmi
hama untuk membunuh virus, bakteri, jamur, dan benalu yang efektif dalam
konsentrasi tinggi, ganggang, amuba (binatang bersel satu), dan organism
uniseluler lain, relatif sensitif terhadap formaldehid dengan konsentrasi yang
mematikan berkisar antar 0,3-22 mg/liter. Hewan vertebrata air menunjukkan
respon dengan cakupan yang luas. Beberapa binatang berkulit keras adalah yang
paling sensitif dengan nilai konsentrasi efektif menengah berkisar antara 0,4-20
mg/liter.
Formalin adalah bahan yang lazim digunakan untuk pengawet mayat.
Formalin mempunyai sifat khas dibanding desinfektan lain sehingga lebih dipilih
untuk mengawetkan mayat. Zat yang sebetulnya banyak memiliki nama lain
berdasarkan senyawa campurannya ini memiliki senyawa CH 2OH yang reaktif
dan mudah mengikat air. Bila zat ini sudah bercampur dengan air barulah dia
disebut formalin. Pengawet ini memiliki unsur aldehida yang bersifat mudah
bereaksi dengan protein, karenanya ketika disiramkan ke makanan seperti tahu,
formalin akan mengikat unsur protein mulai dari bagian permukaan tahu hingga
terus meresap kebagian dalamnya. Dengan matinya protein setelah terikat unsur
kimia dari formalin maka bila ditekan tahu terasa lebih kenyal . Selain itu protein
yang telah mati tidak akan diserang bakteri pembusuk yang menghasilkan
senyawa asam, itulah sebabnya tahu atau makanan lainnya menjadi lebih awet (8).
Formaldehid juga dipakai untuk reaksi kimia yang bisa membentuk ikatan
polimer, dimana salah satu hasilnya adalah menimbulkan warna produk menjadi
lebih cerah. Sehingga formalin dipakai di industri plastik. bahan pembuatan sutra

4
buatan, zat pewarna, cermin kaca. Sehingga formalin juga banyak dipakai di
produk rumah tangga seperti piring, gelas dan mangkuk yang berasal dari plastik
atau melamin maka bahan formalin yang terdapat dalam gelas atau piring akan
larut. Dari penelitian hasil air rebusan yang kemudian dibawa ke Laboratorium
Kimia Universitas Indonesia, ini didapatkan hasil, bahwa kandungan formalin
pada hampir semua produk yang diteliti, kandungan formalin sangat tinggi antara
4,76 - 9,22 miligram per liter (6).
Formalin adalah larutan formaldehida dalam air dan dilarang digunakan
dalam industri pangan sebagai pengawet. Formaldehida digunakan dalam industri
plastik, anti busa, bahan konstruksi, kertas, karpet, tekstil, cat dan mebel.
Formaldehida juga digunakan untuk mengawetkan mayat dan mengontrol parasit
pada ikan. Formalin diketahui dapat menyebabkan kanker dan bila terminum
dapat menyebabkan rasa terbakar pada tenggorokan dan perut. Sedikitnya 30 ml
(sekitar 2 sendok makan) formalin dapat menyebabkan kematian (9).
Formaldehida membunuh bakteri dengan membuat jaringan dalam bakteri
dehidrasi (kekurangan air), sehingga sel bakteri akan kering dan membentuk
lapisan baru di permukaan. Artinya, formalin tidak saja membunuh bakteri, tetapi
juga membentuk lapisan baru yang melindungi lapisan di bawahnya, supaya tahan
terhadap serangan bakteri lain. Bila desinfektan lainnya mendeaktifasikan
serangan bakteri dengan cara membunuh dan tidak bereaksi dengan bahan yang
dilindungi, maka formaldehida akan bereaksi secara kimiawi dan tetap ada di
dalam materi tersebut untuk melindungi dari serangan berikutnya. Melihat
sifatnya, formalin juga sudah tentu akan menyerang protein yang banyak terdapat
di dalam tubuh manusia seperti pada lambung. Terlebih, bila formalin yang masuk
ke tubuh itu memiliki dosis tinggi (8).
Sifat antimikrobal dari formaldehid merupakan hasil dari kemampuannya
menginaktivasi protein dengan cara mengkondensasi dengan amino bebas dalam
protein menjadi pencampur lain. Kemampuan dari formaldehid meningkat dengan
peningkatan suhu. Mekanisme formalin sebagai pengawet adalah jika formaldehid
bereaksi dengan protein yang berdekatan. Akibat dari reaksi tersebut, protein,
protein mengeras dan tidak dapat larut. Formaldehid mungkin berkombinasi

5
dengan asam amino bebas dari protein pada sel protoplasma, merusak nucleus,
dan mengkougulasi protein (3).
2.3 Efek terhadap Kesehatan
Karakteristik risiko yang membahayakan bagi kesehatan manusia yang
berhubungan dengan formaldehid adalah berdasarkan konsentrasi dari substansi
formaldehid yang terdapat di udara dan juga dalam produk-produk pangan.
Formalin merupakan bahan beracun dan berbahaya bagi kesehatan manusia. Jika
kandungannya dalam tubuh tinggi, akan bereaksi secara kimia dengan hampir
semua zat di dalam sel sehingga menekan fungsi sel dan menyebabkan kematian
sel yang menyebabkan keracunan pada tubuh. Selain itu, kandungan formalin
yang tinggi dalam tubuh juga menyebabkan iritasi lambung, alergi, bersifat
kardiogenik (menyebabkan kanker) dan bersifat mutagen (menyebabkan
perubahan fungsi sel/jaringan), serta orang yang mengkonsumsinya akan muntah,
diare bercampur darah, kencing bercampur darah, dan kematian yang disebabkan
adanya kegagalan peredaran darah. Formalin bisa menguap di udara, berupa gas
yang tidak bewarna, dengan bau yang tajam menyesakkan sehingga merangsang
hidung, tenggorokan dan mata (3).
Menurut syukur (2006), pengaruh formalin terhadap kesehatan antara lain
jika terhirup rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan, sukar bernafas, nafas
pendek, sakit kepala, kanker paru-paru. Jika terkena kulit, maka terjadi
kemerahan, gatal, kulit terbakar. Jika terkena mata maka kemerahan, gatal, mata
berair, kerusakan mata, pandangan kabur, kebutaan. Jika tertelan maka akan
terjadi mual, muntah, perut perih, diare, sakit kepala, pusing, gangguan jantung,
kerusakan hati, kerusakan saraf, kulit membiru, hilangnya pandangan, kejang,
koma dan kematian.
Dalam International Programme on Chemical Safety (IPCS) disebutkan
bahwa batas toleransi formaldehida yang dapat diterima tubuh dalam bentuk air
minum adalah 0,1 mg per liter atau dalam satu hari asupan yang dibolehkan
adalah 0.2 mg. Sementara formalin yang boleh masuk ke tubuh dalam bentuk
makanan untuk orang dewasa adalah 1,5 mg hingga 14 mg per hari. Formaldehida
dapat dikeluarkan sebagai CO2 dari dalam tubuh. Tubuh juga diperkirakan bisa

6
memetabolisme formaldehida bereaksi dengan DNA (Deoxyribo Nucleic Acid)
atau protein untuk membentuk molekul yang lebih besar sebagai bahan tambahan
DNA atau protein tubuh. Formaldehida tidak disimpan dalam jaringan lemak.
NIOSH (National Institute of Safety and Health), menyatakan formaldehida
berbahaya bagi kesehatan pada kadar 20 ppm. Sedangkan dalam Material Safety
Data Sheet (MSDS), formaldehida dicurigai bersifat kanker (8).
Formalin adalah nama dagang larutan formaldehid dalam air dengan kadar
30-40 persen. Di pasaran, formalin dapat diperoleh dalam bentuk sudah
diencerkan, yaitu dengan kadar formaldehidnya 40, 30, 20 dan 10 persen serta
dalam bentuk tablet yang beratnya masing-masing sekitar 5 gram. (11)
Pemakaian formalin pada makanan dapat menyebabkan keracunan pada
tubuh manusia. Gejala yang biasa timbul antara lain sukar menelan, sakit perut
akut disertai muntah-muntah, mencret berdarah, timbulnya depresi susunan saraf,
atau gangguan peredaran darah. Konsumsi formalin pada dosis sangat tinggi
diatas 660 ppm (1000 ppm setara 1 mg/liter), mengakibatkan konvulsi (kejang-
kejang), haematuri (kencing darah), dan haimatomesis (muntah darah) yang
berakhir dengan kematian. Injeksi formalin dengan dosis 100 gram dapat
mengakibatkan kematian dalam waktu 3 jam (10).
Menurut Syam (2007), formalin merupakan zat toksik dan sangat iritatif
untuk kulit dan mata. Formalin bagi tubuh manusia diketahui sebagai zat beracun,
karsinogen (menyebabkan kanker), mutagen (menyebabkan perubahan sel,
jaringan tubuh), korosif dan iritatif. Uap dari formalin sendiri sangat berbahaya
jika terhirup oleh pernafasan dan juga sangat berbahaya dan iritatif jika tertelan
oleh manusia. Untuk mata, seberapa encerpun formalin ini tetap iritatif. Jika
sampai tertelan maka seseorang tersebut harus segera diminumkan air banyak-
banyak dan segera diminta untuk memuntahkan isi lambungnya. Dampak buruk
bagi kesehatan pada seorang yang terpapar dengan formalin dapat terjadi akibat
paparan akut atau paparan yang berlangsung kronik. Dampak buruk bagi
kesehatan jika terpapar formalin secara kronik dan berulang-ulang antara lain
sakit kepala, radang hidung kronis (rhinitis), mual-mual, gangguan pernafasan
baik berupa batuk kronis atau sesak nafas kronis. Gangguan pada persyarafan

7
berupa susah tidur, sensitif, mudah lupa, sulit berkonsentrasi. Pada wanita akan
menyebabkan gangguan menstruasi dan infertilitas.
Formalin masuk ke dalam tubuh manusia melalui, mulut dan pernapasan
sehari-hari kita menghirup formalin dari lingkungan sekitar. Polusi yang
dihasilkan oleh asap knalpot dan pabrik, mengandung formalin yang mau tidak
mau kita hirup, kemudian masuk ke dalam tubuh. Asap rokok atau air hujan yang
jatuh ke bumi pun sebetulnya juga mengandung formalin. Formalin sangat
berbahaya jika terhirup, mengenai kulit dan tertelan. Akibat yang ditimbulkan
dapat berupa luka bakar pada kulit, iritasi pada saluran pernafasan, reaksi alergi
dan bahaya kanker pada manusia. Jika kandungan dalam tubuh tinggi, akan
bereaksi secara kimia dengan hampir semua zat di dalam sel, sehingga menekan
fungsi sel dan menyebabkan kematian sel yang menyebabkan kerusakan pada
organ tubuh. Formalin merupakan zat yang bersifat karsinogenik atau bisa
menyebabkan kanker (6).
2.4 Penanganan bila Terkena Formalin
Bila terkena hirupan atau terkena kontak langsung formalin, tindakan awal
yang harus dilakukan adalah menghindarkan penderita dari daerah paparan ke
tempat yang aman. Bila penderita sesak berat, kalau perlu gunakan masker
berkatup atau peralatan sejenis untuk melakukan pernafasan buatan. Bila terkena
kulit lepaskan pakaian, perhiasan dan sepatu yang terkena formalin. Cuci kulit
selama 15-20 menit dengan sabun atau deterjen lunak dan air yang banyak dan
dipastikan tidak ada lagi bahan yang tersisa di kulit. Pada bagian yang terbakar,
lindungi luka dengan pakaian yang kering, steril dan longgar. Bilas mata dengan
air mengalir yang cukup banyak sambil mata dikedip-kedipkan. Pastikan tidak ada
lagi sisa formalin di mata. Aliri mata dengan larutan garam dapur 0,9 persen
(seujung sendok teh garam dapur dilarutkan dalam segelas air) secara terus-
menerus sampai penderita siap dibawa ke rumah sakit atau ke dokter. Bila tertelan
segera minum susu atau norit untuk mengurangi penyerapan zat berbahaya
tersebut. Bila diperlukan segera hubungi dokter atau dibawa ke rumah sakit. Yang
lebih menyulitkan adalah pemantauan efek samping jangka panjang. Biasanya hal
ini terjadi akibat paparan terhadap formalin dalam jumlah kecil. Dalam jangka

8
pendek akibat yang ditimbulkan seringkali tanpa gejala atau gejala sangat ringan.
Jangka waktu tertentu gangguan dan gejala baru timbul (6).

9
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini, yaitu:
a. Tabung reaksi
b. Pipet tetes
c. Beaker glass
d. Spatula
e. Rak tabung
3.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini, yaitu:
a. Fehling A
b. Fehling B
c. Pereaksi Benedict
d. Aquadest
3.3 Spesifikasi Bahan
a. Fehling A
Pereaksi fehling A atau larutan A yaitu larutkan 34,64 g tembaga (II) sulfat
dilarutkan dalam campuran 0,50 ml asam sulfat dan air secukupnya hingga 500
ml.
b. Fehling B
Pereaksi fehling A atau larutan A yaitu larutkan 176 g kalium natrium tartrat
dan natrium hidroksida dalam air secukupnya hingga 500 ml.
c. Pereaksi Benedict
Larutan benedict mengandungsodium sitrat, natrium karbonat anhidrat,
tembaga sulfit, dan garam lainnya dilarutkan didalam air.
d. Aquadest
Asal sulfat memiliki spesifikasi yaitu cairan jernih, tidak berwarna dan berbau.
Memiliki ph 5,0 hingga 7,0.

10
3.4 Mekanisme Reaksi
a. Larutan Fehling

CUSO4 + 2 KOH CU(OH)2 + K2SO4 endapan kuning atau merah muda

b. Larutan Benedict

RCHO + 2 Cu 2+ + 5 OH - RCOOH + Cu2O + 3H2O endapan kuning atau merah muda

gula benedict karboksilat tembaga (1) oksida

11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
a. Pereaksi Fehling
Sampel Hasil uji (+/-) Warna Endapan Gambar

Mie kuning
+ hijau
basah

Tahu putih + kuning

Bakso + hijau

12
Ikan asin + kuning

b. Pereaksi Benedict
Sampel Hasil uji (+/-) Warna Endapan Gambar

Mie kuning
+ kuning kehijaun
basah

Tahu putih + kuning kehijaun

Bakso + hijau

13
Ikan asin + kuning kehijaun

4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil uji diatas sampel: mie kuning basah, tahu putih, bakso
dan ikan asin positif mengandung formalin dengan dilakukan uji menggunakan
pereaksi fehling dan benedict.
Uji menggunakan pereaksi larutan fehling (fehlin A dan fehling B) positif
mengandung formalin dengan hasil uji mie kuning basah menghasilkan endapan
hijau, tahu putih mengahasilkan endapan kuning, bakso menghasilkan endapan
hijau dan ikan asin menghasilkan endapan kuning.
Uji menggunakan pereaksi larutan benedict seluruh sampel positif
mengandung formalin dengan hasil uji mie kuning basah menghasilkan endapan
kuning kehijauan, tahu putih mengahasilkan endapan kuning kehijauan, bakso
menghasilkan endapan hijau dan ikan asin menghasilkan endapan kuning
kehijauan.

BAB V

14
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji diatas sampel: mie kuning basah, tahu putih, bakso
dan ikan asin positif mengandung formalin dengan dilakukan uji menggunakan
pereaksi fehling dan benedict.
5.2 Saran
Perlu dilakukan percobaan secara kuantitatif untuk mengetahui kadar
formalin dalam sampel dan dengan percobaan terhadap sampel lainsalah satunya
roti tawar.

DAFTAR PUSTAKA

15
1. Saparinto C. 2006. Bahan tambahan pangan. Yogyakarta: Kanisius
2. Uddin R., Wahid M.I., Jesmeen T., Huda N.H., Sutradhar, K.B. 2011.
Detection of Formalin in Fish Samples Collected from Dhaka City,
Bangladesh. S.J. Pharm. Sci. 4 (1): 49-52
3. Cahyadi, Wisnu. Analisisdan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan.
Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008.
4. Nelly. 2011. Analisis Kualitatif Kandungan Formalin dalam Tahu yang
Dijual di Pasar-pasar Tradisional di Kecamatan Medan Area dan Kecamatan
Medan Tembung.
5. WHO, 2002, Consise International Chemosal Assessment Dokument 40
Formaldehyde, Geneva, World Health Organisation.
6. Villany. 2006, 97% Pabrik Tahu di Jabodetabek Gunakan Formalin,
7. Yudarwanto. 2006, Pengaruh Formalin Bagi Sistem Tubuh
8. Santoso, Urip. 2008, Kepedulian Terhadap Mutu Makanan
9. Hasyim. 2006, Formalin Bukan Formalitas, Buletin cp. Januari 2006.
10. BPOM. 2004, Bahan Tambahan Ilegal - Boraks, Formalin dan Rhodamin B,
Diproduksi untuk Sistem Keamanan Pangan Terpadu oleh Badan Pengawas
Obat dan Makanan R.I .
11. Syam, Ari F. 2007, Makanan Kita Sehari-hari.
12. Farmakope Indonesia Edisi IV. Hal: 1173, 1167, 112,
13.

16

Anda mungkin juga menyukai