Flourida, klorida, bromida dan iodida asam semuanya bereaksi dengan cara
serupa. Karena klorida asam yang paling populer dari asam, maka diskusi dibatasi
mengenal senyawa ini.
Klorida asam diberi nama menurut nama asam karboksilat induknya, dengan
imbuhan asam at diubah menjadi il klorida.
O O O
CH3CCl3 CH3CH2CCl CH3CH2CH2CCl
IUPAC: etanoil klorida propanoil klorida butanoil klorida
Trivial: asetil klorida propionil klorida butiril klorida
Klorida asam dapat diperoleh langsung dari asam karboksilat induknya melalui reaksi
dengan tionil klorida (SOCl2) atau zat penghalogen aktif lain, seperti fosforus
triklorida (PCl3):
Klorida asam adalah yang paling reaktif diantara semua derivat asam
karboksilat. Ion halida merupakan gugus pergi yang baik. Terikat pada karbon
positifdari gugus karbonil, ion ini lebih mudah ditukargantikan daripada bila terikat
pada karbon alkil. Dalam mekanisme umum di bawah ini untuk reaksi antara suatu
klorida asam dan suatu nukleofil, perhatikan bahwa penukargantian Cl- bukanlah
penukargantian sederhana seperti sebuah reaksi sederhana SN2. Reaksi itu terdiri dari
dua tahap: (1) adisi nukleofil pada gugus karbonil, disusul oleh (2) eliminasi ion
klorida. Hasil reaksi ini ialah suatu substitusi asil nukleofil, yang berarti substitusi
nukleofilik pada suatu karbon asil (RCO).
Umum:
Biasannya HCl segera dibuang dari dalam campuran reaksi setelah terbentuk,
karena HCl dapat bereaksi dengan alcohol dan menghasilkan alkil klorida atau alkena
dan air. Biasanya suatu amina tersier atau piridina ditambahkan sebagai penyabu HCl.
Efek ukuran gugus alkil pada laju reaksi adalah efek pada kelarutan dalam air
hanya efek karena halangan sterik. Suatu klorida asam dengan gugus alkil kecil
adalah sangat mudah larut dan bereaksi cepat dengan lebih cepat. Bertambanya
ukuran bagian alkil maka menyebabkan klorida asam itu kurang dapat larut dalam air:
reaksinya menjadi sangat lambat , jika dihidrolisis berbagai klorida asam dilakukan
dalam suatu pelarut lamban yang melarutkan klorida asam dan air, maka laju
hidrolisis ternyata hamper sama.
Jika amina itu mahal, tidak perlu menggunakannya berlebihan dalam reaksi
dengan klorida asam. Hanya satu mol amina diperlukan untuk bereaksi dengan
klorida asam, mol berikutnya terbuang karena hanya bertindak sebagai penyapu HCl.
Dalam hal ini diperlukan basa lain untuk mengikat HCl. Misalnya digunakan suatu
amina tersier.
3.Pengubahan ke anhidrida.
Ion karboksilat merupakan nukleofil, dan garam karboksilat (CoNa) dapat digunakan
untuk menukar gantikan klorida dari klorida asam. Produk reaksi itu adalah suatu
anhidrida asam.
Halida asam biasanya merupakan reagensia yang dipilih untuk reaksi Friedel-
Crafts. Reaksi ini merupakan satu jalur ke aril alkil keton tanpa penataan-ulang dari
rantai samping alkil .
Suatu reagensia organologam yang cocok untuk membuat keton dari suatu klorida
asam adalah reagensia cadmium, suatu senyawa organokadmium yg dibuat dari suatu
reagensia Grignard dan cadmium klorida.
Reagensia cadmium tidak bereksi dengan keton, tetapi bereaksi dengan halida asam
dan menawarkan suatu metode yg sangat baik untuk sisntesis keton.
Berikut ini contoh suatu sintesis keton dengan menggunakan reagensia kadmium.
Halida asam pada contoh ini mengandung suatu gugus akan berhasil bila
digunakan reagensia Grignard karena gugus ester juga akan bereksi dengan reagensia
Grignard tersebut
Dapat diusahakan reduksi parsial suatu klorida asam menjadi aldehida, dan reaksi ini
sangat berguna. (Asam karboksilat sendiri tidak mudah direduksi menjadi aldehida).
Zat pereduksi yg lebih lembut dari pada LiAlH4 diperlukan untuk mereduksi RCOCl
menjadi RCHO dan tidak terus menjadi RCH2OH. Reagensia yg sesuai ialah litium
tri-t-butoksi aluminium hidrida, yg diperoleh dari t-butil alakohol dan LiAlH4.
Reagensia pereduksi tidak sereaktif karena halangan sterik maupun karena penarikan
electron atom-atom oksigen.
Halogenasi alfa. Keton dapat di halogenasi dalam posisi alfa () dengan X dan H+
atau OH-. Reaksi ini berlangsung lewat enol. Halida asam juga mengalami tautomeri
dan oleh karena itu mengalami halogenasi-.
Asam karboksilat tidak mudah bertautomeri dan dengan demikian tidak bereaksi
halogenasi-. Namun halogenasi halide asam menyajikan suatu teknik untuk
memperoleh asam -halokarboksilat. Bila PCl3 atau PBr3 dalam jumlah katalitik
ditambahkan pada asam karboksilat bersama dengan zat penghalogenasi , PCl3 atau
PBr3 itu mengubah sejumlah kecil asam menjadi halide asam, yang selanjutnya
bereaksi halogenasi-
Dalam campuran reaksi itu, halida asam ada dalam kesetimbangan dengan asam
karboksilat itu sendiri. Karena asam itu berada dalam keadaan berlebih, maka -halo
halide asam itu diubah menjadi asam -halo.
Dalam proses ini, halide asam yang takterhalogenkan terbentuk lagi. Halide asam ini
bereaksi halogenasi- kembali, dan deret reaksi itu di ulang. Hasil keseluruhan deret
ini adalah halogenasi- asam akrboksilat. Deret reaksi ini disebut reaksi reaksi Hell-
Volhard-Zelinsky, menurut ahli kimia yang mengembangkan teknik tersebut.
Beberapa contoh spesifik halogenasi- asam karboksilat (lewat halida asam) adalah
sebagai berikut
Suatu klorida asam bereaksi dengan keanekaragaman nukleofil, termasuk senyawa
organologam. Seperti reagensia grignard.
2. Klorin
4. Iodine
I2 dalam alkohol (tingtur yodium) digunakan sebagai antiseptik luka agar tidak
terkena infeksi.
KIO3 digunakan sebagai tambahan iodin dalam garam dapur.
b. Garamhalida
Garam halida dapat terbentuk dari interaksi langsung antara logam dengan
halogen. Semua garam halide mudah larut dalam air, kecuali garam halide dari perak
(I), timbal (II), raksa (I), dan tembaga (I). Warna endapan perak halida dan timbal (II)
halide dari reaksiion halide dengan ion perak dan ion timbal (II) digunakan untuk
identifikasi adanya ion halide di dalam suatu larutan.
Larutan perak klorida dapat larut dalam ammonia encer. Perak bromida tidak larut
dalam ammonia encer, tetapi larut dalam ammonia pekat, sedangkan perak iodide
tidak dapat larut dalam ammonia encer pekat. Perak klorida dan perak bromida dapat
larut dalam ammonia dikarenakan membentuk ion kompleks dengan reaksi sebagai
berikut.
AgCl(s) + NH3(aq) [Ag(NH3)2]+(aq) + Cl-(aq)
Untuk mengidentifikasi adanya ion halida dapat dilakukan dengan menambahkan
larutan Pb2+ (misalnya sebagai Pb(NO2)2). Apabila terjadi endapan putih maka
kemungkinan ion halidanya adalah F- atau Cl--, tetapi bila endapannya berwarna
kuning yang berarti yang ada Br - atau I-, dan bila tidak ada endapan berarti tidak ada
ion halide dalam larutan.
Untuk membedakan ion F- atau Cl- maka larutan ditambahkan Ag+ (misalnya
AgNO3). Apabila tidak ada endapan, berarti halidanya adlah F - dan bila ada endapan
putih berarti Cl-. Untuk membedakan ion Br- dan I- maka larutan direaksikan dengan
Ag+ dan endapan didekantasi kemudian ditambahkan NH3 pekat, bila larut berarti
yang ada dalam larutan Br- dan bila tidak larut berarti yang ada dalam larutan ion F-.
Halide padat dapat dioksidasi oleh oksidator kuat (misalnya MnO 2, KMnO4,
K2Cr2O7, dalam H2SO4 pekat) menghasilkan gas halogen, kecuali fluoride.