1. Pengertian Lemak
Lemak merupakan salah satu kandungan utama dalam makanan, dan penting dalam
diet karena beberapa alasan. Lemak merupakan salah satu sumber utama energi dan
mengandung lemak esensial. Namun konsumsi lemak berlebihan dapat merugikan kesehatan,
misalnya kolesterol dan lemak jenuh. Dalam berbagai makanan, komponen lemak memegang
peranan penting yang menentukan karakteristik fisik keseluruhan, seperti aroma, tekstur, rasa
dan penampilan. Karena itu sulit untuk menjadikan makanan tertentu menjadi rendah lemak
(low fat), karena jika lemak dihilangkan, salah satu karakteristik fisik menjadi hilang. Lemak
juga merupakan target untuk oksidasi, yang menyebabkan pembentukan rasa tak enak dan
produk menjadi berbahaya.
Analisis lemak dalam makanan meliputi :
Kadar lemak total
Jenis lemak yang ada
Sifat fisikokima lemak, seperti kristalisasi, titik leleh, titik asap, rheologi, densitas
dan warna.
Struktur lemak dalam makanan
Lemak biasanya dinyatakan sebagai komponen yang larut dalam pelarut organik
(seperti eter, heksan atau kloroform), tapi tidak larut dalam air. Senyawa yang termasuk
golongan ini meliputi triasilgliserol, diasilgliserol, monoasilgliserol, asam lemak bebas,
fosfolipid, sterol, karotenoid dan vitamin A dan D. Fraksi lemak sendiri mengandung
campuran kompleks dari berbagai jenis molekul. Namun triasilgliserol merupakan komponen
utama sebagian besar makanan, jumlahnya berkisar 90-99% dari total lemak yang ada.
Triasilgliserol merupakan ester dari tiga asam lemak dan sebuah molekul gliserol.
Asam lemak yang ditemukan di makanan bervariasi panjang rantainya, derajat ketidak
jenuhannya dan posisinya pada molekul gliserol. Akibatnya fraksi triasilgliserol sendiri
mengandung campuran kompleks dari berbagai jenis molekul yang berbeda. Masing-masing
jenis lemak mempunyai profil lemak yang berbeda yang menentukan sifat fisikokimia dan
nutrisinya. Istilah lemak, minyak dan lipid sering digunakan secara berbeda oleh ahli
makanan. Umumnya yang dimaksud lemak adalah lipid yang padat, sedangkan minyak
adalah lipid yang cair pada suhu tertentu.
Validitas hasil analisis tergantung sampling yang baik dan persiapan sampel sebelum
dilakukan analisis. Idealnya komposisi sampel yang dianalisis harus mendekati sama dengan
komponen makanan lain yang larut air seperti protein, karbohidrat dan mineral, menjadi
mudah. Teknik ekstraksi solven merupakan metode yang paling sering digunakan untuk
isolasi lemak dan menentukan kandungan lemak dalam makanan.
Karakteristik fisikokimia utama dari lemak yang digunakan untuk membedakan lemak
dari komponen lain dalam makanan adalah kelarutannya dalam pelarut organik,
ketidaktercampuran dengan air, karakteristik fisik (densitas yang rendah dan sifat
spektroskopik. Teknik analisis berdasarkan ketiga karakter di atas diklasifikasikan menjadi :
(i) ekstraksi solven
(ii) ekstraksi non-solven
(iii) metode instrumental
Ekstraksi Solven
Fakta bahwa lemak larut dalam air, tapi tidak larut dalam air, membuat pemisahan
lemak dari komponen makanan lain yang larut air seperti protein, karbohidrat dan mineral,
menjadi mudah. Teknik ekstraksi solven merupakan metode yang paling sering digunakan
untuk isolasi lemak dan menentukan kandungan lemak dalam makanan.
Alat yang paling sering digunakan dalam metode ini adalah soxhlet, dimana efisiensi
ekstraksi lebih baik dari pada metode Batch Solvent Extraction. Sampel dikeringkan,
dihaluskan dan diletakkan dalam thimble berpori. Thimble diletakkan dalam alat soxhlet yang
dihubungkan dengan kondensor. Labu soxhlet dipanaskan, solven menguap, terkondensasi dan
masuk ke bejana ekstraksi yang berisi sampel, dan mengesktraksi sampel. Lemak tertinggal di
labu karena perbedaan titik didih. Pada akhir ekstraksi, solven diupakan dan massa lemak
yang tersisa ditimbang.
Prosedur :
1. Timbang kurang lebih 2 g sampel, masukkan dalam timble ekstraksi.
2. Timbang labu ekstraksi yang telah dikeringkan.
3. Masukkan eter anhidrat dalam labu didih (labu ekstraksi).
4. Rangkai alat : labu didih, labu soxhlet, kondensor.
5. Lakukan ekstraksi dengan kecepatan tetesan solven dari kondensor 5-6 tetes per detik
selama 4 jam.
6. Keringkan labu didih yang berisi ekstrak lemak di oven pada 100◦C selama 30 min,
dinginkan di desikator dan timbang.
% lemak = 100 x (berat lemak / berat sampel)
Hal ini mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk ekstraksi, tapi dengan kerugian bisa terjadi
“saluran solven” dimana solven akan melewati jalur tertentu dalam sampel sehingga ekstraksi
menjadi tidak efisien. Masalah ini tidak terjadi pada metode Soxhlet, karena sampel terendam
dalam solven.
Ekstraksi solven dapat dilakukan dengan alat khusus menggunakan CO2 superkritik
sebagi pelarut, yang sangat ramah lingkungan karena tidak menggunakan pelarut organik. Bila
CO2 ditekan dan dipanaskan di atas temperatur kritis tertentu, akan menjadi cairan superkritik,
yang mempunyai karakteristik gas maupun cairan. Karena CO2 berbentuk gas maka mudah
berpenetrasi ke dalam sampel dan mengekstraksi lemak, dan karena juga berbentuk cair maka
CO2 dapat melarutkan sejumlah besar lemak (terutama pada tekanan tinggi).
Prinsip dari alat ini adalah, sampel makanan dipanaskan dalam bejana bertekanan tinggi
kemudian dicampur dengan cairan CO2 superkritik. CO2 mengekstraksi lemak dan
membentuk lapisan solven terpisah dari komponen air. Tekanan dan suhu solven kemudian
diturunkan menyebabkan CO2 berubah menjadi gas, sehingga menyisakan fraksi lemak.
Kandungan lemak dalam makanan dihitung dengan menimbang lemak yang terekstraksi,
dibandingkan dengan berat sampel.