PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mengetahui anatomi dan fungsi saluran pencernaan pada ruminansia.
2. Mengetahui sistem pencernaan pada ruminansia.
3. Mengetahui sumber pakan terbaik untuk ternak perah.
4. Mengetahui metode apa saja yang dipakai dalam penyusunan ransum.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Saat sapi menyusu pada induknya, susu akan mengalir dari mulut langsung menuju
omasum, tanpa melewati rumen. Susu akan melewati sebuah saluran yang disebut dengan
esophageal groove. Pada sapi dewasa, volume rumen mencapai 81%, reticulum 3%, omasum
7%, dan abomasum 9% dari volume total perut (Rianto, 2011).
Perut sapi mengalami 3 fase perkembangan, yaitu fase non ruminansi, fase transisi, dan
fase ruminansia. Pada saat sapi berumur 2 minggu anak sapi hanya mampu mendapatkan
nutrisi hanya melalui susu induknya. Setelah berumur 2 minggu anak sapi akan belajar
memakan pakan hijauan, pada saat ini rumen juga mulai berkembang.
2
b. Rumen
Pakan yang telah melewati mulut maka akan melewati pharynx dan melalui oesophagus
menuju rumen.
Saluran pencernaan sapi tidak menghasilkan enzim untuk mencerna selulosa yang
merupakan bagian terbesar dari pakan serat, yaitu sekitar 30-60% dari total bahan kering.
Karena enzim yang digunakan dalam pencernaan serat berasal dari mikroba. Hal ini sesuai
dengan pendapat Blakely (1994), rumen volumenya dapat mencapai 200 liter, rumen
mengandung mikroorganisme, bakteri, dan protozoa yang akan menghancurkan bahan-bahan
berserat, mencerna bahan-bahan itu untuk kepentingan mikroba itu sendiri, membentuk asam-
asam lemak mudah terbang, serta mensintesis vitamin B serta asam-asam amino.
3
c. Retikulum
Retikulum disebut honey comb, hal ini dikarenakan wujudnya yang berbentuk seperti
rumah lebah. Menurut Blakely (1994), bentuk reticulum mencegah benda-benda asing seperti
misalnya kawat agar tidak terus bergerak ke saluran pencernaan lebih lanjut. Retikulum
seringkali tertusuk oleh benda-benda tajam sehingga menyebabkan keadaan yang disebut
penyakit hardware. Keadaan ini bersifat fatal karena jantung letaknya berdekatan. Menurut
Rianto (2011), retikulum berfungsi mengatur aliran digest dari rumen ke omasum.
d. Omasum
Permukaan dinding omasum berlipat dan kasar. Menurut Rianto (2011), omasum
berdinding berlipat-lipat dan kasar, terdapat 5 lamina(daun) yang menyerupai duri (spike).
Lamina adalah penyaring partikel digesti yang akan masuk ke abomasum. Menurut Blakely
(1994), omasum menerima campuran pakan dan air, dan sebagian besar air itu diserap oleh
luasnya daerah penyerapan yang terdiri dari banyak lapis.
e. Abomasum
Menurut Rianto (2011), abomasum disebut perut sejati pada ternak ruminansia
(termasuk sapi). Pada dinding abomasum memiliki kelenjar pencernaan yang menghasilkan
4
cairan lambung yang mengandung pepsinogen, garam, onorganik, mukosa, asam hidrokhlorat
dan faktor interisnsik yang penting untuk absorpsi vitamin B12 secara efisien. Menurut
Blakely (1994), sebagian besar pekerjaan pencernaan diselesaikan oleh abomasum, disebut
perut sejati karena kemiripan fungsi perut tunggal pada hewan-hewan bukan ruminansia. Di
dalam abomasum terdapat unsur-unsur penyusun berbagai nutrient yang dihasilkan melalui
proses kerja cairan lambung terhadap bakteri dan protozoa dan diserap melalui dinding usus
halus. Bahan-bahan yang tidak tercerna bergerak ke cecum dan usus besar. Kemudian
diekskresikan sebagai feses.
5
g. Usus Besar
Menurut Rianto (2011), ada tiga pokok yang terdpat dalam kelompok usus besar, yaitu
colon, caecum, dan rectum. Pada saat digesta masuk ke dalam colon, sebagian besar digesta
yang mengalami hidrolisis sudah terserap sehingga materi yang masuk ke dalam colon adalah
materi yang tidak dicerna.
Hanya sedikit sekali digesta yang terserap lewat dinding usus besar. Materi yang tidak
terserap kemudian dikeluarkan lewat anus sebagai feses. Materi yang keluar dari feses
meliputi air, sisa-sisa pakan yang tidak tercerna, sekresi saluran pencernaan, sel-sel
ephitelium saluran pencernaan, garam-garam anorganik, bakteri, dan produk-produk dari
proses dekomposisi oleh mikrobia.
6
Produksi susu sapi perah dipengaruhi oleh 70% faktor lingkungan dan 30% faktor
genetik. Pengaruh faktor lingkungan terdiri dari pemberian pakan, teknis pemeliharaan,
kesehatan ternak dan iklim. Faktor pemberian pakan sangat berpengaruh sekitar 60%
terhadap produksi susu. Produktivitas sapi yang rendah bisa disebabkan karena pemberian
pakan yang kurang baik. Produksi susu sapi perah akan optimal dengan kuantitas yang tinggi
dan kualitas susu yang baik apabila ransum yang diberikan memiliki kualitas dan kuantitas
yang baik pula. Oleh karena itu untuk memperoleh ransum yang efisien dan ekonomis, pakan
yang diberikan harus diperhitungkan dengan cermat berdasarkan kebutuhan ternak untuk
tumbuh, hidup pokok, produksi susu dan reproduksi.
Usaha peternakan sapi perah sangat bergantung kepada ketersediaan hijauan. Hijauan
adalah sumber serat kasar yang nantinya akan dirombak menjadi energi. Rasio untuk hijauan
dalam bahan kering ransum harus berkisar 40-70%, jika rasio kurang dari 40% maka kadar
lemak susu akan turun, sedangkan jika rasio lebih dari 70% produksi susu yang akan
menurun. Pemberian yang baik harus tetap memperhatikan kesesuaian antara produksi dan
kualitas susu.
Kendala yang dihadapi oleh peternak yaitu produksi hijauan yang tidak stabil setiap
musimnya. Pada musim hujan produksi hijauan sangat tinggi dengan kandungan bahan kering
yang rendah, sedangkan pada musim kemarau produksi hijauan rendah tetapi kandungan
bahan keringnya tinggi. Selain itu rendahnya kualitas hijauan yang biasa diberikan membuat
peternak harus memberikan pakan tambahan atau pelengkap untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi sapi perah yakni konsentrat.
Konsentrat adalah pakan yang mengandung energi, protein, dan zat makanan yang
memiliki nilai kecernaan tinggi akan tetapi kandungan serat kasarnya rendah. Konsentrat
berfungsi melengkapi kebutuhan nutrisi untuk produksi susu maksimum yang tidak dapat
dipenuhi oleh hijauan, sehingga komposisi nutrisi pakan yang diberikan sesuai dengan
kebutuhan ternak.
Hijauan pada umumnya memiliki kandungan nutrisi yang rendah dibandingkan dengan
konsentrat. Sapi perah yang diberikan hijauan tanpa adanya tambahan konsentrat maka
kondisinya akan kekurangan nutrisi, begitupun sebaliknya sapi yang hanya diberikan
konsentrat tanpa diberikan hijauan maka akan kekurangan serat kasar.
Lebih lanjut dinyatakan bahwa ternak akan melakukan seleksi pada pakan yang
diberikan dan dengan ransum lengkap. Semua bahan pakan akan menjadi satu dan
mempunyai kandungan nutrien yang sama pada setiap bagiannya. Sehingga seleksi oleh
ternak dapat dikurangi. Ransum lengkap juga membantu dalam penyediaan bahan pakan yang
7
seimbang untuk ruminansia dengan menggunakan bahan lokal seperti limbah pertanian, sisa
industri pertanian dan limbah ternak. Hal-hal yang dibutuhkan dalam menyusun satu ransum
adalah pengetahuan tentang zat-zat makanan ternak yang bersangkutan (feeding standard)
pengetahuan tentang komposisi kimia menghitung dan merangkum bahan makanan.
8
4. Simultaneous equation
Metode ini disebut pula dengan nama persamaan aljabar. Digunakan XY (aljabar)
karena ada dua hal yang belum diketahui dan yang akan dicari, misalnya PK (X%) dan ME
(Y mcal/kg). Disamping itu bahan pakan yang akan digunakan adalah lebih dari dua macam.
5. Linear programing
Metode ini merupakan penjabaran dari simultaneous equation method yang biasanya
dilakukan dengan bantuan komputer. Metode ini menggunakan berbagai macam bahan pakan
dan menggunakan berbagai macam faktor pembatas. Keunggulan dari metode ini, yaitu
efektif, efisien dalam waktu dan keakuratan tinggi.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Saluran pencernaan ruminansia, pencernaannya secara sistematis terdiri atas mulut,
esophagus, rumen, reticulum, omasum, abomasums, duodenum, JeJenum, ileum, secum,
colon, dan rectum. Proses pencernaan pada ruminansia terjadi secara mekanis, fermentatif,
dan enzimatis.
pemberian pakan sangat berpengaruh sekitar 60% terhadap produksi susu. Produktivitas sapi
yang rendah bisa disebabkan karena pemberian pakan yang kurang baik. Produksi susu sapi
perah akan optimal dengan kuantitas yang tinggi dan kualitas susu yang baik apabila ransum
yang diberikan memiliki kualitas dan kuantitas yang baik. Ada lima macam metode penyusun
ransum, yaitu:
1. trial and error method
2. pearsons square method
3. exact method
4. simultaneous equation method
5. linear programing method
3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber – sumber
yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan.
10
DAFTAR PUSTAKA
Blakely, J dan David H Blade . 1994. Ilmu Peternakan. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press.
Rianto, E dan Endang Purbowati . 2011. Panduan Lengkap Sapi Potong. Bogor : Penebar
Swadaya.
Kamal, M. 1994. Nutrisi Ternak. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas
Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Https://www.agrinak.com/2016/08/5-cara-menyusun-ransum-pakan-ternak.html. Diakses
pada tanggal (19 Februari).
11