Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem pencernaan pada mamalia memiliki anatomi dan fisiologi yang hampir sama
pada hewan mamalia yang satu dengan yang lain. Namun terdapat hal yang berbeda dalam
sistem pencernaan pada salah satu mamalia yaitu ruminansia. Mamalia khususnya ruminansia
atau biasa disebut hewan pemamah biak yang sering kita temui memiliki kebiasaan
mengunyah sepanjang hari. Mamalia ini memiliki lambung yang berbeda dari mamalia lain
yakni memiliki 4 ruang. 4 ruang pada lambung tersebut yakni rumen, omasum, obamasum,
dan retikulum. Sedangkan mamalia lain memiliki lanmbung dengan 1 ruang. Proses
Pencernaan pada ternak ruminansia merupakan proses yang sangat komplek yang melibatkan
interaksi dinamis antar pakan, populasi mikroba dan ternak itu sendiri. Pakan yang sudah
melewati fase pencernaan selanjutnya akan memasuki siklus metabolisme.
Rendahnya produksi susu di Indonesia salah satunya disebabkan oleh masih kurangnya
penggunaan teknologi pengolahan pakan. Padahal penggunaan teknologi pengolahan pakan
ini sangat erat kaitannya dengan ketersediaan pakan (stok) dan kualitas pakan. Pakan yang
diberikan pada sapi perah terdiri dari hijauan dan konsentrat. Hijauan merupakan pakan
utama sebagai sumber serat kasar, sedangkan konsentrat diberikan sebagai pakan tambahan
sumber protein. Kualitas pakan yang baik dan kuantitas yang sesuai kebutuhan dapat
meningkatkan produksi susu. Semakin tinggi efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi
khususnya pakan akan memberikan keuntungan yang lebih besar kepada peternak.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana anatomi dan fungsi saluran pencernaan pada ruminansia?
2. Bagaimana sistem pencernaan pada ruminansia?
3. Apa sumber pakan terbaik untuk ternak perah?
4. Apa saja metode yang dipakai dalam penyusunan ransum?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui anatomi dan fungsi saluran pencernaan pada ruminansia.
2. Mengetahui sistem pencernaan pada ruminansia.
3. Mengetahui sumber pakan terbaik untuk ternak perah.
4. Mengetahui metode apa saja yang dipakai dalam penyusunan ransum.

1
BAB II
PEMBAHASAN

Saat sapi menyusu pada induknya, susu akan mengalir dari mulut langsung menuju
omasum, tanpa melewati rumen. Susu akan melewati sebuah saluran yang disebut dengan
esophageal groove. Pada sapi dewasa, volume rumen mencapai 81%, reticulum 3%, omasum
7%, dan abomasum 9% dari volume total perut (Rianto, 2011).
Perut sapi mengalami 3 fase perkembangan, yaitu fase non ruminansi, fase transisi, dan
fase ruminansia. Pada saat sapi berumur 2 minggu anak sapi hanya mampu mendapatkan
nutrisi hanya melalui susu induknya. Setelah berumur 2 minggu anak sapi akan belajar
memakan pakan hijauan, pada saat ini rumen juga mulai berkembang.

2.1 Sistem Pencernaan Sapi


Pada proses penyerapan nutrisi, dibutuhkan organ pencernaan. Berikut ini adalah organ-
organ dalam pencernaan sapi :
a. Mulut
Pakan mengalami penghancuran di dalam mulut secara mekanik karena menggunakan
gigi. Selain itu pakan juga mengalami penghancuran dengan pencampuran saliva. Menurut
Rianto (2011), saliva disekresikan ke dalam mulut oleh 3 pasang glandula saliva, yaitu
glandula parotid yang terletak di depan telinga, glandula submandibularis (submaxillaris)
yang terletk pada rahang bawah, dan glandula sublingualis yang terletak di bawah lidah.
Saliva pada sapi tidak mengandung enzim amylase sehingga proses pencernaan hanya
berlangsung secara mekanik. Saliva memiliki kandungan bikarbinat sehingga memiliki sifat
buffer (penyangga), saliva yang masuk ke dalam rumen akan berguna dalam menjaga pH
rumen agar tidak naik atau turun terlalu tajam.

2
b. Rumen
Pakan yang telah melewati mulut maka akan melewati pharynx dan melalui oesophagus
menuju rumen.

Menurut Rianto(2011), rumen merupakan kantong yang besar sebagai tempat


persediaan dan pencampuran bahan pakan untuk fermentasi oleh mikroorganime. Fungsi
utama rumen adalah tempat untuk mencerna serat kasar dan zat-zat pakan dengan bantuan
mikroba. Mikroba tersebut dalam suasana anaerob dan sebagian dapat hidup dalam suasana
fakultatif anaerob.

Saluran pencernaan sapi tidak menghasilkan enzim untuk mencerna selulosa yang
merupakan bagian terbesar dari pakan serat, yaitu sekitar 30-60% dari total bahan kering.
Karena enzim yang digunakan dalam pencernaan serat berasal dari mikroba. Hal ini sesuai
dengan pendapat Blakely (1994), rumen volumenya dapat mencapai 200 liter, rumen
mengandung mikroorganisme, bakteri, dan protozoa yang akan menghancurkan bahan-bahan
berserat, mencerna bahan-bahan itu untuk kepentingan mikroba itu sendiri, membentuk asam-
asam lemak mudah terbang, serta mensintesis vitamin B serta asam-asam amino.

3
c. Retikulum
Retikulum disebut honey comb, hal ini dikarenakan wujudnya yang berbentuk seperti
rumah lebah. Menurut Blakely (1994), bentuk reticulum mencegah benda-benda asing seperti
misalnya kawat agar tidak terus bergerak ke saluran pencernaan lebih lanjut. Retikulum
seringkali tertusuk oleh benda-benda tajam sehingga menyebabkan keadaan yang disebut
penyakit hardware. Keadaan ini bersifat fatal karena jantung letaknya berdekatan. Menurut
Rianto (2011), retikulum berfungsi mengatur aliran digest dari rumen ke omasum.

d. Omasum
Permukaan dinding omasum berlipat dan kasar. Menurut Rianto (2011), omasum
berdinding berlipat-lipat dan kasar, terdapat 5 lamina(daun) yang menyerupai duri (spike).
Lamina adalah penyaring partikel digesti yang akan masuk ke abomasum. Menurut Blakely
(1994), omasum menerima campuran pakan dan air, dan sebagian besar air itu diserap oleh
luasnya daerah penyerapan yang terdiri dari banyak lapis.

e. Abomasum
Menurut Rianto (2011), abomasum disebut perut sejati pada ternak ruminansia
(termasuk sapi). Pada dinding abomasum memiliki kelenjar pencernaan yang menghasilkan

4
cairan lambung yang mengandung pepsinogen, garam, onorganik, mukosa, asam hidrokhlorat
dan faktor interisnsik yang penting untuk absorpsi vitamin B12 secara efisien. Menurut
Blakely (1994), sebagian besar pekerjaan pencernaan diselesaikan oleh abomasum, disebut
perut sejati karena kemiripan fungsi perut tunggal pada hewan-hewan bukan ruminansia. Di
dalam abomasum terdapat unsur-unsur penyusun berbagai nutrient yang dihasilkan melalui
proses kerja cairan lambung terhadap bakteri dan protozoa dan diserap melalui dinding usus
halus. Bahan-bahan yang tidak tercerna bergerak ke cecum dan usus besar. Kemudian
diekskresikan sebagai feses.

f. Intestine (usus halus)


Menurut Rianto (2011), intestine terdiri atas tiga bagian, yaitu duodenum, jedunum, dan
ileum. Panjang intestine pada sapi adalah 22-30 kali panjang tubuhnya. Kelenjar duodenum
menghasilkan cairan alkalin yang berguna sebagai pelumas dan melindungi dinding
duodenum dari asam hidroklorat yang masuk dari abomasum. Pada ujung duodenum terdapat
kelenjar empedu dan pancreas, kelenjar empedu menghasilkan cairan yang berisi garama
sodium dan potassium dari asam empedu. Garam-garam ini berfungsi mengaktifkan enzim
lipase yang dihasilkan pancreas dan mengemulsikan lemak digesta sehingga mudah diserap
lewat dinding usus.

5
g. Usus Besar
Menurut Rianto (2011), ada tiga pokok yang terdpat dalam kelompok usus besar, yaitu
colon, caecum, dan rectum. Pada saat digesta masuk ke dalam colon, sebagian besar digesta
yang mengalami hidrolisis sudah terserap sehingga materi yang masuk ke dalam colon adalah
materi yang tidak dicerna.

Hanya sedikit sekali digesta yang terserap lewat dinding usus besar. Materi yang tidak
terserap kemudian dikeluarkan lewat anus sebagai feses. Materi yang keluar dari feses
meliputi air, sisa-sisa pakan yang tidak tercerna, sekresi saluran pencernaan, sel-sel
ephitelium saluran pencernaan, garam-garam anorganik, bakteri, dan produk-produk dari
proses dekomposisi oleh mikrobia.

2.2 Bahan Pakan Penyusun Ransum


Ransum adalah makanan yang diberikan pada ternak tertentu selama 24 jam,
pemberiannya dapat dilakukan sekali atau beberapa kali dalam 24 jam. Ransum lengkap
(complete feed) merupakan pakan tunggal hasil pencampuran bahan-bahan pakan yang telah
diproses untuk menghindari seleksi pakan oleh ternak. Sedangkan Ransum sempurna adalah
kombinasi beberapa bahan makanan yang bila dikonsumsi secara normal dapat mensuplai
zat-zat makanan kepada ternak dalam perbandingan, jumlah, bentuk sedemikian rupa
sehingga fungsi-fungsi fisiologis dalam tubuh dapat berjalan dengan normal. Dalam ransum
sempurna ekonomis, faktor-faktor ekonomi termasuk pertimbangan bagi penyusun ransum.
penyusunan ransum dapat diaplikasikan pada berbagai jenis ternak ruminansia, non
ruminansia (monogastrik) dan unggas seperti sapi, kerbau, kambing, domba, ayam, bebek /
itik, puyuh dll.

6
Produksi susu sapi perah dipengaruhi oleh 70% faktor lingkungan dan 30% faktor
genetik. Pengaruh faktor lingkungan terdiri dari pemberian pakan, teknis pemeliharaan,
kesehatan ternak dan iklim. Faktor pemberian pakan sangat berpengaruh sekitar 60%
terhadap produksi susu. Produktivitas sapi yang rendah bisa disebabkan karena pemberian
pakan yang kurang baik. Produksi susu sapi perah akan optimal dengan kuantitas yang tinggi
dan kualitas susu yang baik apabila ransum yang diberikan memiliki kualitas dan kuantitas
yang baik pula. Oleh karena itu untuk memperoleh ransum yang efisien dan ekonomis, pakan
yang diberikan harus diperhitungkan dengan cermat berdasarkan kebutuhan ternak untuk
tumbuh, hidup pokok, produksi susu dan reproduksi.
Usaha peternakan sapi perah sangat bergantung kepada ketersediaan hijauan. Hijauan
adalah sumber serat kasar yang nantinya akan dirombak menjadi energi. Rasio untuk hijauan
dalam bahan kering ransum harus berkisar 40-70%, jika rasio kurang dari 40% maka kadar
lemak susu akan turun, sedangkan jika rasio lebih dari 70% produksi susu yang akan
menurun. Pemberian yang baik harus tetap memperhatikan kesesuaian antara produksi dan
kualitas susu.
Kendala yang dihadapi oleh peternak yaitu produksi hijauan yang tidak stabil setiap
musimnya. Pada musim hujan produksi hijauan sangat tinggi dengan kandungan bahan kering
yang rendah, sedangkan pada musim kemarau produksi hijauan rendah tetapi kandungan
bahan keringnya tinggi. Selain itu rendahnya kualitas hijauan yang biasa diberikan membuat
peternak harus memberikan pakan tambahan atau pelengkap untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi sapi perah yakni konsentrat.
Konsentrat adalah pakan yang mengandung energi, protein, dan zat makanan yang
memiliki nilai kecernaan tinggi akan tetapi kandungan serat kasarnya rendah. Konsentrat
berfungsi melengkapi kebutuhan nutrisi untuk produksi susu maksimum yang tidak dapat
dipenuhi oleh hijauan, sehingga komposisi nutrisi pakan yang diberikan sesuai dengan
kebutuhan ternak.
Hijauan pada umumnya memiliki kandungan nutrisi yang rendah dibandingkan dengan
konsentrat. Sapi perah yang diberikan hijauan tanpa adanya tambahan konsentrat maka
kondisinya akan kekurangan nutrisi, begitupun sebaliknya sapi yang hanya diberikan
konsentrat tanpa diberikan hijauan maka akan kekurangan serat kasar.
Lebih lanjut dinyatakan bahwa ternak akan melakukan seleksi pada pakan yang
diberikan dan dengan ransum lengkap. Semua bahan pakan akan menjadi satu dan
mempunyai kandungan nutrien yang sama pada setiap bagiannya. Sehingga seleksi oleh
ternak dapat dikurangi. Ransum lengkap juga membantu dalam penyediaan bahan pakan yang

7
seimbang untuk ruminansia dengan menggunakan bahan lokal seperti limbah pertanian, sisa
industri pertanian dan limbah ternak. Hal-hal yang dibutuhkan dalam menyusun satu ransum
adalah pengetahuan tentang zat-zat makanan ternak yang bersangkutan (feeding standard)
pengetahuan tentang komposisi kimia menghitung dan merangkum bahan makanan.

lima macam metode penyusun ransum. yaitu:


1. trial and error method
2. pearsons square method
3. exact method
4. simultaneous equation method
5. linear programing method.
1. Trial and error
Metode ini mempunyai dua langkah awal yang harus dilakukan terlebih dahulu sebelum
melangkah lebih lanjut yaitu memilih bahan pakan yang akan digunakan dari bahan pakan
yang tersedia dan mencari data untuk mengetahui kandungan nutrien penyusun masing-
masing bahan pakan yang telah terpilih, selanjutnya menyusun dan menghitung berulang kali
kandungan nutrien yang sesuai ataupun yang dikehendaki. Trial and error method bila
ditinjau dari cara perhitungannya merupakan metode yang kurang praktis, apalagi mereka
yang tidak berkecimpung dalam penyusunan ransum akan mendapatkan kesulitan.
2. Pearsons square
Merupakan metode yang sederhana dan yang hanya digunakan untuk membuat
campuran yang hanya terdiri dari dua macam bahan pakan. Kedua bahan pakan tersebut yang
berbeda hanya kadar satu macam nutrien. Hasil campurannya mempunyai kadar nutrien
diantara kadar dari kedua bahan pakan tersebut. Jadi metode ini misalnya hanya untuk
menentukan PK saja, untuk ME saja, untuk satu macam mineral atau satu macam vitamin
dari campuran yang tersusun dari dua macam bahan pakan.
3. Exact
Metode ini lebih praktis digunakan untuk menyusun ransum ternak ruminansia,
walaupun dapat pula digunakan untuk ternak non ruminansia. Pada penggunaan metode ini
harus diketahui adanya beberapa ketentuan terlebih dahulu, yaitu meliputi jumlah nutrien
yang dibutuhkan ternak sesuai dengan bobot kadarnya, macam dan kandungan nutrien bahan
pakan yang akan digunakan untuk menyusun ransum, jumlah pakan hijauan untuk memenuhi
semua TDN (total digestible nutrient) yang dibutuhkan, jumlah konsentrat untuk memenuhi
sebagian dari pakan hijauan, dan pengujian kendungan nutrien ransum.

8
4. Simultaneous equation
Metode ini disebut pula dengan nama persamaan aljabar. Digunakan XY (aljabar)
karena ada dua hal yang belum diketahui dan yang akan dicari, misalnya PK (X%) dan ME
(Y mcal/kg). Disamping itu bahan pakan yang akan digunakan adalah lebih dari dua macam.
5. Linear programing
Metode ini merupakan penjabaran dari simultaneous equation method yang biasanya
dilakukan dengan bantuan komputer. Metode ini menggunakan berbagai macam bahan pakan
dan menggunakan berbagai macam faktor pembatas. Keunggulan dari metode ini, yaitu
efektif, efisien dalam waktu dan keakuratan tinggi.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Saluran pencernaan ruminansia, pencernaannya secara sistematis terdiri atas mulut,
esophagus, rumen, reticulum, omasum, abomasums, duodenum, JeJenum, ileum, secum,
colon, dan rectum. Proses pencernaan pada ruminansia terjadi secara mekanis, fermentatif,
dan enzimatis.
pemberian pakan sangat berpengaruh sekitar 60% terhadap produksi susu. Produktivitas sapi
yang rendah bisa disebabkan karena pemberian pakan yang kurang baik. Produksi susu sapi
perah akan optimal dengan kuantitas yang tinggi dan kualitas susu yang baik apabila ransum
yang diberikan memiliki kualitas dan kuantitas yang baik. Ada lima macam metode penyusun
ransum, yaitu:
1. trial and error method
2. pearsons square method
3. exact method
4. simultaneous equation method
5. linear programing method

3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber – sumber
yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Blakely, J dan David H Blade . 1994. Ilmu Peternakan. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press.

Rianto, E dan Endang Purbowati . 2011. Panduan Lengkap Sapi Potong. Bogor : Penebar
Swadaya.
Kamal, M. 1994. Nutrisi Ternak. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas
Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Https://www.agrinak.com/2016/08/5-cara-menyusun-ransum-pakan-ternak.html. Diakses
pada tanggal (19 Februari).

11

Anda mungkin juga menyukai