Anda di halaman 1dari 8

PEMBUATAN NATRIUM KARBOKSIMETIL SELULOSA (Na-CMC) DARI SELULOSA

LIMBAH KULIT KACANG TANAH


(Arachis Hypogea L.)

Pamilia Coniwanti(*), Muhammad Dani, Zubeir Saleh Daulay


(*)
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya
Jl. Raya Palembang - Prabumulih Km. 32 Indralaya, OI, Sumatera Selatan 30662
E-mail: pamilia_coniwanti@yahoo.com

Abstrak
Struktur kulit kacang tanah (Arachis Hypogea L.) terdiri dari selulosa, hemiselulosa dan lignin.Kadar
selulosa yang terkandung didalam kulit kacang tanah tanah sebesar 64,42%.Tujuan penelitian ini
untukmemanfaatkan kulit kacang tanah sebagai bahan baku pembuatan Na-CMC, mempelajari pengaruh
konsentrasi natrium hidroksida dan jumlah natrium kloroasetat terhadap derajat subsitusi, viskositas dan
pH pada Na-CMC. Keberadaan gugus karboksil (–COOH) pada Na-CMC diidentifikasi menggunakan
Fourier Transform Infra Red Spectra.Tahapan pembuatan Na-CMC terdiri dari pretreatment bahan baku,
pembuatan Na-CMC (alkalisasi dan karboksimetilasi), penetralan produk. Variasi konsentrasi NaOH pada
alkalisasi adalah 10%, 15%, 20%, 25%, dan 30% dengan pelarut isopropil alkohol. Kondisi operasi pada
reaksi alkalisasi yaitu pada suhu 30oC dengan kecepatan pengadukan 500 rpm selama 90 menit.Variasi
jumlah natrium kloroasetat pada karboksimetilasi adalah 4, 6, 8 dan 10 gram pada suhu 70oC dengan
kecepatan pengadukan 500 rpm selama 4 jam.Na-CMC terbaik yang didapat yaitu pada konsentrasi 20%
NaOH dan 6 gram natrium kloroasetat. dengan perolehan derajat subtitusi 0,73, viskositas 12,40 cP dan
pH 6,5.

Kata kunci: Derajat Subtitusi, kulit kacang tanah, Na-CMC.

Abstract
Peanuts peel (Arachis Hypogea L.) consist of cellulose, hemicellulose, and lignin. The amount of
celluloseafter treatment is 64,42%.The purpose of research was to use peanut peel as raw material to
produce Na-CMC, to evaluate effect of the concentration of sodium hydroxide and mass of sodium
chloroacetate on the degree of subsitution, viscosity, and pH of Na-CMC. The presence of Na-CMC
functional group was determined using FTIR spectrophotometer. The stages to produce Na-CMC consist
of peanuts peel treatment, synthesis of Na-CMC (alkalization and carboxymethylation), product
neutralization. The variations of NaOH concentration is 10%, 15%, 20%, 25% and 30% using isopropyl
alcohol solvent.Alkalization operating conditions at 30 °C, 500 rpm of agitation for 90 minutes. The
variations of natrium chloroacetate is 4, 6, 8, and 10 gram at 70oC, 500 rpm of agitation for 4 hours. The
best Na-CMC based on degree of subtitution, viscosity and pH was obtained by adding 20% NaOH and 6
gram natrium chloroacetate. As result of degree of subtitution 0,73, viscosity 12,40 cP and pH 6,5.

Keywords:Derajat subtitution,peanuts peel,Na-CMC.

1. PENDAHULUAN dalam Susanti, A., 2009). Sejauh ini


Menurut data FAO yang diolah pemanfaatan kacang tanah masih terbatas pada
PUSDATIN pada tahun 2013 Indonesia pengolahan bijinya saja, seperti diolah menjadi
menempati urutan ketiga dalam penyediaan berbagai produk makanan, selai, dan bumbu
kacang tanah di dunia setelah China dan masakan.Sementara kulit kacang tanah belum
Amerika Serikat.Di Indonesia angka produksi dimanfaatkan secara maksimal.Padahal didalam
kacang tanah menempati urutan kedua setelah kulit kacang tanah tersimpan zat penting seperti
kacang kedelai.Data Badan Pusat Statistika selulosa yang memiliki banyak manfaat.
(BPS) tahun 2014 Indonesia mempunyai luas Natrium karboksimetil selulosa (Na-
panen 499,079 hektar kacang tanah dengan CMC) merupakan senyawa turunan selulosa
produksi sebesar 638,258 ton.Besarnya produksi yang dapat larut dalam air (Togrul dan Arslan,
kacang tanah tersebut maka semakin 2003). Na-CMC banyak digunakan diberbagai
banyaklimbah atau bagian tanaman kacang industri seperti industri makanan, detergen,
tanah yang tidak dimanfaatkan. kertas, tekstil, keramik, cat, kosmetik, dan
Kacang tanah terdiri dari kulit sebesar pengeboran minyak.Saat ini, Na-CMC sudah
21-29%, daging biji sebesar 69-72,40%, dan diproduksi di Indonesia bahkan sudah
lembaga sebesar 3,10-3,60% (Ketaren, 1986 diekspor.Akan tetapi kebutuhan Na-CMC di

Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 21, Desember 2015 Page 57


Indonesia belum terpenuhi.Untuk memenuhi diendapkan kembali membentuk fragmen-
kebutuhan Na-CMC perlu dilakukan inovasi fragmen padatan polimer dengan berat molekul
baru. Pemanfaatan selulosa kulit kacang tanah yang lebih kecil melalui pengenceran larutan
sebagai bahan baku pembuatan Na-CMC dalam asam kuat tersebut dan air. Selulosa baru
mempunyai potensi dan prospek yang sangat mengalami hidrolisis dalam asam mineral encer
baik. pada suhu yang tinggi.
Proses pembutan Na-CMC umumnya Keberadaan selulosa sangat melimpah di
meliputi tahapan proses alkalisasi, bumi karena dapat ditemukan pada setiap
karboksimetilasi, netralisasi, penyaringan, bagian tumbuhan seperti akar, batang dan
pemurnian dan pengeringan (Setiawan, Y., ranting. Penggunaan selulosa dalam skala
2005). Alkalisasi dan karboksimetilasi industri sangat luas, mulai dari konstruksi
merupakan faktor utama yang perlu material, industri cat, industri kertas, industri
diperhatikan dalam pembuatan Na-CMC karena tekstil, bahan baku deterjen, kosmetik, hingga
menentukan karakteristik Na-CMC yang berbagai makanan. Selulosa memiliki berbagai
dihasilkan (Wijayani, A., dkk.,2005). Proses macam sifat fungsionalnya, seperti wetting
alkalisasi dilakukan dengan penambahan NaOH agent, water retention, binding agent, thickener,
dan proses karboksimetilasi dilakukan cacking agent, film formation, gelling agent,
penambahan natrium kloroasetat. Untuk dan emulsifying agent.
mendapatkan Na-CMC dengan karakteristik
yang maksimal dilakukan penelitian pembuatan Natrium Karboksimetil Selulosa (Na-CMC)
natrium karboksimetil selulosa dari limbah kulit Na-CMC merupakan rantai polimer yang
kacang tanah dengan varibel penambahan terdiri dariunit molekul sellulosa.Setiap unit
NaOH dan natrium kloroasetat. anhidroglukosamemiliki tiga gugus hidroksil
Maka dari itu dalam pemilihan bahan dan beberapa atom hidrogen dari gugus
baku pembuatan Na-CMC ini yaitu kulit kacang hidroksil tersebut disubstitusi oleh
tanah (Arachis hypogea l.) menjadi karboksimetil.
pertimbangan utama agar tidak menggangu
pangan primer maupun sekunder. Penelitian ini
bertujuan untukmemanfaatkan kulit kacang
tanah sebagai bahan baku pembuatan Na-CMC,
mempelajari pengaruh konsentrasi natrium
hidroksida dan jumlah natrium kloroasetat Gambar 2. Struktur Na-CMC
terhadap derajat subsitusi, viskositas dan pH
pada Na-CMC. Natrium karboksimetil selulosa (Na-
CMC) merupakan senyawa anion bersifat
Selulosa biodegradable, tidak berbau, tidak berwarna,
Selulosa adalah polisakarida yang dan tidak beracun.Natrium karboksimetil
mempunyai massa molekul relatif yang sangat selulosa (Na-CMC) biasanya berbentuk butiran
tinggi, tersusun dari 2.000-3.000 glukosa. Unsur atau bubuk yang dapat larut dalam air tetapi,
utama yang menyusun struktur selulosa adalah tidak dapat larut dalam larutan organik. Natrium
karbon, hidrogen, dan oksigen. karboksimetil selulosa (Na-CMC) memiliki
rentang pH sebesar 6,5-8 stabil pada rentang pH
2–10. Natrium karboksimetil selulosa (Na-
CMC) bereaksi dengan garam logam berat
sehingga membentuk film yang tidak larut
dalam air. Dan Natrium karboksimetil selulosa
Gambar 1. Strukstur Selulosa (Na-CMC) tidak bereaksi dengan senyawa
organik (Kamal N, 2010).
Selulosa tidak berwarna, tidak Ada dua sistem pembuatan Na-CMC
mempunyai rasa dan bau, tidak larut dalam air yaitu sistem kering dan sistem slurry. Pada
atau larutan basa, relatif stabil terhadap panas, sistem kering, larutan NaOH disemprotkan ke
tidak meleleh jika dipanaskan, mulai terurai permukaan selulosa yang diaduk dalam reaktor
(dekomposisi) pada temperatur 260–270 oC, untuk pembentukan alkaliselulosa pada proses
tahan terhadap hidrolisis, dan stabil terhadap alkalisasi. Selanjutnya, pada proses
oksidasi. Tetapi selulosa akan larut dalam karboksimetilasi ditambahkan asam kloroasetat
larutan asam mineral dengan konsentrasi tinggi atau natrium kloro asetat. Sedangkan pada sitem
akibat hidrolisis, dan jika hidrolisisnya belum slurry, proses alkalisasi dan karboksimetilasi
berlangsung terlalu jauh maka selulosa dapat

Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 21, Desember 2015 Page 58


menggunakan media reaksi seperti isopropil 5. Hot plate
alkohol, butanol (Setiawan, Y. 2005). 6. Kertas whatmann
Adapun reaksi yang terjadi pada proses 7. Gelas ukur 25 ml, 100 ml
alkalisasi dan karboksimetilasi adalahsebagai 8. Erlenmeyer 250 ml
berikut: 9. Pengaduk stirrer
10. Labu leher tiga
RselulosaOH + NaOH + ClCH2COONa → 11. Corong buchner
RselulosaOCH2COONa + NaCl+H2O 12. Pompa vakum
13. Pipet tetes
Selain reaksi pembentukan Na- 14. pH meter
CMC,terjadi juga reaksi antara NaOH dengan 15. Viskometer brookfiled jenis LVF
Natrium kloroasetat membentuk produk
samping berupa natrium glikolat dan natrium C. Prosedur Penelitian
klorida berdasarkan reaksi berikut: Penelitian ini dilakukan dengan mengacu
pembuatan Na-CMC yang dilakukan Santoso,
NaOH + ClCH2COONa → HO-CH2COONa + S. P.dkk., (2012). Adapun prosedur penelitian
NaCl ini adalah selulosa yang terdapat pada kulit
kacang tanah dikonversi menjadiNa-CMC
Syarat mutu Natrium Karboksimetil melalui proses alkalisasi dan karboksimetilasi
Selulosa (Na-CMC) Teknismenurut Menurut kemudian dilakukan proses netralisasi produk.
Dewan Standarisasi Nasional.
Pretreatment Selulosa dari Kulit Kacang
Tabel 1. Syarat Na-CMC Teknik Tanah
Parameter Grade 1 Grade 2 1. Kulit kacang tanah dicuci menggunakan air
DS 0,7-1,2 0,4-0,1 kran kemudian dijemur dibawah sinar
pH 1 % 6-8 6-8,5 matahari.
2. Kulit kacang tanah kering dihaluskan dan
Sedangkan untuk klasifikasi viskositas diayak hingga diperoleh serbuk berukuran
larutan Na-CMC dapat dilhat pada tabel 2. 500 milimikron.
3. Serbuk kulit kacang tanah dikeringkan
Tabel 2. Jenis-jenis Viskositas Larutan Na- dalam oven bersuhu 50 oC selama 2 jam.
CMC 4. Serbuk kulit kacang tanah ditimbang
Jenis Viskositas Na-CMC (25 C) cP sebanyak 50 gr secara analitis lalu
Tinggi (1% Na-CMC) 400-4500 ditambahkan larutan NaOH 10% mol
Medium (2% Na-CMC 50-3100 sebanyak 1 L.
Rendah (2% Na-CMC) 10-50 5. Campuran dipanaskan selama 5 jam pada
suhu 35 oC dengan menggunakan hot plate.
2. METODOLOGI PENELITIAN 6. Padatan selulosa dan hemiselulosa kemudian
A. Bahan Penelitian dipisahkan dari larutan lignin dengan filtrasi
1. Kulit kacang tanah (Arachis hypogea l.) menggunakan kain saring.
2. NaOH 7. Padatan selulosa dan hemiselulosa dicuci
3. Natrium kloroasetat menggunakan akuades sebanyak 2
4. Isopropil alkohol kali.Padatan selulosa dan hemiselulosa
5. Akuades ditimbang sebanyak 25 gr kemudian
6. Asam asetat 10% (v/v); 90% (v/v) ditambahkan 100 ml akuades, 5 ml asam
7. Asam nitrat 2 N asetat 10% ( v/v) dan 2 gr natrium klorida
8. Asam sulfat 1 N dalam gelas piala.
9. Asam klorida 0,3 N 8. Campuran dipanaskan dengan suhu 75 oC
10. Natrium klorida selama 1 jam sambil diaduk dengan
11. Etanol kecepatan 500 rpm.
12. Metanol 9. Padatan selulosa disaring menggunakan
13. Indikator PP kertas saring kemudian dicuci menggunakan
akuades dan etanol, lalu disaring kembali.
B. Alat Penelitian 10. Padatan selulosa dikeringkan pada suhu 50
o
1. Oven C selama 16 jam.
2. Blender
3. Ayakan
4. Neraca analitis

Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 21, Desember 2015 Page 59


(DS), viskositas, pH, gugus fungsi natrium
karboksimetil selulosa.

Analisa Selulosa
Prosedur analisa selulosa mengacu pada
metode Chesson.
1. 1 gr sampel kering (berat a) ditambahkan
H2O sebanyak 150 ml kemudian direfluk
pada suhu 100 oC selama 1 jam
Gambar 3. Diargam Alir Pretreatment Selulosa menggunakan water bath.
dari Kulit 2. Hasilnya disaring.Residu dicuci dengan air
Kacang Tanah. panas 300 ml, dikeringkan dengan oven
sampai beratnya konstan dan kemudian
Pembuatan Na-CMC (proses alkalisasi dan ditimbang (berat b).
karboksimetilasi) 3. Residu ditambahkan H2SO4 1 N sebanyak
1. Selulosa ditimbang sebanyak 6 gr. 150 ml, kemudian direfluk pada suhu 100 oC
2. Selulosa dimasukkan kedalam labu leher selama 1 jam menggunakan water bath.
tiga kemudian ditambahkan 150 ml isopropil 4. Hasilnya disaring dan dicuci sampai netral
alkohol dan 20 ml NaOH 10%; 15%; 20%; (300 ml).
25%; 30% (b/v) 5. Residunya dikeringkan sampai beratnya
3. Campuran dipanaskan dengan suhu 30 oC konstan. Berat ditimbang (berat c).
selama 90 menit dan dilakukan pengadukan 6. Residu kering ditambahkan H2SO4 72%
dengan kecepatan 500 rpm. sebanyak 100 ml dan direndam pada suhu
4. Ditambahkan Natrium kloroasetat 4 gr; 6 gr; kamar selama 4 jam.
8 gr; 10 gr. 7. Ditambahkan H2SO4 1 N sebanyak 150 ml
5. Campuran dipanaskan dengan suhu 70 oC dan direfluk pada suhu 100 oC selama 1 jam
selama 4 jam dan dilakukan pengadukan menggunakan water bath dengan pendingin
dengan kecepatan 500 rpm. balik.
8. Residu disaring dan dicuci dengan H2O
Penetralan Na-CMC sampai netral.
1. Padatan Na-CMC disaring dengan 9. Residu dikeringkan dengan oven dengan
menggunakan corong buchner kemudian suhu 105 oC sampai beratnya konstan dan
dicuci menggunakan asam asetat 90% (v/v) ditimbang (berat d).
sebanyak 50 ml lalu disaring kembali.
2. Padatan Na-CMC dicuci menggunakan Perhitungan kadar selulosa
metanol 70% (v/v) lalu disaring. menggunakan rumus dibawah ini:
3. Padatan Na-CMC dikeringkan pada suhu 50 ( )
o
C kemudian Na-CMC yang diperoleh Kadar selulosa = × 100%
dianalisa.
Analisa Derajat Subtitusi
Prosedur analisa derajat subtitusi
mengacu pada metode V. Pushpamalar, dkk.,
(2005);Melisa, dkk., (2014).
1. 2 gram natrium karboksimetil selulosa
dicampurkan dengan 60 ml larutan etanol 95
% sambil diaduk secara merata.
2. Ditambahkan 10 ml larutan asam nitrat 2 M
dan campuran diaduk kembali selama 2
menit.
3. Campuran dipanaskan selama 5 menit dan
Gambar 4.Diagram Alir Pembuatan dan kembali diaduk selama 15 menit. Setelah itu,
Penentralan campuran disaring dan residunya dicuci
Na-CMC. menggunakan 30 ml larutan etanol 95 %
yang telah dipanaskan sampai 60 oC.
D. Prosedur Analisa 4. Residu selanjutnya dicuci kembali
Analisa yang dilakukan pada penelitian menggunakan larutan metanol, dan
ini meliputi analisa selulosa, derajat subtitusi dilanjutkan pengeringan didalam oven pada
suhu 105 oC sampai 3 jam.

Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 21, Desember 2015 Page 60


5. 0,5 gr residu dimasukkan didalam
erlenmeyer lalu ditambahkan 100 ml 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
akuades sambil diaduk. Bahan Baku
6. Ditambahkan 25 ml larutan natrium Sebelum diolah menjadi natrium
hidroksida 0,5 N, lalu dipanaskan selama 15 karboksimetil selulosa (Na-CMC) kulit kacang
menit. kacang tanah terlebih dahulu dilakukan
7. Dalam keadaan panas, campuran tersebut prosespretreatment. Proses
dititrasi dengan larutan asam klorida 0,3 N pretreatmentdilakukan untuk memisahkan
dan menggunakan indikator pp. kandungan selulosa dengan non selulosa seperti
lignin dan hemiselulosa yang terdapat pada kulit
Derajat subsitusi ditentukan dengan kacang tanah. Setelah dilakukan proses
persamaan berikut: pretreatment dapat dilihat adanya perbedaan
% CMC = [(Vo- Vn) x 0,058 x 100] / M kadar selulosa padakulit kacang. Sebelum
DS= [162 x % CMC / [5800-(57 x %CMC)] proses pretreatment kadar selulosa pada kulit
kacang tanah sebesar 27 % dan setelah proses
Keterangan: pretreatment kadar selulosa menjadi 64,42%.
Vo= ml asam klorida yang digunakan untuk Hal ini terjadi karena rusaknya senyawa
menitrasi blanko. pengikat lignin oleh larutan NaOH.Hasil
Vn=ml asam klorida yang digunakan untuk pengamatan secara visual, dapat dilihat
menitrasi sampel. perubahan warna dan struktur kulit kacang yang
M = berat sampel (gram). lebih lunak.
Tahap pertama yang dilakukan kulit
Analisa Viskositas 2% Na-CMC kacang tanah dikeringkan dibawah sinar
Prosedur analisa viskositas 2% Na-CMC matahari.Pengeringan ini dilakukan agar kulit
mengacu pada standar SNI 06-4558-1998. kacang lebih tahan lama dan tidak cepat rusak
1. Ditimbang 2 gr natrium karboksimetil akibat aktivasi mikroba. Setelah dikeringkan
selulosa kemudian ditambahkan 100 ml dilakukan tahap pengecilan ukuran dengan cara
akuades. diblender. Ukuran partikel pada bahan yang
2. Campuran diaduk selama 5 menit kemudian digunakan akan sangat berpengaruh dalam
dituangkan kedalam gelas piala. proses ekstraksi, yang pada akhirnya akan
3. Viskometer dimasukkan kemudian diputar meningkatkan jumlah lignin dan hemiselulosa
dengan kecepatan 100 rpm selama 2 menit yang terbebaskan. Semakin kecil ukuran sampel
4. Dilakukan pembacaan skala. proses analisa semakin banyak yang dapat terekstrak dan
viskositas diulangi sebanyak 3 kali. semakin tinggi selulosa yang diperoleh (Melisa
dkk, 2014).Penelitian ini menggunakan ukuran
Analisa pH 1% Na-CMC saringan 500 milimikron.kemudian dilakukan
Prosedur analisa pH 1% Na-CMC proses delignifikasi untuk menghilangkan
mengacu pada standar SNI 06-3736-1995. kandungan lignin pada kulit kacang.
1. Ditimbang 1 gr berat kering natrium Penghilangan lignin dapat dilakukan dengan
karboksimetil selulosa kemudian menambahkan asam atau basa agar senyawa
ditambahkan 100 ml akuades. lignin tersebut larut.
2. Campuran dipanaskan sampai suhu 70 0C Proses delignifikasi dilakukan dengan
sambil diaduk sampai larut dan setelah menggunakan larutan NaOH 10% (b/v). Karena
dingin diukur pHnya. Pengukuran pH larutan ini dapat merusak struktur lignin pada
dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan. bagian kristalin dan amorf, serta dapat
memisahkan sebagian hemiselulosa. Setelah
Analisa gugus fungsi Na-CMC proses perendaman, sampeldisaring untuk
Prosedur analisa gugus fungsi Na-CMC membuang lignin yang terlarut dalam larutan
mengacu pada metode yang dilakukanSantoso, tersebut kemudian sampel ini dicuci
S. P. dkk. (2012). menggunakan air untuk membersihkan larutan
1. Ditimbang 3 gr Na-CMC yang paling NaOH yang masih menempel pada sampel.
optimal kemudian digiling bersama kalium Proses dehemiselulosa dilakukan dengan
bromida (KBr). menggunakan asam asetat 10 % dan NaCl.
2. Campuran dipress sehingga menjadi Karena hemiselulosa larut dan terhidrolisis
lempeng tipis dengan diameter ±1 cm. dengan asam mineral.Kemudian sampel
3. Direkam pada bilangan gelombang 4000- disaring untuk memisahkan padatan selulosa
400 cm-1 dengan menggunakan spektrum dengan hemiselulosa.Kemudian sampel dicuci
FTIR. dengan larutan etanol 50 %.

Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 21, Desember 2015 Page 61


Hasil yang diperoleh yaitu bertambahnya Semakin banyak produk samping yang
kadar selulosa serta terjadi perubahan struktur terbentuk maka akan menurunkan derajat
dan warna pada kulit kacang. Hal ini diduga subsitusi dari natrium karboksimetil selulosa
karena kandungan lignin dan hemiselulosa pada tersebut.
kulit kacang telah lepas, sehingga diperoleh Secara umum nilai derajat subtitusi yang
sampel selulosa yang akan dijadikan sebagai diperoleh masuk kedalam Na-CMC teknis grade
bahan baku pada pembuatan natrium 2 menurut SNI 06-3736-1995. Nilai derajat
karboksimetil selulosa. subtitusi terbesar yaitu 0,73 yang diperoleh pada
penambahan konsentrasi NaOH 20 % dan
Derajat Subtitusi jumlah natrium kloroasetat sebanyak 6 gr.

0,80 Viskositas
Derajat Subtitusi

0,60 13,00
0,40 12,00

Viskositas (cP)
11,00
0,20
10,00
0,00 9,00
10 15 20 25 30 8,00
7,00
4 gr SCA 6Konsentrasi
gr SCA 8 grNaOH
SCA (%)
10 gr SCA
10 15 20 25 30
4 gr SCA Konsentrasi
6 gr SCA 8 grNaOH
SCA (%)
10 gr SCA
Gambar 5. Pengaruh Konsentrasi NaOH dan
Natrium Kloroasetat terhadap Derajat Subtitusi
Gambar 6. Pengaruh Konsentrasi NaOH dan
Pada gambar dapat dilihat bahwa Natrium Kloroasetat terhadap Viskositas
penambahan NaOH berpengaruh langsung
terhadap derajat subsitusi. Derajat subtitusi Pada gambar dapat dilihat bahwa
semakin meningkat pada penambahan NaOH penambahan NaOH berpengaruh langsung
10 % sampai 15% dan mencapai puncak pada terhadap viskositas. Viskositas semakin
penambahan NaOH 20%. Hal ini diduga karena meningkat pada penambahan NaOH 10 %
masih terbatasnya jumlah NaOH untuk sampai 15% dan mencapai puncak pada
mengkonversi selulosa menjadi alkali selulosa penambahan NaOH 20%. Viskositas semakin
dan mencapai jumlah NaOH optimum pada menurun pada penambahan NaOH 25% sampai
penambahan NaOH 20%.Derajat subsitusi 30%. Viskositas juga semakin meningkat
semakin menurun pada penambahan NaOH seiring penambahan jumlah natrium kloroasetat
25% sampai 30%. Hal ini diduga karena Na- dan semakin menurun setelah mencapai titik
CMC yang terbentuk akan terdegradasi oleh optimum. Penambahan natrium kloroasetat 4 gr
NaOH yang berlebihan. nilai viskositas masih rendah dan mencapai titik
Derajat subtitusi juga semakin meningkat optimum pada penambahan 6 gr.
seiring penambahan jumlah natrium kloroasetat Padapenambahan natrium kloroasetat 8 gr
dan semakin menurun setelah mencapai titik sampai 10 gr nilai derajat subsitusi semakin
optimum. Penambahan natrium kloroasetat 4 gr menurun.
nilai derajat subtitusi masih rendah. Hal ini Dianrifiya dan Widya (2014)
diduga karena masih terbatasnya jumlah mengatakan viskositas Na-CMC erat kaitannya
natrium kloroasetat untuk mengkonversi gugus dengan derajat subtitusi. Semakin besar nilai
hidroksil selulosa menjadi Na-CMC dan derajat substitusi maka semakin besar nilai
mencapai titik optimum pada penambahan 6 gr. viskositas Na-CMC.Nilai viskositas Na-CMC
Padapenambahan natrium kloroasetat 8 gr tergantung pada kemampuan Na-CMC untuk
sampai 10 gr nilai derajat subsitusi semakin mengikat air. Gugus-gugus yang sudah
menurun. Hal ini diduga karena semakin banyak tersubstitusi dengan gugus metil maka Na-CMC
produk samping yang terbentuk. akan lebih reaktif terhadap air sehingga Na-
Togrul dan Arslan (2003) mengatakan CMC akan terdispersi dalam air, kemudian
kelebihan NaOH akan bereaksi dengan natrium butir-butir Na-CMC yang bersifat hidrofilik
kloroasetat membentuk natrium glikolat dan akan menyerap air dan terjadi pembengkakan.
natrium klorida sebagai produk samping yang Air yang sebelumnya bebas bergerak, tidak
membuat pembentukan Na- CMC berkurang. dapat bergerak lagi dengan bebas sehingga

Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 21, Desember 2015 Page 62


keadaan larutan lebih mantap dan terjadi Na-CMC yang dianalisa merupakan Na-
peningkatan viskositas. CMC dengan karakteristik terbaik pada
Secara umum viskositas yang diperoleh konsentrasi NaOH 20% dan jumlah natrium
masuk kedalam Na-CMC dengan viskositas kloroasetat 6 gr.Analisis Spektrum FTIR
rendah. Viskositas terbesar yaitu 12,40 cP yang dilakukan untuk membuktikan keberadaan
diperoleh pada penambahan konsentrasi NaOH gugus karboksil (-COOH) pada Na-CMC. Pada
20% dan jumlah natrium kloroasetat sebanyak 6 gambar dapat dilihat bahwa gugus karboksil
gr. dapat diidentifikasi pada panjang gelombang
1600,02 cm-1 dan 1418,71 cm-1. Santoso, S.
pH P.,dkk., (2012) mengatakan gugus karboksil
diidentifikasi pada panjang gelombang dengan
7,50 kisaran 1600-1640 cm-1 dan 1400-1450 cm-1.
7,00 Absorpsi paling besar terjadi pada
1600,02cm-1 menunjukkan keberadaan gugus
6,50
pH

karboksil (-COOH.). Kemudian pita absorpsi


6,00 pada 1418,71cm-1 menunjukkan vibrasi
5,50 menggunting (scissoring) dari gugus –CH2.
5,00 Akan tetapi, intensitas pita absorpsi pada
panjang gelombang tersebut relatif lemah. Dan
10 15 20 25 30 absorpsi yang cukup besar lainnya dapat dilihat
pada pita absorpsi pada panjang gelombang
4 gr SCA 6Konsentrasi
gr SCA 8 grNaOH
SCA (%)
10 gr SCA
3971,6 cm-1 dan 1325,15 cm-1. Hal tersebut
menunjukkan adanya gugus –OH dan C-O
Gambar7. Pengaruh Variasi Konsentrasi NaOH secara berurutan pada Na-CMC sebagai
dan Natrium Kloro asetat Terhadap pH pengotor.

Pada gambar dapat dilihat bahwa 4. KESIMPULAN


penambahan NaOH berpengaruh langsung Limbah kulit kacang tanah dapat
terhadap pH. Semakin besar konsentrasi NaOH dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan
yang ditambahkan maka akan semakin besar pH natrium karboksimetil selulosa (Na-
Na-CMC yang didapatkan. Begitu juga dengan CMC).Semakin tinggi konsentrasi NaOH dan
penambahan natrium kloroasetat. Dianrifiya dan natrium kloroasetat maka semakin tinggi derajat
Widya (2014) mengatakan semakin banyak subtitusi Na-CMC yang dihasilkan tetapi,
NaOH dan natrium kloro asetat maka produk terdapat batas optimum dimana derajat subtitusi
samping yang terbentuk berupa natrium klorida Na-CMC semakin menurun.Semakin tinggi
dan pH yang akan dihasilkan juga akan konsentrasi NaOH dan natrium kloroasetat
meningkat. maka semakin tinggi viskositas Na-CMC yang
Berdasarkan standaryang berlaku sesuai dihasilkan tetapi, terdapat batas optimum
SNI 06-3736-1995.pH Na-CMC berada pada dimana viskositas Na-CMC semakin
kirasan pH 6 sampai pH 8 dengan demikian menurun.Semakin tinggi konsentrasi NaOH dan
hasil yang diperoleh dapat diterima. natrium kloroasetat maka semakin tinggi pH
Na-CMC yang dihasilkan. Dan penambahan
Gugus Fungsi variabel terbaik dari penelitian ini adalah pada
konsentrasi NaOH 20 % dan natrium kloroasetat
6 gr menghasilkan derajat subtitusi 0,73,
Viskositas 12,4 cP dan pH 6,5.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2015. Produksi Kacang Tanah
Indonesia.
[Online].(http://www.bps.go.id/site/resultTa
b). Diakses 16 April 2015.
Melisa; Bahri, s.; Nurhaeni., Optimasi Sintesis
Gambar 8. Spektrum FTIR Gugus Karboksimetil Selulosa Dari Tongkol
Karboksilpada Na-CMC Jagung Manis (Zea Mays L Saccharata),
dari kulit kacang tanah Online Jurnal of Natural Science, Vol.3(2):
70-78

Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 21, Desember 2015 Page 63


Pusat Data Dan Sistem Informasi Pertanian,
Buletin Konsumsi Pangan, Volume 4 No.1:
Jakarta, 2013.
Pushpamalar, V.; Langford, S.J.; Ahmad, M.;
Lim, Y.Y., Optimization Of Reaction
Conditions For Preparing Carboxymethyl
Cellulose from Sago Waste. Carbohydrate
Polymers 64 (2006) 312–318
Santoso, S. P.; Sanjaya, N.; citra, A. A.;
Antaresti., Pemanfaatan kulit singkong
sebagai bahan baku pembuatan natrium
karboksimetil selulosa, Jurnal Teknik Kimia
Indonesia vol.11, no. 3, 2012,124-131
Setiawan, Y.; Tjahjono J.; Yuniarti,
P.K.;Ruhyat, E., Penggunaan Pulp Tandan
Kosong Sawit untuk Pembuatan
Karboksimetil Selulosa (CMC). Balai Besar
Pulp dan Kertas.BS, Vol. 40, Juni 2015:10-
17.
Standar Nasional Indonesia, Natrium Karboksi
Metil Selulosa Teknis, Dewan Standarisasi
Nasional Indonesia: Jakarta, 1995.
Standar Nasional Indonesia, Cara Uji Viskositas
Larutan Natrium Karboksimetil Selulosa,
Dewan Standarisasi Nasional Indonesia:
Jakarta, 1998.
Wijayani, A.; Ummah, K.; Tjahjani,
S.,Karakterisasi Karboksimetil
Selulosa(CMC) dari Eceng Gondok
(Eichornia Crassipes (Mart) Solms), Indo.
J.Chem.,2005, 5(3), 228 – 231
Yasar,F.;Toğrul,H.;Arslan,N.,Flow Properties
Of Cellulose And Carboxymethyl Cellulose
From Orange Peel. Journal of Food
Engineering, 2007, 81(1),187-199.

Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 21, Desember 2015 Page 64

Anda mungkin juga menyukai