Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI TUMBUHAN (BE2201)

PENGUKURAN NUTRISI TUMBUHAN, KANDUNGAN GULA,


KLOROFIL DAN NITROGEN PADA TANAMAN
HIDROPONIK KANGKUNG (Ipomoea aquatic)
Tanggal Praktikum : 11 Februari 2014
Tanggal Pengumpulan : 25 Maret 2014
Disusun Oleh:
Afaf Setia Ashari (11212008)
Arifah Qurrota Ayun (11212009)
Rama Fadli (11212024)
Timothy Wijaya Karnalim (11212028)
Dosen :
Dr. Rizkita H.
Dr. Ahmad Faizal
Asisten :
Nuraini (10610038)
Dally Caherul S. (11211007)

LABORATORIUM REKAYASA HAYATI


PROGRAM STUDI REKAYASA HAYATI
SEKOLAH DAN ILMU TEKNOLOGI HAYATI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2014
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................6
1.2 Tujuan ....................................................................................................7
1.3 Hipotesis ................................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hidroponik .............................................................................................8
2.2 Tanaman kangkung ................................................................................9
2.3 Pengaruh nutrisi terhadap pertumbuhan tanaman ..................................10
2.4 Metode yang digunakan dalam mengukur kandungan gula, klorofil dan
nitrogen pada tanaman ...........................................................................12
2.4.1

Metode Winterman de Mots ......................................................14

2.4.2

Metode Kromatografi kertas .....................................................15

2.4.3

Metode pengukuran gula tereduksi ...........................................15

2.4.4

Merode kuantifikasi nitrat dengan reagen Brusin .....................16

BAB III METODA KERJA


3.1 Alat dan Bahan
3.1.1

Percobaan Hidroponik ...............................................................

3.1.2

Pengukuran kandungan gula klorofil dan nitrogen pada tanaman


kangkung ...................................................................................

3.2 Cara Kerja


3.2.1

Percobaan Hidroponik ...............................................................18

3.2.2

Pengukuran kandungan gula klorofil dan nitrogen pada tanaman


kangkung

3.2.2.1

Kuantifikasi kadar klorofil berdasarkan metode Winterman de


Mots ..................................................................................19

3.2.2.2

Pemisahan pigmen klorofil menggunakan kromatografi


kertas ................................................................................19

3.2.2.3 Penentuan konsentrasi gula tereduksi pada buah jambu .....20


3.2.2.4 Pengukuran kadar nitrogen dalam tanaman kangkung ........20
3.2.2.5 Pengukuran konsentrasi nitrat pada akar .............................21

3.2.2.6 Pengukuran nitrat akar dengan metode brusin ....................21


BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1

Hasil .....................................................................................................22

4.2

Pembahasan ..........................................................................................27

BAB V KESIMPULAN
5.1

Kesimpulan ..........................................................................................31

Daftar Pustaka ............................................................................................32


Lampiran .....................................................................................................33

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Alat dan bahan percobaan hidroponik .......................................17
3

Tabel 2. Alat dan bahan pengukuran kandungan gula, klorofil


dan nitrogen .............................................................................17
Tabel 3. Perkembangan tinggi dan jumlah daun .....................................22
Tabel 4. Hasil konsentrasi klorofil total dari persamaan regresi kurva
standar SPADmeter ..................................................................23
Tabel 5. Nilai Rf dari pigmen kangkung yang kekurangan
unsur Mg ..................................................................................23
Tabel 6. Jumlah Konsentrasi Nitrat pada Medium ..................................23
Tabel 7. Konsentrasi Nitrat pada akar .....................................................24
Tabel 8. Konsentrasi glukosa pada jambu ...............................................25

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Klasifikasi tanaman kangkung air (Ipomoea aquatica) ........10
4

Gambar 2. Persamaan reaksi reagen Benedict dengan gula pereduksi ...17


Kurva 1. Kurva standar SPADmeter .......................................................22
Kurva 2. Kurva standar brusin ................................................................24
Kurva 3. Kurva standar asam salisilat .....................................................24
Kurva 4. Kurva standar glukosa ..............................................................25

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Praktikum ini dilakukan sebagai salah satu cara untuk menujukkan bahwa

elemen esensial dibutuhkan, tanaman ditumbuhkan dalam lingkungan percobaan


yang mana salah satu elemen dihilangkan (tidak diberikan). Kondisi tersebut
tidak dapat diaplikasikan atau diterapkan pada medium yang kompleks, tanah
misalnya. Nicholas-Theodore de Saussure, Julius Von Sachs, Jean BaptisteJoseph, Dieudonne Boussingault dan Wilhem Knop menemukan alternatif untuk
kendala tersebut, yaitu dengan menumbuhkan tanaman pada larutan nutrisi yang
mengandung garam-garam organik saja. Metode tersebut membuktikan bahwa
tumbuhan dapat memebuhi kebutuhannya hanya dari elemen-elemen anorgnik
dan cahaya matahari saja. Teknik menumbuhkan tanaman tersebut adalah teknik
hidroponik (Gericke, 1937).
Pengembangan komoditas sayuran secara kuantitas dan kualitas dihadapkan
pada semakin sempitnya lahan pertanian yang subur, terutama di Pulau Jawa.
Sampai saat ini, kebutuhan konsumen terhadap sayuran yang berkualitas tinggi
belum dapat dipenuhi dari sistem pertanian konvensional. Salah satu cara untuk
menghasilkan produk sayuran yang berkualitas tinggi secara kontinyu dengan
kuantitas yang tinggi per tanamannya adalah budidaya dengan sistem hidroponik.
Pengembangan hidroponik di Indonesia cukup prospektif mengingat
beberapa hal sebagai berikut, yaitu permintaan pasar sayuran berkualitas yang
terus meningkat, kondisi lingkungan/ iklim yang tidak menunjang, kompetisi
penggunaan lahan, dan adanya masalah degradasi tanah. Kendala pada sistem
pertanian konvensional di Indonesia terjadi karena Indonesia merupakan negara
tropis dengan kondisi lingkungan yang kurang menunjang seperti curah hujan
yang tinggi. Kondisi tersebut dapat mengurangi keefektifan penggunaan pupuk
kimia di lapangan karena pencucian hara tanah, sehingga menyebabkan
pemborosan dan mengakibatkan tingkat kesuburan tanah yang rendah dengan
produksi yang rendah secara kuantitas maupun kualitas. Suhu dan kelembaban
udara tinggi sepanjang tahun cenderung menguntungkan perkembangan gulma,
hama, dan penyakit. Di dataran tinggi, masalah erosi tanah dan persistensi
organisme pengganggu tanaman (OPT) merupakan faktor pembatas produktivitas
6

tanaman petani.
1.2

Tujuan

1.

Menentukan pengaruh nutrisi terhadap pertumbuhan tanaman pada media

2.

tumbuh hidroponik.
Menentukan kandungan gula pada tanaman hidroponik Ipomoea aquatica
secara kualitatif dengan reagen benedict dan secara kuantitatif dengan

3.

spektrofotometer dan dengan metode refraktometer


Menentukan pigmen tanaman hidroponik (Ipomoea aquatica) dengan

4.

metode kromatografi kertas dan Winterman de Mots.


Menentukan kandungan Nitrat pada medium tumbuh hidroponik dengan
Metode Brusin dan kandungan nitrat pada akar dengan metode asam
salisilat.
1.3 Hipotesis
1. Defisiensi Mg akan berpengaruh terhadap warna daun yaitu muncul
bintik-bintik kuning,
2. Kandungan gula pada tanaman yang defisiensi Mg akan lebih sedikit
dibandingkan dengan tanaman yabg ditumbuhkan dengan nutrisi lengkap
karena Mg berhubungan dengan struktur pembentuk ring klorofil dan
klorofil berperan penting dalam sintesis glukosa (C6H12O6) melalui reaksi
fotosintesis,
3. Pigmen klorofil yang dihasilkan tanaman yang defisiensi Mg akan lebih
sedikit dibandingkan dengan tanaman yang ditumbuhkan dengan nutrisi
lengkap.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Kultur Hidroponik
Kultur hidroponik adalah metode penanaman tanaman tanpa menggunakan

media tumbuh dari tanah. Secara harafiah hidroponik berarti penanaman dalam
air yang mengandung campuran hara. Dalam praktek sekarang ini, hidroponik
tidak terlepas dari penggunaan media tumbuh lain yang bukan tanah sebagai
penopang pertumbuhan tanaman.
Menurut Raffar (1993), sistem hidroponik merupakan cara produksi
tanaman yang sangat efektif. Sistem ini dikembangkan berdasarkan alasan bahwa
jika tanaman diberi kondisi pertumbuhan yang optimal, maka potensi maksimum
untuk berproduksi dapat tercapai. Hal ini berhubungan dengan pertumbuhan
sistem perakaran tanaman, di mana pertumbuhan perakaran tanaman yang
optimum akan menghasilkan pertumbuhan tunas atau bagian atas yang sangat
tinggi. Pada sistem hidroponik, larutan nutrisi yang diberikan mengandung
komposisi garam-garam organik yang berimbang untuk menumbuhkan perakaran
dengan kondisi lingkungan perakaran yang ideal. Beberapa pakar hidroponik
mengemukakan beberapa kelebihan dan kekurangan sistem hidroponik
dibandingkan dengan pertanian konvensional (Del Rosario dan Santos 1990;
Chow 1990).
Kelebihan sistem hidroponik antara lain adalah :
1) penggunaan lahan lebih efisien,
2) tanaman berproduksi tanpa menggunakan tanah,
3) tidak ada resiko untuk penanaman terus menerus sepanjang tahun,
4) kuantitas dan kualitas produksi lebih tinggi dan lebih bersih,
5) penggunaan pupuk dan air lebih efisien,
6) periode tanam lebih pendek, dan

7) pengendalian hama dan penyakit lebih mudah.


Kekurangan sistem hidroponik, antara lain adalah :
1) membutuhkan modal yang besar;
2) pada Close System (nutrisi disirkulasi), jika ada tanaman yang terserang
patogen maka dalam waktu yang sangat singkat seluruh tanaman akan terkena
serangan tersebut; dan
3) pada kultur substrat, kapasitas memegang air media substrat lebih kecil
daripada media tanah; sedangkan pada kultur air volume air dan jumlah nutrisi
sangat terbatas sehingga akan menyebabkan pelayuan tanaman yang cepat dan
stres yang serius.
2.2

Tanaman Kangkung (Ipomoea aquatica)


Ipomoea aquatica

Scientific classification
Kingdom:

Plantae

(unranked):

Angiosperms

(unranked):

Eudicots

(unranked):

Asterids

Order:

Solanales

Family:

Convolvulaceae

Genus:

Ipomoea

Species:

I. aquatica

Binomial name
Ipomoea

aquatica

Forssk.
Gambar 1. Klasifikasi tanaman kangkung air (Ipomoea aquatica)
Kangkung air (Ipomoea aquatica) merupakan sejenis tumbuhan yang termasuk
jenis sayur-sayuran dan ditanam sebagai makanan. Kangkung banyak terdapat di
kawasan Asia dan merupakan tumbuhan yang dapat dijumpai hampir di mana-mana
terutama di kawasan berair (Anonim, 2011).
Kangkung termasuk suku Convolvulaceae atau keluarga kangkungkangkungan,
merupakan tanaman yang tumbuh cepat dan memberikan hasil dalam waktu 4-6
minggu sejak dari benih. Tanaman dengan panjang 30-50 cm ini merambat pada
lumpur
2.3

Pengaruh Nutrisi Terhadap Pertumbuhan Tanaman


Gejala defisiensi hara atau kahat hara secara visual umumnya telah cukup

membantu dalam mendiagnosis gangguan hara. Apabila tanaman tidak menerima


hara yang cukup maka pertumbuhannya akan lemah dan perkembangannya tampak
abnormal. Menurut Baligar dan Duncan (1990) diagnosis defisiensi hara pada
tanaman dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan dengan diagnosis
gejala visual dan analisis tanaman.
Semua tanaman hijau memerlukan seperangkat dasar hara mineral yang sama
dan berbagai unsur digunakan oleh tanaman yang berbeda untuk menghasilkan
tujuan akhir yang sama. Tanaman tingkat tinggi membutuhkan 13 jenis hara esensial
yang terdiri atas kelompok hara makro dan mikro, meskipun pengelompokan
tersebut masih diperdebatkan karena hara mikro tertentu dapat menjadi hara makro
untuk tanaman lain (Marschner, 1986). Diagnosis berdasarkan gejala visual di
lapangan sangat komplek dan sulit, terutama bila kejadian kahat lebih dari satu hara
mineral secara simultan atau kahat hara tertentu bersamaan dengan toksik hara yang
10

lain. Salah satu metode untuk menentukan unsur hara esensial bagi tanaman adalah
dengan menganalisis secara kimia semua unsur yang dikandung oleh tumbuhan
sehat.
Kebutuhan tanaman yang satu dengan yang lainnya terhadap hara berbeda, baik
mengenai jumlahnya atau bahkan juga jenisnya. Untuk mengetahui kebutuhan unsurunsur yang diperlukan tanaman dapat dilakukan dengan teknik water-culture
(hidroponik). Suatu tanaman apabila kekurangan unsur hara akan mengalami
gangguan pertumbuhan dan penyakit akibat kahat unsur hara ini dapat ditangani
dengan memberikan unsur hara yang kekurangan tersebut. Marschner (1986)
mengatakan tanaman yang kahat Nitrogen, pertumbuhannya lamban daun pucat dan
tidak hijau berseri warnanya. Bila kekurangannya sangat parah maka daun akan
berubah menjadi hijau muda dan kuning dan daun yang paling bawah (dewasa) yang
menderita dulu kemudian terus keatas (Wijayani dkk, 1998). Tanaman yang kahat
Fosfor, warna daun berubah lebih tua tetapi tidak merata sedangkan akar tumbuh
tidak sempurna. Apabila tanaman kahat Kalium, daun paling bawah berubah warna
menjadi coklat dengan bercak-bercak gelap dan dalam keadaan parah daun menjadi
keriting. Sedangkan tanaman yang kahat Kalsium maka daun akan tumbuh tidak
normal. Rai (2002) mengatakan tanaman yang kahat hara Magnesium maka klorofil
tidak terbentuk karena unsur tersebut esensial bagi molekul klorofil.
2.4

Metode yang digunakan dalam pengukuran kandungan glukosa, pigmen


klorofil, dan nitrat
Glukosa adalah suatu aldoheksosa dan sering disebut dekstrosa karena

mempunyai sifat dapat memutar cahaya terpolarisasi kearah kanan. Di alam, glukosa
terdapat dalam buah-buahan dan madu lebah. Dalam alam glukosa dihasilkan dari
reaksi antara karbon dioksida dan air dengan bantuan sinar matahari dan klorofil
dalam daun. Proses ini disebut fotosintesis dan glukosa yang terbentuk terus
digunakan untuk pembentukan amilum atau selulosa.

11

Sebagian besar monosakarida dikenal sebagai heksosa, karena terdiri atas 6rantai atau cincin Karbon. Atom-atom Hidrogen dan Oksigen terikat pada rantai atau
cincin ini secara terpisah atau sebagai gugus hidroksil (OH). Ada tiga jenis heksosa
yang penting dalam ilmu gizi yaitu glukosa, fruktosa dan galaktosa. Ketiga macam
monosakarida ini mengandung jenis dan jumlah atom yang sama, yaitu 6 atom
Karbon, 12 atom Hidrogen dan 6 atom Oksigen. Perbedaannya hanya terletak pada
cara penyusunan atom-atom Hidrogen dan Oksigen di sekitar atom-atom Karbon.
Perbedaan dalam susunan atom inilah yang menyebabkan perbedaan dalam tingkat
kemanisan, daya larut dan sifat lain ketiga monosakarida tersebut. Monosakarida
yang terdapat di alam pada umumnya terdapat dalam bentuk isomer dekstro (D).
Gugus hidroksil pada atom karbon nomor 2 terletak di sebelah kanan. Struktur
kimianya dapat berupa struktur terbuka atau struktur cincin (Poedjiadi, A., 2006).
Klorofil adalah pigmen hijau yang ada dalam kloroplastida. Pada umumnya
klorofil terdapat pada kloroplas sel-sel mesofil daun, yaitu pada sel-sel parenkim
palisade dan atau parenkim bunga karang. Dalam kloroplas, klorofil terdapat pada
membran thylakoid grana. Pada tumbuhan tingkat tinggi terdapat dua jenis klorofil
yaitu klorofil-a dan klorofil-b. Pada keadaan normal, proporsi klorofil-a jauh lebih
banyak daripada klorofil-b. Selain klorofil, pada membran thylakoid juga terdapat
pigmen-pigmen lain, baik yang berupa turunan-turunan klorofil-a maupun pigmen
lainnya. Kumpulan bermacam-macam pigmen fotosintesis disebut fotosintem,
berperan menjerap energi cahaya (foton, kuantum) pada reaksi terang untuk
menghasilkan energi kimia berupa ATP dan NADPH2. Contoh turunan klorofil-a
yang berperan penting pada fotosintesis adalah feofitin (kloforil-a yang kehilangan
inti Mg, menjadi salah satu komponen fotosintem II), pigmen yang peka terhadap
680 nm (P680 = sebagai pusat reaksi fotosistem II) , dan P700 (menjadi pusat reaksi
fotosintem I). Pigmen yang lain antara lain carotenoida dan Xantofil (Taiz &
Zeiger, 2003).

12

2.4.1

Metode Witermans de Mots

Metode penentuan klorofil adalah dengan teknik Spektroskopi dengan


spektrofotometer UV. Pengukuran kadar klorofil secara spektrofotometrik didasarkan
pada hukum LambertBeer yang menyatakan bahwa besarnya serapan (A)
proporsional dengan besarnya konsentrasi (c) dari zat uji. Secara matematis Hukum
Lambert-Beer dinyatakan dengan persamaan
A = bc
Dimana:

epsilon

atau

Absorptivitas
lebar

Molar

(M-1cm-1)

celah

(cm)

c = konsentrasi (M)
Dari persamaan di atas dapat diketahui bahwa serapan (A) tidak memiliki
satuan dan biasanya dinyatakan dengan unit absorbansi. Absorptivitas Molar pada
persamaan di atas adalah karakteristik suatu zat yang menginformasikan berapa
banyak cahaya yang diserap oleh molekul zat tersebut pada panjang gelombang
tertentu. Semakin besar nilai Absorptivitas Molar suatu zat maka semakin banyak
cahaya yang diabsorbsi olehnya, atau dengan kata lain nilai serapan (A) akan
semakin besar. Hukum Lambert-Beer di atas berlaku pada larutan dengan konsentrasi
kurang dari sama dengan 0.01 M untuk sebagian besar zat (Praharyawan, 2012).
Ada beberapa metode untuk menghitung kadar klorofil total, klorofil a dan
kolrofil b yang telah dirumuskan. Salah satunya adalah :
Metode Wintermans and De Mots (1965), menggunakan palarut ethanol
(ethyl alchohol) 96 % dan mengukur absorbansi (A) larutan klorofil pada panjang
gelombang () = 649 dan 665 nm.
Larutan yang berwarna akan menyerap panjang gelombang sinar tertentu.
Setiap larutan akan menyerap panjang gelombang tertentu secara maksimal. Angka
serapan terbesar untuk panjang gelombang tertentu menggambarkan panjang

13

gelombang yang paling sesuai untuk larutan tersebut. Angka ini akan tergantung dari
jenis zat terlarut dan pelarutnya. Semakin banyak zat terlarut akan menyerap panjang
gelombang tertentu lebih besar. Dengan demikian perbedaan serapan sinar
menunjukkan intensitas zat terlarut yang diukur. Ada hubungan antara penyerapan
sinar atau panjang gelombang tertentu denan konsentrasi larutan. Besarnya sinat
diserap larutan disebut Optical density (OD) atau nilai Absorbansi . Sebagian sinar
yang tidak terserap merupakan sinar yang dilewatkan (transmit), disebut nilai
transmitan. Biasanya dinyatakan dalam persen (%) (Edward, et al, 1983).
2.4.2

Metode Kromatografi Kertas

Daun sebagai organ fotosintetik memiliki bermacam-macam pigment aseptor


elektron yang mendukung proses fotosintesis. Untuk melihat macam pigmen harus
dilakukan ekstraksi jaringan daun, kemudian dilakukan pemisahan.
Pigmen daun dapat dideterminasi secara kualitatif dan kuantitatif. Secara
kualitatif, macam pigmen daun dapat dideteksi dengan metode kromatografi. Ada
beberapa macam teknik kromatografi, dari teknik yang sederhana sampai teknik
modern. Teknik sederhana dapat dilakukan dengan Kromatografi Kertas (KKt)
dengan menggunakan kertas Watmann 3.
Deteksi cara sederhana terhadap macam pigmen daun dengan teknik
kromatografi kertas pada dasarnya melakukan pemisahan zat dengan menggunakan
larutan pengembang (eluen) yaitu campuran pelarut organik dengan perbandingan
tertentu yang sesuai sesuai sifat zat dalam ekstrak pigmen daun yang hendak
dipisahkan. Setelah ekstrak pigmen daun yang ditotolkan pada kertas Watmann 3
dicelupkan dalam larutan pengembang dalam bejana tertutup yang jenuh uap larutan
pegembang, zat yang paling larut akan merambat dengan lebih cepat pada kertas
Watmann, begitu pula sebaliknya. Karena itu akan diperoleh jarak rambat golongan
zat yang satu dengan golongan zat lain yang berbeda tingkat kelarutannya dalam
larutan pengembang (Edward, et al, 1983).

14

2.4.3

Metode Pengukuran Konsentrasi Gula Tereduksi

Untuk menguji konsentrasi gula pereduksi digunakan reagen Benedict.


Pereaksi Benedict terdiri dari Kupri sulfat, Natrium sitrat dan Natrium karbonat.
Dimasukkan sekian mL pereaksi dalam tabung reaksi lalu sekian tetes larutan,
kemudian tabung reaksi ditempatkan dalam air mendidih selama 5 menit. Timbulnya
endapan warna hijau, kuning atau merah orange menunjukkan adanya gula pereduksi
(Dewitt, 2005).

Gambar 2. Persamaan reaksi reagen Benedict dengan gula pereduksi


2.4.4

Metode Kuantifikasi Kandungan Nitrat dengan Brusin

Metode yang umum digunakan dalam penentuan kadar Nitrat adalah metode
Brusin-Spektrofotometri. Prinsip dari metode tersebut yaitu, nitrat dalam suasana
asam dengan Brusin Sulfat dan Asam Sulfanilat membentuk senyawa kompleks yang
berwarna kuning. Warna kuning yang terjadi diukur intensitasnya dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang tertentu (Alianto, et al, 2013).

15

BAB III
METODE KERJA
3.1

Alat dan Bahan

3.1.1

Percobaan Hidroponik
Alat

Bahan

Baki

Ca(NO)3

Styrofoam

MgSO4.7H2O

Tanaman kangkung

KH2PO4

Marker tahan air

Fe-EDTA

Penggaris

NaNO3

pH meter

MgCl2

Kapas

NaH2PO4

Batang pengaduk

CaCl2
KCl
H3BO3
MnCl2.4H2O
ZnCl
CuCl2.2H2O
Tabel 1. Alat dan bahan percobaan hidroponik

16

3.1.2

Pengukuran Kandungan Gula, Klorofil dan Nitrogen


Alat

Bahan

Spektrofotometer

Alkohol 96%

Mortar pestel

Kertas saring

Corong

Aseton

Labu ukur

HCl

Saringan buchner

H2SO4

Penangas air

Reagen brasin sulfat

Batang pengaduk

Akuades

Tabung reaksi

Tissue

Cuvet spektro

Larutan seigneft

SPAD meter

Larutan nessler

Penggaris

Amonium

Gelas kimia

Nitrat

Kertas kromatograf

Larutan benedict

Aluminium foil
Tabel 2. Alat dan bahan pengukuran kandungan gula, klorofil dan nitrogen
3.2

Cara Kerja

3.2.1

Percobaan Hidroponik

Larutan stok disiapkan secara satu larutan stok per kelompok dan akan dipakai
bersama. Disiapkan sebuah gelas ukur berukuran satu liter dan dimasukkan zat kimia
sesuai yang tetera pada tabel dikalikan empat. Lalu ditambahkan akuades hingga 1 L.
Disiapkan pula 3 L akuades murni.
Styrofoam dipersiapkan seukuran dengan baki. Styrofoam kemudian dilubangi
di lima titik yang kiranya seukuran dengan batang kangkung. Lima buah kangkung
dimaukkan pada lubang tersebut dengan akar menghadap bawah baki. Kangkung

17

diukur tingginya dimulai dari styrofoam dan dihitung pula daunnya pada setiap
kangkung. Apabila lubang yang dibuat terlalu besar maka dapat digunakan kapas
untuk memenuhi lubang agar kangkung tidak longgar dan merosot.
Baki diisi dengan laruta nutrien yang telah disiapkan dahulu lalu ditambahkan
pula 3 L akuades yang telah disiapkan. Dipastikan bahwa pH dari larutan dalam baki
kini ada antara 6,00-6,50(pengukuran dilakukan dengan diiringi pengadukan).
Apabila pH larutan lebih tinggi maka ditambahkan HCl dan apabila pH larutan lebih
rendah ditambahkan NaOH. kemudian diambil sampel medium dari baki untuk
disimpan dalam kulkas. Batas air ditandai dengan spidol marker tahan air. Kemudian
baki ditutup dengan styrofoam yang telah diisi kangkung. Setelah selesai baki
ditaruh di tempat yang mendapat cahaya matahari, kemudian dilakukan duplo untuk
baki kedua.
Untuk pemeliharaan tanaman dilakukan dengan penambahan akuades pada
baki hingga mencapai batas marker tiap harinya. Untuk tiap 3 hari sekali akan
dilakukan pengecekan pH dengan pH meter dan dipastikan bahwa pH larutan
berkisar antara 6,00-6,50. Lalu setiap seminggu sekali akan dilakukan pengukuran
tinggi batang dan penghitungan jumlah daun kangkung.
3.2.2 Pengukuran kadar gula, klorofil dan nitrogen
3.2.2.1 Kuantifikasi kadar klorofil berdasarkan metode Winterman de
Mots
Setelah 3 minggu pemeliharaan maka dipanenlah kangkung tersebut dan
diperiksa kadar gula, klorofil,dan nitrogennya. Segram daun tanaman kangkung dari
tiap baki diambil dengan sebelumnya dilakukan pengukuran kadar klorofil dengan
menggunakan SPAD meter ,lalu dirata-ratakan apabila menggunakan lebih dari satu
daun tiap bakinya. Kemudian sampel digerus dalam mortar dan dilakukan ekstraksi
dengan alkohol 96% sebanyak 50 ml. Sambil dilakukan ekstraksi seseorang yang
terpilih akan terpisah dari kelompok dan setiap daun keempat dari tiap kangkung
dilakukan pengukuran kadar klorofilnya oleh orang tersebut menggunakan SPAD

18

meter. Ekstrak kemudian disaring dalam saringan buchner. Filtrat yang didapat
kemudian dimasukkan dalam labu ukur 100 ml dan ditambahkan alkohol hingga 100
ml. Kemudian larutan tersebut diukur kadar klorofilnya dengan menghitung
absorbansi menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 649 nm dan
665 nm. Kemudian menggunakan data dari percobaan tiap kelompok dibuatlah
sebuah kurva standar . Setelah kurva standar terbentuk dibuatlah persamaannya dan
diisikan menurut hasil SPAD tiap pohonnya.
3.2.2.2 Pemisahan pigmen klorofil menggunakan kromatografi
kertas
Sampel daun sejumlah segram diambil lagi dan digerus dalam mortar .
Kemudian diekstraksi dengan alkohol 50 ml. Kemudian hasil ekstrak disaring dalam
saringan buchner. Ekstrak kemudian dimasukkan dalam kontainer dan ditaruh juga
kertas kromatograf dalam keadaan tegak dan kertas tersebut ditahan. Kini tinggal
ditunggu sampai batas yang telah disiapkan di kertas kromatograf(2 cm dari atas)
dicapai. Nantinya Rf dari tiap warna akan dihitung dengan menggunakan
perbandingan jarak yang dilalui eluen dan pelarut.
3.2.2.3 Penentuan konsentrasi gula tereduksi pada buah jambu
Buah jambu diambil sebanyak 3 gram dan digerus dalam mortar . Kemudian
dilakukan ekstraksi dengan larutan benedict 2,5 ml dan setelah itu larutan
disentrifuga . Supernatan dari hasil sentrifuga kemudian diambil dan dibaca
absorbansinya

dengan

menggunakan

panjang

gelombang

700

nm

pada

spektrofotometer.Supernatan juga dicoba pada refraktometer agar didapatkan kadar


glukosanya melalui refraktometer. Kemudian dibuatlah larutan standar dari larutan
glukosa yang dikurangi molaritasnya secara bertahap oleh tiap kelompok. Larutan
glukosa

tersebut

kemudian

dilakukan

pengukuran

absorbansinya

dengan

menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 700 nm. Kemudian


dibuatlah kurva standar glukosanya. Kemudian setelah mendapatkan kurva standar

19

glukosanya absorbansi glukosa jambu dihitung untuk mendapatkan jumlah glukosa


yang terkandung dalam jambu tersebut.
3.2.2.4 Pengukuran Kadar Nitrogen dalam Tanaman Kangkung
10 ml sampel medium sebelum dan sesudah dari setiap baki diambil dan
ditambahkan dengan 2 ml NaCl, 10 ml H2SO4 , dan 0,5 ml reagen brusin sulfat.
Namun kegiatan penambahan reagen dan lainnya pada sampel dilakukan bersama
kelompok lain di ruang asam sehingga harus menunggu satu sama lain. Kemudian
larutan diaduk lalu dipanaskan pada suhu didih (95oC) selama 20 menit, kemudian
sampel diambil dan dicek absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer
pada panjang gelombang 507 nm. Namun dalam keadaan seperti kemarin ternyata
pembacaan spektrofotometer tidak dapat dilakukan karena terlalu pekat sehingga
dilakukan pengenceran dahulu baru dilakukan pembacaan absorbansi dengan
spektrofotometer. Kemudian dengan hasil yang didapat tersebut dibuatlah sebuah
kurva yang dapat digunakan untuk mendapatkan nilai kadar nitrogen awal dan akhir
sehingga dapat diketahui kadar nitrogen yang telah diserap.
3.2.2.5 Pengukuran Konsentrasi Nitrat pada Akar
Sampel akar diambil sebanyak 1 gram kemudian digunakan nitrogen cair agar
memudahkan dalam penggerusan. Kemudian akar tersebut digerus dalam mortar dan
diekstraksi menggunakan alkohol 96% sebanyak 50 ml. Kemudian hasil ekstraksi
tersebut dilakukan sentrifuga. Supernatan kemudian diambil dan dibagi menjadi dua
bagian secukupnya. Salah satunya diambil sejumlah 0,25 ml kemudian diberikan
asam salisilat 0,8 ml. Larutan tersebut kemudian didiamkan selama 20 menit lalu
ditambahkan 19 ml 2N NaOH. Kemudian dinginkan larutan pada suhu ruangan dan
dilakukan pengecekan absorbansi pada panjang gelombang 410 nm pada
spektrfotometer. Kemudian dibuat kurva dari absorbansi yang telah didapat.
3.2.2.6 Pengukuran Nitrat Akar dengan Metode Brusin
Sampel akar diambil sebanyak 1 gram kemudian digunakan nitrogen cair agar
memudahkan dalam penggerusan. Kemudian akar tersebut digerus dalam mortar dan

20

diekstraksi menggunakan alkohol 96% sebanyak 50 ml. Kemudian hasil ekstraksi


tersebut dilakukan sentrifuga. Supernatan kemudian diambil dan dibagi menjadi dua
bagian secukupnya. Salah satunya telah dipakai pada percobaan diatas. Kemudian
bagian satunya lagi sebanyak 5 ml ditambahkan dengan 2 ml NaCl, 10 ml H 2SO4 ,
dan 0,5 ml reagen brusin sulfat. Namun kegiatan penambahan reagen dan lainnya
pada sampel dilakukan bersama kelompok lain di ruang asam sehingga harus
menunggu satu sama lain. Kemudian larutan diaduk lalu dipanaskan pada suhu didih
(95oC) selama 20 menit, kemudian sampel diambil dan dicek absorbansinya dengan
menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 507 nm. Kurva kemudian
dibuat dari data absorbansi yang didapat.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1

Hasil
1. Perkembangan Tinggi dan Jumlah Daun pada Tanaman Kangkung

Nomor
Tanaman
1
2
3
4
5
6
7

Minggu 1
Tinggi Jumlah

Minggu 2
Tinggi Jumlah

Minggu 3
Tinggi Jumlah

Minggu 4
Tinggi Jumlah

(cm)
8.70
9.80
8.50
11.60
8.70
9.25
10.20

(cm)
10.80
11.60
9.50
16.30
11.90
11.70
13.50

(cm)
17.30
19.80
18.00
26.20
18.90
16.80
21.10

(cm)
21.30
26.00
23.20
32.00
25.10
26.30
27.50

daun
8
7
8
8
6
7
8

daun
8
9
9
7
7
7
6
21

daun
10
11
14
13
9
24
9

daun
12
13
19
21
14
29
10

No.
8
9
10
Tabel

9.10
12.70
13.70
3.

tinggi dan jumlah

Baki

Klorofil Total

8
11.40
1
2
8 1 30.0
13.6033.5
6 2 33.1
15.3034.7
3 32.7 32.3
4 27.5 36.4
5 21.8 33.6

(mg/mL)
10Baki 1 18.50
Baki 2 13
7
23.60
5.7364
7.1816 13
6
20.90
7.0164
7.6770 12
6.8512
4.7042
2.3506

6.6861
8.3789
7.2228

24.20
15
28.80
19
31.70
18
Perkembangan
daun

2. Percobaan kuantifikasi kadar klorofil berdasarkan metode Winterman de


Mots

Kurva Standar SPADmeter


20

Klorofil Total 10
0

20

f(x) = 0.41x - 6.65


R = 0.37
25
30
35
40

45

50

Hasil Spadmeter

Kurva 1. Kurva standar SPADmeter


Berdasarkan Kurva 1. diperoleh tabel nilai konsentrasi total; Tabel 4.

Tabel 4. Hasil konsentrasi klorofil total dari persamaan regresi kurva standar
SPADmeter

22

3. Pemisahan pigmen klorofil menggunakan kromatografi kertas


Spot
1
2

Warna
Hijau
Kuning

Rf
0.378
0.408

Pigmen
Klorofil
Kromoplas

Tabel 5. Nilai Rf dari pigmen kangkung yang kekurangan unsur Mg


4. Jumlah konsentrasi Nitrat pada medium awal, akhir, dan selisihnya
No
1
2
3
4
5

Medium

Absorbans

Konsentrasi nitrat

i
(mM)
Medium Awal
1.056
45.48571429
Medium Akhir baki 1
0.696
24.91428571
Medium Akhir baki 2
1.082
25.25714286
Medium Awal Medium Akhir 1
20.57
Medium Awal Medium Akhir 2
20.23
Tabel 6. Jumlah Konsentrasi Nitrat pada Medium

Berdasarkan Tabel 6. didapatkan berdasarkan kurva standar brusin; Kurva 2

Kurva Standar Brusin


1.000
0.800
0.600

Absorbansi

f(x) = 0.02x + 0.26


R = 0.64

Linear
(Absorbansi)

0.400
0.200
0.000
0.000

20.000

40.000

Kurva 2. Kurva standar Brusin

23

5. Jumlah konsentrasi nitrat pada akar


No

Konsentrasi nitrat

1
2

Baki 1
Baki 2

Absorbansi

Konsentrasi Nitrat

(mM/gram daun)
0.388
-0.770773639
0.43
0.432664756
Tabel 7. Konsentrasi Nitrat pada akar

Data Tabel 7. diperoleh berdasarkan kurva standar asam salisilat; Kurva 3.

kurva standar asam salisilat


Absorbansi

3
2.5

Linear
(Absorbansi)

f(x) = 0.03x + 0.41


R = 0.9

Linear
(Absorbansi)

1.5

Linear
(Absorbansi)

1
0.5
0
0

10 20 30 40 50 60 70

Kurva 3. Kurva standar asam salisilat

6. Konsentrasi glukosa pada buah jambu

Jamb

Absorbansi Glukosa

Konsentrasi Glukosa (mM)

0,421

44.70588

u
Tabel 8. Konsentrasi glukosa pada jambu
Data Tabel 8. diperoleh berdasarkan kurva standar asam salisilat; Kurva 4.

24

Kurva Standard Glukosa

absorbansi glukosa

Kurva 4. Kurva standar glukosa


7. Nilai refraktrometer pada glukosa : 1%.

25

4.2

Pembahasan
Penulis menanam kangkung dengan media yang memiliki defisiensi

magnesium. Pada minggu pertama percobaan (11 Februari 2014), tinggi ratarata tanaman sebesar 10.23 cm dan rata-rata jumlah daun 7 helai.
Perkembangan tanaman kangkung minggu kedua adalah memiliki rata-rata
kenaikan tinggi sebesar 12.56 cm dan rata-rata jumlah daun 8 helai. Minggu
ketiga rata-rata kenaikan tinggi tanaman penulis sebesar 20.11 cm dan rata-rata
jumlah daun 13 helai. Lalu, pada minggu terakhir pengamatan atau minggu
keempat rata-rata kenaikan tinggi pada tanaman kangkung penulis adalah
menjadi 26.61 cm dan rata-rata jumlah daun 17 helai.
Dalam percobaan ini penulis membandingkan data yang penulis punya
dengan data dari kangkung yang diberikan nutrien lengkap. Perkembangan
tanaman dengan nutrien lengkap

pada minggu pertama adalah rata-rata

tingginya sebesar 15.48 cm. Minggu kedua sebesar 16.45 cm. Dan minggu
ketiga sebesar 20.42 cm.
Suatu tanaman memiliki beberapa nutrien yang dibutuhkan untuk
tumbuh yaitu terdiri dari makronutrien dan mikronutrien. Pada percobaan kali
ini penulis menumbuhkan kangkung pada medium dengan defisiesi
magnesium. Magnesium adalah salahsatu unsur pembentuk klorofil, sehingga
bila suatu tanaman mengalami defisiensi magnesium maka tanaman tersebut
akan mengalami klorosis atau warna kekuningan pada urat daun (Taiz dan
Zeiger, 2002). Ini menandakan tanaman tersebut sedikit menghasilkan klorofil
dibandingkan tanaman normal. Gejala klorosis antar urat daun, terjadi pertama
di daun yang lebih tua karena mobilitas elemen ini. Gejala tambahan
kekurangan magnesium adalah gugur prematurnya daun (Taiz dan Zeiger,
2002).
Pada percobaan ini rata-rata kenaikan tinggi tanaman yang memiliki
defisiensi magnesium lebih tinggi daripada tanaman yang memiliki nutrien
lengkap. Menurut literature yang berpengaruh pada tinggi tanaman adalah
hormone auksin dan sitokinin, gen, cahaya, O2, suhu, kelembapan, nutrisi, dan
air. Mungkin memang seharusnya tinggi tanaman penulis lebih pendek dari
tinggi tanaman normal, karena defisiensi magnesium pada nutrien tanaman
26

berpengaruh pada berkurangnya efisiensi fotosintesis yang artinya konsentrasi


glukosa pada tanaman penulis lebih rendah dari tanaman normal. Konsentrasi
glukosa berpengaruh pada konsentrasi hormone pada tanaman. Tapi seperti
yang telah dipaparkan di atas, faktor lain juga berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman. Tanaman penulis lebih terkena cahaya dan lebih
banyak kandungan O2 pada medium karena sering dikocok. Sehingga tanaman
penulis lebih tinggi dari tanaman yang normal.
Percobaan yang penulis amati pada hidroponik kangkung diberi
perlakuan tanpa penambahan unsur Magensium (Mg). Magnesium merupakan
unsur utama penyusun klorofil dalam tanaman. Akibat perlakuan yang dibuat
tanpa pemberian Magnesium secara fisik diperoleh tanaman kangkung yang
mengalami klorosis. Klorosis merupakan keadaan jaringan tumbuhan
khususnya

pada daun

yang

kekurangan klorofil,

sehingga

tidak

berwarna hijau, melainkan kuning atau pucat hampir putih (Taiz & Zeiger,
2003). Perubahan daun yang berwarna kuning diikuti pengurangan klorofil
total. Percobaan yang dilakukan penulis diperoleh klorofil total rata-rata pada
baki 1 dan baki 2 adalah 5,3318 mg/mL dan 7,4293 mg/mL masingmasingnya, sedangkan pada tanaman kontrol diperoleh klorofil total rata-rata
pada baki 1 dan baki 2 adalah 11,0878 mg/mL dan 10,3077 mg/mL masingmasingnya. Berdasarkan hasil tersebut, maka terbukti bahwa kangkung yang
tanpa diberi perlakuan unsur Magnesium terbukti bahwa tanaman mengalami
penurunan jumlah klorofil total. Pengambilan data klorofil total diambil pada
daun ke posisi keempat karena daun posisi keempat dari pertumbuhan tanaman
dinilai memperoleh cahaya tampak dari matahari yang optimum (Edward, et
al, 1983).
Pada Uji Kromatografi Lapis Tipis kertas digunakan alkohol digunakan
sebagai medium fasa gerak larutan polar. Larutan bersifat polar maka akan
terkapilaritasi bersama pelarut polar (alkohol). Pigmen yang merupakan
senyawa organik akan terkapilaritasi bersama alkohol. Perbedaan Rf antara
KLT dengan eluen klorofil dan kromoplas terjadi karena adanya perbedaan
polaritas. Jika Rf lebih kecil, berarti eluen memiliki tingkat polaritas yang lebih
27

tinggi dan sebaliknya. Percobaan yang dilakukan penulis diperoleh Rf klorofil


dan Rf kromoplas sebesar 0,378 dan 0,408 secara berurutan. Menurut literatur,
Rf klorofil dan kromoplas paada tanaman kangkung yang diberi perlakuan
tanpa penambahan unsur Mg sebesar 0,46 dan 0,5 masing-masingnya.
Menurut Dewitt, tanaman yang tanpa diberi mengalami penurunan Rf masingmasing pigmennya. Berdasarkan perbandingan tersebut, terbukti bahwa
kangkung yang tanpa diberi Mg akan mengalami penurunan Rf dan hasil
percobaan sesuai dengan literatur.
Penulis juga mengukur konsentrasi nitrat pada medium awal dan pada
medium akhir. Selisih konsentrasi nitrat yang penulis dapat dari medium awal
dan akhir penulis adalah 20.57 dan 20.53. Sedangkan konsentrasi nitrat pada
akar yang penulis punya adalah -0.77 dan 0.43. Tanaman menyerap nitrat
sebagai kebutuhan untuk membentuk protein dan senyawa lainnya. Menurut
literature jika penyerapannya dalam bentuk 100% nitrat dampaknya hanya
sebagian kecil nitrat yang diasimilasi oleh akar dan yang lainnya ditransspor
ke batang. Medium penulis menyerap N dengan bentuk 100% nitrat sehingga
kandungan asimilasi nitrat pada akar kangkung penulis sangat rendah.
Kemungkinan nitrat kami terbawa ke batang sebagian. Atau sudah
teranabolisme menjadi protein. Atau hilang menjadi uap. Sehingga kandungan
nitrat akar penulis lebih rendah dari kandungan nitrat yang hilang dari medium
awal.
Bila dibandingkan dengan nitrat yang mediumnya lengkap selisih
medium pada baki 1 nya 7.49 dan selisih medium pada baki-2 16.62.
Sedangkan konsentrasi nitrat pada akarnya yaitu 13.9 dan 9.22. konsentrasi
nitrat akar medium lengkap lebih banyak dari konsentrasi nitrat penulis yang
mediumya defisiensi magnesium. Hal ini sesuai karena rata-rata tinggi
tanaman kami lebih tinggi dari rata-rata tinggi medium normal. Karena nitrat
merupakan kebutuhan untuk membuat protein dan protein ada dalam tiap sel.
Makin tinggi tanaman, makin banyak sel. Sehingga akan lumrah bila tanaman
kami memiliki asimilasi nitrogen lebih rendah dari tanaman normal pada akar,
karena digunakan untuk membuat protein pada sel.
28

Percobaan konsentrasi gula tereduksi pada buah jambu menggunakan


reagen Benedict. Reagen Benedict terdiri dari Kupri sulfat, Natrium sitrat dan
Natrium karbonat. Dimasukkan sekian mL pereaksi dalam tabung reaksi lalu
sekian tetes larutan, kemudian tabung reaksi ditempatkan dalam air mendidih
selama 5 menit. Timbulnya endapan menghasilkan warna merah pada hasil uji
menunjukkan adanya gula pereduksi (Dewitt, 2005).

Berdasarkan percobaan penulis, penulis mendapatkan nilai konsentrasi


glukosa pada percobaan sprektrofotometer yaitu 44.708 dan pada percobaan
refraktofotometer yaitu 1.0%. Konsentrasi refraktofotometer menurut literatur
adalah sebesar 3.0% - 4.0%. Hasil pada percobaan ini tidak sesuai dengan
literatur karena asimilasi glukosa bergantung pada efisiensi fotosintesis pada
tiap tanaman itu sendiri, efisiensi ini memengaruhi kadar glukosa pada buah.

29

BAB V
KESIMPULAN
1. Pengaruh nutrisi terhadap pertumbuhan tanaman adalah bisa dilihat dari
tinggi tanaman dan jumlah daun yang bervariasi tiap berbedanya
defisiensi medium.
2. Kandungan glukosa menurut uji benedict adalah sebesar 44.706 dan
menurut uji refraktrometer adala 1%
3. Pigmen tanaman hidroponik pada percobaan ini adalah kromofil dan
korofil..
4. Kandungan nitrat pada medium awal adalah 45.49, pada medium akhir di
baki 1 adalah 24.91, pada medium akhir di baki 2 adalah 25.26, dan
selisih medium awal dan akhir 1 adalah 20.57, da selisih medium awal
dan medium akhir 2 adalah 20.23. dan kandungan nitrat pada akar di baki
1 adalah -0.77 dan pada baki 2 adalah 0.43

DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neil A.; Jane B. Reece and Lawrence G.Mitchell. 1999.

Biology. Addison-Wesley, Inc. California


Edwards,Gerry and David Walker. 1983. C3, C4 : Mechanisms and

30

cellular and environmental regulation, of photosynthesis. Blackwell

Sci. Publ. Melbourne.


Harborne,J.B. 1987. Metode Fitokimia. Penerbit ITB Bandung
Pangastuti, Devi. 2010. Kadar Glukosa pada Jambu Biji Merah (Psidium
guajava) dan Air Rebusan Jambu Merah Biji (Psidium guajava).

Semarang: JTPTUNIMUS
Raven,Peter H.; Ray F.Evert and Susan E. Eichhorn. Biology of Plants.

3rd Ed. Worth


Rosliani, Rini., Sumarni, Nani. (2005). Budidaya Tanaman Sayuran

dengan Sistem Hidroponik.Bandung: Balai Penelitian Tanaman Sayuran


Ross, Cleon W. - . Plant Physiology Laboratory Manual. Wadsworth

Publ. Comp, Inc. Belmont, California Publisher. USA


Salisbury, F.B. and C.W. Ross. 1985. Plant Physiology. Wadsworth

Publ.Comp. Inc. USA.


Taiz, Lincoln and Eduardo Zeiger. 1991. Plant Physiology. The

Benjamin/ Cummings Publ.Comp.Inc. California


Wijayani, Ari., & Indradewa, Didik. (2004). Jurnal publikasi: Deteksi
Kahat Hara N, P, K, Mg dan Ca pada Tanaman Bunga Matahari dengan
Sistem Hidroponik. Solo: Pertanian UNS

LAMPIRAN
(a) Data Mentah
1. Tabel perkembangan tinggi dan jumlah daun pada Kangkung
Nomor
Tanaman
1
2

Minggu 1
Tinggi Jumlah
(cm)
8.70
9.80

daun
8
7

Minggu 2
Tinggi Jumlah

Minggu 3
Tinggi Jumlah

Minggu 4
Tinggi Jumlah

(cm)
10.80
11.60

(cm)
17.30
19.80

(cm)
21.30
26.00

daun
8
9

31

daun
10
11

daun
12
13

3
4
5
6
7
8
9
10
Rata-rata

8.50
11.60
8.70
9.25
10.20
9.10
12.70
13.70
10.23

8
8
6
7
8
8
8
6
7

9.50
16.30
11.90
11.70
13.50
11.40
13.60
15.30
12.56

9
7
7
7
6
10
7
6
8

18.00
26.20
18.90
16.80
21.10
18.50
23.60
20.90
20.11

14
13
9
24
9
13
13
12
13

23.20
32.00
25.10
26.30
27.50
24.20
28.80
31.70
26.61

2. Kuantifikasi kadar klorofil berdasarkan metode Winterman de Mots


satu kelas
Kelompo

Hasil

Spad

1
42.6
2 41.1667
Kelompo Hasil
3
41.6
k 4
Spad
26.82
5
43.85
40.6
61 41.283
7 27.2125
82 42.35
37
9
27.8
10
40.3
3 39.47
11
36.65
5
36.13

Absorbansi
649
665
nm
nm
0.339 0.302
0.363 0.333
Absorbansi
0.386 0.288
649
665
0.135 0.115
nm
nm
0.349
0.305
0.282
0.23
0.659 0.588
0.111 0.215
5
0.216 0.181
0.407
0.35
0.253 0.206
7
0.531 0.443
0.166 0.14
0.469 0.39
7
0.23

Klorofil
Total
8.6222
9.2913
Klorofi
9.4768
l Total
3.4015
8.8405
7.0735
16.7668
3.5315
5.4241
10.317
6.3166
7
13.3223
4.2167
11.759

3 0.265

6
0.28

6.7396

39.4 0.313
41.36

3
0.49

7.9863
17.881

7 0.744

2
0.09

24.85 0.109

5
0.25

2.7595

33.85 0.292

9
0.26

7.4199

31.01 0.368

4
0.32

8.9704

10

38.37 0.365

6
0.31

9.2886

11

36.55 0.344

8.8015

32

19
21
14
29
10
15
19
18
17

3. Tabel acuan kurva standar glukosa


Konsentrasi Glukosa
0.625
1.250
2.500
5.000
10.000
20.000

Absorbansi
0.016
0.050
0.059
0.113
0.148
0.193

4. Tabel acuan kurva standar brusin


Konsentrasi
Brusin (mM)

Absorbansi

1.625
3.250
7.500
15.000
30.000

0.328
0.493
0.152
0.493
0.839

5. Tabel acuan kurva standar asam salisilat


Amount of N03-N
0
12.5
25
37.5
50
62.5

Absorbansi
0
1.198
1.552
1.729
2.049
2.51

6. Pengaruh konsentrasi nitrat pada medium untuk satu kelas


Kelompo
k
1
2

Absorbansi
Mediu
Mediu
Mediu
m
m akhir
m Awal
Akhir 1
2
1.003
0.987

0.872
0.872

0.712
1.255

Konsentrasi nitrat (mM)


Medium
Awal
42.4571428
6
41.5428571

33

Medium
Akhir 1
34.9714285
7
34.9714285

Medium
Akhir 2
25.8285714
3
56.8571428

3
4
5
6
7
8

1.264
1.056
0.997
1.279
1.292
0.806

1.226

1.194

0.696

1.082

1.349

0.976

1.076

0.45

1.474

0.317

1.2

0.787

0.098

-0.045

0.155

0.756

1.367

0.911

4
57.3714285
7
45.4857142
9
42.1142857
1
58.2285714
3
58.9714285
7
31.2
1158.85714
3
46.2857142
9
45.4857142
9

-20.020
9
10
11

1.070
1.056

7
55.2
24.9142857
1
62.2285714
3
46.6285714
3
69.3714285
7
53.7142857
1
9.25714285
7
-6
63.2571428
6

6
53.3714285
7
46.9714285
7
40.9142857
1
10.8571428
6
3.25714285
7
30.1142857
1
17.4285714
3
28.3428571
4
37.2

7. Konsentrasi nitrat pada akar untuk satu kelas


Kelompok

Absorbansi
Baki 1
Baki 2

0.902

0.737

2
3
4
5

0.417
0.329
0.388
0.456

0.323
0.671
0.43
0.516

0.216

0.278

0.315

0.347

0.861

0.818

0.015

0.02

10

0.56

0.226
34

Konsentrasi Nitrat
Baki 1
Baki 2
13.9570200
6
9.229226361
0.06017192 2.633237822
-2.46131805 7.338108883
-0.77077364 0.432664756
1.17765043 2.896848138
-5.6991404 3.922636103
-2.86246418 1.945558739
12.7822349
6
11.55014327
-11.4584527 11.31518625
4.15759312
3
-5.41260745

11

1.354

1.144

26.9083094
6

20.89111748

(b) Foto
Baki 1

Baki 2

Tanggal
Pengamat
an
11
Februari
2014

18
Februari
2014

25
Februari
2014

35

27
Februari
2014

Maret

2014

36

37

Anda mungkin juga menyukai