BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................6
1.2 Tujuan ....................................................................................................7
1.3 Hipotesis ................................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hidroponik .............................................................................................8
2.2 Tanaman kangkung ................................................................................9
2.3 Pengaruh nutrisi terhadap pertumbuhan tanaman ..................................10
2.4 Metode yang digunakan dalam mengukur kandungan gula, klorofil dan
nitrogen pada tanaman ...........................................................................12
2.4.1
2.4.2
2.4.3
2.4.4
3.1.2
3.2.2
3.2.2.1
3.2.2.2
Hasil .....................................................................................................22
4.2
Pembahasan ..........................................................................................27
BAB V KESIMPULAN
5.1
Kesimpulan ..........................................................................................31
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Alat dan bahan percobaan hidroponik .......................................17
3
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Klasifikasi tanaman kangkung air (Ipomoea aquatica) ........10
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Praktikum ini dilakukan sebagai salah satu cara untuk menujukkan bahwa
tanaman petani.
1.2
Tujuan
1.
2.
tumbuh hidroponik.
Menentukan kandungan gula pada tanaman hidroponik Ipomoea aquatica
secara kualitatif dengan reagen benedict dan secara kuantitatif dengan
3.
4.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Kultur Hidroponik
Kultur hidroponik adalah metode penanaman tanaman tanpa menggunakan
media tumbuh dari tanah. Secara harafiah hidroponik berarti penanaman dalam
air yang mengandung campuran hara. Dalam praktek sekarang ini, hidroponik
tidak terlepas dari penggunaan media tumbuh lain yang bukan tanah sebagai
penopang pertumbuhan tanaman.
Menurut Raffar (1993), sistem hidroponik merupakan cara produksi
tanaman yang sangat efektif. Sistem ini dikembangkan berdasarkan alasan bahwa
jika tanaman diberi kondisi pertumbuhan yang optimal, maka potensi maksimum
untuk berproduksi dapat tercapai. Hal ini berhubungan dengan pertumbuhan
sistem perakaran tanaman, di mana pertumbuhan perakaran tanaman yang
optimum akan menghasilkan pertumbuhan tunas atau bagian atas yang sangat
tinggi. Pada sistem hidroponik, larutan nutrisi yang diberikan mengandung
komposisi garam-garam organik yang berimbang untuk menumbuhkan perakaran
dengan kondisi lingkungan perakaran yang ideal. Beberapa pakar hidroponik
mengemukakan beberapa kelebihan dan kekurangan sistem hidroponik
dibandingkan dengan pertanian konvensional (Del Rosario dan Santos 1990;
Chow 1990).
Kelebihan sistem hidroponik antara lain adalah :
1) penggunaan lahan lebih efisien,
2) tanaman berproduksi tanpa menggunakan tanah,
3) tidak ada resiko untuk penanaman terus menerus sepanjang tahun,
4) kuantitas dan kualitas produksi lebih tinggi dan lebih bersih,
5) penggunaan pupuk dan air lebih efisien,
6) periode tanam lebih pendek, dan
Scientific classification
Kingdom:
Plantae
(unranked):
Angiosperms
(unranked):
Eudicots
(unranked):
Asterids
Order:
Solanales
Family:
Convolvulaceae
Genus:
Ipomoea
Species:
I. aquatica
Binomial name
Ipomoea
aquatica
Forssk.
Gambar 1. Klasifikasi tanaman kangkung air (Ipomoea aquatica)
Kangkung air (Ipomoea aquatica) merupakan sejenis tumbuhan yang termasuk
jenis sayur-sayuran dan ditanam sebagai makanan. Kangkung banyak terdapat di
kawasan Asia dan merupakan tumbuhan yang dapat dijumpai hampir di mana-mana
terutama di kawasan berair (Anonim, 2011).
Kangkung termasuk suku Convolvulaceae atau keluarga kangkungkangkungan,
merupakan tanaman yang tumbuh cepat dan memberikan hasil dalam waktu 4-6
minggu sejak dari benih. Tanaman dengan panjang 30-50 cm ini merambat pada
lumpur
2.3
lain. Salah satu metode untuk menentukan unsur hara esensial bagi tanaman adalah
dengan menganalisis secara kimia semua unsur yang dikandung oleh tumbuhan
sehat.
Kebutuhan tanaman yang satu dengan yang lainnya terhadap hara berbeda, baik
mengenai jumlahnya atau bahkan juga jenisnya. Untuk mengetahui kebutuhan unsurunsur yang diperlukan tanaman dapat dilakukan dengan teknik water-culture
(hidroponik). Suatu tanaman apabila kekurangan unsur hara akan mengalami
gangguan pertumbuhan dan penyakit akibat kahat unsur hara ini dapat ditangani
dengan memberikan unsur hara yang kekurangan tersebut. Marschner (1986)
mengatakan tanaman yang kahat Nitrogen, pertumbuhannya lamban daun pucat dan
tidak hijau berseri warnanya. Bila kekurangannya sangat parah maka daun akan
berubah menjadi hijau muda dan kuning dan daun yang paling bawah (dewasa) yang
menderita dulu kemudian terus keatas (Wijayani dkk, 1998). Tanaman yang kahat
Fosfor, warna daun berubah lebih tua tetapi tidak merata sedangkan akar tumbuh
tidak sempurna. Apabila tanaman kahat Kalium, daun paling bawah berubah warna
menjadi coklat dengan bercak-bercak gelap dan dalam keadaan parah daun menjadi
keriting. Sedangkan tanaman yang kahat Kalsium maka daun akan tumbuh tidak
normal. Rai (2002) mengatakan tanaman yang kahat hara Magnesium maka klorofil
tidak terbentuk karena unsur tersebut esensial bagi molekul klorofil.
2.4
mempunyai sifat dapat memutar cahaya terpolarisasi kearah kanan. Di alam, glukosa
terdapat dalam buah-buahan dan madu lebah. Dalam alam glukosa dihasilkan dari
reaksi antara karbon dioksida dan air dengan bantuan sinar matahari dan klorofil
dalam daun. Proses ini disebut fotosintesis dan glukosa yang terbentuk terus
digunakan untuk pembentukan amilum atau selulosa.
11
Sebagian besar monosakarida dikenal sebagai heksosa, karena terdiri atas 6rantai atau cincin Karbon. Atom-atom Hidrogen dan Oksigen terikat pada rantai atau
cincin ini secara terpisah atau sebagai gugus hidroksil (OH). Ada tiga jenis heksosa
yang penting dalam ilmu gizi yaitu glukosa, fruktosa dan galaktosa. Ketiga macam
monosakarida ini mengandung jenis dan jumlah atom yang sama, yaitu 6 atom
Karbon, 12 atom Hidrogen dan 6 atom Oksigen. Perbedaannya hanya terletak pada
cara penyusunan atom-atom Hidrogen dan Oksigen di sekitar atom-atom Karbon.
Perbedaan dalam susunan atom inilah yang menyebabkan perbedaan dalam tingkat
kemanisan, daya larut dan sifat lain ketiga monosakarida tersebut. Monosakarida
yang terdapat di alam pada umumnya terdapat dalam bentuk isomer dekstro (D).
Gugus hidroksil pada atom karbon nomor 2 terletak di sebelah kanan. Struktur
kimianya dapat berupa struktur terbuka atau struktur cincin (Poedjiadi, A., 2006).
Klorofil adalah pigmen hijau yang ada dalam kloroplastida. Pada umumnya
klorofil terdapat pada kloroplas sel-sel mesofil daun, yaitu pada sel-sel parenkim
palisade dan atau parenkim bunga karang. Dalam kloroplas, klorofil terdapat pada
membran thylakoid grana. Pada tumbuhan tingkat tinggi terdapat dua jenis klorofil
yaitu klorofil-a dan klorofil-b. Pada keadaan normal, proporsi klorofil-a jauh lebih
banyak daripada klorofil-b. Selain klorofil, pada membran thylakoid juga terdapat
pigmen-pigmen lain, baik yang berupa turunan-turunan klorofil-a maupun pigmen
lainnya. Kumpulan bermacam-macam pigmen fotosintesis disebut fotosintem,
berperan menjerap energi cahaya (foton, kuantum) pada reaksi terang untuk
menghasilkan energi kimia berupa ATP dan NADPH2. Contoh turunan klorofil-a
yang berperan penting pada fotosintesis adalah feofitin (kloforil-a yang kehilangan
inti Mg, menjadi salah satu komponen fotosintem II), pigmen yang peka terhadap
680 nm (P680 = sebagai pusat reaksi fotosistem II) , dan P700 (menjadi pusat reaksi
fotosintem I). Pigmen yang lain antara lain carotenoida dan Xantofil (Taiz &
Zeiger, 2003).
12
2.4.1
epsilon
atau
Absorptivitas
lebar
Molar
(M-1cm-1)
celah
(cm)
c = konsentrasi (M)
Dari persamaan di atas dapat diketahui bahwa serapan (A) tidak memiliki
satuan dan biasanya dinyatakan dengan unit absorbansi. Absorptivitas Molar pada
persamaan di atas adalah karakteristik suatu zat yang menginformasikan berapa
banyak cahaya yang diserap oleh molekul zat tersebut pada panjang gelombang
tertentu. Semakin besar nilai Absorptivitas Molar suatu zat maka semakin banyak
cahaya yang diabsorbsi olehnya, atau dengan kata lain nilai serapan (A) akan
semakin besar. Hukum Lambert-Beer di atas berlaku pada larutan dengan konsentrasi
kurang dari sama dengan 0.01 M untuk sebagian besar zat (Praharyawan, 2012).
Ada beberapa metode untuk menghitung kadar klorofil total, klorofil a dan
kolrofil b yang telah dirumuskan. Salah satunya adalah :
Metode Wintermans and De Mots (1965), menggunakan palarut ethanol
(ethyl alchohol) 96 % dan mengukur absorbansi (A) larutan klorofil pada panjang
gelombang () = 649 dan 665 nm.
Larutan yang berwarna akan menyerap panjang gelombang sinar tertentu.
Setiap larutan akan menyerap panjang gelombang tertentu secara maksimal. Angka
serapan terbesar untuk panjang gelombang tertentu menggambarkan panjang
13
gelombang yang paling sesuai untuk larutan tersebut. Angka ini akan tergantung dari
jenis zat terlarut dan pelarutnya. Semakin banyak zat terlarut akan menyerap panjang
gelombang tertentu lebih besar. Dengan demikian perbedaan serapan sinar
menunjukkan intensitas zat terlarut yang diukur. Ada hubungan antara penyerapan
sinar atau panjang gelombang tertentu denan konsentrasi larutan. Besarnya sinat
diserap larutan disebut Optical density (OD) atau nilai Absorbansi . Sebagian sinar
yang tidak terserap merupakan sinar yang dilewatkan (transmit), disebut nilai
transmitan. Biasanya dinyatakan dalam persen (%) (Edward, et al, 1983).
2.4.2
14
2.4.3
Metode yang umum digunakan dalam penentuan kadar Nitrat adalah metode
Brusin-Spektrofotometri. Prinsip dari metode tersebut yaitu, nitrat dalam suasana
asam dengan Brusin Sulfat dan Asam Sulfanilat membentuk senyawa kompleks yang
berwarna kuning. Warna kuning yang terjadi diukur intensitasnya dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang tertentu (Alianto, et al, 2013).
15
BAB III
METODE KERJA
3.1
3.1.1
Percobaan Hidroponik
Alat
Bahan
Baki
Ca(NO)3
Styrofoam
MgSO4.7H2O
Tanaman kangkung
KH2PO4
Fe-EDTA
Penggaris
NaNO3
pH meter
MgCl2
Kapas
NaH2PO4
Batang pengaduk
CaCl2
KCl
H3BO3
MnCl2.4H2O
ZnCl
CuCl2.2H2O
Tabel 1. Alat dan bahan percobaan hidroponik
16
3.1.2
Bahan
Spektrofotometer
Alkohol 96%
Mortar pestel
Kertas saring
Corong
Aseton
Labu ukur
HCl
Saringan buchner
H2SO4
Penangas air
Batang pengaduk
Akuades
Tabung reaksi
Tissue
Cuvet spektro
Larutan seigneft
SPAD meter
Larutan nessler
Penggaris
Amonium
Gelas kimia
Nitrat
Kertas kromatograf
Larutan benedict
Aluminium foil
Tabel 2. Alat dan bahan pengukuran kandungan gula, klorofil dan nitrogen
3.2
Cara Kerja
3.2.1
Percobaan Hidroponik
Larutan stok disiapkan secara satu larutan stok per kelompok dan akan dipakai
bersama. Disiapkan sebuah gelas ukur berukuran satu liter dan dimasukkan zat kimia
sesuai yang tetera pada tabel dikalikan empat. Lalu ditambahkan akuades hingga 1 L.
Disiapkan pula 3 L akuades murni.
Styrofoam dipersiapkan seukuran dengan baki. Styrofoam kemudian dilubangi
di lima titik yang kiranya seukuran dengan batang kangkung. Lima buah kangkung
dimaukkan pada lubang tersebut dengan akar menghadap bawah baki. Kangkung
17
diukur tingginya dimulai dari styrofoam dan dihitung pula daunnya pada setiap
kangkung. Apabila lubang yang dibuat terlalu besar maka dapat digunakan kapas
untuk memenuhi lubang agar kangkung tidak longgar dan merosot.
Baki diisi dengan laruta nutrien yang telah disiapkan dahulu lalu ditambahkan
pula 3 L akuades yang telah disiapkan. Dipastikan bahwa pH dari larutan dalam baki
kini ada antara 6,00-6,50(pengukuran dilakukan dengan diiringi pengadukan).
Apabila pH larutan lebih tinggi maka ditambahkan HCl dan apabila pH larutan lebih
rendah ditambahkan NaOH. kemudian diambil sampel medium dari baki untuk
disimpan dalam kulkas. Batas air ditandai dengan spidol marker tahan air. Kemudian
baki ditutup dengan styrofoam yang telah diisi kangkung. Setelah selesai baki
ditaruh di tempat yang mendapat cahaya matahari, kemudian dilakukan duplo untuk
baki kedua.
Untuk pemeliharaan tanaman dilakukan dengan penambahan akuades pada
baki hingga mencapai batas marker tiap harinya. Untuk tiap 3 hari sekali akan
dilakukan pengecekan pH dengan pH meter dan dipastikan bahwa pH larutan
berkisar antara 6,00-6,50. Lalu setiap seminggu sekali akan dilakukan pengukuran
tinggi batang dan penghitungan jumlah daun kangkung.
3.2.2 Pengukuran kadar gula, klorofil dan nitrogen
3.2.2.1 Kuantifikasi kadar klorofil berdasarkan metode Winterman de
Mots
Setelah 3 minggu pemeliharaan maka dipanenlah kangkung tersebut dan
diperiksa kadar gula, klorofil,dan nitrogennya. Segram daun tanaman kangkung dari
tiap baki diambil dengan sebelumnya dilakukan pengukuran kadar klorofil dengan
menggunakan SPAD meter ,lalu dirata-ratakan apabila menggunakan lebih dari satu
daun tiap bakinya. Kemudian sampel digerus dalam mortar dan dilakukan ekstraksi
dengan alkohol 96% sebanyak 50 ml. Sambil dilakukan ekstraksi seseorang yang
terpilih akan terpisah dari kelompok dan setiap daun keempat dari tiap kangkung
dilakukan pengukuran kadar klorofilnya oleh orang tersebut menggunakan SPAD
18
meter. Ekstrak kemudian disaring dalam saringan buchner. Filtrat yang didapat
kemudian dimasukkan dalam labu ukur 100 ml dan ditambahkan alkohol hingga 100
ml. Kemudian larutan tersebut diukur kadar klorofilnya dengan menghitung
absorbansi menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 649 nm dan
665 nm. Kemudian menggunakan data dari percobaan tiap kelompok dibuatlah
sebuah kurva standar . Setelah kurva standar terbentuk dibuatlah persamaannya dan
diisikan menurut hasil SPAD tiap pohonnya.
3.2.2.2 Pemisahan pigmen klorofil menggunakan kromatografi
kertas
Sampel daun sejumlah segram diambil lagi dan digerus dalam mortar .
Kemudian diekstraksi dengan alkohol 50 ml. Kemudian hasil ekstrak disaring dalam
saringan buchner. Ekstrak kemudian dimasukkan dalam kontainer dan ditaruh juga
kertas kromatograf dalam keadaan tegak dan kertas tersebut ditahan. Kini tinggal
ditunggu sampai batas yang telah disiapkan di kertas kromatograf(2 cm dari atas)
dicapai. Nantinya Rf dari tiap warna akan dihitung dengan menggunakan
perbandingan jarak yang dilalui eluen dan pelarut.
3.2.2.3 Penentuan konsentrasi gula tereduksi pada buah jambu
Buah jambu diambil sebanyak 3 gram dan digerus dalam mortar . Kemudian
dilakukan ekstraksi dengan larutan benedict 2,5 ml dan setelah itu larutan
disentrifuga . Supernatan dari hasil sentrifuga kemudian diambil dan dibaca
absorbansinya
dengan
menggunakan
panjang
gelombang
700
nm
pada
tersebut
kemudian
dilakukan
pengukuran
absorbansinya
dengan
19
20
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
1. Perkembangan Tinggi dan Jumlah Daun pada Tanaman Kangkung
Nomor
Tanaman
1
2
3
4
5
6
7
Minggu 1
Tinggi Jumlah
Minggu 2
Tinggi Jumlah
Minggu 3
Tinggi Jumlah
Minggu 4
Tinggi Jumlah
(cm)
8.70
9.80
8.50
11.60
8.70
9.25
10.20
(cm)
10.80
11.60
9.50
16.30
11.90
11.70
13.50
(cm)
17.30
19.80
18.00
26.20
18.90
16.80
21.10
(cm)
21.30
26.00
23.20
32.00
25.10
26.30
27.50
daun
8
7
8
8
6
7
8
daun
8
9
9
7
7
7
6
21
daun
10
11
14
13
9
24
9
daun
12
13
19
21
14
29
10
No.
8
9
10
Tabel
9.10
12.70
13.70
3.
Baki
Klorofil Total
8
11.40
1
2
8 1 30.0
13.6033.5
6 2 33.1
15.3034.7
3 32.7 32.3
4 27.5 36.4
5 21.8 33.6
(mg/mL)
10Baki 1 18.50
Baki 2 13
7
23.60
5.7364
7.1816 13
6
20.90
7.0164
7.6770 12
6.8512
4.7042
2.3506
6.6861
8.3789
7.2228
24.20
15
28.80
19
31.70
18
Perkembangan
daun
Klorofil Total 10
0
20
45
50
Hasil Spadmeter
Tabel 4. Hasil konsentrasi klorofil total dari persamaan regresi kurva standar
SPADmeter
22
Warna
Hijau
Kuning
Rf
0.378
0.408
Pigmen
Klorofil
Kromoplas
Medium
Absorbans
Konsentrasi nitrat
i
(mM)
Medium Awal
1.056
45.48571429
Medium Akhir baki 1
0.696
24.91428571
Medium Akhir baki 2
1.082
25.25714286
Medium Awal Medium Akhir 1
20.57
Medium Awal Medium Akhir 2
20.23
Tabel 6. Jumlah Konsentrasi Nitrat pada Medium
Absorbansi
Linear
(Absorbansi)
0.400
0.200
0.000
0.000
20.000
40.000
23
Konsentrasi nitrat
1
2
Baki 1
Baki 2
Absorbansi
Konsentrasi Nitrat
(mM/gram daun)
0.388
-0.770773639
0.43
0.432664756
Tabel 7. Konsentrasi Nitrat pada akar
3
2.5
Linear
(Absorbansi)
Linear
(Absorbansi)
1.5
Linear
(Absorbansi)
1
0.5
0
0
10 20 30 40 50 60 70
Jamb
Absorbansi Glukosa
0,421
44.70588
u
Tabel 8. Konsentrasi glukosa pada jambu
Data Tabel 8. diperoleh berdasarkan kurva standar asam salisilat; Kurva 4.
24
absorbansi glukosa
25
4.2
Pembahasan
Penulis menanam kangkung dengan media yang memiliki defisiensi
magnesium. Pada minggu pertama percobaan (11 Februari 2014), tinggi ratarata tanaman sebesar 10.23 cm dan rata-rata jumlah daun 7 helai.
Perkembangan tanaman kangkung minggu kedua adalah memiliki rata-rata
kenaikan tinggi sebesar 12.56 cm dan rata-rata jumlah daun 8 helai. Minggu
ketiga rata-rata kenaikan tinggi tanaman penulis sebesar 20.11 cm dan rata-rata
jumlah daun 13 helai. Lalu, pada minggu terakhir pengamatan atau minggu
keempat rata-rata kenaikan tinggi pada tanaman kangkung penulis adalah
menjadi 26.61 cm dan rata-rata jumlah daun 17 helai.
Dalam percobaan ini penulis membandingkan data yang penulis punya
dengan data dari kangkung yang diberikan nutrien lengkap. Perkembangan
tanaman dengan nutrien lengkap
tingginya sebesar 15.48 cm. Minggu kedua sebesar 16.45 cm. Dan minggu
ketiga sebesar 20.42 cm.
Suatu tanaman memiliki beberapa nutrien yang dibutuhkan untuk
tumbuh yaitu terdiri dari makronutrien dan mikronutrien. Pada percobaan kali
ini penulis menumbuhkan kangkung pada medium dengan defisiesi
magnesium. Magnesium adalah salahsatu unsur pembentuk klorofil, sehingga
bila suatu tanaman mengalami defisiensi magnesium maka tanaman tersebut
akan mengalami klorosis atau warna kekuningan pada urat daun (Taiz dan
Zeiger, 2002). Ini menandakan tanaman tersebut sedikit menghasilkan klorofil
dibandingkan tanaman normal. Gejala klorosis antar urat daun, terjadi pertama
di daun yang lebih tua karena mobilitas elemen ini. Gejala tambahan
kekurangan magnesium adalah gugur prematurnya daun (Taiz dan Zeiger,
2002).
Pada percobaan ini rata-rata kenaikan tinggi tanaman yang memiliki
defisiensi magnesium lebih tinggi daripada tanaman yang memiliki nutrien
lengkap. Menurut literature yang berpengaruh pada tinggi tanaman adalah
hormone auksin dan sitokinin, gen, cahaya, O2, suhu, kelembapan, nutrisi, dan
air. Mungkin memang seharusnya tinggi tanaman penulis lebih pendek dari
tinggi tanaman normal, karena defisiensi magnesium pada nutrien tanaman
26
pada daun
yang
kekurangan klorofil,
sehingga
tidak
berwarna hijau, melainkan kuning atau pucat hampir putih (Taiz & Zeiger,
2003). Perubahan daun yang berwarna kuning diikuti pengurangan klorofil
total. Percobaan yang dilakukan penulis diperoleh klorofil total rata-rata pada
baki 1 dan baki 2 adalah 5,3318 mg/mL dan 7,4293 mg/mL masingmasingnya, sedangkan pada tanaman kontrol diperoleh klorofil total rata-rata
pada baki 1 dan baki 2 adalah 11,0878 mg/mL dan 10,3077 mg/mL masingmasingnya. Berdasarkan hasil tersebut, maka terbukti bahwa kangkung yang
tanpa diberi perlakuan unsur Magnesium terbukti bahwa tanaman mengalami
penurunan jumlah klorofil total. Pengambilan data klorofil total diambil pada
daun ke posisi keempat karena daun posisi keempat dari pertumbuhan tanaman
dinilai memperoleh cahaya tampak dari matahari yang optimum (Edward, et
al, 1983).
Pada Uji Kromatografi Lapis Tipis kertas digunakan alkohol digunakan
sebagai medium fasa gerak larutan polar. Larutan bersifat polar maka akan
terkapilaritasi bersama pelarut polar (alkohol). Pigmen yang merupakan
senyawa organik akan terkapilaritasi bersama alkohol. Perbedaan Rf antara
KLT dengan eluen klorofil dan kromoplas terjadi karena adanya perbedaan
polaritas. Jika Rf lebih kecil, berarti eluen memiliki tingkat polaritas yang lebih
27
29
BAB V
KESIMPULAN
1. Pengaruh nutrisi terhadap pertumbuhan tanaman adalah bisa dilihat dari
tinggi tanaman dan jumlah daun yang bervariasi tiap berbedanya
defisiensi medium.
2. Kandungan glukosa menurut uji benedict adalah sebesar 44.706 dan
menurut uji refraktrometer adala 1%
3. Pigmen tanaman hidroponik pada percobaan ini adalah kromofil dan
korofil..
4. Kandungan nitrat pada medium awal adalah 45.49, pada medium akhir di
baki 1 adalah 24.91, pada medium akhir di baki 2 adalah 25.26, dan
selisih medium awal dan akhir 1 adalah 20.57, da selisih medium awal
dan medium akhir 2 adalah 20.23. dan kandungan nitrat pada akar di baki
1 adalah -0.77 dan pada baki 2 adalah 0.43
DAFTAR PUSTAKA
30
Semarang: JTPTUNIMUS
Raven,Peter H.; Ray F.Evert and Susan E. Eichhorn. Biology of Plants.
LAMPIRAN
(a) Data Mentah
1. Tabel perkembangan tinggi dan jumlah daun pada Kangkung
Nomor
Tanaman
1
2
Minggu 1
Tinggi Jumlah
(cm)
8.70
9.80
daun
8
7
Minggu 2
Tinggi Jumlah
Minggu 3
Tinggi Jumlah
Minggu 4
Tinggi Jumlah
(cm)
10.80
11.60
(cm)
17.30
19.80
(cm)
21.30
26.00
daun
8
9
31
daun
10
11
daun
12
13
3
4
5
6
7
8
9
10
Rata-rata
8.50
11.60
8.70
9.25
10.20
9.10
12.70
13.70
10.23
8
8
6
7
8
8
8
6
7
9.50
16.30
11.90
11.70
13.50
11.40
13.60
15.30
12.56
9
7
7
7
6
10
7
6
8
18.00
26.20
18.90
16.80
21.10
18.50
23.60
20.90
20.11
14
13
9
24
9
13
13
12
13
23.20
32.00
25.10
26.30
27.50
24.20
28.80
31.70
26.61
Hasil
Spad
1
42.6
2 41.1667
Kelompo Hasil
3
41.6
k 4
Spad
26.82
5
43.85
40.6
61 41.283
7 27.2125
82 42.35
37
9
27.8
10
40.3
3 39.47
11
36.65
5
36.13
Absorbansi
649
665
nm
nm
0.339 0.302
0.363 0.333
Absorbansi
0.386 0.288
649
665
0.135 0.115
nm
nm
0.349
0.305
0.282
0.23
0.659 0.588
0.111 0.215
5
0.216 0.181
0.407
0.35
0.253 0.206
7
0.531 0.443
0.166 0.14
0.469 0.39
7
0.23
Klorofil
Total
8.6222
9.2913
Klorofi
9.4768
l Total
3.4015
8.8405
7.0735
16.7668
3.5315
5.4241
10.317
6.3166
7
13.3223
4.2167
11.759
3 0.265
6
0.28
6.7396
39.4 0.313
41.36
3
0.49
7.9863
17.881
7 0.744
2
0.09
24.85 0.109
5
0.25
2.7595
33.85 0.292
9
0.26
7.4199
31.01 0.368
4
0.32
8.9704
10
38.37 0.365
6
0.31
9.2886
11
36.55 0.344
8.8015
32
19
21
14
29
10
15
19
18
17
Absorbansi
0.016
0.050
0.059
0.113
0.148
0.193
Absorbansi
1.625
3.250
7.500
15.000
30.000
0.328
0.493
0.152
0.493
0.839
Absorbansi
0
1.198
1.552
1.729
2.049
2.51
Absorbansi
Mediu
Mediu
Mediu
m
m akhir
m Awal
Akhir 1
2
1.003
0.987
0.872
0.872
0.712
1.255
33
Medium
Akhir 1
34.9714285
7
34.9714285
Medium
Akhir 2
25.8285714
3
56.8571428
3
4
5
6
7
8
1.264
1.056
0.997
1.279
1.292
0.806
1.226
1.194
0.696
1.082
1.349
0.976
1.076
0.45
1.474
0.317
1.2
0.787
0.098
-0.045
0.155
0.756
1.367
0.911
4
57.3714285
7
45.4857142
9
42.1142857
1
58.2285714
3
58.9714285
7
31.2
1158.85714
3
46.2857142
9
45.4857142
9
-20.020
9
10
11
1.070
1.056
7
55.2
24.9142857
1
62.2285714
3
46.6285714
3
69.3714285
7
53.7142857
1
9.25714285
7
-6
63.2571428
6
6
53.3714285
7
46.9714285
7
40.9142857
1
10.8571428
6
3.25714285
7
30.1142857
1
17.4285714
3
28.3428571
4
37.2
Absorbansi
Baki 1
Baki 2
0.902
0.737
2
3
4
5
0.417
0.329
0.388
0.456
0.323
0.671
0.43
0.516
0.216
0.278
0.315
0.347
0.861
0.818
0.015
0.02
10
0.56
0.226
34
Konsentrasi Nitrat
Baki 1
Baki 2
13.9570200
6
9.229226361
0.06017192 2.633237822
-2.46131805 7.338108883
-0.77077364 0.432664756
1.17765043 2.896848138
-5.6991404 3.922636103
-2.86246418 1.945558739
12.7822349
6
11.55014327
-11.4584527 11.31518625
4.15759312
3
-5.41260745
11
1.354
1.144
26.9083094
6
20.89111748
(b) Foto
Baki 1
Baki 2
Tanggal
Pengamat
an
11
Februari
2014
18
Februari
2014
25
Februari
2014
35
27
Februari
2014
Maret
2014
36
37