“Wahai anaku, ini aku, ibumu. Wahai anaku, aku ibumu, Nak. Aku
ibumu, anakku. Dengan siapa kau bicara ?”
Dan dalam waktu yang sempit tersebut, sang pemuda bercerita
dengan napas yang tersengal-sengal,
“Wahai ibuku, seorang gadis sangat cantik jelita, Ibu. Belum
pernah aku melihat gadis secantik itu. Ia datang kemari. Sungguh
aku melihatnya persis di hadapanku. Ia datang melamarku untuk
dirinya, Ibu. Aku bilang kepadanya, tidak. Aku tidak bisa sampai
aku minta izin dulu kepada ibuku”
Sang ibu menangis sejadi-jadinya, keharuannya memuncak,
kerinduannya pada harapan untuk melihat sang buah hati
menikah membuatnya semakin dalam dalam kesedihan. Namun
sang ibu berusaha tegar dan segera menyadari dengan siapa
putranya yang sangat berbakti tersebut berbicara.
“Aku izinkan, anakku. Sungguh, dia adalah hurriyatun (bidadari)
dari surga untukmu. Aku sudah izinkan, Nak“, demikian tutur
sang ibu dalam uraian mata yang deras mengalir.
Tak lama kemudian, sang pemuda sholeh yang patuh tersebut,
meninggal dunia dalam pelukan sang ibu.