Pengemasan Produk Hortikultura Segar
Pengarah :
Ir. Yasid Taufik, MM
Tim Penyusun :
Ir. Aminudin Aziz, MM
Prof. Dr. Sutrisno, M. Agr
Dr. Ir. Endang Warsiki, M. Agr
Ir. Maisaroh
Ofi Nidausoleha, SP, MP
Muryeti
Hengky Wibawa
Ariana
Andi Abdulqodir
Editor/Penyuting :
Mimat Ruhimat, S. TP, M. AP, M. PP
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah
melimpahkan anugerahNya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Buku
Pengemasan Produk Hortikultura Segar.
Buku ini sebagai acuan pengemasan produk hortikultura segar. Buku pedoman
ini disusun dengan melibatkan pakar pengemasan dari Institut Pertanian Bogor, Balai
Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian dan Asosiasi Pengemasan
Indonesia. Buku ini dapat dijadikan pedoman bagi petani, gapoktan, kelompok tani,
asosiasi maupun pelaku usaha dalam melakukan pengemasan produk hortikultura
segar. Petani maupun pelaku usaha diharapkan dapat mengemas produknya sehingga
mampu memberikan nilai tambah dan meningkatkan daya saing produk yang
dihasilkan.
Kami menyadari bahwa penyusunan Buku Pengemasan Produk Hortikultura
Segar ini masih belum sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran untuk perbaikan dari
berbagai pihak sangat kami harapkan.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan buku ini.
Jakarta, Februari 2018
Direktur PPHH
Ir. Yasid Taufik, MM
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL .............................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ v
I. PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................................ 1
B. Tujuan Buku Pengemasan Produk Horti kultura Segar ........................................ 2
II. KARAKTERISTIK PRODUK HORTIKULTURA SEGAR ........................................... 3
A. Buah ............................................................................................................................................. 5
B. Sayuran ....................................................................................................................................... 7
C. Florikultura ............................................................................................................................... 8
D. Biofarmaka ................................................................................................................................ 10
III. KAIDAH PENGEMASAN PRODUK HORTIKULTURA SEGAR ................................. 12
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Pengelompokan Buah Tropis Berdasarkan Pola Respirasinya ................ 6
Tabel 2. Pengelompokan Buah Tropis Berdasarkan Kecepatan Respirasi dan
Produksi Etilennya ...................................................................................................... 6
Tabel 3. Pengelompokan Sayuran Berdasarkan Jenisnya ........................................... 7
Tabel 4. Suhu dan RH Penyimpanan Berbagai Jenis Produk Hortikultura .......... 33
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Area Penjualan Buah dan Sayur di Supermarket ..................................... 33
Gambar 2. Berbagai Jenis Buah dan Sayur yang Dikemas dengan
Film Tipis PCV ........................................................................................................... 35
Gambar 3. Kemasan Perforasi/Berlubang .......................................................................... 36
Gambar 4. Jarum Pelubang Plastik Perforaso .................................................................... 37
Gambar 5. Mekanisme Kerja Kemasan Aktif ..................................................................... 39
Gambar 6. (a) Kemasan Vakum dan (b) Gas Flush (Atmosfer Termodifikasi) ... 41
Gambar 7. Kemasan Atmosfer Termodifikasi ................................................................... 42
Gambar 8. Aplikasi Serbuk Gergaji ........................................................................................ 45
Gambar 9. (a) Buah Tomat, (b) Kemasan Penyerap Etilen,
(c) Buah Tomat Dalam Kemasan, dan
(d) Perubahan Visual Kemasan Penyerap .................................................... 45
Gambar 10. (a) Serbuk dan (b) Sachet Nano Silika – KmnO4 ....................................... 46
Gambar 11. Pisang Kontrol Sampai Hari Ke – 8 ................................................................. 47
Gambar 12. Pisang dengan Penyerap Etilen Sampai Hari Ke – 25 ............................. 47
Gambar 13. Contoh Desain Kemasan dengan Melihat Potensi
Daerah Pedesaan .................................................................................................. 57
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dikemas. Sayur dan buah juga merupakan bahan pangan yang kaya akan
kandungan gizi, air, vitamin, mineral dan serat, dimana kandungan nutrisi ini
terus mengalami perubahan/degradasi akibat respirasi dari produk setelah
pemanenan. Bila pemilihan kemasan kurang tepat, misalnya karena
permeabilita terhadap oksigennya sangat kecil, maka akan menimbulkan
persediaan oksigen akan terbatas, sehingga terjadireaksi respirasi yang bersifat
anaerobik yang menyebabkan kerusakan jaringan produk segar hortikultura
hingga mencapai kebusukan.
Pemilihan teknologi dan jenis kemasan harus mampu menjamin produk segar
terhindar dari kerusakan, jika tidak pengemasan yang kurang baik justru dapat
mempercepat proses penurunan mutu produk tersebut. Dua faktor penting
dalam mendesain suatu kemasan untuk hasil hortikultura segar adalah respirasi
dan transpirasi dari produk,karena kedua faktor ini berhubungan erat dengan
tingkat kerusakan mutu dari produk, dimana karakter ini berbeda-beda untuk
setiap komoditi. Oleh sebab itu, pemilihan jenis kemasan harus memperhatikan
sifat permeabilitas tertentuuntuk jenis sayur dan buah-buahan tertentu
pula.Selain itu, kemasan juga harus kuat dan mampu melindungi produk saat
perlakuan transportasi, distribusi serta penyimpanan. Semua faktor tersebut
harus dapat tertangani oleh pengemasan yang baik.
A. Buah
B. Sayuran
Sayuran umbi-umbian
§ Akar Ubi jalar, wortel
§ Umbi akar (tuber) Kentang, bit
§ Umbi bunga (bulb) Bawang merah, bawang putih
Sayuran yang berbentuk kecambah dan berasal dari bunga tanaman seperti
bunga kol dan brokoli, umunya memiliki laju respirasi dan produksi etilen
lebih tinggi dibandingkan jenis sayuran lainnya, sehingga umur
C. Florikultura
Karena sifat-sifat di atas, bunga potong akan sangat cepat layu dan pudar
warnya, jika tidak disimpan pada suhu rendah dan kelembaban tinggi untuk
mengimbangi respirasi yang tinggi. Penambahan sukrosa sebagai sumber
energi respirasi akan membantu mempeanjang kesegaran bunga. Selain itu,
tanaman florikultura juga harus sangat terjaga dari luka tergores karena
akan menurunkan nilai jualnya. Oleh sebab itu, teknik pengemasan dengan
metoda dan jenis bahan pengemas tertentu menjadi hal yang sangat penting
dalam penanganan produk florikultura.
D. Biofarmaka
Kemasan diartikan secara umum adalah bagian terluar yang membungkus suatu
produk dengan tujuan untuk melindungi produk dari cuaca, guncangan dan
benturan-benturan terhadap benda lain. Setiap bentuk barang benda yang
membungkus suatu benda didalamnya dapat disebut dengan kemasan sejauh hal
tersebut memang melindungi isinya. Untuk menampilkan image dan pandangan
terhadap suatu isi produk, maka kemasan biasanya dibentuk atau didesain
sedemikian rupa, sehingga pesan yang akan disampaikan akan dapat ditangkap
oleh pemakai produk dengan baik.
Sayur dan buah merupakan bahan pangan yang kaya akan kandungan-
kandungan gizi, air, dan masih mengalami respirasi setelah pemanenan, sangat
rentan sekali terhadap kerusakan baik kerusakan fisik, tekstur maupun
kandungan kimia. Akibatnya produk tersebut mengalami penurunan
kandungan gizi, perubahan warna serta komponen lainnya yang dapat
berakibat pada menurunnya nilai jual maupun daya tarik produk sayur dan
buah tersebut. Selain itu sayur dan buah merupakan produk yang tidak tahan
lama sehingga proses pendistribusian dan pemakaian harus cepat, yang
disebabkan terjadinya transpirasi dan respirasi. Kemasan dapat membantu
mencegah dan mengurangi kerusakan, dan melindungi bahan yang ada
didalamnya. Bahan kemasan yang digunakan harus dapat mencegah segala
kerusakan dan mempertahankan karakteristik dari sayur dan buah tersebut.
Dua faktor penting dalam mendesain suatu kemasan adalah respirasi dan
transpirasi karena kedua faktor ini berhubungan erat dengan tingkat
kerusakan dan dari setiap komoditi berbeda-beda. Jenis kemasan yang baik
Fungsi dari kemasan adalah sebagai wadah atau pembungkus yang dapat
mengurangi/mencegah produk dari kerusakan serta melindungi dari bahaya
pencemaran atau gangguan fisik (gesekan, benturan, getaran). Di samping itu,
pengemasan juga berfungsi untuk memudahkan penyimpanan, pengangkutan
dan distribusi. Secara umum fungsi pengemasan adalah sebagai berikut :
D. Penggolongan Kemasan
1) Kemasan Film/Plastik
a) Politen/Polietilen (PE)
Merupakan polimerasi adisi gas etilen dari hasil samping industri
minyak. Ada tiga jenis, Low Density Polyethylene (LDPE) yang mudah
dikelim dan murah, Medium Density Polyethylene (MDPE) yang lebih
kaku dari LDPE dan lebih tahan suhu tinggi, dan High Density
Polyethylene (HDPE) yang paling kaku dan tahan suhu sampai 120°C.
c) Polipropilen (PP)
Syarat utama PP antara lain ringan, mudah dibentuk, transparan,
jernih (kemasan kaku tidak transparan); kekuatan tarik lebih besar
dari PE, suhu rendah, rapuh, mudah pecah; lebih kaku dari PE, tidak
mudah sobek; permeabilitas uap air rendah, permeabilitas gas
sedang; tahan suhu tinggi (150°C) terutama untuk makanan
sterilisasi; titik leleh tinggi, sulit dibuat kantung; tahan terhadap
asam kuat, basa dan minyak; pada suhu tinggi bereaksi dengan
benzena, siklen, toluen, terpentin, asam nitrat kuat.
d) Polistirene (PS)
Sifat utamanya adalah kekuatan tarik dan tidak mudah sobek; titik
lebur rendah (80°C); tahan asam, basa; terurai dengan alkohol, ester,
keton, klorin, hidrokarbon aromatik; permeabilitas uap air dan gas
sangat tinggi; mudah dicetak, licin, jernih, mengkilap; keruh jika
kontak dengan pelarut, mudah menyerap pemlastik; afinitas tinggi
terhadap debu dan kotoran; serta baik untuk bahan dasar laminasi
dengan logam.
g) Selopan
Sifat umum selopan adalah transparan, terang; tidak termoplastik,
tidak bisa direkat dengan panas; tidak larut air, minyak, tidak
melalukan O2; mudah retak pada RH dan suhu rendah; mudah
dilaminasi; mudah dirobek; dan mengkerut pada suhu dingin. Ada
beberapa kode atau jenis selopan, yaitu A/B (Anchored); C
h) Film Plastik
Contoh dari plastik film adalah film larut air dan dapat dimakan,
yaitu amilosa pada bungkus permen dan sosis; selulosa asetat butirat,
selulosa asetat propionat; selulosa nitrat dan selulosa triasetat;
klorotrifluoroetilin (peralatan bedah); etilen buten (mirip HDPE);
fluoro karbon (teflon, tahan bahan kimia); ionomer (kemasan
vakum); polivinil alk (untuk produk kering); polietilen oksida
(kemasan tepung); polialomer (karakter antara HDPE dan PP); dan
H-film (toleransi terhadap suhu cukup besar, sekitar 269-400°C,
tahan terhadap radiasi sinar X).
2) Kertas, Karton
Jenis-jenis kertas lebih beragam mulai dari kertas karton, kertas tulis, kraft,
kertas label, kertas tahan minyak (lemak), hingga berbagai jenis karton.
Secara berangsur-angsur sebagai bahan kemas, kemasan kertas mendapat
saingan dari bahan kemas lain terutama plastik. Kertas dan karton dapat
dibuat lembaran–lembaran dan gulungan, karena itu memungkinkan untuk
dilakukan proses laminasi sehingga kertas banyak dikombinasikan dengan
bahan lain yang kedap udara dan tahan air. Bahan kertas menggunakan
pulp kayu lunak mempunyai panjang serat 0.25 in, sedangkan pulp kayu
lunak (panjang serat < 0.10 in).
a) Kertas kraft
Terbuat dari kayu lunak dengan proses sulfat; kuat; dan banyak
digunakan untuk kemasan.
b) Kertas krep
Dibuat dengan jalan kertas dilewatkan pelan-pelan ke press rolls saat
menjelang akhir pembuatannya sehingga kertas menjadi kerisut.
d) Kertas lilin
Hampir semua kertas dapat dilapisi lilin, caranya lilin ditambahkan
pada saat proses pembuatan kertas atau lilin ditambahkan pada saat
akhir (finished sheet) berupa lilin basah atau lilin kering. Bahan dasar
yaitu parafin yang dicampur dengan salah satu dari PE,
microcrystalline wax atau peetrolatum.Kertas lilin kering yaitu kertas
dilapisi lilin dan dilewatkan heat roller. Kertas lilin basah yaitu lilin
mengeras di permukaan kertas. Lilin dapat dilapiskan pada 1-2
permukaan; biaya produksi rendah; tahan minyak; dan dapat dikelim
panas.
e) Daluang
Terdiri dari linerboard (dari kayu lunak/pinus) dan karton
bergelombang (dari kayu keras dengan proses sulfat); sering disebut
CFB(corrugated fiber board); banyak digunakan di industri sebagai
kemas primer, sekunder maupun tertier.
f) Chipboard
Bahan dari kertas koran, kertas bekas yang dimasak; dapat dibuat
kertas tipis/ringan atau kertas tebal/karton lipat.
g) Soluble paper
Kertas yang larut dalam air; nama dagang Dissolvo (oleh Gilbreth co.,
USA) misalnya Dissolvo A yang larut dalam larutan basa 2-5% dan
tidak larut dalam air yang tidak mengandung alkali; dan dilarang
untuk membungkus makanan oleh FDA.
h) Kertas plastik
Merupakan modofikasi plastik yang dimbuat mirip dengan kertas.
Kertas tertentu yang dilapisi oleh polistiren adalah Q-kote (lapisan
polistiren dua sisi) dan Q-per (tidak dilapisi, tetapi permukaan kertas
diolesi oleh larutan yang mengandung stiren); penemu: Japan
Synthetic Paper co. Sifatnya tahan minyak; tahan air/lembab; tidak
ditumbuhi kapang; dan sering disebut kertas sintetik.
i) Karton lipat
Merupakan kemasan yang populer karena pemakaian luas, bahan
ekonomis, butuh ruangan sedikit untu penyimpanan, dapat dibuat
berbagai bentuk dan ukuran, dapat dicetak, ukuran kecil, tebal
karton 0.014-0.032 in dan relatif kuat. Salah satu atau kedua sisi
karton dapat diputihkan dengan cara solid bleched sulfate board
dan sulfite board. Macam produk yang dikemas menentukan jenis
bahan dan model. Dalam perdagangan dikenal sebagai FC (Folding
Carton). Kadang dilaminasi dengan plastik; Lapisan luar untuk cetak
atau promosi; dan lapisan dalam untuk meningkatkan daya tahan
minyak.
j) Kertas komposit
Merupakan kertas/karton yang diolah bersama bahan kemasan lain
(plastik, logam, plastik dan logam). Manfaat: daya rapuh rendah,
daya kaku rendah dan kekuatan bahan tinggi. Konstruksi kemas
komposit
3) Kayu
Kayu sebenarnya merupakan suatu bahan kemasan yang kuat dan dapat
dipakai secara ekonomis, apabila teknologi pembuatannya yang dipakai
tepat. Di banyak negara berkembang penghasil kayu, kemasan peti kayu
Pada dasarnya tidak ada ketentuan khusus untuk memilih jenis kayu untuk
keperluan kemasan. Karena pada dasarnya kekuatan kemasan dari kayu
tidak ditentukan hanya oleh jenis kayunya saja, tetapi juga oleh tebalnya
kayu yang dipakai, cara persiapan pengerjaan dan cara
pemasangan/pemakuannya.
Kayu kering, kecuali lebih kuat dan ukurannya stabil, jelas menjadi lebih
ringan,yang dapat mengurangi biaya angkutannya. Kemasan yang dibuat
dengan kayu basah dari 80% yang berat misalnya 9 kg, akan menjadi hanya
6 kg beratnya bila dibuat dengan kayu kering dari 15%. Namun kayu kering
lebih mudah patah dan pecah bila dipaku.
Kondisi produk dalam kemasan dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu proses
fisiologis (contohnya respirasi buah dan sayuran segar), proses kimia (contohnya
oksidasi lemak), proses fisika (contohnya pembusukan pada roti), aspek
mikrobiologi (kerusakan karena mikroba) dan serangan hama (contohnya
serangga) (Ahvenainen 2003). Khusus untuk produk hortikultura, pada bab ini akan
dibahas tentang kemasan konvensional yang sudah digunakan sejak lama dan
kemasa modern yang meliputi kemasan vakum dan kemasan atmosfer
termodifikasi. Berbagai perkembangan kemasan masa depan juga akan dibahas
pada bab ini.
A. Kemasan Konvensional/Sederhana
Pengemasan buah dan sayur yang optimum akan memperpanjang umur simpan
dan meningkatkan kualitas produk yang akhirnya akan mengurangi kerugian
selama produk berada di dalam rantai posokan (transportasi dan distribusi).
Pada dasarnya, kemasan yang tepat harus dikombinasikan dengan penyimpanan
yang tepat. Suhu penyimpanan sangat berkontribusi dalam menciptakan kondisi
dalam kemasan yang akan menunda pematangan dan penuaan buah dan sayuran
ini. kondisi penyimpanan yang tepat dapat meningkatkan umur simpan produk
hortikultura sampai dengan 300-800%. Parameter penting untuk penyimpanan
adalah suhu, kelembaban dan modifikasi atmosfer (oksigen, karbon dioksida dan
etilen). Kondisi penyimpanan optimum buah dan sayur bervariasi sesuai dengan
jenis produk, pengolahan, derajat pematangan, waktu panen dan banyak lagi.
proses respirasi. Tabel di bawah ini ada referesi suhu dan RH penyimpanan
berbagai macam buah dan sayur.
Toko ritel biasanya memiliki gudang di ruang belakang. Beberapa gudang ini
memiliki suhu kamar, dan sementara yang lain merupakan ruang pendingin
dengan pada 2-10 ° C. DI area display atau penjualan, di mana produk harus
dijaga tetap dingin, suhu display bervariasi antara 15 dan 25.
sangat tergantung pada jenis plastik, ketebalan, luar permukaan dan perbedaan
suhu dan tekanan.
Gambar 2. Berbagai jenis buah dan sayur yang dikemas dengan film tipis PCV
Kemasan perforasi merupakan solusi untuk mengendalikan atmosfer dalam
kemasan, seperti kemasa berlubang. Kemasan ini yang mempunyai ventilasi
dengan permeabilitas tinggi sehingga mengendalikan permindahan oksigen,
karbondioksida dan uap air dari produk ke lingkungan. Oksigen akan disediakan
secara terus menerus ke dalam kemasan dalam jumlah yang cukup. Pada saat
yang sama, karbon dioksida dapat keluar dari kemasan dengan mudah. Ukuran
lubang harus disesuaikan dengan kebutuhan respirasi produk, jenis kemasan dan
distribusi suhu didalam kemasan. Kemasan jenis ini sering dan banyak dipakai
untuk produk sayuran dan buah-buahan yang dipasarkan baik pasar modern
maupun tradisional.
Lubang plastik dapat dibuat dengan jarum. Jarum ini dapat dibeli dengan harga
murah dengan diameter 0,3-1 mm. Diameter dan banyak lubang akan
menentukan jumlah oksigen yang melewati lubang. Pembuatan lubang silinder
dalam film kemasan sangat sulit dan tergantung pada bahan kemasan dan bentuk
jarum. Jarum medis sangat baik untuk melubangi plastik Jarum juga dapat
dipanaskan terlebih dahulu umtuk memudahkan pelubangan. Pemanasan jarum
harus mencapai suhu yanglebih tinggi dari titik leleh film. Selanjutnya film ini
ditembus dengan jarum dan akan meninggalkan lubang bundar. Ketika film
mencair, jarum akan meninggalkan lubang melingkar, ketika ditarik. Ukuran
lubang akan tergantung pada kedua diameter jarum dan suhu jarum.
Film plastik juga dapat dilubangi dengan bantuan energy elektrostatik. Plastik
ditempatkan pada lempengan/plat atau bahan konduktor lain. Ujung jjarum
diletakkan pada jarak 1-1,5 mm dari permukaan film, kemudian diantara jarum
dan permukaan lempengan plat dialirkan arus bertegangan tinggi sehingga akan
terjadi percikan api pada ujung jarum. Percikan api ini akan mengenai film dan
lubang akan terbentuk. Ukuran lubang dapat di atur dengan mengurangi atau
meningkatkan muatan listrik. Teknik terbaru untuk film perforasi plastik adalah
dengan laser, akan tetapi teknologi ini sangat mahal karena membutuhkan
Perkembangan teknologi kemasan masa kini adalah kemasan aktif dan cerdas.
Pengemasan aktif adalah pengemasan yang bertujuan untuk mengubah kondisi
internal dan eksternal kemasan yang ditujukan untuk memperpanjang umur
simpan atau untuk meningkatkan keamanan namun tetap mempertahankan
kualitas makanan yang dikemas. Pengemasan cerdas bertujuan untuk mengawasi
kondisi produk terkemas khususnya untuk mendapatkan informasi mengenai
kualitas produk selama penyimpanan, transportasi dan distribusi.
Kemasan aktif dan cerdas memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai
sistem baru dalam kemasan produk yang berada di luar teknologi konvensional
yang telah ada saat ini.
1. Kemasan Aktif
dengan masalah laju respirasi serta produksi etilen dari produk, diantaranya
teknologi kemasan dengan teknik CAP/MAP (Devlieghere et al. 2001;Belcher
2006; Brody 2007), teknolologi kemasan aktif (Quintavalla 2002) dan
kemasan cerdas (smart packaging). Menurut Suppakul et al (2003),
pengemasan aktif adalah sebuah konsep inovatif yang dapat didefinisikan
sebagai suatu jenis pengemasan dimana bahan kemasan, produk dan
lingkungan berinteraksi untuk memperpanjang umur simpan atau menjaga
keamanan atau penampakan bahan. Khusus untuk produk hortikultura yang
merupakan produk segardan mudah rusak tetapi harus disimpan dalam
waktu yang lama, kemasan aktif bukanlah hal mustahil untuk mencapai
tujuan ini.
Bahan aktif Produk
Gambar 5. Mekanisme kerja kemasan aktif
Plastik ini alam mengatur sejumlah kecil gas di dalam plastik dan yang
mencegah kemasan ini dari terlalu kedap yang ditunjukkan dengan
kelengketan plastik pada produk sayuran. Dengan demikian produk terhidar
dari kerusakan karena tekanan yang dapat menyebabkan luka dan memar.
Aplikasi teknik ini terlihat pada kemasan balon salad yang dipasarkan di gerai
gerai modern. Prinsip yang sama juga dipalikasikan untuk kemasan vakum
pada buah-buahan. Buah sebaikan dibekukan sebelum dikemas vakum
sehingga betuk buah dapat dipertahankan. Penerapan Gas Flush, sering
digunakan terutama untuk buah-buahan lembek seperti nangka, durian.
(a) (b)
Gambar 6. (a) Kemasan Vakum dan (b) Gas Flush (atmosfer termodifikasi)
simpan buah dan sayuran tersebut (Willa dan Warton 2000;Wills et al. 2001).
Umumnya, produksi etilen atau C2H4akan meningkat seiring dengan
pematangan saat panen, terjadinya kerusakan fisik, terserang penyakit dan
terjadinya peningkatan suhu diatas 30ºC (Kader 1992). Beberapa senyawa
penyerap etilen yang telah digunakan seperti kalium permanganat (KMnO4),
karbon aktif dan mineral-mineral.
Daya penghambat KMnO4 terhadap kerja etilen juga dipengaruhi oleh suhu.
Semakin rendah suhunya, jika dikombinasikan dengan KMnO4 akan
memberikan hasil efektif terhadap penghambatan buah yang akan matang,
karena pada suhu rendah enzim penggiat metabolisme juga tidak aktif
(Suyatma 2007).
Etilen kristal dan arang aktif dapat juga digunakan untuk menyerap etilen
meskipun pada akhirnya etilen tidak sepenuhnya dapat diserap (Choi et al.
(2003) dan Bailen et al. (2006). Kalium permanganan dalam bentuk cairan
akan mempunyai daya absorsi lebih tinggi dibandingan dalam bentuk kristal.
Penggunaan kalium permanganan cair yang diserapkan dalam serbuk gergaji
telah dicobakan oleh petani Lampung pada pengiriman buah pisang segar.
Serbuk gergaji-KMnO4 ini ditaburkan di atas tumpukan pisang yang siap
ditransportasikan (Gambar 2). Teknik ini telah terbukti dapat mengurangi
kerusakan buah karena kematangan dini sampai 20%. Walaupun praktek ini
akan menambah biaya produksi namun masih dapat dikatakan ekonomis
karena nilai uang karena pengurangan kerusakan buah lebih tinggi
dibandingkan dengan biaya penyerap etilen.
Serbuk gergaji-
KMnO4
Gambar 8. Aplikasi serbuk gergaji-KMnO4
Teknik lain penggunaan KMnO4 sebagai etilen oksidator dilakukan dengan
penjerap KMnO4 kedalam matrik polimer. Penelitian Warsiki (2013) telah
berhasil mencampurkan KMnO4 dan kitosan, kemudian dicetak menjadi film.
Film ini telah diujicobakan untuk menyimpan buah tomat ceri yang hasilnya
terlihat mampu menghambat kematangan dibandingkan dengan kontrol
(Gambar 9).
a1
a2
(a) (b)
KMnO
44
(a)
(c) (d)
Gambar 9. (a) Buah tomat ((a1) suhu penyimpanan ruang (32°C), (a2) suhu
penyimpanan kulkas (9°C)), (b) kemasan penyerap etilen,
(c) buah tomat dalam kemasan, dan (d) perubahan visual
kemasan penyerap etilen.
KMnO4 juga dapat ditambatkan pada suatu partikel padat berpori seperi
alumina aktif, vermiculite, dan silica gel. Fungsi alumina adalah untuk
menangkap gas pada permukaan dan merupakan pembawa permanganat)
sehinga kinerja kalium permanganan menjadi lebih efektif. Penggunaan
katalis untuk meningkatkan daya serap arang aktif juga telah dilakukan
dengan menggunakan arang aktif dengan paladium sebagai katalisator dan
memperlihatkan hasil yang lebih baik dibandingkan jika hanya menggunakan
arang aktif. Aplikasi bungkusan (sachet) nano silika untuk menjerap KMnO4
(Gambar 10) terbukti sangat efektif untuk memperpanjang umur simpan
pisang Ambon (Musa Paradisiaca) sampai 23 hari dibandingkan dengan
kontrol yang hanya 9 hari (Gambar 11).
Gambar10. (a) Serbuk dan (b) sachet nano silika - KMnO4
Gambar12. Pisang dengan penyerap etilen sampai hari ke- 25
Contoh indikator luar yaitu indikator waktu, indikator suhu dan indikator
pertumbuhan mikroba sementara contoh indicator dalam adalah indicator
oksigen, indicator karbon dioksida, indicator mikroba pathogen dan indicator
pertumbuhan mikroba. Kemasan cerdas ini dapat memberikan informasi kepada
komsumen mengenai kerusakan produk apabila tidak di perlakukan sesuai
syarat penyimpanan, melacak titik-titik kritis, dan memberikan informasi lebih
rinci seluruh rantai suplai dan distribusi produk, sehingga keamanan produk
konsumen lebih terjamin.
Buah dibeli konsumen sesuai dengan kematangan yang diinginkan, namun sering
ditemu ada kesulitan untuk memprediksi kemarangan sesuai dengan kebutuhan.
Beberapa dari konsumen memerlukan buah-buahan mentah karena itu perlu
untuk disimpan dalam beberapalama, sedangkan yang lain, memerlukan buah
yang sudah matang karena itu akan segera dikonsumsi. Dalam memilih
kematangan buah sering salah, terutama untuk memilih buah yang diperlukan
berdasarkan tingkat kematangan. Beberapa buah-buahan kadang-kadang secara
visual tidak dapat dibedakan secara signifikan antara mentah dan matang karena
buah buahan tersebut tidak mengalami perubahan warna kulit seperti pir,
mangga, alpukat, buah naga dan beberapa jenis pisang (misal pisang Ambon).
Umumnya, konsumen akan menekan daging buah untuk memastikan tingkat
kematangan berdasarkan kelembekan buah.
Praktek seperti ini tentu tidak dapat dibenarkan, karena penekanan daging buah
dapat meninggalkan luka memar yang akhirnya akan menurukan kualitas buah.
Oleh karena itu suatu tag atau label harus disertakan dalam kemasan buah untuk
membedakan kematangannya. Salah satu inovasi ini adalah menggunakan label
cerdas atau pintar indikator kematangan.
Indikator warna yang sensitive terhadap gas etilen dapat digunakan untuk
mendeteksi kematangan buah dengan perubahan warna label indikator dari
suatu warna menjadi warna lain. Beberapa senyawa kimia seperti kalium
permanganat (KMn4) adalah bahan kimia yang bagus untuk menyerap gas etilen.
Bahan ini akanberubah warna dari ungu menjadi hitam ketika KMnO4 jenuh
dengan etilen. Mekanisme ini didasarkan pada reaksi oksidasi reduksi. KMnO4
adalah oksidator kuat dan mampu memutus rantai ganda etilen untuk
menghasilkan etilena glikol (CH2OH), mangan oksida (MnO2), kalium hidroksida
(KOH) dan karbon dioksida (CO2). Proses ini akan merubah warna kalium
permanganat dari ungu ke hitam. Namun, senyawa ini tidak begitu efektif karena
perubahan warna tidak secara visual terlihat dengan mata (Widayanti 2016).
Dengan demikian, masih perlu upaya untuk menemukan senyawa lain yang
memberi warna perubahan warna yang signifikan ketika terpapar oleh gas etilen.
Bahan kimia lebih sensitif etilen seperti molibdat dan paladium juga dapat
digunakan untuk oksidasi etilen. Namun, bahan ini tidak stabil dan mudah
berubah karena perubahan pH, suhu dan kelembaban. Oleh karena itu,
pengembangan indikator warna yang stabil sangat penting untuk pengembangan
label pendeteteksi kematangan buah seperti menggunakan bahan logam
molybdenum dalam bentuk ammonium molibdat. Dalam bentuk larutan, bahan
ini berwarna kuning dan akan berubah menjadi biru ketika terpapar oleh etilen.
C. Desain Kemasan
Kemasan saat ini tidak hanya sebagai pelindung dari produk namun jauh lebih
luas lagi, kemasan kini sudah menjadi bagian dari media bagi perusahaan untuk
meningkatkan kepercayaan terhadap produk baik dari sisi fungsional maupun
emosional. Penggunaan kemasan merefleksikan identitas dan citra perusahaan
yang menjadi salah satu faktor kesuksesan dalam penjualan produk.
Fungsi pada kemasan tidak hanya mengukur dari kekuatan dan ketahanan
produk, namun dapat dilihat dari sisi 2 Dimensi (Grafis) maupun 3
Dimensi (Produk). Salah satunya adalah merek. Memberikan merek pada
sebuah produk akan menciptakan nilai tambah dan memiliki potensi
dikenal oleh konsumen. Tentu merek yang mudah dibaca dan dilafalkan
akan lebih diingat oleh konsumen atau nama yang memiliki keunikan.
Merek juga memberikan positioning dan target konsumen yang akan
disasar sehingga produk akan tepat sasaran. Lalu memberikan informasi
gizi juga merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan daya beli
konsumen. Munculnya gerai-gerai jus dengan informasi kesehatan
mendapat respon yang cukup baik bagi konsumennya.
Dari sisi 3 Dimensi, produk harus mampu melindungi kualitas isi dari
produknya. Selain itu kemasan produk harus memperhatikan bagaimana
user/konsumen menggunakannya. Perancangan kemasan dengan
mempertimbangkan user/konsumen akan menjadikan nilai tambah yang
tinggi pada kemasan. Misalnya, kemasan yang diberi pegangan/handle
untuk mempermudah konsumen membawa kemasan tersebut atau
kemasan yang mudah dibuka saat konsumen menggunakannya.
b. Emosional
Manusia memiliki 5 panca indera yang digunakan untuk merespon sebuah
produk. Bukan hanya mata sebagai penentu sebuah keputusan membeli
namun indera lain pun menjadi penentu dalam sebuah keputusan
konsumen. Sisi emosi inilah yang terkadang menjadi sebuah keputusan
saat membeli misalnya saja saat kita melewati sebuah gerai makanan dan
tiba-tiba tercium bau makanan yang lezat maka konsumen akan berhenti
sejenak bahkan membeli makanan tersebut. Dengan mempelajari
konsumen maka sebuah produk akan mampu memiliki daya tarik.
Kemasan membangun kepercayaan konsumen apabila produk didalamnya
memberikan kualitas baik.
Kemasan dengan nilai inovasi tidak selamanya harus memiliki teknologi yang
tinggi, dengan kemampuan kreativitas akan membuat sesuatu yang
sederhana tampak lebih menarik. Dengan melihat potensi sekitar akan
muncul ide-ide dalam mengemas. Misalnya kita melihat potensi pantai yang
terdapat kelapa sebagai daya tarik. Namun apabila kelapa tersebut tidak
dikemas maka kemungkinan para wisatawan hanya bisa melihat itu sebagai
minuman segar saja. Apabila kita memperhatikan potensi pantai dengan
memanfaatkan jaring nelayan dan manik-manik kerang sebagai kemasan
kelapa sebagai oleh-oleh untuk para wisatawan, maka nilai produk tersebut
meningkat tidak hanya sebagai minuman segar namun sebagai bentuk buah
tangan yang memiliki nilai cerita untuk keluarganya.Kemasan dengan
meningkatkan nilai kultur dan daerah akan menjadikan produk khas di
daerah tersebut menjadi produk unggulan, misalnya kemasan buah di
pedesaan dengan memanfaatkan anyaman hasil kerajinan warga dengan
potensi sungai yang menghasilkan batu-batu kali seperti Gambar 13.
Gambar 13. Contoh Desain Kemasan dengan Melihat Potensi Daerah Pedesaan (Sumber:
Pribadi)
Kemasan menjadi salah satu unsur yang sangat penting bagi produsen dalam
menawarkan produknya, maka dari itu kemasan bukan hanya sekadar
pembungkus atau pelindung isinya, lebih jauh dari itu kemasan menjadi suatu
ciri, tanda, nama, merek bagi pemiliknya alias “packaging is branding”. Apapun
jenis produk yang akan dijual tatkala dikemas dengan apik, unik, menarik maka
dari kemasan tersebut akan tergambarkan kualitas, nilai, benefit dan merek
produk yang dijual.
Di era globalisasi ini persaingan produk semakin ketat dan semakin kompetitif.
Berbagai usaha dilakukan para produsen untuk meningkatkan nilai tambah
produk yang ditawarkannya, kemasan menjadi salah satu pilihan dan senjata
penentu nilai tambah disamping mutu yang ditawarkan. Tanpa kemasan yang
apik dan unik, suatu produk terkesan mempunyai dinilai rendah walaupun
sebenarnya mutu produk tersebut sudah memenuhi standar.
Strategi menawarkan suatu produk harus berani tampil beda agar konsumen
tertarik melihat, menimbang dan akhirnya memutuskan untuk membeli produk
yang ditawarkan, sebaliknya jika kemasan yang dibuat sudah tidak menarik
perhatian dan tidak dapat mempengaruhi minat konsumen karena bentuk,
ukuran, warna, grafis dan bahan yang disajikan tidak menggoda perhatian
konsumen maka otomatis konsumen akan meninggalkan produk yang
ditawarkan.
Kita harus jeli dalam menentukan kemasan yang akandigunakan karena sangat
tergantung dengan sifat produk yang akan dikemas dan tujuan dilakukannya
pengemasan. Apakah itu kemasan untuk produk siap konsumsi atau produk
yang masih memerlukan olahan agar bisa dikonsumsi, hal ini sangat
mempengaruhi bahan dasar kemasan, demikian juga tujuan pengemasan
apakah untuk distribusi jarak jauh atau untuk langsung retail. Namun demikian
kemasan yang baik adalah kemasan yang simple, unik, elegan, fungsional dan
menciptakan respons emosional positif yang secara tidak langsung seolah dapat
berbicara: “Pilih dan Belilah saya.”
VI. PENUTUP
Kegiatan pengemasan produk hortikultura segar, pada umumnya tidak
dilakukan di tingkat petani atau produsen. Mereka berpikir dengan melakukan
pengemasan pada produknya akan membutuhkan waktu yang lama, sementara
mereka menginginkan produknya dapat terjual dengan cepat. Di sisi lain,
mereka belum memahami bahwa produk hortikultura hasil panennya
merupakan produk yang masih hidup yang masih melakukan respirasi sehingga
memerlukan perlakuan untuk mendapat perlindungan dengan cara
pengemasan.
Dengan pengemasan, produk hortikultura akan terlindungi dari benturan, akan
dikurangi/diperlambat laju respirasiny sehingga awet dan tahan lama. Dengan
performan yang pas dan menarik akan meningkatkan daya tarik dan
meningkatkan hubungan kedekatan secara emosional sehingga membuat
konsumen untuk memiliki/mengkonsumsinya, sehingga dapat meningkatkan
nilai omset dan nilai jual.
Diharapkan dengan diterbitkannya buku kemasan produk hortikultura segar,
para produsen hortikultura sadar pentingnya melakukan pengemasan dan
dapat mendorong petani/produsen melakukan pengemasan yang baik dan
menarik sehingga dapat meningkatkan omset penjualan dan meningkatkan
keuntungan.Di sisi lain, konsumen akan merasakan lebih aman dan nyaman
serta mau membeli dengan harga lebih dibanding dengan produk yang tidak
dikemas.
Semoga buku pengemasan produk hortikultura segar dapat memberikan
pemahaman bagaimana melakukan pengemasan yang baik dan benar terutama
petani/produsen hortikultura sehingga akan dapat meningkatkan nilai jual dan
nilai tambah bagi produsen dan konsumen merasa aman, nyaman bila
mengkonsumsi produk dalam kemasan.