Hari : Kamis
Disetujui Oleh:
1
UJI SENYAWA KARBOHIDRAT
A. Tujuan Percobaan
1. Mengenal reaksi umum dari senyawa golongan karbohidrat
2. Mengidentifikasi reaksi yang membedakan antara gula pereduksi dan
nonpereduksi
3. Mengidentifikasi hasil reaksi hidrolisis polisakarida
B. Dasar Teori
1
Almatsier. S.Prinsip Dasar Ilmu Gizi.( Jakarta : Gramedia Pustaka Utama,2010)
2
seperti selulosa, pektin serta lignin. Ada dua macam karbohidrat yaitu
karbohidrat kompleks dan karbohidrat simpleks. Karbohidrat kompleks
misalnya nasi, biji-bijian, kentang, dan jagung, sedangkan contoh
Karbohidrat simpleks adalah gula dan pemanis lainnya. Nama lain dari
karbohidrat adalah sakarida, berasal dari bahasa Arab "sakkar" yang
artinya gula. Melihat struktur molekulnya, karbohidrat lebih tepat
didefenisikan sebagai polihidroksialdehid atau polihidroksiketon.2
2
Murray, R. K. dkk. Biokimia Harper. (Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran.EGC, 2009)
3
Pratana, Crys Fajar dkk.Kimia Dasar 2: Common Textbook. (Malang: UM Press, 2003)
3
2. Semua jenis karbohidrat akan berwarna merah apabila
larutannya (dalam air) dicampur dengan beberapa tetes larutan α-naftol
(dalam alcohol) dan kemudian dialirkan pada asam sulfat pekat dengan
hati-hati sehingga tidak tercampur. Sifat ini dipakai sebagai dasar uji
kualitatif adanya karbohidrat (uji Molisch).
Macam-macam karbohidrat:
1. Monosakarida
5
Suhara. Dasar-Dasar Biokimia. (Bandung : Prisma Press, 2009)
4
Bentuk monosakarida ini dapat dibagi lagi menjadi beberapa yaitu,
triosa, tetrosa, pentosa, hektosa, heptosa atau oktasa.
2. Disakarida
3. Polisakarida
1. Uji Iodium
5
menghilang. Dan sewaktu didinginkan warna biru akan muncul
kembali.6
6
Mustakin, F., & Tahir, M. M. 2019. ANALISIS KANDUNGAN GLIKOGEN PADA HATI,
OTOT, DAN OTAK HEWAN. (Canrea Journal: Food Technology, Nutritions, and Culinary
Journal, 2019), h. 75-80.
7
Susmiati, Yuana; SETYANINGSIH, Dwi; SUNARTI, Titi Candra. Rekayasa proses hidrolisis
pati dan serat ubi kayu (Manihot utilissima) untuk produksi bioetanol. Agritech, 2011, 31.4.
6
merah jingga yang memberikan perkiraaan semikualitatif adanya
sejumlah gula yang mereduksi.8
C. Metodologi
1) Larutan amilum
2) Larutan glukosa
3) Larutan sukrosa
4) Larutan iodine 0,01N
5) Larutan HCl 2N
6) Aquades
8
Suhara. Dasar-Dasar Biokimia.(Bandung : Prisma Press, 2009)
7
2. Prosedur Percobaan
Uji Iodium
Menyiapkan 2 ml larutan uji kemudian masukkan ke dalam
tabung reaksi.
8
D. Analisa Data
Hasil Percobaan
a) Uji Iodium
No Sampel Hasil pengamatan Polisakarida
Bening Kuning
3. Sukrosa -
kecokelatan
3. Putih cokelat
3 menit 4 (12) Monosakrida
keorange gelap
4.
5. Putih cokelat
3 menit 5 (15) Monosakrida
keoranyean lebih terang
6.
3 menit 6 (18) Putih oranye Monosakrida
Putih kuning
7. 3 menit 7 (21) Monosakrida
keoranyean
8. 3 menit 8 (24) Putih kunimg Monosakrida
9
Reaksi
a) Uji Iodin
E. Pembahasan
Pembahasan Percobaan
Pada praktikum kali ini menguji karbohidrat menggunakan uji iodium dan uji
hidrolisis pati.
1. Uji iodium
Pada tabel percobaan diatas, hasil uji pada sample amilum yang dicampur
dengan larutan iodium adalah dari warna putih (amilum) berubah menjadi
ungu pekat. Sesuai dengan referensi larutan tersebut termasuk dalam jenis
polisakarida. Karena, perubahan warna pada larutan yang berubah menjadi
10
ungu pekat menandakan iodium bereaksi dengan polisakarida di dalam
larutan uji.
Sampel glukosa yang ditetesi iodium, dari warna bening berubah menjadi
kuning. Sampel sukrosa dari warna bening menjadi kuning kecokelatan.
Pada sampel glukosa hasilnya sesuai dengan referensi karena glukosa
merupakan senyawa karbohidrat yang termasuk dalam golongan
monosakarida. Namun pada hasil reaksi sukrosa dengan iodin larutan tidak
berubah menjadi ungu seperti referensi namun berubah menjadi kuning
kecokelatan, hal itu kemungkinan terjadi karena iodin tidak bereaksi
sepenuhnya dengan sukrosa disebabkan oleh beberapa hal kemungkinan
terjadi karena sukrosa tidak berada pada suhu optimum untuk dapat bereaksi
dengan iodin sehingga hanya bereaksi menjadi kuning kecokelatan saja.9
Untuk hasil dari percobaan pertama (3 menit ke-1) dan kedua (3 menit ke-
2) dihasilkan warna ungu kecokelatan di mana polisakarida ini dinamakan
amilopektin. Amilopektin merupakan molekul berukuran besar yang
dengan mudah ditemukan karena menjadi satu dari dua senyawa dalam
penyusun pati.
9
Mustakin, F., & Tahir, M. M. (2019). ANALISIS KANDUNGAN GLIKOGEN PADA HATI,
OTOT, DAN OTAK HEWAN. Canrea Journal: Food Technology, Nutritions, and Culinary
Journal, 75-80.
11
merah tua campur dengan warna cokelat. Pada warna ini berarti larutan
mengandung eritrodekstrin.
Hasil percobaan ini sesuai dengan referensi materi yang sudah ada di mana larutan
polisakarida akan berubah menjadi monosakarida ketika dipanaskan dan bereaksi
dengan enzim dan asam hal itu di sebabkan karena larutan terhidrolisis menjadi
monosakarida.
12
dengan mudah ditemukan karena menjadi satu dari dua senyawa
dalam penyusun pati.
2. Saran
Sebaiknya ketika percobaan kita melakukan percobaan dengan lebih
lihai ketika menggunakan alat lab. Karena dengan kita dapat
menggunakan alat lab dengan sempurna hasil percobaan kita ini akan
semakin baik dan lebih sempurna.
G. Referensi
Almatsier. S. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama
Mustakin, F., & Tahir, M. M. 2019. Analisis Kandungan Glikogen Pada
Hati, Otot, Dan Otak Hewan. Canrea Journal: Food Technology,
Nutritions, and Culinary Journal, 75-80.
Murray, R. K. dkk. 2009. Biokimia Harper. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran.EGC
Pratana, Crys Fajar dkk. 2003. Kimia Dasar 2: Common Textbook.
Malang: UM Press.
Suhara. 2009. Dasar-Dasar Biokimia. Bandung : Prisma Press.
13
Susmiati, Y., Setyaningsih, D., & Sunarti, T. C. 2011. Rekayasa proses
hidrolisis pati dan serat ubi kayu (Manihot utilissima) untuk produksi
bioetanol. Agritech, 31(4).
H. Dokumentasi
14
Penetesan Iodin ke Glukosa, Sukrosa ,dan Amilum ke dalam tabung reaksi
Hasil penetesan Iodin ke Glukosa, Sukrosa ,dan Amilum ke dalam tabung reaksi
15
Hasil Proses Hidrolisis
16
AGRITECH, Vol. 31, No. 4, NOVEMBER 2011
REKAYASA PROSES HIDROLISIS PATI DAN SERAT UBI KAYU (Manihot utilissima)
UNTUK PRODUKSI BIOETANOL
Hydrolysis Process Design of Starch and Cassava (Manihot utilissima) Fibers for Bioethanol Production
1
Jurusan Teknologi Pertanian, Politeknik Negeri Jember, Jl. Mastrip PO.BOX. 164, Jember; 2Departemen Teknologi Industri
Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Jl. Darmaga, PO BOX 220 Bogor 16002
Email: yu_ana_poltekjem@yahoo.com
ABSTRAK
Produksi etanol dari ubi kayu biasanya menggunakan enzim untuk menghidrolisis pati. Hidrolisis secara enzimatis
menggunakan enzim α-amilase dan amiloglukosidase tidak mampu mengkonversi serat menjadi gula. Hidrolisis
asam berkonsentrasi rendah dilakukan untuk mengkonversi pati dan serat, sehingga gula-gula sederhana yang
dapat difermentasi meningkat dan menghasilkan produksi etanol tinggi. Pada penelitian ini ada dua tahap hidrolisis
menggunakan asam berkonsentrasi rendah, yaitu tahap pertama untuk menghidrolisis pati dengan konsentrasi H2SO4
0,1-0,5 M selama 5-15 menit dan tahap kedua untuk menghidrolisis serat dengan kensentrasi H2SO4 0,5-1,0 M selama
10-20 menit pada suhu dan tekanan sama, yaitu 121-127 oC dan 1,0-1,5 atm. Kekurangan pada hidrolisis asam adalah
terbentuknya senyawa toksik seperti hidroksimetil furfural (HMF) yang mengganggu fermentasi khamir. Oleh karena
itu hidrolisat asam didetoksifikasi menggunakan NH4OH sebelum digunakan sebagai substrat fermentasi. Kondisi
terbaik hidrolisis pati diperoleh pada konsentrasi H2SO4 0,4 M selama 10 menit dengan nilai total gula 257,37 g/l,
gula pereduksi 229,38 g/l, dextrose equivalent (DE) 89,59 dan HMF 0,57 g/l. Selain itu kondisi terbaik hidrolisis serat
diperoleh pada konsentrasi H2SO4 1,0 M selama 20 menit dengan nilai total gula 79,74 g/l, gula pereduksi 70,88 g/l,
DE 88,99 dan HMF 0,0142 g/l. Hidrolisat asam yang paling sesuai digunakan sebagai substrat fermentasi adalah dari
hidrolisis satu tahap tanpa pemisahan serat yang menghasilkan etanol dengan konsentrasi 5,7 % (b/v) dan rendemen
etanol 30,5 (b/b). Hasil tersebut tidak berbeda jauh dengan hidrolisis enzimatis yang mengasilkan rendemen etanol 30
% (b/b).
ABSTRACT
Ethanol production from cassava (Manihot utilissima) usually uses enzymatic process for starch hydrolysis. Enzymatic
hydrolysis by α-amylase and amyloglucosidase enzymes are not able to convert cassava fibers into sugars. Dilute acid
hydrolysis is applied to convert both starch and fibers, which will increase the yield of simple sugars as fermentable
sugars and resulting in high ethanol production. In this research there are two steps of dilute acid hydrolysis, first
for starch hydrolysis at H2SO4 concentration of 0.1-0.5 M, 5-15 minutes and second for fiber hydrolysis at 0.5-1.0
M H2SO4, 10-20 minutes, at the same temperature of 121-127 oC and pressure of 1.0-1.5 atm. The disadvantage of
acid hydrolysis is the formation of toxic compounds such as hydroxymethyl furfural (HMF) which is inhibited yeast
fermentation. Therefore, acid hydrolyzates were detoxified with NH4OH before use as fermentation substrate. The
best starch hydrolysis condition was obtained at 0.4 M H2SO4 for 10 minutes which gave 257.37 g/l of total sugars,
229.38 g/l of reducing sugars, 89.59 of dextrose equivalent (DE) and 0.57 g/l of HMF. While the best fiber hydrolysis
performed at 1.0 M H2SO4 solution for 20 minutes which gave 79.74 g/l of total sugars, 70.88 g/l of reducing sugars,
88.99 of DE and 0.0142 g/l of HMF. Single direct acid hydrolysis was the most suitable substrate for yeast fermentation
with the ethanol concentration of 5.7 % (w/v) and 30.5 % (w/w) of ethanol yield. This result is comparable with
enzymatic hydrolysis which gave ethanol yield of 30 % (w/w).
384
AGRITECH, Vol. 31, No. 4, NOVEMBER 2011
385
AGRITECH, Vol. 31, No. 4, NOVEMBER 2011
386
AGRITECH, Vol. 31, No. 4, NOVEMBER 2011
asam sulfat 0,6-1,5 % selama 30-90 menit menghasilkan gula DE merupakan perbandingan atau rasio dari gula pereduksi
pereduksi 125-197,1 mg/g. dan total gula. Jika total gula nilainya tidak begitu jauh dari
gula pereduksi maka akan diperoleh nilai DE yang cukup
300
besar, meskipun nilai total gula dan gula pereduksi tersebut
TG dan GP cukup kecil. Dari kenyataan tersebut dapat dijelaskan bahwa
250
(g/l) proses hidrolisis bisa saja terjadi lebih sempurna untuk
200 tingkat konversi yang rendah yaitu hanya di ujung-ujung
150 rantai polisakarida dimana hidrolisis yang terjadi sebagian
100 besar menghasilkan gula pereduksi atau glukosa. Berdasarkan
50 analisis statistik konsentrasi asam sangat berpengaruh nyata
terhadap nilai DE. Nilai DE tertinggi (89,59) diperoleh pada
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 M H2SO4
kondisi proses hidrolisis dengan konsentrasi asam sulfat 0,4
M selama 10 menit.
TG 5 mnt TG 10 mnt TG 15 mnt
GP 5 mnt GP 10 mnt GP 15 mnt
Hidrolisis asam berkonsentrasi rendah merupakan
suatu proses yang cepat dan murah untuk menghasilkan gula-
Gambar 1. Total gula (TG) dan gula pereduksi (GP) hasil hidrolisis tahap gula sederhana dari karbohidrat, akan tetapi dihasilkan pula
pertama beberapa produk samping yang mengganggu dan bersifat
toksik terhadap mikroorganisme pada fermentasi alkohol.
Besarnya nilai total gula dan gula pereduksi merupakan Hidrolisis asam pada ubi kayu dapat mengkonversi pati dan
parameter yang digunakan untuk menghitung besarnya selulosa menjadi glukosa, serta hemiselulosa menjadi xilosa,
nilai dextrose equivalent (DE), dimana DE merupakan manosa, galaktosa, glukosa dan asam asetat. Degradasi
perbandingan/rasio antara gula pereduksi dengan total gula gula-gula sederhana menjadi senyawa-senyawa inhibitor
dikalikan 100. Menurut Moore dan Amante (2005) DE sangat dipengaruhi oleh suhu, waktu dan konsentrasi asam
dinyatakan sebagai persentase dari hidrolisis ikatan glukosida (Adrados dkk., 2005; Palmqvist dan Hahn-Hagerdal 2000).
yang menunjukkan kekuatan reduksi. Dektrosa yang biasanya Kadar HMF pada hidrolisis tahap pertama ternyata semakin
digunakan sebagai standar dalam penelitian adalah pati (DE meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi asam dan
= 0) dan glukosa (DE = 100). Semakin tinggi DE semakin waktu hidrolisis (Gambar 3). Analisis statistik RAL juga
sempurna proses hidrolisis yang terjadi. Nilai DE tertinggi menunjukkan bahwa konsentrasi asam dan waktu hidrolisis
adalah 100, yang berarti 100 % hasil hidrolisis berupa gula serta interaksi keduanya berpengaruh sangat nyata (α = 0,01)
pereduksi atau glukosa. terhadap kadar HMF.
Nilai HMF tertinggi pada penelitian ini terdapat pada
kondisi proses hidrolisis dengan konsentrasi asam sulfat 0,5
100
DE M dan waktu hidrolisis selama 15 menit yaitu sebesar 0,87 g/l
80 dan nilai terendah (0,02 g/l) terdapat pada proses hidrolisis
60
dengan konsentrasi asam sulfat sebesar 0,1 M dan waktu
hidrolisis selama 5 menit. Berdasarkan uji lanjut Duncan
40 diperoleh bahwa konsentrasi asam 0,4 M dan waktu hidrolisis
20 10 menit menghasilkan HMF sebesar 0,57 g/l berbeda sangat
nyata terhadap nilai tertinggi HMF. Kondisi proses tersebut
0
juga merupakan kondisi proses dengan DE tertinggi (Gambar
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 M H2SO4
2).
5 mnt 10 mnt 15 mnt Kondisi terbaik proses hidrolisis didasarkan pada derajat
hidrolisis tertinggi untuk menghasilkan gula sederhana, tetapi
Gambar 2. Nilai DE (dextrose equivalent) pada hidrolisis tahap I
terbentuk senyawa-senyawa inhibitor seminimal mungkin.
Dari hasil analisis kadar total gula, gula pereduksi, DE dan
Gambar 2 menunjukkan bahwa nilai DE pada
HMF yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kondisi
konsentrasi asam sulfat 0,1 M cukup besar, bahkan lebih besar
terbaik proses hidrolisis tahap pertama pada konsentrasi asam
dari konsentrasi 0,2 M. Hal tersebut bertentangan dengan
sulfat 0,4 M dan waktu hidrolisis 10 menit.
uraian sebelumnya yang menjelaskan total gula dan gula
pereduksi. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa
387
AGRITECH, Vol. 31, No. 4, NOVEMBER 2011
388
AGRITECH, Vol. 31, No. 4, NOVEMBER 2011
diperoleh digunakan untuk menentukan rendemen etanol dari Akinola, S.O. dan Ayanleye, T.A. (2004). The use of fungal
proses fermentasi yang telah dilakukan berdasarkan bobot glucoamylase enzyme for production of glucose syrup
kering tepung ubi kayu yang digunakan sebagai bahan baku. from cassava starch. Journal of Life and Physical
Rendemen etanol merupakan perbandingan antara konsentrasi Science 1: 138-141.
etanol yang dihasilkan dengan bobot kering tepung ubi kayu Choi, C.H. dan Mathews, A.P. (1996). Two-step acid
yang diproses. hydrolysis process kinetics in the saccharification
Setelah 96 jam proses fermentasi dihentikan, substrat of low-grade biomassa : 1. experimental studies on
hasil hidrolisis satu tahap dengan pemisahan serat menghasil- the formation and degradation of sugars. Journal of
kan etanol dengan kadar 5,42 % (b/v) dan rendemen etanol Bioresource Technology 58: 101-106.
25,67 %. Proses fermentasi pada substrat hasil hidrolisis satu
tahap tanpa pemisahan serat menghasilkan etanol berkadar Dubois M, KA Gilles, JK Hamilton, PA Rebers dan F Smith.
5,66 % (b/v) dan rendemen etanol 30,54 %. Kadar etanol yang (1956). Colorimetric method for determination of sugar
dihasilkan pada akhir proses fermentasi substrat campuran and related substances. Journal of Analytical Chemistry
hasil hidrolisis satu tahap yang dipisahkan seratnya adalah 28: 350-356.
4,94 %, sehingga rendemen etanol 22,69 %. Pada akhir proses Fungsin, B.S., Akaracharany, A. dan Srinorakutara, T.
fermentasi pada substrat hasil hidrolisis enzimatis (kontrol) (2009). Conversion of cassava waste into sugar using
menghasilkan etanol berkadar 7,56 % (b/v) dan rendemen Aspergillus niger and Trichoderma reesei for ethanol
29,97 %. production. Poster of Thailand Institut of Scientific and
Technology Research (TISTR). http://www.biomass-
asia-workshop. jp/biomassws/04workshop/poster_pdf/
KESIMPULAN DAN SARAN
Poster09.pdf. [30 September 2009].
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Kongkiattikajorn, J. dan Yoonan, K. (2006). Conversion of
perlakuan terbaik proses hidrolisis pertama pada konsentrasi cassava industry waste to fermentable sugar. The 2nd
asam sulfat 0,4 M dan waktu hidrolisis 10 menit, sedangkan Joint International Conference on “Sustainable Energy
perlakuan terbaik proses hidrolisis kedua pada konsentrasi and Environment (SEE 2006)”, 21-23 November 2006,
asam sulfat 1 M dan waktu hidrolisis 20 menit. Proses Bangkok, Thailand.
fermentasi hidrolisat asam yang memberikan hasil terbaik
Ku-Ismail, K.S., Ahmad, T.L.A.A., Kasim, K.F. dan Daud,
adalah fermentasi pada substrat hasil hidrolisis satu tahap
M.Z.M. (2008). Thermo-enzymatic hydrolysis of
tanpa pemisahan serat.
cassava starch by α-amylase and amyloglucosidase.
Pada proses produksi etanol dari ubi kayu melalui
Proceeding of MUCET 2008. Malaysian Technical
hidrolisis asam, sebaiknya proses hidrolisis dilakukan satu
Universities Conference on Engineering and Technology
tahap saja, karena sudah memberikan nilai terbaik dan
March 15-16, 2008, Putra Palace, Perlis, Malaysia.
mengurangi biaya proses. Proses netralisasi atau detoksifikasi
hidrolisat asam dari ubi kayu perlu dikaji lebih lanjut untuk Miller GL. (1959). Use of Dinitrosalicylic Acid reagent for
meningkatkan efisiensi fermentasi, kadar dan rendemen determination if reducing sugar. Journal of Analytical
etanol. Chemistry 31: 426-428.
Moore, G.R.P, dan Amante, L.R.C.E.R. (2005). Cassava
DAFTAR PUSTAKA and corn starch in maltodextrin production. Journal of
Quimica Nova 28: 596-600.
Adrados, B.P., Choteborska, P., Galbe, M. dan Zacchi, Mussatto, S.I. dan Roberto, I.C. (2004). Alternatives
G. (2005). Ethanol production from non-starch for detoxification of diluted-acid lignocellulosic
carbohydrates of wheat bran. Journal of Bioresource hydrolyzates for use in fermentative processes: a review.
Technology 96: 843-850. Journal of Bioresource Technology 93: 1-10.
Agu, R.C., Amadife, A.E., Ude, C.M., Onyia, A., Ogu, E.O., Palmqvist, E. dan Han-Hagerdal, B. (2000). Fermentation
Okafor, M. dan Ezejiofor, E. (1997). Combined heat of lignocellulosic hydrolysates. I: inhibition and
treatment and acid hydrolysis of cassava grate waste detoxification. Journal of Bioresource Technology 74:
(CGW) biomass for ethanol production. Journal of 17-24.
Waste Management 17: 91-96.
389
AGRITECH, Vol. 31, No. 4, NOVEMBER 2011
Pandey, A., Carlos, R.S., Nigam, P., Vanete, T.S., Luciana, Wheat as a feedstock for alcohol production. HGCA
P.S.V. dan Radjiskumar, M. (2000). Biotechnological Research Review No. 61.
potential of agro-industrial residues II: cassava bagasse. Sun, Y. dan Cheng, J.J. (2005). Dilute acid pretreatment of
Journal of Bioresource Technology 74: 81-87 rye straw and bermudagrass for ethanol production.
Purwadi, R. (2006). Continuous Ethanol Production Journal of Bioresource Technology 96: 1599-1606.
from Dilute-Acid Hydrolyzates: Detoxification and Taherzadeh, M.J., Niklasson, C. dan Liden, G. (1999).
Fermentation Strategi. Thesis for The Degree of Doctor Conversion of dilute-acid hydrolyzates of spruce and
of Philosophy. Departement of Chemical and Biological birch to ethanol by fed-batch fermentation. Journal of
Engineering, Chalmers University of Technology, Bioresource Technology 69: 59-66.
Goteborg, Sweden.
Ubalua, O.A., (2007). Cassava wastes : treatment options
Smith, T.C., Kindred, D.R., Brosnan, J.M., Weightman, and value addition alternatives. African Journal of
R.M., Shepherd, M. dan Sylvester-Bradley, R. (2006). Biotechnology 6: 2065-2073.
390
Vol. 2 Issue 2,
Desember 2019 CANREA JOURNAL E-ISSN :2621-9468
DOI: 10.20956/canrea.v2i2.174
ABSTRAK
Glikogen adalah jenis utama karbohidrat tersimpan yang ditemukan pada hewan.
Glikogen terbentuk sebagai deposit glukosa berlebih di dalam tubuh yang digunakan sebagai
cadangan energi. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui prosedur untuk ekstraksi glikogen
dan untuk menentukan kandungan glikogen dalam beberapa bahan makanan. Metode yang
digunakan adalah ekstraksi dan pengujian yodium. Bahan yang digunakan adalah TCA,
etanol, NaCl, yodium, hati ayam, hati sapi, otak sapi, sapi, dan daging ayam. Hasil yang
diperoleh yaitu terjadi perubahan warna dan reandemen terhadap sampel setelah pengujian
yaitu hati ayam berwarna oranye kecoklatan, hati dan daging sapi berwarna coklat sedangkan
otak sapi berwarna coklat jernih dan kadar rendemen tertinggi, yaitu pada hati sapi sebesar
55%, hati ayam sebesar 32,64%, daging ayam sebesar 9,5%, daging sapi sebesar 9,5% dan
terendah ditemukan pada otak sapi yaitu 0%.
ABSTRACT
Glycogen is the main type of stored carbohydrate found in animals. Glycogen is formed as excess glucose
deposits in the body which are used as energy reserves. The purpose of this analysis is to find out the
procedure for glycogen extraction and to determine the glycogen content in some food
ingredients. The method used is iodine extraction and testing. The materials used are TCA,
ethanol, NaCl, iodine, chicken liver, beef liver, beef brain, beef, and chicken meat. The results
obtained are a change in color and revision of the sample after testing, namely brownish-
brown chicken liver, brown liver and beef, while the cow's brain is clear brown and the
highest yield, namely in beef liver by 55%, chicken liver by 32, 64%, chicken meat at 9.5%,
beef at 9.5% and the lowest is found in cow brains at 0%.
75
Vol. 2 Issue 2,
Desember 2019 CANREA JOURNAL E-ISSN :2621-9468
DOI: 10.20956/canrea.v2i2.174
Humairah, & Abdullah, 2019; Laras, Arista iodin sebanyak satu tetes dan diamati
Dwi, Suloi, & Laga, 2019; Suarsana, Pontjo, perubahan warna yang terjadi (Suarsana et
Wresdiyati, & Bintang, 2006). Glikogen al., 2006).
dapat kembali dipecah menjadi
glukosa apabila sewaktu-waktu tubuh 2.3.2 Ekstraksi glikogen
kekurangan energi. Glikogen banyak Sisa filtrat yang berisi TCA dan sampel
terdapat pada hati dan otot (Genisa, dipipet sebanyak 10 ml lalu dihomogenkan
Rahman, & Tajuddin, 2019). dan disaring sehingga diperoleh filtrat.
Salah satu metode untuk menguji Filtrat ditambahkan etanol sebanyak 20 ml
adanya glikogen pada bahan pangan yaitu dan dihomogenkan. Apabila belum
dengan uji iodin. Prisip dari pengujian iodin terbentuk endapan, maka sampel
yaitu amilum atau pati yang bereaksi ditambahkan NaCl lalu di sentrifuge selama
dengan iodin akan membentuk warna biru, 10 menit pada kecepatan
dekstrin membentuk warna merah 3000 rpm. Selanjutnya, endapan yang
keunguan, dan glikogen akan membentuk diperoleh di oven pada suhu 60oC, hingga
warna merah kecoklatan. Hal inilah sampel mencapai berat konstan
yang melatarbelakangi dilakukannya
penelitian karbohidrat-glikogen.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
76
Vol. 2 Issue 2,
Desember 2019 CANREA JOURNAL E-ISSN :2621-9468
DOI: 10.20956/canrea.v2i2.174
77
Vol. 2 Issue 2,
Desember 2019 CANREA JOURNAL E-ISSN :2621-9468
DOI: 10.20956/canrea.v2i2.174
rantai heliks karena adanya ikatan dengan sangat kecil. Hal ini sesuai dengan Guslina
konfigurasi pada tiap unit glukosanya. (2008), yang menyatakan bahwa otak sapi
Bentuk ini yang menyebabkan pati dapat mengandung kadar lemak sebesar 9,3%,
membentuk kompleks dengan molekul kadar air sebesar 78,3%, kadar protein
yodium yang dapat masuk kedalam sebesar 9,8%, dan karbohidrat hanya
spiralnya. Larutan iodin yang direaksikan sebesar 3%. Hal ini dijelaskan pula oleh
dengan glikogen akan membentuk warna (Kusnadi, Bintoro, & Al-Baarrii, 2012),
merah sampai cokelat yang disebabkan yang menyatakan bahwa otak sapi memiliki
karena adanya penyerapan iodin pada kadar lemak sebesar 9,3%, kadar air sebesar
struktur cincin glikogen yang saling 78,3%, kadar protein sebesar 9,8%,
berikatan sehingga membentuk komples
berwarna merah kecoklatan. Prisip dari 3.7 Hasil Pengujian Glikogen
pengujian iodin yaitu karbohidrat golongan Berdasarkan hasil yang diperoleh pada
polisakarida akan memberikan reaksi pengujian karbohidrat-glikogen yaitu terjadi
dengan larutan iodin akan memberikan perubahan warna setelah penambahan iodin
warna spesifik bergantung pada jenis pada sampel. Hati ayam setelah
karbohidratnya. Amilosa dan iodin akan penambahan iodin akan membentuk warna
berwarna biru, amilopektin dengan iodin orange kecoklatan yang menandakan bahwa
akan berwarna merah violet, glikogen mengandung sedikit glikogen, hati sapi,
maupun dekstrin dengan iodin akan daging ayam, dan daging sapi membentuk
berwarna merah coklat. Kelebihan dari warna cokelat yang menandakan
metode iodin yaitu proses pengujiannya mengandung sedikit glikogen, dan otak sapi
mudah dan biaya yang dikeluarkan lebih membentuk warna bening yang
sedikit dibanding metode yang lain. menandakan tidak terdapat glikogen.
kelemahan dari meode iodin yaitu hasil Glikogen yang terdapat di otak tidak
yang diperoleh tidak akurat. Ketidak terdeteksi disebabkan oleh kadar glikogen
akuratan pengujian dengan metode iodin yang terdapat di otak sangat kecil dan
disebabkan karena pengujian bersifat sampel otak yang digunakan sangat sedikit.
subjektif. Hal ini sesuai dengan Larutan iodin yang direaksikan dengan
(Musta, 2018), yang menyatakan bahwa uji glikogen akan membentuk warna merah
iodin digunakan untuk membedakan sampai cokelat yang disebabkan karena
polisakarida dari disakarida dan adanya penyerapan iodin pada struktur
monosakarida. cincin glikogen yang saling berikatan
sehingga membentuk komples berwarna
3.6 Otak Sapi merah kecoklatan. Hal ini sesuai dengan
Otak sapi termasuk salah satu hasil (Musta, 2018), yang menyatakan bahwa
ikutan ternak yang memiliki kadar lemak glikogen yang bereaksi dengan glikogen
yang cukup tinggi. otak sapi memiliki akan membentuk warna merah kecoklatan.
tekstur yang sangat lembut dengan cita rasa
yang khas. Otak sapi memiliki kadar lemak 3.8 Hasil Pengujian Rendemen
sebesar 9,3%, kadar air sebesar 78,3%, Berdasarkan hasil yang diperoleh dari
kadar protein sebesar 9,8%, dan karbohidrat pengujian karbohidrat-glikogen diperoleh
dengan jumlah yang sangat sedikit yaitu nilai rendemen pada beberapa sampel.
sebesar 3%. Komponen terbesar penyusun Sampel hati sapi sebesar 55%, hati ayam
otak adalah fosfolipida sebesar 6 % yang menghasilkan rendemen sebesar 32,64 %,
memiliki gugus polar (fosfat) dan gugus daging ayam sebesar 9,5 %, otak sapi
nonpolar (lipid). Otak sapi juga sebesar 0%, dan daging sapi sebesar -1%.
mengandung glikogen dalam jumlah yang Kadar rendemen tertinggi yaitu pada hati
78
Vol. 2 Issue 2,
Desember 2019 CANREA JOURNAL E-ISSN :2621-9468
DOI: 10.20956/canrea.v2i2.174
79
Vol. 2 Issue 2,
Desember 2019 CANREA JOURNAL E-ISSN :2621-9468
DOI: 10.20956/canrea.v2i2.174
https://doi.org/10.20956/canrea.v2i1.1
76
Marnoto, T., Haryono, G., Gustinah, D., &
Putra, F. A. (2016). Ekstraksi Tannin
Sebagai Bahan Pewarna Alami Dari
Tanaman Putrimalu (Mimosa Pudica)
Menggunakan Pelarut Organik.
Reaktor, 14(1), 39–45.
https://doi.org/10.14710/reaktor.14.1.3
9-45
Musta, R. (2018). Waktu Optimum
Hidrolisis Pati Limbah Hasil Olahan
Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz
var. Lahumbu) Menjadi Gula Cair
Menggunakan Enzim α-Amilase Dan
Glukoamilase. Indonesian Journal of
Chemical Research, 5(2), 498–507.
Suarsana, I. N., Pontjo, B., Wresdiyati, T.,
& Bintang, M. (2006). Sintesis
glikogen hati dan otot pada tikus
diabetes yang diberi ekstrak tempe.
Jurnal Veteriner, 11(3).
Sudjianto, A. T. (2007). Stabilisasi Tanah
Lempung Ekspansif dengan Garam
Dapur (NaCl). Jurnal Teknik Sipil,
8(1), 53–63.
Zulma, Z. (2018). Pengaruh Kesegaran
Jasmani melalui Senam Sribu pada
Siswa Kelas V SD N 21 Batang Anai
Kabupaten Padang Pariaman. JPPI
(Jurnal Penelitian Pendidikan
Indonesia), 3(2), 67.
https://doi.org/10.29210/02017118
80