Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

“Uji Senyawa Karbohidrat”

Dosen Pengampu : 1. Tatik Indayanti, M.Pd


2. Khoirotul Ummah, M.Si
Kelompok :4

Nama/NIM : 1. Lailatul Hidayati (D0A218010)

2. Laili Rizki Dwi Ainurrokhim (D0A218011)

3.Muhammad Nuh Fathsyah Siregar (D0A218015)

4. Nuril Fitri Amaliyah (D0A218017)

Tanggal Praktikum : 4 Desember 2019

MATA KULIAH BIOKIMIA


PRODI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2019
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan prakikum, dengan judul “Uji Senyawa Karbohidrat” telah disahkan dan
disetujui pada :

Hari : Kamis

Tanggal : 12 Desember 2019

Disetujui Oleh:

Pembimbing Mata Kuliah

Tatik Indayati, M.Pd


197407172014112003

1
UJI SENYAWA KARBOHIDRAT
A. Tujuan Percobaan
1. Mengenal reaksi umum dari senyawa golongan karbohidrat
2. Mengidentifikasi reaksi yang membedakan antara gula pereduksi dan
nonpereduksi
3. Mengidentifikasi hasil reaksi hidrolisis polisakarida
B. Dasar Teori

Karbohidrat adalah polihidroksil aldehid atau polihidroksil keton


dan meliputi kondensat polimer-polimernya yang terbentuk.
Karbohidrat merupakan senyawa yang terbentuk dari molekul karbon,
hidrogen dan oksigen. Sebagai salah satu jenis zat gizi, fungsi utama
karbohidrat adalah penghasil energi di dalam tubuh. Tiap 1 gram
karbohidrat yang dikonsumsi akan menghasilkan energi sebesar 4 kkal
dan energi hasil proses oksidasi (pembakaran) karbohidrat ini kemudian
akan digunakan oleh tubuh untuk menjalankan berbagai fungsi-
fungsinya seperti bernafas, kontraksi jantung dan otot serta juga untuk
menjalankan berbagaI aktivitasfisik seperti berolahraga atau bekerja.1

Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi tubuh manusia,


yang menyediakan 4 kalori (kilojoule) energi pangan per gram.
Karbohidrat juga mempunyai peranan penting dalam menentukan
karakteristik bahan makanan, misalnya: rasa, warna, tekstur, dan lain-
lain. Sedangkan dalam tubuh, karbohidrat berguna untuk mencegah
timbulnya ketois, pemecahan tubuh protein yang berlebihan, kehilangan
mineral, dan berguna untuk membantu metabolisme lemak dan protein.
Karbohidrat adalah sumber kalori terbesar dalam makanan sehari-hari
dan biasanya merupakan 40-45% dari asupan kalori kita. Selain menjadi
sumber energi utama makhluk hidup, karbohidrat juga menjadi
komponen struktur penting pada makhluk hidup dalam serat (fiber),

1
Almatsier. S.Prinsip Dasar Ilmu Gizi.( Jakarta : Gramedia Pustaka Utama,2010)

2
seperti selulosa, pektin serta lignin. Ada dua macam karbohidrat yaitu
karbohidrat kompleks dan karbohidrat simpleks. Karbohidrat kompleks
misalnya nasi, biji-bijian, kentang, dan jagung, sedangkan contoh
Karbohidrat simpleks adalah gula dan pemanis lainnya. Nama lain dari
karbohidrat adalah sakarida, berasal dari bahasa Arab "sakkar" yang
artinya gula. Melihat struktur molekulnya, karbohidrat lebih tepat
didefenisikan sebagai polihidroksialdehid atau polihidroksiketon.2

Dalam tubuh manusia karbohidrat dapat dibentuk dari beberapa


asam amino dan sebagian lemak. Tetapi sebagian besar karbohidrat
diperoleh dari bahan makanan yang dimakan sehari-hari, terutama
bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Pada tanaman
karbohidrat dibentuk dari reaksi CO2 dan H2O dengan bantuan sinar
matahari melalui proses fotosintesis dalam sel tanaman yang
berklorofil.3

Semua jenis karbohidrat terdiri atas unsur-unsur karbon (C),


hydrogen (H), dan Oksigen (O). Perbandingan antara hydrogen dan
oksigen pada umumnya adalah 2:1 seperti halnya dalam air; oleh karena
itu diberi nama karbohidrat. Dalam bentuk sederhana, formula umum
karbohidrat adalah CnH2nOn. Hanya heksosa (6-atom karbon), serta
pentosa (5-atom karbon), dan polimernya memegang perana penting
dalam ilmu gizi (Almatsier, 2001).4

Sifat-sifat karbohidrat Beberapa sifat karbohidrat antara lain:

1. Mono dan disakarida memiliki rasa manis yang disebabkan


oleh gugus hidroksilnya, oleh karena itu golongan ini disebut gula.

2
Murray, R. K. dkk. Biokimia Harper. (Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran.EGC, 2009)
3
Pratana, Crys Fajar dkk.Kimia Dasar 2: Common Textbook. (Malang: UM Press, 2003)

3
2. Semua jenis karbohidrat akan berwarna merah apabila
larutannya (dalam air) dicampur dengan beberapa tetes larutan α-naftol
(dalam alcohol) dan kemudian dialirkan pada asam sulfat pekat dengan
hati-hati sehingga tidak tercampur. Sifat ini dipakai sebagai dasar uji
kualitatif adanya karbohidrat (uji Molisch).

3. Warna biru kehijauan akan timbul apabila larutan


karbohidrat dicampur dengan asam sulfat pekat dan anthroe. Warna ini
timbul karena terbentuknya furfural dan hidroksi furfural sebagai
senyawa derifat dari gula-gula.

Pada umumnya karbohidrat dapat dikelompokkan menjadi


monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida. Monosakarida
merupakan suatu molekul yang dapat terdiri dari lima atau enam atom
C, sedangkan oligosakarida merupakan polimer dari 2-10
monosakarida, dan pada umumnya polisakarida merupakan polimer
yang terdiri dari 10 monomer monosakarida.5

Macam-macam karbohidrat:

1. Monosakarida

Monosakarida yang mengandung satu gugus aldehida disebut


aldosa, sedangkan ketosa mempunyai satu gugus keton, Manosakarida
dengan enam atom C disebut heksosa, misalnya glukosa (dekstrosa, atau
gula anggur), fruktosa (levulosa atau gula buah), dan galaktosa,
sedangkan lima atom C disebut pentosa, misalnya xilosa, arabinosa, dan
ribosa. Monosakarida (sering disebut gula sederhana) adalah sakarida
yang tidak dapat dihidrolisis menjadi bentuk yang lebih sederhana lagi.

5
Suhara. Dasar-Dasar Biokimia. (Bandung : Prisma Press, 2009)

4
Bentuk monosakarida ini dapat dibagi lagi menjadi beberapa yaitu,
triosa, tetrosa, pentosa, hektosa, heptosa atau oktasa.

2. Disakarida

Disakarida adalah oligosakarida yang paling sederhana yang


tersusun atas dua molekul monosakarida. Dua molekul gula sederhana
atau lebih saling berikatan pada gugus glikosidanya,membentuk suatu
substansi baru yang dinamakan polisakarida. Enzim pada disakarida
terdiri dari maltase yang berfungsi mengkretalisis hidrolisis maltose,
lactose yang berfungsi mengkretalisis hidrolisis laktosa, dan sakrase
yang berfungsi mengkretalisis hidrolisis sakarosa.

3. Polisakarida

Polisakarida dalam bahan makanan berfungsi sebagai penguat


tekstur (selulosa, hemiselulosa, pektin, lignin) dan sebagai sumber
energi (pati, dekstrin, glikogen, frutan). Polisakarida penguat tekstur ini
tidak dapat dicerna oleh tubuh, tetapi merupakan serat-serat (dietary
fiber) yang dapat menstimulasi enzim-enzim pencernaan.

Dalam karbohidrat dikenal beberapa pengujian untuk menentukan


kandungan yang terdapat dalam karbohidrat tersebut, antara lain:

1. Uji Iodium

Uji Iodin digunakan untuk memisahkan amilum atau pati yang


terkandung dalam larutan. Reaksi positifnya ditandai dengan adanya
perubahan warna menjadi biru. Warna biru yang dihasilkan
diperkirakan adalah hasil dari ikatan kompleks antara amilum dengan
Iodin. Sewaktu amilum yang telah ditetesi Iodin kemudian dipanaskan,
warna yang dihasilkan sebagai hasil dari reaksi yang positif akan

5
menghilang. Dan sewaktu didinginkan warna biru akan muncul
kembali.6

2. Uji Hidrolisis Pati

Pati merupakan polimer dari glukosa atau maltosa. Unit


terkecil dari rantai pati adalah glukosa yang merupakan hasil
fotosintesis di dalam bagian tubuh tumbuh-tumbuhan yang
mengandung klorofil. Pati tersusun atas ikatan α- D- glikosida.
Molekul glukosa pada pati dan selulosa hanya berbeda dalam
bentuk ikatannya, α dan β, namun sifat-sifat kimia kedua senyawa ini
sangat jauh berbeda. Proses hidrolisis pati yaitu pengubahan molekul
pati menjadi monomernya atau unit-unit penyusunnya seperti
glukosa. Hidrolisis pati dapat dilakukan dengan bantuan asam atau
enzim pada suhu, pH, dan waktu reaksi tertentu.

Pada hidrolisis pati dengan menggunakan asam yaitu HCl, larutan


pati ditambahkan HCl dan dipanaskan dengan variasi waktu. Larutan
asam HCl menghidrolisis pati melalui proses pemotongan rantai, hasil
pemotongannya adalah campuran dekstrin, maltosa dan glukosa.,
proses hidrolisis menggunakan katalis asam juga memerlukan suhu
yang sangat tinggi agar hidrolisis dapat terjadi. Hidrolisis pati dengan
asam memerlukan suhu tinggi, yaitu 120 – 160 oC. Jadi, seharusnya
semakin lama pemanasan yang dilakukan, atau semakin tinggi suhu
pemanasannya, maka hidrolisis yang terjadi lebih7.

Uji Benedict Uji ini digunakan untuk pengetesan adanya gula


pereduksi. Hasil tes ini memberikan endapan warna hijau, kuning, atau

6
Mustakin, F., & Tahir, M. M. 2019. ANALISIS KANDUNGAN GLIKOGEN PADA HATI,
OTOT, DAN OTAK HEWAN. (Canrea Journal: Food Technology, Nutritions, and Culinary
Journal, 2019), h. 75-80.
7
Susmiati, Yuana; SETYANINGSIH, Dwi; SUNARTI, Titi Candra. Rekayasa proses hidrolisis
pati dan serat ubi kayu (Manihot utilissima) untuk produksi bioetanol. Agritech, 2011, 31.4.

6
merah jingga yang memberikan perkiraaan semikualitatif adanya
sejumlah gula yang mereduksi.8

Gula pereduksi merupakan golongan gula (karbohidrat) yang


dapat mereduksi senyawa-senyawa penerima elektron, contohnya
adalah glukosa dan fruktosa. Ujung dari suatu gula pereduksi adalah
ujung yang mengandung gugus aldehida atau keto bebas. Semua
monosakarida (glukosa, fruktosa, galaktosa) dan disakarida
(laktosa,maltosa), kecuali sukrosa dan pati (polisakarida), termasuk
sebagai gula pereduksi.

C. Metodologi

1. Alat dan Bahan


Alat:
1) Tabung reaksi
2) Rak tabung reaksi
3) Pipet tetes
4) Penangas air
5) Penjepit tabung
Bahan:

1) Larutan amilum
2) Larutan glukosa
3) Larutan sukrosa
4) Larutan iodine 0,01N
5) Larutan HCl 2N
6) Aquades

8
Suhara. Dasar-Dasar Biokimia.(Bandung : Prisma Press, 2009)

7
2. Prosedur Percobaan
Uji Iodium
 Menyiapkan 2 ml larutan uji kemudian masukkan ke dalam
tabung reaksi.

 Kemudian tambahkan dua tetes larutan iodium.

 Kemudian tunggu muncul warna spesifik yang tebentuk dan


amati serta mencatatnya pada laporan sementara.

Uji Hidrolisis Pati


 Menyiapkan Amilum dengan volume 5 ml 1% lalu masukkan
ke dalam tabung reaksi, kemudian tambahkan 2,5 ml HCL 2
N.
 Kemudian campurkan dengan baik, lalu campuran
dimasukkan ke dalam penangas air mendidih.
 Setelah 3 menit, campuran diuji dengan iodium dengan
mengambil 2 tetes larutan dalam porselin tetes. Kemudian
dicatat perubahan warna yang terjadi.
 Selanjutnya, dilakukan uji iodium setiap 3 menit sampai
hasilnya berwarna kuning pucat.
 Lalu dilanjutkan hidrolisis selama 5 menit lagi.
 Setelah didinginkan, diambil 2 ml larutan hidrolisis, dan
dinetralkan dengan NaOH 2%. Diujidengan kertas lakmus.
 Selanjutnya, diuji dengan benedict (15 tetes benedict dan 5
tetes larutan).
 Terakhir, catat hasil eksperimen hidrolisis pati pada laporan
sementara untuk disimpulkan

8
D. Analisa Data

 Hasil Percobaan

a) Uji Iodium
No Sampel Hasil pengamatan Polisakarida

1. Amilum Putih  ungu pekat +

2. Glukosa Bening  Kuning -

Bening  Kuning
3. Sukrosa -
kecokelatan

b) Uji Hidrolisis Pati


Hidrolisis (menit
No Hasil uji Iodium Hasil senyawa
ke-)

3 menit 1 (3) Putih  ungu Polisakrida


1.
Putih  ungu
2. 3 menit 2 (6) Polisakrida
kecokelatan

3 menit 3 (9) Putih  cokelat tua Monosakrida

3. Putih  cokelat
3 menit 4 (12) Monosakrida
keorange gelap
4.

5. Putih  cokelat
3 menit 5 (15) Monosakrida
keoranyean lebih terang
6.
3 menit 6 (18) Putih  oranye Monosakrida

Putih kuning
7. 3 menit 7 (21) Monosakrida
keoranyean
8. 3 menit 8 (24) Putih  kunimg Monosakrida

9
 Reaksi

a) Uji Iodin

b) Uji Hidrolisis Pati

E. Pembahasan

Pembahasan Percobaan

Pada praktikum kali ini menguji karbohidrat menggunakan uji iodium dan uji
hidrolisis pati.

1. Uji iodium

Uji iodium ini berfungsi untuk mengetahui jenis karbohidrat (polisakarida,


monosakarida dan olisakarida). Namun, untuk uji ini lebih tepatnya menguji
kandungan polisakarida dalam sampel percobaan yang tersedia.

Pada tabel percobaan diatas, hasil uji pada sample amilum yang dicampur
dengan larutan iodium adalah dari warna putih (amilum) berubah menjadi
ungu pekat. Sesuai dengan referensi larutan tersebut termasuk dalam jenis
polisakarida. Karena, perubahan warna pada larutan yang berubah menjadi

10
ungu pekat menandakan iodium bereaksi dengan polisakarida di dalam
larutan uji.

Sampel glukosa yang ditetesi iodium, dari warna bening berubah menjadi
kuning. Sampel sukrosa dari warna bening menjadi kuning kecokelatan.
Pada sampel glukosa hasilnya sesuai dengan referensi karena glukosa
merupakan senyawa karbohidrat yang termasuk dalam golongan
monosakarida. Namun pada hasil reaksi sukrosa dengan iodin larutan tidak
berubah menjadi ungu seperti referensi namun berubah menjadi kuning
kecokelatan, hal itu kemungkinan terjadi karena iodin tidak bereaksi
sepenuhnya dengan sukrosa disebabkan oleh beberapa hal kemungkinan
terjadi karena sukrosa tidak berada pada suhu optimum untuk dapat bereaksi
dengan iodin sehingga hanya bereaksi menjadi kuning kecokelatan saja.9

2. Uji Hidrolisis Pati

Untuk percobaan pengujian karbohidrat yang kedua adalah dengan


menguji senyawa amilum yang ditambah HCl. Setelah kedua senyawa telah
tercampur dengan baik, larutan tersebut di panaskan dalam air yang
mendidih. Larutan dipanaskan dengan waktu yang berbeda-beda. Setelah itu
larutan ditetesi oleh porselin tetes.

Untuk hasil dari percobaan pertama (3 menit ke-1) dan kedua (3 menit ke-
2) dihasilkan warna ungu kecokelatan di mana polisakarida ini dinamakan
amilopektin. Amilopektin merupakan molekul berukuran besar yang
dengan mudah ditemukan karena menjadi satu dari dua senyawa dalam
penyusun pati.

Hasil percobaan untuk (3 menit ke-3) sampai (3 menit ke-5) terjadi


perubahan warna menjadi cokelat tua, yang agak nampak terlihat seperti

9
Mustakin, F., & Tahir, M. M. (2019). ANALISIS KANDUNGAN GLIKOGEN PADA HATI,
OTOT, DAN OTAK HEWAN. Canrea Journal: Food Technology, Nutritions, and Culinary
Journal, 75-80.

11
merah tua campur dengan warna cokelat. Pada warna ini berarti larutan
mengandung eritrodekstrin.

Hasil percobaan (3 menit ke-6) hingga terakhir menghasilkan warna kuning


keorangean hingga kuning terang. Ini menandakan larutan mengandung
akrodekstrin. Akrodekstrin adalah termasuk dalam pembagian warna dalam
dekstrin dan merupkan bagian dari monosakarida.

Hasil percobaan ini sesuai dengan referensi materi yang sudah ada di mana larutan
polisakarida akan berubah menjadi monosakarida ketika dipanaskan dan bereaksi
dengan enzim dan asam hal itu di sebabkan karena larutan terhidrolisis menjadi
monosakarida.

F. Simpulan dan Saran


1. Simpulan
Dari paparan di atas kami dapat menyimpulkan beberapa hal yang kita
dapat dari praktikum berikut ini beberapa kesimpulan yang kami
kupas:

a. Amilum bereaksi dengan iodin berubah warna menjadi ungu


karena amilum termasuk dalam karbohidrat berjenis polisakarida

b.Glukosa tidak bereaksi dan berubah warna menjadi ungu ketika ia


ditetesi iodin karena glukosa termasuk dalam karbohidrat berjenis
monosakarida bukan polisakarida

c.Sukrosa seharusnya bereaksi dan berubah warna menjadi ungu


ketika ia ditetesi iodin tetapi pada praktikum yang kami amati dia
berubah menjadi kuning kecokelatan karena beberapa kemungkinan
yang membuat sukrosa tidak bereaksi sepenuhnya dengan iodin

d. Untuk hasil dari hidrolisis di menit-menit pertama dihasilkan


warna ungu kecokelatan di mana polisakarida ini dinamakan
amilopektin. Amilopektin merupakan molekul berukuran besar yang

12
dengan mudah ditemukan karena menjadi satu dari dua senyawa
dalam penyusun pati.

e.Sedangkan setelah dihidrolisis pada (3 menit ke-3) sampai (3


menit ke-5) terjadi perubahan warna menjadi cokelat tua, yang agak
nampak terlihat seperti merah tua campur dengan warna cokelat.
Pada warna ini berarti larutan mengandung eritrodekstrin.

f. Hasil percobaan hidrolisis saat (3 menit ke-6) hingga terakhir


menghasilkan warna kuning keranyean hingga kuning terang. Ini
menandakan larutan mengandung akrodekstrin. Akrodekstrin adalah
termasuk dalam pembagian warna dalam dekstrin dan merupakan
bagian dari monosakarida

2. Saran
Sebaiknya ketika percobaan kita melakukan percobaan dengan lebih
lihai ketika menggunakan alat lab. Karena dengan kita dapat
menggunakan alat lab dengan sempurna hasil percobaan kita ini akan
semakin baik dan lebih sempurna.
G. Referensi
Almatsier. S. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama
Mustakin, F., & Tahir, M. M. 2019. Analisis Kandungan Glikogen Pada
Hati, Otot, Dan Otak Hewan. Canrea Journal: Food Technology,
Nutritions, and Culinary Journal, 75-80.
Murray, R. K. dkk. 2009. Biokimia Harper. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran.EGC
Pratana, Crys Fajar dkk. 2003. Kimia Dasar 2: Common Textbook.
Malang: UM Press.
Suhara. 2009. Dasar-Dasar Biokimia. Bandung : Prisma Press.

13
Susmiati, Y., Setyaningsih, D., & Sunarti, T. C. 2011. Rekayasa proses
hidrolisis pati dan serat ubi kayu (Manihot utilissima) untuk produksi
bioetanol. Agritech, 31(4).
H. Dokumentasi

Pengambilan Sukrosa dengan Pipet

Pemasukan Glukosa, Sukrosa ,dan Amilum ke dalam tabung reaksi

Penetesan Iodin ke Glukosa, Sukrosa ,dan Amilum ke dalam tabung reaksi

14
Penetesan Iodin ke Glukosa, Sukrosa ,dan Amilum ke dalam tabung reaksi

Hasil penetesan Iodin ke Glukosa, Sukrosa ,dan Amilum ke dalam tabung reaksi

Proses pemanasan pada uji hidrolisis

15
Hasil Proses Hidrolisis

16
AGRITECH, Vol. 31, No. 4, NOVEMBER 2011

REKAYASA PROSES HIDROLISIS PATI DAN SERAT UBI KAYU (Manihot utilissima)
UNTUK PRODUKSI BIOETANOL
Hydrolysis Process Design of Starch and Cassava (Manihot utilissima) Fibers for Bioethanol Production

Yuana Susmiati1, Dwi Setyaningsih2, Titi Candra Sunarti2

1
Jurusan Teknologi Pertanian, Politeknik Negeri Jember, Jl. Mastrip PO.BOX. 164, Jember; 2Departemen Teknologi Industri
Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Jl. Darmaga, PO BOX 220 Bogor 16002
Email: yu_ana_poltekjem@yahoo.com

ABSTRAK

Produksi etanol dari ubi kayu biasanya menggunakan enzim untuk menghidrolisis pati. Hidrolisis secara enzimatis
menggunakan enzim α-amilase dan amiloglukosidase tidak mampu mengkonversi serat menjadi gula. Hidrolisis
asam berkonsentrasi rendah dilakukan untuk mengkonversi pati dan serat, sehingga gula-gula sederhana yang
dapat difermentasi meningkat dan menghasilkan produksi etanol tinggi. Pada penelitian ini ada dua tahap hidrolisis
menggunakan asam berkonsentrasi rendah, yaitu tahap pertama untuk menghidrolisis pati dengan konsentrasi H2SO4
0,1-0,5 M selama 5-15 menit dan tahap kedua untuk menghidrolisis serat dengan kensentrasi H2SO4 0,5-1,0 M selama
10-20 menit pada suhu dan tekanan sama, yaitu 121-127 oC dan 1,0-1,5 atm. Kekurangan pada hidrolisis asam adalah
terbentuknya senyawa toksik seperti hidroksimetil furfural (HMF) yang mengganggu fermentasi khamir. Oleh karena
itu hidrolisat asam didetoksifikasi menggunakan NH4OH sebelum digunakan sebagai substrat fermentasi. Kondisi
terbaik hidrolisis pati diperoleh pada konsentrasi H2SO4 0,4 M selama 10 menit dengan nilai total gula 257,37 g/l,
gula pereduksi 229,38 g/l, dextrose equivalent (DE) 89,59 dan HMF 0,57 g/l. Selain itu kondisi terbaik hidrolisis serat
diperoleh pada konsentrasi H2SO4 1,0 M selama 20 menit dengan nilai total gula 79,74 g/l, gula pereduksi 70,88 g/l,
DE 88,99 dan HMF 0,0142 g/l. Hidrolisat asam yang paling sesuai digunakan sebagai substrat fermentasi adalah dari
hidrolisis satu tahap tanpa pemisahan serat yang menghasilkan etanol dengan konsentrasi 5,7 % (b/v) dan rendemen
etanol 30,5 (b/b). Hasil tersebut tidak berbeda jauh dengan hidrolisis enzimatis yang mengasilkan rendemen etanol 30
% (b/b).

Kata kunci: Ubi kayu, hidrolisis asam, asam sulfat, bioetanol

ABSTRACT

Ethanol production from cassava (Manihot utilissima) usually uses enzymatic process for starch hydrolysis. Enzymatic
hydrolysis by α-amylase and amyloglucosidase enzymes are not able to convert cassava fibers into sugars. Dilute acid
hydrolysis is applied to convert both starch and fibers, which will increase the yield of simple sugars as fermentable
sugars and resulting in high ethanol production. In this research there are two steps of dilute acid hydrolysis, first
for starch hydrolysis at H2SO4 concentration of 0.1-0.5 M, 5-15 minutes and second for fiber hydrolysis at 0.5-1.0
M H2SO4, 10-20 minutes, at the same temperature of 121-127 oC and pressure of 1.0-1.5 atm. The disadvantage of
acid hydrolysis is the formation of toxic compounds such as hydroxymethyl furfural (HMF) which is inhibited yeast
fermentation. Therefore, acid hydrolyzates were detoxified with NH4OH before use as fermentation substrate. The
best starch hydrolysis condition was obtained at 0.4 M H2SO4 for 10 minutes which gave 257.37 g/l of total sugars,
229.38 g/l of reducing sugars, 89.59 of dextrose equivalent (DE) and 0.57 g/l of HMF. While the best fiber hydrolysis
performed at 1.0 M H2SO4 solution for 20 minutes which gave 79.74 g/l of total sugars, 70.88 g/l of reducing sugars,
88.99 of DE and 0.0142 g/l of HMF. Single direct acid hydrolysis was the most suitable substrate for yeast fermentation
with the ethanol concentration of 5.7 % (w/v) and 30.5 % (w/w) of ethanol yield. This result is comparable with
enzymatic hydrolysis which gave ethanol yield of 30 % (w/w).

Keywords: Cassava, acid hydrolysis, sulfuric acid, bioethanol

384
AGRITECH, Vol. 31, No. 4, NOVEMBER 2011

PENDAHULUAN tinggi dan sekaligus mampu menghidrolisis serat (selulosa


dan hemiselulosa). Hidrolisis asam konsentrasi rendah pada
Produksi etanol yang dihasilkan oleh suatu proses bahan yang mengandung pati dan serat dilakukan secara
ditentukan oleh beberapa faktor antara lain: (1) bahan baku bertahap yaitu tahap pertama untuk menghidrolisis pati, dan
yang tersedia, (2) banyaknya gula hasil konversi bahan baku tahap kedua untuk menghidrolisis serat.
yang siap difermentasi, dan (3) efisiensi dari proses fermentasi Hidrolisis asam dapat memecah hemiselulosa dengan
gula untuk menghasilkan alkohol (Smith dkk., 2006). Ubi kayu efektif menjadi monomer-monomer gula (arabinosa,
merupakan salah satu jenis bahan yang cukup potensial dan galaktosa, glukosa, manosa dan xilosa) dan larutan oligomer
prospektif untuk dikembangkan sebagai bahan baku bioetanol yang dapat meningkatkan konversi selulosa (Sun dan Cheng,
karena kandungan patinya cukup tinggi dan adaptif untuk 2005). Suhu, waktu dan konsentrasi asam yang digunakan
ditanam di lahan-lahan marginal. Produksi bioetanol dari ubi selama proses hidrolisis sangat mempengaruhi proses
kayu pada umumnya dilakukan dengan hidrolisis enzimatis terbentuknya komponen-komponen produk samping dan
karena enzim bersifat spesifik dan tidak menghasilkan produk inhibitor fermentasi, berupa senyawa-senyawa turunan furan
samping yang mengganggu pertumbuhan mikroorganisme. (furfural dan HMF), asam-asam lemah dan senyawa-senyawa
Namun, hidrolisis enzimatis mempunyai kelemahan, yaitu fenol. Proses detoksifikasi dilakukan untuk meningkatkan
proses hidrolisis berlangsung lama dan membutuhkan kemampuan fermentasi dengan mengkonversi derivatif furan
2 macam enzim (α-amilase untuk proses likuifikasi dan menjadi senyawa lain, dan mengurangi senyawa-senyawa
amiloglukosidase untuk proses sakarifikasi). Selain itu harga yang bersifat toksik (Purwadi, 2006; Sun dan Cheng, 2005;
enzim cukup mahal dan ketersediaannya juga terbatas. Mussatto dan Roberto, 2004; Palmqvist dan Hahn-Hagerdal,
Pada proses produksi bioetanol secara enzimatis tidak 2000; Taherzadeh dkk., 1999).
semua komponen ubi kayu dapat terhidrolisis terutama serat. Berdasarkan hal-hal tersebut penelitian ini dilakukan
Hal tersebut disebabkan oleh kandungan ubi kayu yang untuk menghasilkan gula sederhana dari ubi kayu menggunakan
tidak hanya pati (amilosa dan amilopektin) tetapi juga serat hidrolisis asam berkonsentrasi rendah. Hidrolisis asam dua
(selulosa dan hemiselulosa), sedangkan enzim α-amilase dan tahap dilakukan dengan harapan menghasilkan konsentrasi
amiloglukosidase hanya mampu mengurai rantai α-1,4 dan gula lebih tinggi. Konsentrasi asam, suhu dan waktu yang
α-1,6 glikosida pada amilosa dan amilopektin saja. Dengan tinggi dalam proses hidrolisis akan menghasilkan konsentrasi
demikian glukosa pada selulosa yang terikat pada rantai gula sederhana yang tinggi. Tetapi hal tersebut akan memicu
β-1,4 glikosida tidak dapat terurai dan tersisa dalam bentuk terbentuknya senyawa inhibitor pada proses fermentasi
ampas atau onggok (Akinola dan Ayanleye, 2004; Ku-Ismail seperti furfural. Dengan demikian perlu ditentukan kondisi
dkk., 2008). Menurut Pandey dkk. (2000) onggok ubi kayu proses yang terbaik. Semakin banyak gula yang terbentuk
yang tersisa masih mengandung pati 30-50 % (b/k) dan akan dapat digunakan sebagai substrat fermentasi bioetanol,
dapat diproses atau dikonversi lagi menjadi produk bernilai sehingga dapat meningkatkan produksi etanol. Oleh karena
tambah salah satunya bioetanol (Ubalua, 2007). Seperti yang itu penelitian ini bertujuan untuk menentukan kondisi terbaik
dinyatakan oleh Fungsin dkk., (2009) bahwa onggok ubi kayu proses hidrolisis pati dan serat ubi kayu, serta menentukan
potensial digunakan sebagai bahan baku produksi bioetanol jenis substrat asam yang terbaik untuk fermentasi bioetanol
karena mengandung selulosa 24,99 %, hemiselulosa 6,67 % sehingga didapatkan design proses hidrolisis asam pada
dan pati 61 % (b/b). produksi bioetanol dari ubi kayu.
Konversi onggok ubi kayu menjadi bioetanol dapat
dilakukan melalui hidrolisis asam, seperti yang telah
dilakukan oleh Agu dkk. (1997) yang menggunakan H2SO4 METODE PENELITIAN
berkonsentrasi rendah (0,3–0,5M) untuk menghidrolisis
Bahan dan Alat
onggok dan Kongkiattikajorn dan Yoonan (2006)
menggunakan H2SO4 0,1 M pada suhu 135 oC selama 1 jam Bahan yang digunakan dalam penelitian meliputi ubi
untuk menghidrolisis kulit ubi kayu. Penelitian ini dilakukan kayu varietas Darul Hidayah yang diperoleh dari Sukabumi
dengan hidrolisis secara asam karena diharapkan dapat dengan umur panen ± 1 tahun, Saccharomyces cerevisiae
menguraikan pati sekaligus serat sehingga tidak ada onggok komersial dalam bentuk dry yeast (ragi roti). Alat analisis
yang tersisa. yang digunakan adalah spektrofotometer HACH DR 2700
Pada penelitian ini digunakan hidrolisis asam dan gas kromatografi Agilent 6890N, kolom HP-5 30 m x
berkonsentrasi rendah karena efektif menghasilkan gula 0,32 mm (ID) x 0,25 um (Film).

385
AGRITECH, Vol. 31, No. 4, NOVEMBER 2011

Prosedur Penelitian berlangsung selama 96 jam dilakukan proses distilasi,


Penelitian diawali dengan karakterisasi fisik dan kimia kemudian pengujian kadar etanol. Hasil terbaik proses
bahan baku, dilanjutkan dengan penyiapan bahan baku fermentasi diperoleh dari hasil analisis statistik metode RAL.
yaitu pembersihan ubi kayu segar dari kotoran dan kulit ari
(pengupasan dan pencucian), pembuatan cip, pengeringan HASIL DAN PEMBAHASAN
dan penepungan (40 mesh). Karakterisasi kimia bahan
baku yang dilakukan meliputi analisis kadar air, kadar abu, Karakteristik Bahan Baku
kadar pati, dan kadar serat sesuai prosedur AOAC 1984. Ubi kayu Darul Hidayah yang dipergunakan pada
Tahapan penelitian berikutnya adalah proses hidrolisis asam penelitian mempunyai ciri-ciri fisik seperti pada ubi kayu
menggunakan H2SO4 berkonsentrasi rendah (asam encer) jenis lain yaitu umbinya berbentuk silinder memanjang,
yang dilakukan dengan otoklaf bersuhu 121-127 oC dan berwarna coklat tua dengan daging umbi berwarna putih.
tekanan 1-1.5 bar, secara dua tahap. Hidrolisis tahap pertama Umbi berukuran panjang 20-56 cm (rata-rata 38 ± 11,4 cm),
bertujuan mengkonversi pati dan dilakukan dengan H2SO4 diameter 4,9-7,4 cm (rata-rata 6 ± 0,8 cm) dan bobot umbi
berkonsentrasi 0,1-0,5 M selama 5-15 menit, sedangkan 0,45-2,95 kg (rata-rata 1 ± 0,7 kg). Komponen utama ubi
hidrolisis tahap kedua bertujuan mengkonversi serat dan kayu adalah karbohidrat, yang merupakan komponen utama
dilakukan dengan H2SO4 berkonsentrasi 0,5-1 M selama dalam proses produksi etanol. Ubi kayu digunakan sebagai
10-20 menit. Parameter hidrolisis meliputi total gula yang bahan bioetanol berbentuk tepung yang mempunyai kadar
dianalisis menggunakan metode fenol asam sulfat (Dubois, air 9,69 %, kadar abu 2,55 %. Kadar karbohidrat ubi kayu
1956), gula pereduksi dianalisis menggunakan metode DNS terdiri atas komponen pati 69,25 % dan komponen serat kasar
(Miller, 1959), dextrose equivalent (DE) yang merupakan 2,98%.
perbandingan antara gula pereduksi dan total gula, dan
hydoxymethyl furfural (HMF) yang dianalisis berdasarkan Proses Hidrolisis Tahap I
SNI 01-3545-2004. Kondisi terbaik proses hidrolisis
Proses hidrolisis tahap I memberikan nilai total gula
diperoleh dari hasil analisis statistik metode Rancangan Acak
cukup tinggi yaitu 239,47-285,53 g/l pada kondisi proses
Lengkap (RAL) faktorial.
dengan konsentrasi asam sulfat 0,2-0,5 M, sedangkan pada
Hidrolisat asam didetoksifikasi menggunakan NH4OH
konsentrasi asam sulfat 0,1 M total gula hanya 56,84-77,11
teknis 21 % sampai diperoleh pH 5,5 sebelum digunakan
g/l (Gambar 1). Nilai gula pereduksi tertinggi 251,63 g/l
sebagai substrat fermentasi yang bertujuan mengurangi
pada kondisi proses hidrolisis dengan konsentrasi asam
senyawa inhibitor (furfural dan HMF). Proses fermentasi
sulfat 0,5 M dalam waktu selama 10 menit. Nilai gula
dilakukan dengan 4 substrat yaitu hasil hidrolisis satu tahap
pereduksi yang tidak berbeda nyata dengan nilai tersebut
dengan pemisahan serat, hasil hidrolisis satu tahap tanpa
terjadi pada konsentrasi asam sulfat 0,4 M selama 10 menit
pemisahan serat, campuran hasil hidrolisis satu tahap yang
229,38 g/l dan 0,5 M selama 15 menit 225,13 g/l. Pada
dipisahkan seratnya dengan hidrolisat tahap kedua tanpa
proses hidrolisis dengan asam sulfat berkonsentrasi 0,1 M
pemisahan serat dan hasil hidrolisis enzimatis sebagai kontrol.
menghasilkan total gula dan gula pereduksi yang jauh lebih
Setelah proses netralisasi substrat fermentasi diencerkan
kecil dibandingkan pada konsentrasi lainnya. Hal tersebut
sehingga total gulanya 15-18 % (sesuai dengan konsentrasi
karena hanya terjadi pemutusan rantai polisakarida di bagian
gula yang biasa dilakukan oleh masyarakat) sebelum
ujung-ujungnya, sedangkan pada rantai polisakarida panjang
digunakan dalam proses fermentasi etanol. Selanjutnya
hanya mengembangkan molekul-molekulnya saja. Pada
substrat fermentasi dipasteurisasi pada suhu 105 oC selama
proses hidrolisis dengan kondisi tersebut sebagian besar yang
5 menit dan didinginkan hingga suhu ruang (30 oC) sebelum
terkonversi menjadi gula hanya fraksi pati saja, sedangkan
ditambahkan ragi roti, urea dan NPK. Substrat fermentasi dari
hemiselulosa sangat sedikit terjadi dan selulosa tidak mungkin
hidrolisat asam tidak ditambahkan urea karena sudah banyak
terjadi.
mengandung nitrogen dari proses netralisasi. Fermentasi
Nilai total gula dan gula pereduksi yang dihasilkan
dilakukan pada erlenmeyer 1000 ml dengan volume substrat
selama proses hidrolisis tahap pertama sangat dipengaruhi
500 ml secara batch. Proses fermentasi dilakukan pada suhu
oleh konsentrasi asam dan waktu proses yang digunakan.
ruang selama 96 jam pengamatan dengan 24 jam pertama
Semakin tinggi konsentrasi asam dan waktu yang digunakan
diberi perlakuan agitasi menggunakan orbital shaker (125
akan semakin tinggi gula pereduksi yang diperoleh.
rpm) dalam kondisi anaerobik. Pengamatan proses fermentasi
Kecenderungan tersebut sama dengan hasil penelitian oleh
dilakukan secara berkala tiap 12 jam dengan parameter
Sun dan Cheng (2005) berbahan jerami melalui hidrolisis
pengamatan total gula dan pH. Setelah proses fermentasi

386
AGRITECH, Vol. 31, No. 4, NOVEMBER 2011

asam sulfat 0,6-1,5 % selama 30-90 menit menghasilkan gula DE merupakan perbandingan atau rasio dari gula pereduksi
pereduksi 125-197,1 mg/g. dan total gula. Jika total gula nilainya tidak begitu jauh dari
gula pereduksi maka akan diperoleh nilai DE yang cukup
300
besar, meskipun nilai total gula dan gula pereduksi tersebut
TG dan GP cukup kecil. Dari kenyataan tersebut dapat dijelaskan bahwa
250
(g/l) proses hidrolisis bisa saja terjadi lebih sempurna untuk
200 tingkat konversi yang rendah yaitu hanya di ujung-ujung
150 rantai polisakarida dimana hidrolisis yang terjadi sebagian
100 besar menghasilkan gula pereduksi atau glukosa. Berdasarkan
50 analisis statistik konsentrasi asam sangat berpengaruh nyata
terhadap nilai DE. Nilai DE tertinggi (89,59) diperoleh pada
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 M H2SO4
kondisi proses hidrolisis dengan konsentrasi asam sulfat 0,4
M selama 10 menit.
TG 5 mnt TG 10 mnt TG 15 mnt
GP 5 mnt GP 10 mnt GP 15 mnt
Hidrolisis asam berkonsentrasi rendah merupakan
suatu proses yang cepat dan murah untuk menghasilkan gula-
Gambar 1. Total gula (TG) dan gula pereduksi (GP) hasil hidrolisis tahap gula sederhana dari karbohidrat, akan tetapi dihasilkan pula
pertama beberapa produk samping yang mengganggu dan bersifat
toksik terhadap mikroorganisme pada fermentasi alkohol.
Besarnya nilai total gula dan gula pereduksi merupakan Hidrolisis asam pada ubi kayu dapat mengkonversi pati dan
parameter yang digunakan untuk menghitung besarnya selulosa menjadi glukosa, serta hemiselulosa menjadi xilosa,
nilai dextrose equivalent (DE), dimana DE merupakan manosa, galaktosa, glukosa dan asam asetat. Degradasi
perbandingan/rasio antara gula pereduksi dengan total gula gula-gula sederhana menjadi senyawa-senyawa inhibitor
dikalikan 100. Menurut Moore dan Amante (2005) DE sangat dipengaruhi oleh suhu, waktu dan konsentrasi asam
dinyatakan sebagai persentase dari hidrolisis ikatan glukosida (Adrados dkk., 2005; Palmqvist dan Hahn-Hagerdal 2000).
yang menunjukkan kekuatan reduksi. Dektrosa yang biasanya Kadar HMF pada hidrolisis tahap pertama ternyata semakin
digunakan sebagai standar dalam penelitian adalah pati (DE meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi asam dan
= 0) dan glukosa (DE = 100). Semakin tinggi DE semakin waktu hidrolisis (Gambar 3). Analisis statistik RAL juga
sempurna proses hidrolisis yang terjadi. Nilai DE tertinggi menunjukkan bahwa konsentrasi asam dan waktu hidrolisis
adalah 100, yang berarti 100 % hasil hidrolisis berupa gula serta interaksi keduanya berpengaruh sangat nyata (α = 0,01)
pereduksi atau glukosa. terhadap kadar HMF.
Nilai HMF tertinggi pada penelitian ini terdapat pada
kondisi proses hidrolisis dengan konsentrasi asam sulfat 0,5
100
DE M dan waktu hidrolisis selama 15 menit yaitu sebesar 0,87 g/l
80 dan nilai terendah (0,02 g/l) terdapat pada proses hidrolisis
60
dengan konsentrasi asam sulfat sebesar 0,1 M dan waktu
hidrolisis selama 5 menit. Berdasarkan uji lanjut Duncan
40 diperoleh bahwa konsentrasi asam 0,4 M dan waktu hidrolisis
20 10 menit menghasilkan HMF sebesar 0,57 g/l berbeda sangat
nyata terhadap nilai tertinggi HMF. Kondisi proses tersebut
0
juga merupakan kondisi proses dengan DE tertinggi (Gambar
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 M H2SO4
2).
5 mnt 10 mnt 15 mnt Kondisi terbaik proses hidrolisis didasarkan pada derajat
hidrolisis tertinggi untuk menghasilkan gula sederhana, tetapi
Gambar 2. Nilai DE (dextrose equivalent) pada hidrolisis tahap I
terbentuk senyawa-senyawa inhibitor seminimal mungkin.
Dari hasil analisis kadar total gula, gula pereduksi, DE dan
Gambar 2 menunjukkan bahwa nilai DE pada
HMF yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kondisi
konsentrasi asam sulfat 0,1 M cukup besar, bahkan lebih besar
terbaik proses hidrolisis tahap pertama pada konsentrasi asam
dari konsentrasi 0,2 M. Hal tersebut bertentangan dengan
sulfat 0,4 M dan waktu hidrolisis 10 menit.
uraian sebelumnya yang menjelaskan total gula dan gula
pereduksi. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa

387
AGRITECH, Vol. 31, No. 4, NOVEMBER 2011

M selama 10 menit. Konsentrasi asam sulfat antara 0,5-1 M


1
Kadar HMF dengan waktu hidrolisis 10 dan 20 menit menyebabkan DE
(g/l) 0.8 yang tidak berbeda nyata.
0.6 Kadar HMF dalam hidrolisat tahap kedua sangat kecil
jika dibandingkan dengan HMF yang terdapat pada hidrolisat
0.4
tahap pertama, yaitu sebesar 0,0089-0,0150 g/l. Kecilnya HMF
0.2 tersebut disebabkan oleh sedikitnya glukosa yang terbentuk
pada proses hidrolisis tahap kedua. Perlakuan konsentrasi
0
asam sulfat dan waktu hidrolisis tidak berpengaruh nyata
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 M H2SO4
5 mnt 10 mnt 15 mnt terhadap kadar HMF yang terbentuk.
Berdasarkan parameter-parameter yang terukur
Gambar 3. Kadar HMF pada hidrolisat hasil proses hidrolisis tahap I pada hidrolisat kedua, kondisi terbaik hidrolisis tahap
kedua ditentukan berdasarkan nilai DE, karena dari semua
parameter yang ada hasil analisis statistik menyatakan bahwa
Proses Hidrolisis Tahap II perlakuan konsentrasi asam sulfat dan waktu hidrolisis
tidak berpengaruh nyata terhadap parameter. DE tertinggi
Hidrolisis tahap kedua dilakukan pada serat atau padatan
mengindikasikan tingginya derajat hidrolisis, oleh karena itu
sisa hasil hidrolisis tahap pertama pada kondisi terbaik yaitu
dengan DE tertinggi dianggap proses hidrolisis yang terjadi
konsentrasi asam sulfat 0,4 M dan waktu hidrolisis 10 menit.
cukup baik. Berdasarkan hal tersebut pada hidrolisis tahap
Tujuan utama dari proses hidrolisis tahap kedua adalah untuk
kedua kondisi optimal proses hidrolisis pada konsentrasi
menguraikan komponen-komponen karbohidrat yang masih
asam sulfat 1 M dengan waktu hidrolisis selama 20 menit.
tersisa dari proses hidrolisis tahap pertama baik pati, selulosa
maupun hemiselulosa. Total gula yang terukur pada hidrolisat Proses Fermentasi
hasil hidrolisis tahap kedua adalah 75-88,68 g/l. Total gula
tertinggi diperoleh pada proses hidrolisis dengan konsentrasi Hasil hidrolisis asam mempunyai pH yang sangat
asam sulfat 0,75 M selama 20 menit. Nilai tertinggi tersebut rendah yaitu pH 1,9-2,0. Kondisi pH yang terlalu rendah
tidak berbeda nyata dengan nilai total gula pada konsentrasi tersebut menyebabkan hidrolisat asam tidak dapat digunakan
asam dan waktu hidrolisis lainnya. sebagai substrat fermentasi tanpa adanya proses peningkatan
Hidrolisat hasil hidrolisis tahap kedua mengandung gula pH atau netralisasi terlebih dahulu. Selain itu hidrolisat
pereduksi sebesar 61,63-70,88 g/l. Sama dengan total gula, asam juga mengandung inhibitor, yaitu HMF, furfural dan
gula pereduksi hidrolisat kedua berbeda dengan hidrolisat senyawa-senyawa fenol. Oleh karena itu perlu adanya proses
pertama. Secara umum waktu hidrolisis yang lebih pendek, detoksifikasi sebelum digunakan sebagai substrat fermentasi.
menghasilkan gula pereduksi yang lebih rendah. Gula Penambahan NH4OH selain berfungsi untuk detoksi-
pereduksi tertinggi diperoleh pada kondisi proses dengan fikasi dan penetralan juga dihitung sebagai faktor pengenceran
konsentrasi asam sulfat 1 M dan waktu hidrolisis 20 menit hidrolisat. Penambahan NH4OH pada masing-masing
yaitu sebesar 70,88 g/l. hidrolisat tidak sama tergantung pada tingkat keasaman
Proses konversi selulosa memerlukan konsentrasi asam hidrolisatnya. Pada substrat hasil hidrolisis satu tahap dengan
sulfat yang cukup tinggi. Menurut Choi dan Mathews (1996) pemisahan serat ditambahkan ammonium dengan kadar 10,9
pada proses hidrolisis selulosa dengan asam sulfat pada suhu g/l, pada substrat hasil hidrolisis satu tahap tanpa pemisahan
dan tekanan tinggi, konsentrasi asam yang tinggi memberikan serat ditambahkan amonium 12,07 g/l, sedangkan pada
hasil yang lebih tinggi dengan waktu hidrolisis lebih pendek substrat campuran hasil hirolisis satu tahap yang dipisahkan
dibandingkan dengan konsentrasi asam yang lebih rendah. seratnya dengan hidrolisis tahap kedua tanpa pemisahan serat
Konsentrasi asam sulfat yang rendah menghasilkan konversi ditambahkan ammonium 20,15 g/l.
gula lebih rendah meskipun waktu hidrolisisnya lebih lama Agitasi pada proses fermentasi yang dilakukan pada
dari waktu hidrolisis dengan konsentrasi asam sulfat tinggi. 24 jam pertama bertujuan untuk mempermudah proses
Nilai DE pada hidrolisis tahap kedua sebesar 79,75- pencampuran antara mikroba dan nutrisi yang ditambahkan
88,99 dan tidak berbeda nyata pada masing-masing kondisi ke dalam substrat sehingga tersuspensi secara homogen, serta
proses hidrolisis. Nilai DE terbesar terdapat pada proses mempermudah difusi oksigen ke dalam substrat yang berguna
dengan konsentrasi asam sulfat 1 M selama 20 menit yaitu dalam pertumbuhan mikroorganisme.
88.99, sedangkan yang terkecil sebesar 79,75 g/l terdapat Pada akhir fermentasi dilakukan proses distilasi untuk
pada proses hidrolisis dengan konsentrasi asam sulfat 0,5 mengetahui kadar etanol yang dihasilkan. Kadar etanol yang

388
AGRITECH, Vol. 31, No. 4, NOVEMBER 2011

diperoleh digunakan untuk menentukan rendemen etanol dari Akinola, S.O. dan Ayanleye, T.A. (2004). The use of fungal
proses fermentasi yang telah dilakukan berdasarkan bobot glucoamylase enzyme for production of glucose syrup
kering tepung ubi kayu yang digunakan sebagai bahan baku. from cassava starch. Journal of Life and Physical
Rendemen etanol merupakan perbandingan antara konsentrasi Science 1: 138-141.
etanol yang dihasilkan dengan bobot kering tepung ubi kayu Choi, C.H. dan Mathews, A.P. (1996). Two-step acid
yang diproses. hydrolysis process kinetics in the saccharification
Setelah 96 jam proses fermentasi dihentikan, substrat of low-grade biomassa : 1. experimental studies on
hasil hidrolisis satu tahap dengan pemisahan serat menghasil- the formation and degradation of sugars. Journal of
kan etanol dengan kadar 5,42 % (b/v) dan rendemen etanol Bioresource Technology 58: 101-106.
25,67 %. Proses fermentasi pada substrat hasil hidrolisis satu
tahap tanpa pemisahan serat menghasilkan etanol berkadar Dubois M, KA Gilles, JK Hamilton, PA Rebers dan F Smith.
5,66 % (b/v) dan rendemen etanol 30,54 %. Kadar etanol yang (1956). Colorimetric method for determination of sugar
dihasilkan pada akhir proses fermentasi substrat campuran and related substances. Journal of Analytical Chemistry
hasil hidrolisis satu tahap yang dipisahkan seratnya adalah 28: 350-356.
4,94 %, sehingga rendemen etanol 22,69 %. Pada akhir proses Fungsin, B.S., Akaracharany, A. dan Srinorakutara, T.
fermentasi pada substrat hasil hidrolisis enzimatis (kontrol) (2009). Conversion of cassava waste into sugar using
menghasilkan etanol berkadar 7,56 % (b/v) dan rendemen Aspergillus niger and Trichoderma reesei for ethanol
29,97 %. production. Poster of Thailand Institut of Scientific and
Technology Research (TISTR). http://www.biomass-
asia-workshop. jp/biomassws/04workshop/poster_pdf/
KESIMPULAN DAN SARAN
Poster09.pdf. [30 September 2009].
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Kongkiattikajorn, J. dan Yoonan, K. (2006). Conversion of
perlakuan terbaik proses hidrolisis pertama pada konsentrasi cassava industry waste to fermentable sugar. The 2nd
asam sulfat 0,4 M dan waktu hidrolisis 10 menit, sedangkan Joint International Conference on “Sustainable Energy
perlakuan terbaik proses hidrolisis kedua pada konsentrasi and Environment (SEE 2006)”, 21-23 November 2006,
asam sulfat 1 M dan waktu hidrolisis 20 menit. Proses Bangkok, Thailand.
fermentasi hidrolisat asam yang memberikan hasil terbaik
Ku-Ismail, K.S., Ahmad, T.L.A.A., Kasim, K.F. dan Daud,
adalah fermentasi pada substrat hasil hidrolisis satu tahap
M.Z.M. (2008). Thermo-enzymatic hydrolysis of
tanpa pemisahan serat.
cassava starch by α-amylase and amyloglucosidase.
Pada proses produksi etanol dari ubi kayu melalui
Proceeding of MUCET 2008. Malaysian Technical
hidrolisis asam, sebaiknya proses hidrolisis dilakukan satu
Universities Conference on Engineering and Technology
tahap saja, karena sudah memberikan nilai terbaik dan
March 15-16, 2008, Putra Palace, Perlis, Malaysia.
mengurangi biaya proses. Proses netralisasi atau detoksifikasi
hidrolisat asam dari ubi kayu perlu dikaji lebih lanjut untuk Miller GL. (1959). Use of Dinitrosalicylic Acid reagent for
meningkatkan efisiensi fermentasi, kadar dan rendemen determination if reducing sugar. Journal of Analytical
etanol. Chemistry 31: 426-428.
Moore, G.R.P, dan Amante, L.R.C.E.R. (2005). Cassava
DAFTAR PUSTAKA and corn starch in maltodextrin production. Journal of
Quimica Nova 28: 596-600.
Adrados, B.P., Choteborska, P., Galbe, M. dan Zacchi, Mussatto, S.I. dan Roberto, I.C. (2004). Alternatives
G. (2005). Ethanol production from non-starch for detoxification of diluted-acid lignocellulosic
carbohydrates of wheat bran. Journal of Bioresource hydrolyzates for use in fermentative processes: a review.
Technology 96: 843-850. Journal of Bioresource Technology 93: 1-10.
Agu, R.C., Amadife, A.E., Ude, C.M., Onyia, A., Ogu, E.O., Palmqvist, E. dan Han-Hagerdal, B. (2000). Fermentation
Okafor, M. dan Ezejiofor, E. (1997). Combined heat of lignocellulosic hydrolysates. I: inhibition and
treatment and acid hydrolysis of cassava grate waste detoxification. Journal of Bioresource Technology 74:
(CGW) biomass for ethanol production. Journal of 17-24.
Waste Management 17: 91-96.

389
AGRITECH, Vol. 31, No. 4, NOVEMBER 2011

Pandey, A., Carlos, R.S., Nigam, P., Vanete, T.S., Luciana, Wheat as a feedstock for alcohol production. HGCA
P.S.V. dan Radjiskumar, M. (2000). Biotechnological Research Review No. 61.
potential of agro-industrial residues II: cassava bagasse. Sun, Y. dan Cheng, J.J. (2005). Dilute acid pretreatment of
Journal of Bioresource Technology 74: 81-87 rye straw and bermudagrass for ethanol production.
Purwadi, R. (2006). Continuous Ethanol Production Journal of Bioresource Technology 96: 1599-1606.
from Dilute-Acid Hydrolyzates: Detoxification and Taherzadeh, M.J., Niklasson, C. dan Liden, G. (1999).
Fermentation Strategi. Thesis for The Degree of Doctor Conversion of dilute-acid hydrolyzates of spruce and
of Philosophy. Departement of Chemical and Biological birch to ethanol by fed-batch fermentation. Journal of
Engineering, Chalmers University of Technology, Bioresource Technology 69: 59-66.
Goteborg, Sweden.
Ubalua, O.A., (2007). Cassava wastes : treatment options
Smith, T.C., Kindred, D.R., Brosnan, J.M., Weightman, and value addition alternatives. African Journal of
R.M., Shepherd, M. dan Sylvester-Bradley, R. (2006). Biotechnology 6: 2065-2073.

390
Vol. 2 Issue 2,
Desember 2019 CANREA JOURNAL E-ISSN :2621-9468
DOI: 10.20956/canrea.v2i2.174

ANALISIS KANDUNGAN GLIKOGEN PADA HATI, OTOT, DAN OTAK HEWAN

(Analysis Of Glicogen Content On Heart, Muscle, And Animal Brain)


DOI: 10.20956/canrea.v2i2.xxx
Fatmawati Mustakin1*) and Mulyati M Tahir2)
1*)
Sekolah Menengah Atas Negeri 12 Makassar
2)
Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Departemen Teknologi Pertanian Universitas Hasanuddin
Makassar
*)
Email Penulis Korespondensi: fatmawatimustakim99@gmail.com

ABSTRAK

Glikogen adalah jenis utama karbohidrat tersimpan yang ditemukan pada hewan.
Glikogen terbentuk sebagai deposit glukosa berlebih di dalam tubuh yang digunakan sebagai
cadangan energi. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui prosedur untuk ekstraksi glikogen
dan untuk menentukan kandungan glikogen dalam beberapa bahan makanan. Metode yang
digunakan adalah ekstraksi dan pengujian yodium. Bahan yang digunakan adalah TCA,
etanol, NaCl, yodium, hati ayam, hati sapi, otak sapi, sapi, dan daging ayam. Hasil yang
diperoleh yaitu terjadi perubahan warna dan reandemen terhadap sampel setelah pengujian
yaitu hati ayam berwarna oranye kecoklatan, hati dan daging sapi berwarna coklat sedangkan
otak sapi berwarna coklat jernih dan kadar rendemen tertinggi, yaitu pada hati sapi sebesar
55%, hati ayam sebesar 32,64%, daging ayam sebesar 9,5%, daging sapi sebesar 9,5% dan
terendah ditemukan pada otak sapi yaitu 0%.

Kata kunci: Glikogen, rendemen, daging sapi, daging ayam, warna

ABSTRACT

Glycogen is the main type of stored carbohydrate found in animals. Glycogen is formed as excess glucose
deposits in the body which are used as energy reserves. The purpose of this analysis is to find out the
procedure for glycogen extraction and to determine the glycogen content in some food
ingredients. The method used is iodine extraction and testing. The materials used are TCA,
ethanol, NaCl, iodine, chicken liver, beef liver, beef brain, beef, and chicken meat. The results
obtained are a change in color and revision of the sample after testing, namely brownish-
brown chicken liver, brown liver and beef, while the cow's brain is clear brown and the
highest yield, namely in beef liver by 55%, chicken liver by 32, 64%, chicken meat at 9.5%,
beef at 9.5% and the lowest is found in cow brains at 0%.

Keywords : Glycogen, rendemen, beef, chicken, color

I. PENDAHULUAN Karbohidrat tersusun atas unsur karbon (C),


hidrogen (H), dan oksigen (H). Salah satu
Terdapat beberapa komponen bahan jenis karbohidrat yaitu glikogen
pangan yang sangat dibutuhkan oleh tubuh Glikogen adalah bentuk karbohidrat
salah satunya adalah karbohidrat. yang tersimpan dalam sel hewan.
Karbohidrat merupakan polihidroksi Kadar glukosa yang terlalu tinggi akan
aldehid dan keton yang meliputi kondensat disimpan sebagai cadangan energi dalam
polimer-polimer yang terbentuk. bentuk glikogen. (Haryati, Nahdifa,

75
Vol. 2 Issue 2,
Desember 2019 CANREA JOURNAL E-ISSN :2621-9468
DOI: 10.20956/canrea.v2i2.174

Humairah, & Abdullah, 2019; Laras, Arista iodin sebanyak satu tetes dan diamati
Dwi, Suloi, & Laga, 2019; Suarsana, Pontjo, perubahan warna yang terjadi (Suarsana et
Wresdiyati, & Bintang, 2006). Glikogen al., 2006).
dapat kembali dipecah menjadi
glukosa apabila sewaktu-waktu tubuh 2.3.2 Ekstraksi glikogen
kekurangan energi. Glikogen banyak Sisa filtrat yang berisi TCA dan sampel
terdapat pada hati dan otot (Genisa, dipipet sebanyak 10 ml lalu dihomogenkan
Rahman, & Tajuddin, 2019). dan disaring sehingga diperoleh filtrat.
Salah satu metode untuk menguji Filtrat ditambahkan etanol sebanyak 20 ml
adanya glikogen pada bahan pangan yaitu dan dihomogenkan. Apabila belum
dengan uji iodin. Prisip dari pengujian iodin terbentuk endapan, maka sampel
yaitu amilum atau pati yang bereaksi ditambahkan NaCl lalu di sentrifuge selama
dengan iodin akan membentuk warna biru, 10 menit pada kecepatan
dekstrin membentuk warna merah 3000 rpm. Selanjutnya, endapan yang
keunguan, dan glikogen akan membentuk diperoleh di oven pada suhu 60oC, hingga
warna merah kecoklatan. Hal inilah sampel mencapai berat konstan
yang melatarbelakangi dilakukannya
penelitian karbohidrat-glikogen.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. METODOLOGI PENELITIAN Hasil yang diperoleh dari pengujian


karbohidrat-glikogen, yaitu:
2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam pengujian Tabel 1. Hasil Pengujian Glikogen
karbohidrat-glikogen, yaitu aluminium foil, Warna Warna
bulb (Qinuo), cawan schott (Pyrex), Sampel sebelum Setelah + Rendemen
erlenmeyer (Pyrex) gelas ukur 100 ml + Iodin Iodin
(Pyrex), kertas saring, mortar (Airtack), Hati Kuning Orange
16,4%
oven (Memmert), pipet volume (Pyrex), ayam jernih kecoklatan
Hati Kuning
timbangan analitik (Sartorius), sendok sapi jernih
Cokelat 55%
tanduk, dan wadah. Daging
Bening Cokelat 1,7%
ayam
2.2 Bahan Daging
Putih keruh Cokelat -1%
Bahan yang digunakan dalam pengujian sapi
Otak Cokelat
karbohidrat-glikogen, yaitu TCA, etanol, sapi
Bening
Bening
0%
NaCl, iodin, hati ayam, hati sapi, otak sapi,
daging sapi, dan daging ayam. 3.1 Glikogen
Glikogen merupakan polisakarida
2.3 Prosedur Penelitian simpanan utama yang terdapat pada hewan.
Glukosa apabila tidak segera dimetabolisasi
2.3.1 Pengujian Glikogen untuk menghasilkan energi dapat disimpan
Pengujian glikogen dilakukan dengan di hati atau otot sebagai glikogen. Sekitar
cara sampel ditimbang sebanyak 5 gram tiga-perempat glikogen tubuh total berada
dan dihaluskan menggunakan mortar di otot. Biosentesis glikogen dari glukosa
kemudian ditambahkan TCA sebanyak 20 disebut glikogenesis. Glikogen dalam tubuh
ml. Selanjutnya sampel disaring sehingga berfungsi sebagai sumber energi untuk
diperoleh filtrat. Filtrat yang diperoleh sebagian besar fungsi sel dan jaringan.
dipipet sebanyak 0,5 ml dan ditambahkan Glikogen dalam hati berfungsi untuk

76
Vol. 2 Issue 2,
Desember 2019 CANREA JOURNAL E-ISSN :2621-9468
DOI: 10.20956/canrea.v2i2.174

mempertahankan kadar normal glukosa pengendap glikogen sehingga lebih mudah


dalam darah sehingga dapat digunakan oleh dipisahkan antara glikogen dan senyawa
semua organ yang ada di dalam tubuh. lain yang terdapat pada sampel. Hal ini
Glikogen dalam otot berfungsi untuk sesuai dengan (Marnoto, Haryono,
menghasilkan glukosa yang akan digunakan Gustinah, & Putra, 2016), yang menyatakan
oleh sel otot sendiri (Zulma, 2018), yang bahwa etanol memiliki kepolaran yang
menyatakan bahwa glikogen pada hati tinggi karena banyak mengandung air.
berfungsi untuk mempertahankan kadar
normal glukosa dalam darah yang akan 3.4 Natrium Klorida (NaCl)
dipakai oleh semua organ yang ada di Natrium Klorida (NaCl) merupakan
dalam tubuh, sedangkan glikogen pada otot senyawa kimia berbentuk padat dan
digunakan untuk menghasilkan glukosa berwarna putih. NaCl memiliki sifat yang
yang akan digunakan oleh sel otot sendiri. mudah larut dalam air. NaCl sering
Glukosa yang berlebih dapat disimpan digunakan sebagai bumbu sekaligus
sebagai cadangan energy dalam bentuk pengawet makanan. NaCl memiliki tingkat
glikogen. osmotik yang tinggi sehingga NaCl
memiliki tingkat konsentrasi tinggi saat
3.2 Asam trikloroasetat (TCA) dilarutkan dalam air. Struktur NaCl
Asam trikloroasetat (TCA) adalah meliputi anion di tengah dan kation
analog (sama) dari asam asetat, dengan menempati pada rongga octahedral. Larutan
ketiga atom hidrogen dari gugus metil garam merupakan suatu elektrolit, yang
digantikan oleh atom-atom klorin. TCA mempunyai gerakan brown dipermukaan
merupakan suatu bahan kaustik yang yang lebih besar dari gerakan brown pada
merusak dengan cara koagulasi kimiawi air murni sehingga bisa menurunkan air dan
protein. Penambahan trikloroasetat (TCA) larutan ini menembah gaya kohesi antar
pada otak sapi berfungsi untuk melarutkan partikel sehingga ikatan partikel menjadi
kandungan kandungan protein, lemak, dan lebih rapat. Gerakan brown adalah gerakan
asam nukleat sehingga diperoleh glikogen terus menerus dari partikel zat cair ataupun
saja. Hal ini sesuai dengan, yang gas. Penambahan NaCl berfungsi untuk
menyatakan bahwa TCA merupakan bahan menurunkan kelarutan glikogen pada air
yang bersifat merusak, salah satunya sehingga glikogen akan mengendap. Hal ini
protein dengan cara koagulasi kimiawi sesuai dengan (Sudjianto, 2007), yang
protein. menyatakan bahwa NaCl dapat
menurunkan air dan larutan ini menembah
3.3 Etanol gaya kohesi antar partikel sehingga ikatan
Etanol merupakan pelarut organik partikel menjadi lebih rapat. Hal ini
bersifat polar yang banyak digunakan dijelaskan pula oleh (Ahmad, 2016), yang
dalam berbagai pengolahan pangan. Pelarut menyatakan bahwa NaCl merupakan
etanol memiliki titik didih 78,4 oC, bersifat senyawa kimia berbentuk padat dan
mudah menguap, tidak beracun, tidak berwarna putih yang mudah larut dalam air.
berwarna, dan mudah larut dalam air.
Fungsi penambahan etanol yaitu sebagai 3.5 Uji Iodin
pelarut dalam ekstraksi karena etanol Uji iodin merupakan salah satu metode
mempunyai kepolaran yang tinggi sehingga pengujian yang digunakan untuk
senyawa resin, lemak, karbohidrat, dan membedakan polisakarida dari disakarida
senyawa organik lainnya mudah untuk dan monosakarida. Perubahan warna
dilarutkan. Selain itu, etanol dalam larutan terjadi karena dalam larutan pati
ekstraksi glikogen berfungsi sebagai terdapat unit-unit glukosa yang membentuk

77
Vol. 2 Issue 2,
Desember 2019 CANREA JOURNAL E-ISSN :2621-9468
DOI: 10.20956/canrea.v2i2.174

rantai heliks karena adanya ikatan dengan sangat kecil. Hal ini sesuai dengan Guslina
konfigurasi pada tiap unit glukosanya. (2008), yang menyatakan bahwa otak sapi
Bentuk ini yang menyebabkan pati dapat mengandung kadar lemak sebesar 9,3%,
membentuk kompleks dengan molekul kadar air sebesar 78,3%, kadar protein
yodium yang dapat masuk kedalam sebesar 9,8%, dan karbohidrat hanya
spiralnya. Larutan iodin yang direaksikan sebesar 3%. Hal ini dijelaskan pula oleh
dengan glikogen akan membentuk warna (Kusnadi, Bintoro, & Al-Baarrii, 2012),
merah sampai cokelat yang disebabkan yang menyatakan bahwa otak sapi memiliki
karena adanya penyerapan iodin pada kadar lemak sebesar 9,3%, kadar air sebesar
struktur cincin glikogen yang saling 78,3%, kadar protein sebesar 9,8%,
berikatan sehingga membentuk komples
berwarna merah kecoklatan. Prisip dari 3.7 Hasil Pengujian Glikogen
pengujian iodin yaitu karbohidrat golongan Berdasarkan hasil yang diperoleh pada
polisakarida akan memberikan reaksi pengujian karbohidrat-glikogen yaitu terjadi
dengan larutan iodin akan memberikan perubahan warna setelah penambahan iodin
warna spesifik bergantung pada jenis pada sampel. Hati ayam setelah
karbohidratnya. Amilosa dan iodin akan penambahan iodin akan membentuk warna
berwarna biru, amilopektin dengan iodin orange kecoklatan yang menandakan bahwa
akan berwarna merah violet, glikogen mengandung sedikit glikogen, hati sapi,
maupun dekstrin dengan iodin akan daging ayam, dan daging sapi membentuk
berwarna merah coklat. Kelebihan dari warna cokelat yang menandakan
metode iodin yaitu proses pengujiannya mengandung sedikit glikogen, dan otak sapi
mudah dan biaya yang dikeluarkan lebih membentuk warna bening yang
sedikit dibanding metode yang lain. menandakan tidak terdapat glikogen.
kelemahan dari meode iodin yaitu hasil Glikogen yang terdapat di otak tidak
yang diperoleh tidak akurat. Ketidak terdeteksi disebabkan oleh kadar glikogen
akuratan pengujian dengan metode iodin yang terdapat di otak sangat kecil dan
disebabkan karena pengujian bersifat sampel otak yang digunakan sangat sedikit.
subjektif. Hal ini sesuai dengan Larutan iodin yang direaksikan dengan
(Musta, 2018), yang menyatakan bahwa uji glikogen akan membentuk warna merah
iodin digunakan untuk membedakan sampai cokelat yang disebabkan karena
polisakarida dari disakarida dan adanya penyerapan iodin pada struktur
monosakarida. cincin glikogen yang saling berikatan
sehingga membentuk komples berwarna
3.6 Otak Sapi merah kecoklatan. Hal ini sesuai dengan
Otak sapi termasuk salah satu hasil (Musta, 2018), yang menyatakan bahwa
ikutan ternak yang memiliki kadar lemak glikogen yang bereaksi dengan glikogen
yang cukup tinggi. otak sapi memiliki akan membentuk warna merah kecoklatan.
tekstur yang sangat lembut dengan cita rasa
yang khas. Otak sapi memiliki kadar lemak 3.8 Hasil Pengujian Rendemen
sebesar 9,3%, kadar air sebesar 78,3%, Berdasarkan hasil yang diperoleh dari
kadar protein sebesar 9,8%, dan karbohidrat pengujian karbohidrat-glikogen diperoleh
dengan jumlah yang sangat sedikit yaitu nilai rendemen pada beberapa sampel.
sebesar 3%. Komponen terbesar penyusun Sampel hati sapi sebesar 55%, hati ayam
otak adalah fosfolipida sebesar 6 % yang menghasilkan rendemen sebesar 32,64 %,
memiliki gugus polar (fosfat) dan gugus daging ayam sebesar 9,5 %, otak sapi
nonpolar (lipid). Otak sapi juga sebesar 0%, dan daging sapi sebesar -1%.
mengandung glikogen dalam jumlah yang Kadar rendemen tertinggi yaitu pada hati

78
Vol. 2 Issue 2,
Desember 2019 CANREA JOURNAL E-ISSN :2621-9468
DOI: 10.20956/canrea.v2i2.174

sapi sebesar 55% dan terendah terdapat


pada daging sapi yaitu sebesar -1%. Hal ini DAFTAR PUSTAKA
sesuai dengan literatur yang menyatakan
bahwa kandungan glikogen terbanyak Ahmad, A. B. (2016). The effects of NaCl
terdapat di hati (10%) daripada otot (1%). priming on salt tolerance in sunflower
Namun berbeda dengan daging sapi germination and seedling grown under
diperoleh rendemen -1%. Nilai rendemen salinity conditions. African Journal of
yang diperoleh pada daging sapi tidak Biotechnology, 9(12), 1764–1770.
sesuai, hal tersebut terjadi diduga diduga https://doi.org/10.5897/ajb10.1019
karena kesalahan saat penimbangan. Saat Antika, L., Julianty, E., Miroah, Nurul, A.,
penimbangan berat awal sampel digunakan & Hapsari, F. (2012). Pengukuran
neraca Ohauss yang tingkat ketelitiannya (Kalibrasi) Volume dan Massa Jenis
0,1 gram, sedangkan pada saat menimbang Alumunium. Jurnal Fisika Dan
berat akhir digunakan timbangan analitik Aplikasinya, 13(1), 22–28.
dengan ketelitian 0,001 gram. Tingkat Genisa, J., Rahman, A. Nu., & Tajuddin, K.
ketelitian yang berbeda berpengaruh pada (2019). Pemanfaatan Daun Paliasa
nilai rendemen. Terjadi pula kesalahan pada (Kleinhovia hospita L) Sebagai bahan
proses pengovenan, yaitu pengovenan Alternatif dalam Mempertahankan
terlalu lama menyebabkab sampel yang di Kesegaran Ikn kembung (Rastrellinger
oven habis. Hal ini sesuai dengan (Antika, sp). Canrea Journal: Food Techology,
Julianty, Miroah, Nurul, & Hapsari, 2012), Nutritons,and Culinary Journal, 2(1),
yang menyatakan bahwa neraca ohauss 1–12.
memiliki ketelitian yaitu 0,1 gram, https://doi.org/10.20956/canrea.v2i1.1
sedangkan ketelitian neraca analitik 89
mencapai 0,001 gram. Haryati, D., Nahdifa, L., Humairah, &
Abdullah, L. (2019). Ekstraksi dan
IV. KESIMPULAN Karakerisasi Gelatin Kulit Ikan
Baronang (Siganus canaliculatus)
Kesimpulan yang diperoleh dari dengan Metode Enzimatis
pengujian ini, yaitu : Menggunakan Enzim Bromelin.
Canrea Journal: Food Techology,
1. Prosedur ekstraksi glikogen dilakukan
Nutritons,and Culinary Journal, 2(1),
dengan menggunakan beberapa pelarut
19–25.
2. Sampel hati ayam menghasilkan
https://doi.org/10.20956/canrea.v2i1.1
rendemen sebesar 32,64 %, hati sapi
77
sebesar 55%, daging ayam sebesar 9,5 %,
Kusnadi, D. C., Bintoro, V. P., & Al-Baarrii,
daging sapi sebesar 29,80%, dan otak
A. N. (2012). Daya Ikat Air, Tingkat
sapi sebesar 0%.
Kekenyalan dan Kadar Protein Pada
Saran untuk penelitian selanjutnya yaitu Bakso Kombinasi Daging Sapi dan
sebaiknya digunakan pula metode lain Daging Kelinci. Jurnal Peternakan,
misalnya uji benedict dan barfoed dalam 1(2), 28–31.
menguji glikogen sehingga hasil yang Laras, B., Arista Dwi, S. S., Suloi, A. N. F.,
diperoleh bervariasi dan dapat & Laga, A. (2019). Pengaruh
dibandingkan. Konsentrasi kentos kelapa Terhadap
Degradasi Lemak Daging Ayam.
Canrea Journal: Food Techology,
Nutritons,and Culinary Journal, 2(1),
38-43.

79
Vol. 2 Issue 2,
Desember 2019 CANREA JOURNAL E-ISSN :2621-9468
DOI: 10.20956/canrea.v2i2.174

https://doi.org/10.20956/canrea.v2i1.1
76
Marnoto, T., Haryono, G., Gustinah, D., &
Putra, F. A. (2016). Ekstraksi Tannin
Sebagai Bahan Pewarna Alami Dari
Tanaman Putrimalu (Mimosa Pudica)
Menggunakan Pelarut Organik.
Reaktor, 14(1), 39–45.
https://doi.org/10.14710/reaktor.14.1.3
9-45
Musta, R. (2018). Waktu Optimum
Hidrolisis Pati Limbah Hasil Olahan
Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz
var. Lahumbu) Menjadi Gula Cair
Menggunakan Enzim α-Amilase Dan
Glukoamilase. Indonesian Journal of
Chemical Research, 5(2), 498–507.
Suarsana, I. N., Pontjo, B., Wresdiyati, T.,
& Bintang, M. (2006). Sintesis
glikogen hati dan otot pada tikus
diabetes yang diberi ekstrak tempe.
Jurnal Veteriner, 11(3).
Sudjianto, A. T. (2007). Stabilisasi Tanah
Lempung Ekspansif dengan Garam
Dapur (NaCl). Jurnal Teknik Sipil,
8(1), 53–63.
Zulma, Z. (2018). Pengaruh Kesegaran
Jasmani melalui Senam Sribu pada
Siswa Kelas V SD N 21 Batang Anai
Kabupaten Padang Pariaman. JPPI
(Jurnal Penelitian Pendidikan
Indonesia), 3(2), 67.
https://doi.org/10.29210/02017118

80

Anda mungkin juga menyukai