Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

IDENTIFIKASI KARBOHIDRAT

Oleh

Kelompok 1 :

1. Ni Kadek Ari Dwiyanti (P07134017003)


2. Ni Kadek Sri Murtini (P07134017005)
3. Luh Intan Wijayanti (P07134017013)
4. I Putu Eka Putrawan (P07134017016)
5. Dewa Ayu Widiadnyasari (P07134017032)
6. I Gusti Manik Diantari Prawerti (P07134017039)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2017
IDENTIFIKASI KARBOHIDRAT

A. Hari, Tanggal Praktikum : Rabu, 21 Februari 2018


Rabu, 28 Februari 2018
Tempat : Laboratorium Kimia Terapan Poltekkes Denpasar

B. Tujuan Praktikum
 Tujuan Umum :
Mahasiswa mampu melakukan identifikasi karbohidrat dengan pereaksi
identifikasi karbohidrat secara kualitatif
 Tujuan Khusus :
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi adanya karbohidrat secara
kualitatif dengan Test Molisch
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi adanya gugus aldehid pada
karbohidrat dengan Test Moore
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi adanya gula reduksi dengan
Test Benedict
4. Mahasiswa mampu mengidentifikasi adanya ketosa (fruktosa)
dengan Test Selliwanof
5. Mahasiswa mampu membedakan monosakarida dan disakarida
dengan Test Barfoed
6. Mahasiswa mampu melakukan identifikasi menggunakan iodin
untuk membedakan jenis golongan polisakarida

C. Prinsip Kerja
1. Uji Molisch
Karbohidrat akan didehidrasi oleh asam sulfat pekat membentuk
senyawa furfural atau turunannya. Furfural dan turunannya akan
berkondensasi dengan alfanaftol (molisch) menghasilkan senyawa
kompleks berwana merah ungu dan membentuk cicin pada bidang
batang antara larutan karbohidrat dan asam sulfat pekat (cincin
merah-ungu)
2. Uji Moore
Uji Moore menggunakan NaOH (akali) yang berfungsi sebagai
sumber ion –OH yang akan berikan dengan rantai aldehid dan
membentuk aldol aldehid (aldehida dengan cabang gugus alkanol)
yang berwarna coklat. Pemanasan bertujuan untuk membuka ikatan
karbon dengan hydrogen dan menggantikannya dengan gugus
-OH.
3. Uji Benidict
Larutan CuSO4 dalam suasana alkali akan direduksi oleh gula
yang mempunyai gugus aldehid, sehingga CuO atau kupri tereduksi
menjadi Cu2O yang berwarna merah bata (endapan)
4. Uji Selliwanof
Ketosa akan didehidrasi oleh asam klorida membentuk senyawa
furfural atau turunannya. Furfural atau turunannya berkondensasi
dengan resolsinol menghasilkan senyawa kompleks berwarna
merah ceri
5. Uji Barfoed
Monosakarida akan mereduksi Cu 2+ dalam suasana asam lemah
(CH3COOH) menghasilkan endapan yang berwarna merah bata dari
Cu2O
6. Uji Iodin
Amilum dengan iodin (setelah diasamkan dengan HCl encer)
akan memberikan warna biru, amilopektin memberikan warna
merah ungu, dekstrin dan glikogen memberikan warna merah
ungu, dekstri dan glikogen akan memberikan warna merah coklat,
sedangkan gom arab, monosakarida dan polisakarida tidak
memberikan warna

D. Metode
Metode yang kami gunakan pada praktikum ini adalah mereaksikan
larutan uji dengan sampel yang telah disediakan dan mengamapti hasil
perubahan reaksi yang terjadi secara langsung.

E. Dasar Teori

Karbohidrat adalah senyawa organik yang terbentuk atas tiga unsur


yaitu Karbon(C), Oksigen (O) dan Hidrogen (H) dengan rumus molekul
CnH2nOn.Unsur-unsur membentuk karbohidrat dengan rumus tertentu
tergantung pada jenis karbohidratnya. Karbohidrat identik dengan gula.
Karena itu molekul karbohidrat sering juga di sebut molekul gula. Karbohidrat
merupakan sumber energi bagi sebagian besar makhluk hidup. Karbohidrat
disebut juga hidrat arang. Karbohidrat sebagai sumber energi utama di bentuk
oleh tumbuhan melalui proses fotosintesis. Dalam tubuh manusia atau hewan,
karbohidrat terbentuk melalui reaksi yang terjadi dari beberapa asam amino
dan gliserol lemak. Karbohidrat sebagian besar di jumpai pada produk nabati
seperti serealia, umbi-umbian, dll. Makanan yang paling banyak mengandung
karbohidrat adalah nasi, singkong, roti, mie, dan lain-lain.

1. JENIS KARBOHIDRAT
Jenis karbohidrat pada umumnya di bagi menjadi 3 jenis berdasarkan
ukuran melekul nya yaitu: Monosakarida, Disakarida dan polisakarida.
1. Monosakarida
Monosakarida terdiri atas 3-6 atom C dan zat ini tidak dapat lagi
dihidrolisis oleh larutan asam dalam air menjadi karbohidrat yang lebih
sederhana. Berikut macam-macam monosakarida : dengan ciri utamanya
memiliki jumlah atom C berbeda-beda :  triosa (C3), tetrosa (C4), pentosa
(C5), heksosa (C6), heptosa (C7).
- Triosa : Gliserosa, Gliseraldehid, Dihidroksi aseton
- Tetrosa : threosa, Eritrosa, xylulosa
- Pentosa : Lyxosa, Xilosa, Arabinosa, Ribosa, Ribulosa
- Hexosa : Galaktosa, Glukosa, Mannosa, fruktosa
- Heptosa : Sedoheptulosa
2. Disakarida
Disakarida adalah suatu oligosakarida yang paling banyak terdapat di
alam dan jenis karbohidrat yang banyak dikonsumsi oleh manusia di dalam
kehidupan sehari-hari. .  Sifat-sifat dari disakarida, yaitu :

- Monomer gula penyusunnya dan stereo konfigurasinya.


- Karbon yang terlibat dalam membentuk ikatan.
- Urutan unit monomernya, apabila terdiri dari monosakarida yang
berbeda.
- Konfigurasi anomerik – gugus OH pada C no.1 dari setiap unit
penyusunnya.
Macam – macam disakarida yang penting, yaitu :
a. Laktosa
Laktosa adalah jenis disakarida yang merupakan gabungan dari dua
unit monosakarida yang berbeda yaitu merupakan karbohidrat dari susu
mamalia yang terdiri dari D-galaktosa dan D-glukosa. Dalam disakarida ini,
ikatan glikosidik antara C-1 anomerik dari β-D-galaktosa dan C-4 non
anomerik dari D-glukosa marupakan β-(1,4). Laktosa terdpt pada susu.
Konsentrasi laktosa dalam susu mamalia bervariasi 2.0 - 8.5%.Susu sapi
dan kambing mengandung 4.5–4.8%, dan ASI 7%. Penggunaan laktosa
sebagai sumber energi dengan hidrolysis menjadi monosaccharides, D-
glucose and D-galactose. Laktosatdk akan dicerna sebelum sampai usus
halus (tempat enzim laktase).
b. Maltosa
Maltosa adalah jenis disakarida yang paling sederhana dan terbentuk
dari dua unit monosakarida yang sama yaitu glukosa. Maltosa mengandung 2
D-glukosa yang dihubungkan dengan oleh suatu ikatan glikosida diantara
atom karbon 1 dari glukosa yang pertama dan atom karbon 4 dari glukosa
yang kedua
membentuk ikatan α.
Pada ujung kanan cincin bisa membuka sehingga memiliki gugus
aldehid bebas yg bisa mereduksi oksidan. oleh karena itu, Maltosa adalah
gula reduksi dan larut dalam air.
c. Sukrosa
Sukrosa adalah disakarida yang dibentuk dari unit monosakarida yang
berbeda yaitu antara satu molekul glukosa dan satu molekul fruktosa. Antara
kedua unit unit monosakarida trsebut diikat dengan ikatan α – 1, β-2 glikosida.
Sukrosa bukan gula pereduksi karena ujung-ujung aldehid bebas dari
monosakaridanya saling terikat.
Hewan tidak dapat menyerap sukrosa seperti pada tanaman, tetapi
dapat menyerap molekul tersebut dengan bantuan enzim suknosa atau
invertase. Sukrosa merupakan disakarida yang paling manis dibanding 3
disakarida yang umum di jumpai.
3. Oligosakarida
       Oligosakarida yaitu karbohidrat yang tersusun dari 2 sampai sepuluh
satuan monosakarida. Oligosakarida yang umum adalah disakarida yang
tersusun atas dua monosakarida dan dapat dihidrolisis menjadi monosakarida,
contohnya yaitu sukrosa, maltose, dan laktosa. Oligosakarida adalah polimer
dengan derajat polimerasasi 2 sampai 10 dan biasanya bersifat larut dalam
air. Oligosakarida yang terdiri dari dua molekul disebut disakarida, bila tiga
molekul disebut triosa,bila sukrosa terdiri dari molekul glukosa dan fruktosa,
laktosa terdiri dari molekul glukosa dan galaktosa.
Oligosakarida yg paling sederhana à Disakarida.  Oligosakarida merupakan
polimer dengan derajat polimerisasi 2 sampai 10 dan biasanya bersifat larut
dalam air. Oligosakarida yang terdiri dari dua molekul monosakarida yang
berikatan satu sama lain disebut disakarida

4. Polisakarida

Polisakarida merupakan karbohidrat yang tersusun dari sepuluh satuan


monosakarida dan berantai lurus dan bercabang. Polisakarida adalah
karbohidrat berupa polimer yang terbentuk dari banyak monomer – monomer
monosakarida melalui ikatan glikosida dalam suatu reaksi polimerisasi
kondensasi. Rumus umum ( C6H10O5)n. Polisakarida dapat dihidrolisi oleh
asam atau enzim tertentu yang kerjanya spesifik. Jenis polisakarida yang
banyak di juumpai dialam :
a. Amilum ( Pati )
Amilum (pati) merupakan polimer glukosa. Pati merupakan
homopolimer glukosadengan ikatan alfa-glikosidik. Berbagai macam pati tidak
sama sifatnya, tergantung dari panjangrantai C-nya, serta apakah lurus atau
bercabang rantai molekulnya.
Pati dalam jaringan tanaman mempunyai bentuk granula yang
berbeda-beda. Dengan mikroskop jenis pati dapat dibedakan karena
mempunyai bentuk, ukuran, dan letak hilum yangunik. Bila pati mentah
dimasukkan ke dalam air dingin, granula patinya akan menyerap air
danmembengkak. Peningkatan volume granula pati yang terjadi di dalam air
pada suhu 55 0C – 650C merupakan pembekakan yang sesungguhnya, dan
setelah pembengkakan ini granula pati dapat kembali ke kondisi semula.
Granula pati dapat dibuat membengkak luar biasa dan bersifat tidak dapat
kembali lagi pada kondisi semula. Perubahan tersebut dinamakan gelatinisasi.
b. Glikogen
Glikogen merupakan “pati hewan”, banyak terdapat pada hati dan otot
bersifat larut dalam air, serta bila bereaksi dengan iodin akan berwarna
merah. Glikogen juga telah berhasil diisolasi dari benih jagung (sweet corn).
Glikogen disimpan dalam hati hewan sebagai cadangan energi yang sewaktu-
waktu dapat diubah menjadi glukosa.
c. Selulosa
Struktural karbohidrat utama pada tumbuhan berkayu dan berserat.
Polimer D-glukosalinear dengan ikatan β14, dengan ikatan tersebut
menyebabkan mempunyai karakter yang sangat berbeda dengan amilosa.
Bentuk seperti fiber / serat lurus dan memanjang. Setiap residu glukosa
membentuk pita yang antar satu dengan yang lain saling berputar 180 °.
2. IDENTIFIKASI KARBOHIDRAT
Pemisahan dan identifikasi karbohidrat dapat dilakukan dengan teknik
kromatografi, akan tetapi terdapat sejumlah test-test kualitatif yang dapat dilakukan
diantaranya :
1. Uji Molish
Uji ini merupakan uji yang paling umum untuk pengetesan adanya
karbohidrat dan senyawa organik lainnya. Pada uji ini asam sulfat pekat berfungsi
untuk menghidrolisis ikatan glikosidik, menghasilkan monosakarida yang akan
didehidrasi menjadi furfural dan turunanya. Furfural mengalami sulfonasi dengan
alpha naftol yang akan menghasilkan cincin warna ungu kompleks (merah-ungu),
yang menunjukan adanya karbohidrat.
2. Uji Benedict
Uji ini digunakan untuk pengetesan adanya gula pereduksi. Hasil tes ini
memberikan endapan warna hijau, kuning, atau merah jingga yang memberikan
perkiraaan semikualitatif adanya sejumlah gula yang mereduksi.
3. Uji Barfoed
Uji ini digunakan untuk membedakan monosakarida, disakarida, dan
polisakarida. Barfoed merupakan pereaksi yang bersifat asam lemah dan hanya
direduksi oleh monosakarida. Disakarida akan dapat dihidrolisis sehingga bereaksi
positif dengan pemanasan yang lebih lama. Dengan kata lain untuk membedakan
monosakarida, disakarida, polisakarida tergantung berapa lama pemanasan sampai
terbentuk endapan tembaga oksida yang berwarna merah bata.
4. Uji Moore
Uji Moore menggunakan NaOH (akali) yang berfungsi sebagai sumber ion –
OH yang akan berikan dengan rantai aldehid dan membentuk aldol aldehid
(aldehida dengan cabang gugus alkanol) yang berwarna kekuningan. Pemanasan
bertujuan untuk membuka ikatan karbon dengan hydrogen dan menggantikannya
dengan gugus -OH.
5. Uji Selliwanof
Uji ini digunakan untuk menguji adanya gugus keton. Ketosa akan
didehidrasi lebih cepat dari aldosa. Furfural akan berkondensasi dengan recorcinol
(1,3- dihidroksi benzena) yang akan memberikan warna merah kompleks (merah-
cherry).
6. Uji Iodium
Uji ini digunakan untuk menguji adanya polisakarida. Pembentukan warna
biru menunjukan adanya pati, warna merah menunjukan adanya glikogen atau
eritrodekstrin (Suhara, 2009).
3. KATABOLISME KARBOHIDRAT
Karbohidrat merupakan sumber energi paling besar untuk tubuh kita.
Ketika karbohidrat diproses karbohidrat tidak langsung masuk dengan
molekul sebesar itu tetapi akan diuraikan terlebih dahulu. Karbohidrat atau
amilum awalnya akan diurai terlebih dahulu dengan enzim karbohidrase atau
amilasi menjadi maltosa atau disakarida. Oleh enzim maltase maltosa akan
diubah menjadi 2 molekul glukosa (monosakarida) yang berupa
monosakarida. Glukosa inilah yang akan mulai masuk ke tahap pertama
yaitu proses glikosis pada respirasi sel. Respirasi sel dibagi menjadi dua ,
yaitu repirasi aerob (membutuhkan oksigen) dan anaerob (tidak
membutuhkan oksigen ). Katabolisme karbohiodrat termasuk dalam respirasi
aerob. Berikut tahap – tahap respirasi aerob :
Respirasi aerob adalah reaksi katabolisme yang membutuhkan
suasana aerob sehingga dibutuhkan oksigen, dan reaksi ini menghasilkan
energi dalam jumlah besar. Respirasi Aerob juga diartikan sebagai proses
pembebasan energi yang terkandung dalam makanan menjadi energi ATP
yang dibutuhkan oleh tubuh kita untuk melaksanakan kinerjanya.
Tahap Respirasi Aerob Glikolisis berlangsung pada Sitosol
1. Tahap Glikolisis
Tahap pertama respirasi aerob adalah glikolisis dengan pemecahan
molekul glukosa(6C) membentuk senyawa berupa Phosfogliseraldehid
(PGAL), yaitu senyawa beratom C-6 yang mendapat tambahan fosfat yang
memerlukan energy dari 2 molekul ATP.
Selanjutnya respirasi aerob dimana molekul PGAL kemudian akan
membelah membentuk 2 senyawa 3 rantai karbon dan 1 fosfat yang disebut
3GP atau 3-Phospoglycerade. Kemudian masing-masing 3GP akan berubah
menjadi asam piruvat dengan melepaskan energi sebanyak 1 molekul ATP
dan pelepasan 1 atom hidrogen yang berpotensi energi tinggi, dimana
selanjutnya hidrogen yang dilepaskan ini akan ditangkap oleh kofaktor
berupa NAD+ dan membentuk senyawa 2NADH. Hasil dari tahap glikolisis
adalah 2 molekul asam piruvat, 2 molekul ATP, dan 2 molekul NADH.
Selanjutnya senyawa asam piruvat memasuki membran mitokondria untuk
tahap berikutnya.
2. Tahap Respirasi Aerob Dekarboksilasi Oksidatif
Sebelum masuk ke tahap respirasi aerob selanjutnya dalam
mitokondria, asam piruvat terlebih dahulu akan diubah menjadi senyawa
Asetil Co-A dan berlangsung dalam membran mitokondria.
Senyawa asam piruvat yang mengandung 3 atom karbon, dioksidasi
dengan bantuan enzim piruvat dehidrogenase untuk melepas 1 atom
karbonnya dan mengubahnya menjadi CO2. Bersamaan dengan
terbentuknya CO2, NAD+ akan direduksi dan membentuk NADH.
Selanjutnya proses Respirasi Aerob ini dengan terbentuknya senyawa
dengan 2 atom karbon yang disebut asetil group, yang kemudian akan
ditambahkan dengan koenzim A membentuk Asetil Koenzim-A.
3. Tahap Respirasi Aerob Siklus Krebs berlangsung dalam matriks
mitokondria
Respirasi aerob siklus krebs diawali dengan masuknya Asetil CoA
(beratom C2) yang bereaksi dengan asam oksaloasetat (beratom C4)
menghasilkan Asam Sitrat (beratom C6). Secara bertahap Asam sitrat
melepaskan satu per satu atom C nya hingga akhirnya kembali menjadi
asam oksaloasetat (beratom C4), peristiwa ini diikuti dengan respirasi aerob
oleh reaksi reduksi (pelepasan elektron & ion hidrogen) oleh NAD+ dan
FAD+ menghasilkan 2 molekul NADH, 2 molekul FADH2, dan 2 molekul
ATP. Dari seluruh rangkaian peristiwa respirasi aerob siklus krebs
dihasilkan : 4 molekul CO2, 6 molekul NADH , 2 molekul FADH2, dan 2
molekul ATP.
4. Tahap Respirasi Aerob Transport Elektron
Sebanyak 10 molekul NADH2 dan 2 molekul FADH2 dihasilkan
selama tahap glikosis dan siklus kreb. Seluruhnya akan memasuki reaksi
redoks pada sistem transport elektron. Mula-mula molekul NADH memasuki
reaksi dan dihidrolisis oleh enzim dehidrogenase kembali menjadi ion NAD+
diikuti pelepasan 3 ATP, kemudian diikuti molekul FADH2 yang dihidrolisis
oleh enzim flavoprotein kembali menjadi ion FAD+ dan menghasilkan 2
molekul ATP, keduanya juga melepaskan ion Hidrogen diikuti elektron,
elektron ini akan ditangkap oleh Fe sebagai akseptor elektron.Hasil akhir dari
respirasi aerob sistem transpor elektron ini adalah 34 molekul ATP.
4. SUMBER KARBOHIDRAT
Banyak sekali sumber-sumber karbohidrat yang terdapat disekitar kita
seperti :
 Sumber karbohidrat Pada Biji : Beras, jagung, gandum
 Sumber karbohidrat Pada Buah : Pisang dan semua jenis buah
yang rasanya manis.
 Sumber Karbohidrat Pada Akar/umbi : Ubi jalar, Ubi kayu,
Keladi, Kentang dan lain lain.
 Sumber karbohidrat Pada Daun : Sayur-sayuran berwarna
Hijau.
5. FUNGSI KARBOHIDRAT BAGI TUBUH
a. Sebagai sumber Energi utama tubuh
Ini merupakan Fungsi karbohidrat yang utama yang berperan
sebagai pasokan energi tubuh, setiap gram Karbohidrat
mengandung 4 kalori.
b. Cadangan Energi dalam otot dan hati
Keberadaan karbohidrat didalam tubuh manusia, sebagian
terdapat dalam darah sebagai glukosa untuk energi tubuh,
sebagian terdapat pada Hati dan jaringan otot yang diubah
menjadi Glikogen, dan sebagiannya lagi Diubah menjadi lemak
dan disimpan didalam jaringan otot yang berfungsi sebagai
cadangan energi tubuh.
c. Untuk memperlancar pencernaan
Karbohidrat juga berfungsi untuk memperlancar peristaltik usus
dan memudahkan pembuangan feses, selain itu karbohidrat yang
tidak dapat dicerna seperti serat bisa memberikan rasa kenyang.
d. Sebagai pemanis alami
Karbohidrat juga berfungsi sebagai pemberi rasa manis alami
pada makanan khususnya Disakarida dan jenis karbohidrat
Monosakarida
6. PENYAKIT-PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KARBOHIDRAT
a. Obesitas : Kelebihan berat badan akibat kelebihan kalori /
kelebihan karbohidrat
b. Marasmus : Suatu kondisi serius malnutrisi kekurangan kalori
dan protein.
c. Diabetes Militus : Gangguan Metabolisme Karbohidrat
d. Laktose intolerance : gangguanmetabolisme laktosa karena
difisiensi enzim laktase.

F. Alat dan Bahan


1. Alat Praktikum

1. Beaker glass (1 buah)


2. Tabung reaksi (6 buah)
3. Rak tabung reaksi (1 buah)
4. Pipet tetes (6 buah)
5. Kompor listrik/ hot plate (1 buah)
6. Penjepit tabung reaksi (1 buah)
7. Ball pipet (1 buah)
8. Pipet ukur dan pipet volume 5 ml (16 buah)

2. Bahan Praktikum
1. Sampel karbohidrat : gula-gula standar (maosa, sukrosa,
lactose, galaktosa, fruktosa, maltose, manitol, glukosa, roti
kering, apel, tepung, ketang rebus, amilum )
2. Larutan Molisch
3. Larutan Moore
4. Larutan Benedict
5. Larutan Selliwanof
6. Larutan Barfoed
7. Akuadest
8. H2SO4 pekat, sifat kimia dan fisik:
9. Rumus molekul H2SO4
- Massa molar : 98,08 g/mol
- Penampilan Cairan higroskopis, berminyak, tak berwarna, tak
berbau
- Densitas:1,84 g/cm3
- Titik lebur:10 °C (283 K)
- Titik didih:337 °C (610 K)
- Kelarutan dalam air :tercampur penuh
- Tekanan uap: <10 Pa pada 20 °C (diabaikan)
- Keasaman (pKa) :1,98 pada 25 °C
10. Iodin 1 %, sifat kimia dan fisik:
- Nama simbol : iodin I
- Penampilan abu-abu metalik, ungu saat menjadi gas
- Fase : solid
- Titik lebur : 386.85 K (113.7 °C, 236.66 °F)
- Titik didih : 457.4 K (184.3 °C, 363.7 °F)
- Kepadatan mendekati s.k. 4.933 g/cm3
- Kapasitas kalor molar : (I2) 54.44 J/(mol•K)
11. HCl 1 N, sifat kimia dan fisik:
- Massa atom : 36,45 
- Massa jenis : 3,21 gr/cm3. 
- Titik leleh : -1010C 
- Energi ionisasi : 1250 kj/mol 
- Kalor jenis : 0,115 kal/gr0C 
- Pada suhu kamar, HCl berbentuk gas yang tak berwarna 
- Berbau tajam 
- HCl akan berasap tebal di udara lembab. 
- Gasnya berwarna kuning kehijauan dan berbau merangsang 
- Dapat larut dalam alkali hidroksida, kloroform, dan eter 
- Merupakan oksidator kuat
- Berafinitas besar sekali terhadap unsur-unsur lainnya
- Racun bagi pernapasan

G. Prosedur Kerja
1. Pembuatan sampel standar
1. Masing-masing gula-gula standar
4. Dihomogekan
ditimbang sebanyak 1 gram

3. Masing-masing gula-gula standar


2. Masing-masing gula-gula standar dituang ke dalam labu ukur 100 ml ,
dilarutkan dengan sedikit akuadest kemudian ditambahkan akuadest
hingga batas esta

2. Pembuatan sampel

1. Masing-masing sampel digerus dan


ditimbang sebanyak 2 gram

2. Masing-masing sampel dilarutkan 3. Masing-masing sampel


dengan 100 ml akuadest dihomogenkan dan disaring

3. Analisa kualitatif monosakarida dan polisakarida


a. Uji Molisch

1. Dipet masing-masing sampel 4. Diamati perubahan yang terjadi dan


sebanyak 5 ml ke dalam tabung reaksi catat hasil pengamatan

3. Ditambahakan ke dalam setiap


2. Ditambahkan masing-masing
sampel dengan H2SO4 pekat secara
sampel dengan 2 tetes larutan molisch
perlahan-lahan melalui dinding tabung

b. Uji Moore
1. Dipipet 1 ml NaOH 10% ke dalam 4. Diamati perubahan yang terjadi dan
masing-masing tabung reaksi catat hasil pengamatan

2. Ditambahkan 5 ml sampel pada 3. Dipanaskan pada air mendidih


setiap tabung reaksi selama 5 menit

c. Uji Benedict

1. Dipipet larutan benedict ke dalam 4. Diamati perubahan yang terjadi dan


masing-masing tabung reaksi catat hasil pengamatan

2. Ditambahakan 1 ml sampel pada 3. Dipanaskan pada air mendidih


setiap tabung reaksi selama 2-5 menit

d. Uji Selliwanof

1. Dipipet masing-masing sampel 4. Diamati perubahan yang terjadi dan


sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi catat hasil pengamatan

2. Ditambahkan 5 ml larutan 3. Dipanaskan pada air mendidih


selliwanof pada setiap tabung reaksi selama 30-60 detik

e. Uji Barfoed
1. Dipipet masing-masing sampel 4. Diamati perubahan yang terjadi dan
sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi catat hasil pengamatan

2. Ditambahkan 5 ml larutan barfoed 3. Dipanaskan pada air mendidih


pada setiap tabung reaksi selama 3-5 menit

f. Uji Iodin

1. Memipet masing-masing sampel 4. Mengamati perubahan yang terjadi


sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi dan catat hasil pengamatan

2. Menambahkan 1 ml HCl 1 N pada


3. Menambahkan 5-7 tetes iodin
setiap tabung reaksi

H. Hasil Pengamatan
1. Uji Molisch

PENGAMATAN INTERPRESTAS
NO SAMPEL KESIMPULAN
AWAL REAKSI AKHIR REAKSI I HASIL
Putih keruh Coklat keunguan

Bukan
1 Manosa (-)
karbohidrat

Bening Coklat keunguan

Bukan
2 Sukrosa (-)
karbohidrat

3 Laktosa Bening Putih keruh, (+) Termasuk


keunguan karbohidrat
Coklat keunguan
Bening

Bukan
4 Galaktosa (-)
karbohidrat

Bening Coklat keunguan

Bukan
5 Fruktosa (-)
karbohidrat

Bening Coklat keunguan

Bukan
6 Maltose (-)
karbohidrat

Bening Coklat keunguan

Bukan
7 Manitol (-)
karbohidrat

Bening Coklat keunguan

Bukan
8 Glukosa (-)
karbohidrat

9 Roti kering Putih keruh Bening, endapan (-) Bukan


ungu karbohidrat
Putih keruh,
Putih keruh endapan ungu

Bukan
10 Sirsak (-)
karbohidrat

Putih keruh, cincin


Bening
merah

Tepung Bukan
11 (-)
beras karbohidrat

Putih keruh, cincin


Bening orange

Kentang Bukan
12 (-)
rebus karbohidrat

Bening Cincin ungu

Termasuk
13 Amilum (+)
karbohidrat

14 Sampel A Bening Kuning kecoklatan (-) Bukan


karbohidrat
Bening Bening

Bukan
15 Sampel B (-)
karbohidrat

Bening Bening

Bukan
16 Sampel C (-)
karbohidrat

2. Uji Moore

PENGAMATAN INTERPRESTAS
NO SAMPEL KESIMPULAN
AWAL REAKSI AKHIR REAKSI I HASIL
Putih keruh bening

1 Manosa (-) Bukan aldehid

Bening Bening

2 Sukrosa (-) Bukan aldehid

3 Laktosa Bening Kuning (-) Bukan aldehid


Bening Orange kecoklatan

4 Galaktosa (+) Termasuk aldehid

Bening Orange kecoklatan

5 Fruktosa (+) Termasuk aldehid

Bening Orange kecoklatan

6 Maltose (+) Termasuk aldehid

Bening Bening

7 Manitol (-) Bukan aldehid

Bening Orange kecoklatan

8 Glukosa (+) Termasuk aldehid

9 Roti kering Putih keruh Kuning kecoklatan (+) Termasuk aldehid


Putih keruh Kuning kecoklatan

10 Sirsak (+) Termasuk aldehid

Bening Bening

Tepung
11 (-) Bukan aldehid
beras

Bening Bening

Kentang
12 (-) Bukan aldehid
rebus

Bening Kuning Bening

13 Amilum (-) Bukan aldehid

Bening Kuning kecoklatan

14 Sampel A (+) Termasuk aldehid

15 Sampel B Bening Bening (-) Bukan aldehid


Bening Bening

16 Sampel C (-) Bukan aldehid

3. Uji Benedict

PENGAMATAN INTERPRESTAS
NO SAMPEL KESIMPULAN
AWAL REAKSI AKHIR REAKSI I HASIL
Biru
Putih keruh

Bukan gula
1 Manosa (-)
pereduksi

Biru bening Biru

Bukan gula
2 Sukrosa (-)
pereduksi

Biru bening Biru

Bukan gula
3 Laktosa (-)
pereduksi

4 Galaktosa Biru bening Biru (-) Bukan gula


pereduksi
Biru bening Biru kehijauan

Bukan gula
5 Fruktosa (-)
pereduksi

Biru kehijauan
Biru bening

Bukan gula
6 Maltose (-)
pereduksi

Biru kehijauan
Biru bening

Bukan gula
7 Manitol (-)
pereduksi

Biru bening Biru kehijauan

Bukan gula
8 Glukosa (-)
pereduksi

9 Roti kering Biru bening Hujau endapan (+) Gula pereduksi


merah
Coklat endapan
Biru bening
merah

10 Sirsak (+) Gula pereduksi

Biru bening Biru bening

Tepung Bukan gula


11 (-)
beras pereduksi

Biru bening Biru bening

Kentang Bukan gula


12 (-)
rebus pereduksi

Biru bening Biru bening

Bukan gula
13 Amilum (-)
pereduksi

14 Sampel A Biru bening Merah bata (+) gula pereduksi


Biru bening Biru bening

Bukan gula
15 Sampel B (-)
pereduksi

biru bening biru bening

Bukan gula
16 Sampel C (-)
pereduksi

4. Uji Selliwanof

PENGAMATAN INTERPRESTAS
NO SAMPEL KESIMPULAN
AWAL REAKSI AKHIR REAKSI I HASIL
Putih keruh Orange

1 Manosa (+) Termasuk ketosa

Bening Bening agak pink

2 Sukrosa (-) Bukan ketosa

3 Laktosa Bening Bening (-) Bukan ketosa


Bening bening

4 Galaktosa (-) Bukan ketosa

Bening pink

5 Fruktosa (-) Bukan ketosa

Bening Bening

6 Maltose (-) Bukan ketosa

Bening Bening

7 Manitol (-) Bukan ketosa

Bening Glukosa

8 Glukosa (-) Bukan ketosa

9 Roti kering Putih keruh Bening (-) Bukan ketosa


Putih keruh bening

10 Sirsak (-) Bukan ketosa

Bening
Bening

Tepung
11 (-) Bukan ketosa
beras

Bening Bening

Kentang
12 (-) Bukan ketosa
rebus

Bening
Bening
kekuningan

13 Amilum (-) Bukan ketosa

14 Sampel A Bening Bening (-) Bukan ketosa


kekuningan
Bening Pink

15 Sampel B (-) Bukan ketosa

Bening
Bening
kekuningan

16 Sampel C (-) Bukan ketosa

5. Uji Barfoed

PENGAMATAN INTERPRESTASI
NO SAMPEL KESIMPULAN
AWAL REAKSI AKHIR REAKSI HASIL

Biru bening

Biru bening

Bukan
monosakarida ,
1 Manosa (-)
tetapi gula
reduksi

2 Sukrosa Biru bening Biru bening (-) Bukan


monosakarida,
tetapi disakarida

Biru bening Biru bening

Bukan
3 Laktosa (-) monosakarida,
tetapi disakarida

Biru bening Biru bening

Bukan
4 Galaktosa (-)
monosakarida

Biru bening,
Biru bening endapan merah
bata

5 Fruktosa (+) Monosakarida

Biru bening Biru bening

Bukan
6 Maltosa (-) monosakarida,
tetapi disakarida

7 Manitol Biru bening Biru bening (-) Bukan


monosakarida,
tetapi disakarida

Biru bening Biru bening

Bukan
8 Glukosa (-)
monosakarida

Biru bening Biru bening

Bukan
monosakarida,
9 Roti kering (-)
tetapi
polisakarida

Biru bening Biru bening

Bukan
monosakarida,
10 Sirsak (-)
tetapi
polisakarida

Biru kehijauan
Biru bening

Bukan
Tepung monosakarida,
11 (-)
beras tetapi
polisakarida

12 Kentang Biru bening Biru kehijauan (-) Bukan


rebus monosakarida,
tetapi
polisakarida

Biru bening Biru bening

Bukan
monosakarida,
13 Amilum (-)
tetapi
polisakarida

Biru bening,
Biru bening endapan merah
bata

14 Sampel A (+) Monosakarida

Biru bening Biru bening

Bukan
15 Sampel B (-)
monosakarida

Biru bening Biru bening

Bukan
16 Sampel C (-)
monosakarida

6. Uji Iodin
PENGAMATAN INTERPRESTAS
NO SAMPEL KESIMPULAN
AWAL REAKSI AKHIR REAKSI I HASIL
Putih keruh Coklat kekuningan

Bukan
1 Manosa (+)
Polisakarida

Bening Kuning kecoklatan

Bukan
2 Sukrosa (+)
Polisakarida

Bening Coklat keorangean

Bukan
3 Laktosa (+)
Polisakarida

Bening Coklat keorangean

Bukan
4 Galaktosa (+)
Polisakarida

Bening Coklat keorangean

Bukan
5 Fruktosa (+)
Polisakarida

6 Maltose Bening Coklat keorangean (+) Bukan


Polisakarida
Bening Coklat keorangean

Bukan
7 Manitol (+)
Polisakarida

Bening Coklat keorangean

Bukan
8 Glukosa (+)
Polisakarida

Coklat, endapan
Putih keruh
hitam

9 Roti kering (+) Polisakarida

Putih keruh Kuning kecoklatan

Bukan
10 Sirsak (+)
Polisakarida

11 Tepung Bening Kuning kecoklatan (+) Bukan


beras Polisakarida
Kuning kecoklatan
Bening

Kentang Bukan
12 (+)
rebus Polisakarida

Bening Ungu pekat

13 Amilum (+) Polisakarida

Bening Kuning kecoklatan

Bukan
14 Sampel A (+)
Polisakarida

Bening Kuning kecoklatan

Bukan
15 Sampel B (+)
Polisakarida

Bening Kuning kecoklatan

Bukan
16 Sampel C (+)
Polisakarida
I. Pembahasan

Karbohidrat adalah senyawa organik yang terbentuk atas tiga unsur


yaitu Karbon(C), Oksigen (O) dan Hidrogen (H) dengan rumus molekul
CnH2nOn. Karbohidrat merupakan sumber energi bagi sebagian besar
makhluk hidup. Karbohidrat sebagian besar di jumpai pada produk nabati
seperti serealia, umbi-umbian, dll. Makanan yang paling banyak mengandung
karbohidrat adalah nasi, singkong, roti, mie, dan lain-lain. Terdapat 4
golongan utama karbohidrat yaitu : Monosakarida, Disakarida, Oligosakarida,
dan Polisakarida. Uji Karbohidrat secara kualitatif merupakan pengujian yang
dilakukan untuk menganalisis suatu jenis senyawa karbohidrat dalam suatu
sampel.
Pada praktikum ini dilakukan pengujian karbohidrat secara kualitatif
yaitu uji molisch, uji moore, uji benedict, uji selliwanof, uji barfoed, dan uji
iodin. Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 21 dan 28 Februari 2018
bertempatan di Laboratorium Kimia Terapan Jurusan Analis Kesehatan
Poltekkes Denpasar. Alat yang digunakan pada praktikum ini adala : rak
tabung reaksi , tabung reaksi , beker glas, hot plate/ kompor listrik, pipet
tetes, pipet volume, dan ball pipet. Bahan yang digunakan bada praktikum ini
adalah sampel karbohidrat : gula-gula standar (maosa, sukrosa, lactose,
galaktosa, fruktosa, maltose, manitol, glukosa,roti kering, apel, tepung, ketang
rebus, amilum ), larutan molisch, larutan moore, larutan benedict, larutan
selliwanof, larutan barfoed, akuadest, H 2SO4 , iodin 1 %, HCL 1 N. Metode
yang digunakan pada praktikum ini adalah mereaksikan bahan sampel
dengan larutan penguji secara langsung dengan sampel dan larutan penguji
yang telah disediakan, dan melakukan pengamatan langsung hasil reaksi
yang terjadi. Adapun pembahasan dari masing-masing pengamatan yang
terjadi pada praktikum ini adalah sebagai berikut :

UJI MOLISCH
Uji Molisch adalah uji yang digunakan untuk mengetahui ada atau
tidaknya karbohidrat secara umum. Larutan Molisch merupakan campuran
dari larutan etanol 96% dengan alfanaftol yang dilarutkan dengan etanol
dalam labu ukur 100 ml dan dihomogenkan. Karbohidrat akan didehidrasi oleh
asam sulfat pekat membentuk senyawa furfural atau turunannya. Furfural dan
turunannya akan berkondensasi dengan alfanaftol (molisch) menghasilkan
senyawa kompleks berwana merah ungu dan membentuk cicin pada bidang
batang antara larutan karbohidrat dan asam sulfat pekat (cincin merah-ungu).
Lagkah pertama yang dilakukan pada praktikum ini adalah preparasi
alat dan bahan. Selanjutnya dipipet masing masing 5 ml sampel ke dalam
tabung reaksi lalu ditambahkan dengan 2 tetes larutan molisch. Setelah itu
ditambahkan 3 ml H2SO4 pekat lalu diamati perubahan warna yang terjadi
pada masing masing sampel. Adapun hasil reaksi yang didapatkan pada
masing masing sampel adalah sebagai berikut :

Perubahan warna setelah penambahan


No Sampel
2 tetes larutan molisch 3 ml H2SO4 pekat
1 Manosa Putih keruh, endapan merah mengapung Coklat keunguan
2 Sukrosa Bening, endapan merah mengapung Coklat keunguan
3 Laktosa Bening, endapan merah mengapung Putih keruh, keunguan
4 Galaktosa Bening, endapan merah mengapung Coklat keunguan
5 Fruktosa Bening, endapan merah mengapung Coklat keunguan
6 Maltose Bening, endapan merah mengapung Coklat keunguan
7 Manitol Bening, endapan merah mengapung Coklat keunguan
8 Glukosa Bening, endapan merah mengapung Coklat keunguan
9 Roti kering Putih keruh, endapan merah mengapung Bening, endapan ungu
Putih keruh, endapan
10 Apel Putih keruh, endapan merah mengapung
ungu
11 Tepung Bening, endapan merah mengapung Putih keruh, cincin merah
12 Kentang rebus Bening, endapan merah mengapung Putih keruh, cincin orange
13 Amilum Bening, endapan merah mengapung Cincin ungu
14 Sampel A Bening, endapan merah mengapung Kuning kecoklatan
15 Sampel B Bening, endapan merah mengapung Bening
16 Sampel C Bening, endapan merah mengapung Bening

Mekanisme terbentuknya cincin ungu adalah pertama-tama karbohidrat


terhidrolisis oleh H2SO4 pekat menjadi monosakarida kemudian monosakarida
tersebut masih dengan H2SO4 terkondensasi membentuk furfural yang
kemudian bereaksi dengan alfanaftol sehingga membentuk senyawa
kompleks ungu (cincin ungu). Cincin ungu terbentuk akibat asam sulfat pekat
yang masuk melalui pinggir yang akan terkumpul di dasar tabung dan lama
kelamaan pada permukaan asam tadi terbentuk senyawa kompleks ungu
sehingga larutan akan terlihat menjadi tiga bagian yaitu bagian paling bawah
berwarna bening dimana larutan tersebut adalah asam, bagian tengah
berwarna ungu yang disebut sebagai cincin ungu, dan paling atas adalah
sampel yang diduga mengadung karbohidrat.
Adapun kelemahan dari praktikum ini yaitu banyak sampel yang tidak
terbentuknya cincin ungu yang sesuai seperti pada dasar teori (seharusnya
terbentuk cincin ungu / termasuk karbohidrat ) yang kemungkinan diakibatkan
oleh kesalahan prkatikan dalam menuangkan larutan H 2SO4 pekat yang tidak
melalui dinding tabung dan transportasi sampel yang setelah ditambahkan
H2SO4 pekat dengan guncangan. Selain itu komposisi / kemurnian larutan
sampel maupun larutan uji juga sangat penting dalam praktikum ini. Pada
saat menambahkan H2SO4 pekat, seharusnya kita berhati-hati dengan
menetesinya di dinding tabung reaksi karena karbohidrat mudah sekali rusak
oleh H2SO4 pekat sehingga dengan menetesinya pada dinding tabung akan
meminimalisir terjadinya kerusakan dan yang akan terbentuk berupa cincin
ungu (jika positif) bukan larutan berwarna ungu. Pada percobaan uji molish
tidak ada pemanasan karena balik lagi ke sifat H 2SO4 yaitu bersifat eksoterm,
mudah meledak jika dipanaskan, uap yang dihasilkan beracun (karena ada
unsur sulfur), dan jika dipanaskan karbohidrat akan terdekstruksi dimana
karbohidrat tersebut akan menjadi unsur penyusunnya (C, H, O) sehingga
dikhawatirkan yang teruji adalah unsur penyusunnya bukan karbohidratnya.
Dalam larutan asam encer, walaupun dipanaskan, monosakarida
umumnya stabil. Tetapi apabila dipanaskan dengan asam kuat pekat,
monosakarida menghasilkan furfural atau derivatnya (Poedjiadi, 2005 hal: 41).
Alkohol pada larutan molish dapat diganti dengan pelarut organik lain,
misalnya dengan eter, kloroform, dll. Tetapi hal tersebut tidak dilakukan
karena terlalu beresiko. Alkohol sebagai pelindung karbohidrat dari H 2SO4
pekat tidak bertahan lama. Alkohol cepat menguap sehingga karbohidrat yang
tidak terlindungi lagi akan rusak karena beraksi dengan H 2SO4 pekat. Selain
itu, dengan adanya guncangan pun akan dapat rusak.

UJI MOORE
Reaksi moore disebut juga reaksi pendamaran. Uji Moore
menggunakan NaOH (alkali/basa) yang berfungsi sebagai sumber ion OH-
(alkali) yang akan berikatan dengan rantai aldehid dan membentuk aldol
aldehid (aldehida dengan cabang gugus alkanol) yang berwarna kekuningan.
(Monruw,2010)
Mekanisme uji Moore yaitu ketika sampel ditambahkan dengan
pereaksi NaOH 10% maka NaOH akan mensubtitusi OH—untuk membentuk
aldol aldehid yang titik leburnya lebih rendah. Kemudian dengan pemanasan
maka membuat glukosa mencapai titik didihnya dan menyebabkan timbulnya
aroma karamel yang khas. Pemanasan bertujuan untuk membuka ikatan
karbon dengan hidrogen dan menggantikannya dengan gugus –OH. Ketika
pemanasan terus berlanjut maka glukosa mencapai titik leburnya dan
terbentuklah warna coklat pada larutan glukosa. Timbulnya aroma tetapi tidak
menimbulkan warna coklat juga disebabkan karena konsentrasi glukosa
dalam larutan yang tinggi, menyebabkan dalam waktu 5 menit saja tidak
cukup bagi glukosa untuk mencapai titik leburnya. (Himka, 2011)
NaOH 10% digunakan sebagai pereaksi yang juga berfungsi
memberikan suasana alkalis, menghidrolisis serta menurunkan titik lebur dari
glukosa. Jika penggunaan NaOH kurang dari 10% konsentrasinya, maka
ditkhawatirkan tidak akam terjadi karamelisasi pada larutan glukosa,
sedangkan Jika konsentrasi ditambahkan menjadi lebih dari 10%, maka
waktunya akan lebih cepat dan karamelisasi lebih cepat terbentuk. Tetapi jika
digunakan NaOH dengan konsentrasi lebih dari 10% akan membuang-buang
biaya, karena dengan konsentrasi 10% saja NaOH dapat menurunkan titik
lebur glukosa dengan baik. (Nursiam,2010).
Lagkah pertama yang dilakukan pada praktikum ini adalah preparasi
alat dan bahan. Selanjutnya dipipet masing masing 1,5 ml NaOH 10 % ke
dalam tabung reaksi lalu ditambahkan dengan 2 ml sample. Setelah itu
dipanaskan pada air mendidih selama 5 menit lalu diamati perubahan warna
yang terjadi pada masing masing sampel. Adapun hasil reaksi yang
didapatkan pada masing masing sampel adalah sebagai berikut :
Perubahan warna setelah penambahan
No Sampel
1,5 ml NaOH 10 % Setelah pemanasan
1 Manosa Bening Bening
2 Sukrosa Bening Bening
3 Laktosa Bening Kuning
4 Galaktosa Bening Kuning kecoklatan
5 Fruktosa Bening Kuning kecoklatan
6 Maltosa Bening Kuning kecoklatan
7 Manitol Bening Bening
8 Glukosa Bening Kuning kecoklatan
9 Roti kering Bening Kuning kecoklatan
10 Sirsak Bening Kuning kecoklatan
11 Tepung Bening Bening
Kentang
12 Bening Bening
rebus
13 Amilum Bening Bening
14 Sampel A Bening Kuning kecoklatan
15 Sampel B Bening Bening
16 Sampel C Bening Bening

Mekanisme pada uji moore adalah sampel yang mengandung


karbohidrat ditambahkan dengan larutan NaOH 10% akan berikatan dengan
Na pada gugus karbon no 1 yang kemudian Na tersebut akan tersubstitusi
oleh OH yang membentuk aldol aldehid.
Proses pencoklatan atau browning sering terjadi pada buah-buahan
seperti pisang, peach, pear, salak, pala, dan apel. Buah yang memar juga
mengalami proses pencoklatan. Pada umumnya proses pencoklatan dapat
dibagai menjadi dua jenis yaitu proses pencoklatan yang enzimatis dan yang
nonenzimatis (Winanrno, 1991).
Pencoklatan enzimatis terjadi pada buah-buahan yang mengandung
substrat senyawa fenolik.ada banyak sekali senyawa enzimatik pada buah-
buahan dan sayuran. Disamping katekin dan turunannya seperti tirosin, asam
kafeat, asam klorogenat, serta leukoantosianin dapat menjadi substrat proses
pencoklatan. Senyawa fenolik dengan jenis ortohidroksi atau trihidroksi yang
saling berdekatan merupakan substrat yang baik untuk proses pencoklatan.
Proses pencoklatan enzimatis memerlukan adanya enzim fenol oksidase dan
oksigen yang harus berhubungan dengan substrat tersebut (Winanrno, 1991).
Reaksi pencoklatan yang nonenzimatik belum diketahui atau
dimengerti penuh. Tetapi pada umumnya ada 3 macam reaksi pencoklatan
nonenzimatik yaitu karamelisasi, reaksi maillard dan pencoklatan akibat
vitamin C (Winanrno, 1991).
Reaksi positif yang terjadi pada uji moore adalah berwarna kuning
dengan tidak berendapan. Perubahan warna yang terjadi ini dikarenakan
sampel memberikan reaksi positif dengan alkali kuat dan NaOH sebagai alkali
yang dapat mereduksi gula. Berdasarkan percobaan yang dilakukan diperoleh
hasil berwarna kuning dengan tidak memiliki endapan terdapat pada sampel
laktosa, galaktosa, fruktosa, maltose, glukosa, roti kering, sirsak, amilum dan
sampel A. Sedangkan manosa, sukrosa, manitol, tepung, kentang rebus,
sampel B, dan sampel C bukan gula pereduksi, karena tidak terjadi perubahan
warna (bening).
Kelebihan uji Moore yaitu sederhana, tidak rumit dan membutuhkan
waktu yang tidak lama untuk mengetahui terjadinya sifat karamelisasi pada
glukosa. Kelemahannya yaitu tidak dapat mengamati terjadinya sifat
karamelisasi yang sempurna karena waktu yang digunakan sedikit.
Kesalahan yang terjadi selama praktikum dapat terjadi karena alat yang
digunakan kurang bersih, kurang teliti dan hati-hatinya praktikan dalam
meneteskan sampel atau larutan pereaksi sehingga mempengaruhi
konsentrasi glukosa dalam larutan.

UJI BENEDICT

Uji benedict adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula


(karbohidrat) pereduksi. Gula pereduksi meliputi semua jenis monosakarida
dan beberapa disakarida seperti laktosa dan maltosa. Karateristiknya tidak
bisa larut atau bereaksi secara langsung dengan Benedict, Dengan prinsip
berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+ yang mengendap sebagai Cu 2O
berwarna merah bata. Lautan uji dicampurkan dengan pereaksi benedict
kemudian dipanaskan.hasil positih ditunjukan dengan terbentuknya endaan
berwarna biru kehijauan merah atau endapan berbentuk merah bata. Hal ini
bergantung pada konsentrasi atau kadar gula reduksi yang dikandung oleh
tiap-tiap larutan uji.
Terbentuknya endapan merah bata ini sebagai hasil reduksi ion Cu 2+
menjadi ion Cu+ oleh semua gugus aldehid atau keton bebas yang terkandung
dalam gula pereduksiyang berlangsung dalam suasana basa. Sifat basa yang
dimiliki oleh pereaksi benedict ini karena adanya senyawa natrium karbonat.
Selaain itu, amilum dan sukrosa tidak membentuk endapan merah bata dan
setelah dipanaskan akan menjadi biru. Hal ini membuktikan amilum dan
sukrosa tidak mengandung gula pereduksi oleh karena itu amilum dan
sukrosa memperlihatkan hasil yang negatif. Hal ini bisa terjadi karena pada
proses hidrolisis amilum dan sukrosa tidak sempurna sehingga belum
mengasilkan D-glukosa.
Uji benedict pada buah dilakukan karena pada proses pematangan
buah biasanya kandungan karbohidrat mengalami perubahan komposisi
akibat aktivitas enzim. Pada buah yang matang akan banyak ditemukan
glukosa dan fruktosa sedangkan pada buah yang belum matang banyak
ditemukan karbohidrat dalam bentuk amilum dan tidak menutup kemungkinan
akan ditemukan banyak karbohidrat. Pada sampel yang kami gunakan
menghasilkan warna coklat endapan merah yang artinya mengandung gula
pereduksi.

UJI SELLIWANOFF

Pada uji Seliwanoff, jika gula tersebut mempunyai gugus keton disebut
ketosa. Sebaliknya jika ia mengandung gugus aldehida, ia adalah aldosa.
Prinsip dari uji ini adalah dehidrasi fruktosa oleh HCl pekat menghasilkan
hidroksimetilfurfural dengan penambahan resorsinol akan mengalami
kondensasi membentuk kompleks berwarna merah oranye.

Uji ini didasarkan pada fakta bahwa ketika dipanaskan, ketosa lebih
cepat terdehidrasi daripada aldosa. Fruktosa dan sukrosa merupakan dua
jenis gula yang memberikan uji positif. Sukrosa menghasilkan uji positif
karena ia adalah disakarida yang terdiri dari fruktosa dan glukosa. Hasil
menunjukan positif mengandung gula pereduksi dengan adanya endapan
merah pada larutan.

Lagkah pertama yang dilakukan pada praktikum ini adalah preparasi


alat dan bahan. Selanjutnya dipipet masing masing 0,5 ml sampel ke dalam
tabung reaksi lalu ditambahkan dengan 2 ml larutan selliwanoff. Setelah itu
dipanaskan dalam air medidih selama 30-60 detik. Adapun hasil reaksi yang
didapatkan pada masing masing sampel adalah sebagai berikut :
Perubahan warna setelah penambahan
No Sampel
2 ml larutan selliwanoff
1 Manosa Orange
2 Sukrosa Bening agak pink
3 Laktosa Bening
4 Galaktosa Bening
5 Fruktosa Pink
6 Maltose Bening
7 Manitol Bening
8 Glukosa Bening
9 Roti kering Bening
10 Apel Pink
11 Tepung Bening
12 Kentang rebus Bening
13 Amilum Bening kekuningan
14 Sampel A Bening kekuningan
15 Sampel B Pink
16 Sampel C Bening kekuningan

Uji ini reaksi disebabkan perubahan fruktosa oleh asam klorida panas
menjadi asam levulinat dan hidroksimetilfurfural. Selanjutnya kondensasi
hidroksimetilfurfural dengan resorsinol menghasilkan senyawa kompleks yang
berwarna orange. Sukrosa yang mudah dihidrolisis menjadi glukosa dan
fruktosa, memberi reaksi positif dengan uji selliwanof. Pada pendidihan lebih
lanjut, aldosa-aldosa memberikan warna merah dengan reagen selliwanoff,
karena aldosa-aldosa tersebut diubah oleh HCl menjadi ketosa.

Adapun kelemahan dari praktikum ini adalah sukrosa yang seharusnya


berwarna orange karena mudah dihidrolisis menjadi glukosa dan fruktosa
tetapi pada praktikum ini berwarna bening agak pink hal ini terjadi
kemungkinan karena pada saat pemanasan waktunya terlalu cepat dan juga
kemungkinan kesalahan praktikan pada saat memipet sampel sukrosa
tersebut.

UJI IODIN

Uji Iodin adalah metode pengujian karbohidrat secara kualitatif. Prinsip


pengujian karbohidrat metode iodin adalah polisakarida yang ada dalam
sampel akan membentuk komplek adsorpsi berwarna spesifik dengan
penambahan iodium. Amilum atau pati dengan iodium mengahasilkan warna
biru. Desktrin akan memberikan warna merah anggur, sedangkan glikogen
dan pati mengalami hidrolisis parsial akan memberikan warna merah coklat.
Langkah pertama yang dilakukan pada praktikum ini adalah preparasi
alat dan bahan. Selanjutnya dipipet masing masing 1 ml sampel ke dalam
tabung reaksi lalu ditambahkan dengan 1 ml HCL 1 N. Penambahan HCl pada
uji ini berfungsi untuk menghidrolisis polisakarida menjadi monosakarida
penyusunnya.
Setelah itu ditambahkan 5 – 7 tetes iodin, lalu diamati perubahan warna
yang terjadi pada masing masing sampel. Adapun hasil reaksi yang
didapatkan pada masing masing sampel adalah sebagai berikut :

Perubahan warna setelah penambahan


No Sampel
1 ml HCl 1 N 5 – 7 tetes iodin
1 Manosa Putih keruh Coklat kekuningan
2 Sukrosa Bening Kuning kecoklatan
3 Laktosa Bening Coklat keorangean
4 Galaktosa Bening Coklat keorangean
5 Fruktosa Bening Coklat keorangean
6 Maltose Bening Coklat keorangean
7 Manitol Bening Coklat keorangean
8 Glukosa Bening Coklat keorangean
9 Roti kering Putih keruh Coklat, endapan hitam
10 Sirsak Putih keruh Kuning kecoklatan
11 Tepung Bening Kuning kecoklatan

12 Kentang rebus Bening Kuning kecoklatan

13 Amilum Bening Ungu pekat


14 Sampel A Bening Kuning kecoklatan
15 Sampel B Bening Kuning kecoklatan

16 Sampel C Bening Kuning kecoklatan

Uji Iodium bertujuan untuk membuktikan adanya polisakarida (amilum,


glikogen, dan dekstrin). Berdasarkan praktikum dan hasil pengamatan yang
dilakukan hanya amilum dan roti kering yang termasuk polisakarida. Akan
tetapi, berdasarkan kandungan yang terdapat pada sampel kentang rebus dan
tepung beras juga termasuk polisakarida. Hal ini bisa disebabkan oleh
beberapa faktor seperti kelebihan pada saat meneteskan larutan uji dan
kemungkinan masalah pada larutan uji. Sukrosa, manosa, galaktosa, fruktosa
dan glukosa merupakan monosakarida, laktosa dan maltosa merupakan
disakarida dan manitol merupakan gula alkohol. Pada uji ini, digunakan
larutan iodium dikarenakan polisakarida dengan penambahan iodium akan
membentuk kompleks adsorpsi berwarna yang spesifik. Dari hal ini pulalah
nampak dengan jelas perbedaan antara karbohidrat yang tergolongan
polisakarida dan bukan polisakarida. Sampel uji yang ditambahkan iodin
berwarna kuning yang membuktikan bahwa larutan tersebut bukan golongan
polisakarida.

J. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan, dapat disimpulkan bahwa:

1. Karbohidrat adalah senyawa organik yang terbentuk atas tiga unsur yaitu
Karbon(C), Oksigen (O) dan Hidrogen (H) dengan rumus molekul
CnH2nOn. Terdapat 4 golongan utama karbohidrat yaitu : Monosakarida,
Disakarida, Oligosakarida, dan Polisakarida tergantung banyaknya atom C
penyusun molekulnya. Uji Karbohidrat secara kualitatif merupakan
pengujian yang dilakukan untuk menganalisis suatu jenis senyawa
karbohidrat dalam suatu sampel. Uji Karbohidrat secara kualitatif dapat
dilakukan dengan menggunakan metode uji molisch, uji moore, uji
benedict, uji selliwanof, uji barfoed, dan uji iodin.
2. Uji molisch digunakan untuk menentukan adanya karbohidrat. Adanya
karbohidrat ditandai dengan terbentuknya hasil akhir cincin ungu karena
reaksi antara furfural dengan turunannya dengan alfanafto. Pada
praktikum ini didapat sampel yang mengandung karbohidrat adalah
sampel : laktosa dan amilum
3. Uji Moore digunakan untuk menentukan adanya aldehid pada karbohidrat.
Adanya aldehid ditandai dengan terbentuknya hasil akhir warna coklat
akibat dari adanya proses karamelisasi atau ion –OH yang akan berikan
dengan rantai aldehid dan membentuk aldol aldehid (aldehida dengan
cabang gugus alkanol) yang berwarna coklat (kekuningan). Pada
praktikum ini didapat sampel yang mengandung aldehid adalah sampel :
Galaktosa, fruktosa, maltosa, glukosa, roti kering, sirsak, sampel A
4. Uji benedict untuk menentukan adanya gula pereduksi. Adanya gula
pereduksi ditandai dengan terbentuknya hasil akhir endapan merah bata
karena larutan CuSO4 dalam suasana alkali akan direduksi oleh gula yang
mempunyai gugus aldehid, sehingga CuO atau kupri tereduksi menjadi
Cu2O yang berwarna merah bata (endapan). Pada praktikum ini didapat
sampel yang mengandung gula pereduksi adalah sampel : Roti kering,
sirsak, sampel A
5. Uji barfoed untuk membedakan monosakarida ( lebih cepat mereduksi)
terhadap disakaridan dan polisakarida. Adanya monosakarida ditandai
dengan terbentuknya hasil akhir endapan merah bata karena reagen
barfoed merupakan asam lemah yang hanya dapat direduksi oleh
monosakarida ( ion Cu2+ lebih cepat direduksi oleh monosakarida
daripada disakarida). Pada praktikum ini didapat sampel yang
mengandung monosakarida adalah sampel : Manosa, sukrosa, laktosa,
galaktosa, fruktosa, maltosa, manitol, glukosa, roti kering, sirsak, kentang
rebus, amilum, sampel A, B dan C
6. Uji seliwanoff digunakan untuk mengindentifikasi gula ketosa. Adanya
ketosa ditandai dengan terbentuknya hasil akhir warna orange yang
disebabkan oleh perubahan fruktosa oleh asam klorida panas menjadi
asam levulinat dan hidrosimetilfurfural. Maka, glukosa dan fruktosa
merupakan monosakarida, sedangkan sukrosa, laktosa, dan maltosa
merupakan disakarida. Larutan pati merupakan golongan polisakarida.
Pada praktikum ini didapat sampel yang mengandung ketosa / keton
bebas adalah sampel : manosa
7. Uji Iodin berfungsi digunakan untuk mengindentifikasi golongan
plisakarida dengan hasil akhir terbentuknya warna spesifik tergantung
dengan jenis polisakaridanya. Jika sampel terdapat amilum akan
meberikan hasil akhir warna biru, jika terdapat dekstrin maka warna merah
coklat, jika terdapat gom arab maka tak berwarna. Pada praktikum ini
didapat sampel yang mengandung / merupakan polisakarida adalah
sampel : Manosa, sukrosa, laktosa, galaktosa, fruktosa, maltosa, manitol,
glukosa, roti kering, sirsak, kentang rebus, amilum, sampel A, B dan C.
8. Adapun hal yang mempengaruhi hasil akhir warna pada praktikum ini tidak
sesuai dengan dasar teori adalah karena faktor kesalahan dari praktikan
saat menuangkan larutan H2SO4 yang tidak melalui dinding tabung ataupun
sampel yang terkontaminasi karena pemakaian pipet tetes ,pipet volume /
pipet ukur yang tidak tepat. Oleh karena itu hasil reaksi dari praktikum
identifikasi karbohidrat sangat dipengaruhi oleh ketelitian dari para
praktikan. Selain itu perpanjangan waktu pada tahapan pemanasan dapat
menyebabkan perubahan hasil, misalnya pada uji barfoed dan selliwanof.

K. Jawaban Pertanyaan
1. Sebutkan dan jelaskan jenis karbohidrat yang dapat bereaksi dengan
pereaksi Molisch ! (tuliskan reaksi yang terjadi)
Jawab : Pereaksi molisch bereksi dengan larutan glukosa, fruktosa,
sukrosa, laktosa, maltosa, dan pati menghasilkan cincin berwarna ungu .
Hal ini menunjukkan bahwa uji molisch sangat spesifik untuk membuktikan
adanya golongan monosakarida, disakarida dan polisakaida pada larutan
karbohidrat. Karbohidrat akan didehidrasi oleh asam sulfat pekat
membentuk senyawa furfural atau turunannya. Furfural dan turunannya
akan berkondensasi dengan alfanaftol (molisch) menghasilkan senyawa
kompleks berwana merah ungu dan membentuk cicin pada bidang batang
antara larutan karbohidrat dan asam sulfat pekat (cincin merah-ungu).
Adapun reaksi yang terjadi pada Uji kerbohidrat dengan larutam Molisch
adalah sebagai berikut :

2. Sebutkan dan jelaskan jenis karbohidrat yang dapat bereaksi dengan


pereaksi Moore ! (tuliskan reaksi yang terjadi)
Jawab : Pereaksi moore bereksi dengan larutan karbohidrat yang
mengandung gugus aldehid menghasilkan warna coklat / kekuninagn. Uji
Moore menggunakan NaOH (alkali/basa) yang berfungsi sebagai sumber
ion OH- (alkali) yang akan berikatan dengan rantai aldehid dan
membentuk aldol aldehid (aldehida dengan cabang gugus alkanol) yang
berwarna coklat / kekuningan. (Monruw,2010)
Mekanisme uji Moore yaitu ketika sampel ditambahkan dengan pereaksi
NaOH 10% maka NaOH akan mensubtitusi OH—untuk membentuk aldol
aldehid yang titik leburnya lebih rendah. Kemudian dengan pemanasan
maka membuat glukosa mencapai titik didihnya dan menyebabkan
timbulnya aroma karamel yang khas. Pemanasan bertujuan untuk
membuka ikatan karbon dengan hidrogen dan menggantikannya dengan
gugus –OH. Ketika pemanasan terus berlanjut maka glukosa mencapai
titik leburnya dan terbentuklah warna coklat pada larutan glukosa.
Timbulnya aroma tetapi tidak menimbulkan warna coklat juga disebabkan
karena konsentrasi glukosa dalam larutan yang tinggi, menyebabkan
dalam waktu 5 menit saja tidak cukup bagi glukosa untuk mencapai titik
leburnya. (Himka, 2011)
NaOH 10% digunakan sebagai pereaksi yang juga berfungsi memberikan
suasana alkalis, menghidrolisis serta menurunkan titik lebur dari glukosa.
Jika penggunaan NaOH kurang dari 10% konsentrasinya, maka
ditkhawatirkan tidak akam terjadi karamelisasi pada larutan glukosa,
sedangkan Jika konsentrasi ditambahkan menjadi lebih dari 10%, maka
waktunya akan lebih cepat dan karamelisasi lebih cepat terbentuk. Tetapi
jika digunakan NaOH dengan konsentrasi lebih dari 10% akan membuang-
buang biaya, karena dengan konsentrasi 10% saja NaOH dapat
menurunkan titik lebur glukosa dengan baik. (Nursiam,2010).

Adapun reaksi yang terjadi pada Uji kerbohidrat dengan larutam Molisch
adalah sebagai berikut :

3. Sebutkan dan jelaskan jenis karbohidrat yang dapat bereaksi dengan


pereaksi Benedict ! (tuliskan reaksi yang terjadi)
Jawab : Larutan CuSO4 dalam suasana alkali akan direduksi oleh gula
yang mempunyai gugus aldehid, sehingga CuO atau kupri tereduksi
menjadi Cu2O yang berwarna merah bata. Pereaksi benedict bereaksi
dengan larutan manosa, galaktosa, fruktosa, maltose, manitol, glukosa,
amilum Semakin banyak konsentrasi monosakarida atau gula pereduksi
dalam suatu larutan, akan membuat warna larutan semakin merah bata.
Jadi apabila setelah diuji benedict suatu larutan berwarna hijau, maka
konsentrasi monosakarida atau gula pereduksinya sedikit. Apabila
berwarna kuning maka konsentrasinya lebih banyak, dan apabila berwarna
merah bata maka konsentrasinya lebih banyak lagi. Namun apabila larutan
tetap berwarna biru, hal itu menandakan bahwa tidak terdapat
monosakarida atau gula pereduksi dalam larutan tersebut.
Adapun reaksi yang terjadi pada Uji kerbohidrat dengan larutam Benedict
adalah sebagai berikut :

4. Sebutkan dan jelaskan jenis karbohidrat yang dapat bereaksi dengan


pereaksi Selliwanof ! (tuliskan reaksi yang terjadi)
Jawab : Pengujian Selliwanof bertujuan untuk mendeteksi adanya gula
ketosa pada zat yang diuji. Pengujian Selliwanof dilakukan dengan
meneteskan beberapa larutan reagent pada larutan uji, dan kemudian
dipanaskan beberapa menit. Hasil positf dari pengujian ini adalah
terbentuknya warna merah. Hasil positif pada pengujian Selliwanof terjadi
karena adanya reaksi pembentukan 4-hidroksi metil furfural yang
membentuk senyawa berwarna dengan adanya resorsinol. (Roopalatha
dan Nair 2013).
Uji ini ditemukan oleh ahli kimia Rusia bernama Theodore Seliwanoff pada
tahun 1887. Tes ini populer digunakan dalam menguji karbohidrat secara
kualitatif, untuk mengetahui jenis gula yang diuji termasuk ketosa atau
aldosa. Apabila memberikan hasil positif berarti gula yang diuji
merupakan / mengandung ketosa, sedangkan apabila memberikan hasil
negatif berarti gula yang diuji merupakan aldosa.
Adapun reaksi yang terjadi pada Uji kerbohidrat dengan larutam Selliwanof
adalah sebagai berikut :
5. Sebutkan dan jelaskan jenis karbohidrat yang dapat bereaksi dengan
pereaksi Barfoed ! (tuliskan reaksi yang terjadi)
Jawab : Uji bardfoed digunakan untuk mengidentifikasi antara
monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Dalam asam, polisakarida
atau disakarida akan terhidrolisis parsial menjadi sebagian kecil
monomernya. Hal inilah yang menjadi dasar untuk membedakan antara
polisakarida, disakarida, dan monosakarida. Monomer gula dalam hal ini
bereaksi dengan fosfomolibdat membentuk senyawa berwarna biru.
Dibanding dengan monosakarida, polisakarida yang terhidrolisis oleh asam
mempunyai kadar monosakarida yang lebih kecil, sehingga intensitas
warna biru yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan dengan larutan
monosakarida. Hal tersebut diatas menunjukkan bahwa uji barfoed
digunakan untuk membedakan reaktifita antara monosakarida, disakarida,
dan polisakarida.

6. Berdasarkan hasil pengamatan, tentukan jenis karbohidrat pada masing-


masing sampel ! jelaskan alasan anda !
Jawab :
1. Uji molisch
Manosa, sukrosa, galaktosa, fruktosa, maltosa, manitol, glokosa, roti
kering, sirsak, tepung beras, kentang rebus, sampel A,B dan C (tidak
termasuk karbohidrat) karena tidak menghasilkan merah ungu dan
membentuk cincin pada bidang batas antara larutan karbohidrat dan asam
sulfat pekat.
Laktosa dan amilum (termasuk karbohidrat) karena menghasilkan warna
merah ungu dan membentuk cincin ungu.
2. Uji moore
Manosa, sukrosa, laktosa, manitol, tepung, kentang rebus, amilum, sampel
B dan C (bukan aldehid) karena pada sampel tidak berikatan dengan
rantai aldehid sehingga tidak menghasilkan warna coklat kekuningan
Galaktosa, fruktosa, maltosa, glukosa, roti kering, sirsak, sampel A
(termasuk aldehid) karena menghasilkan warna coklat kekuningan yang
diakibatkan sampel berikatan dengan rantai aldehid dengan pemanasan
untuk membuka ikatan karbon dengan hidrogen den manggantikan
dengan gugus –OH.
3. Uji benedict
Manosa, sukrosa, laktosa, galaktosa, fruktosa, maltosa, manitol, glukosa,
tepung beras, kentang rebus, amilum, sampel B dan C (bukan gula
pereduksi) karena tidak terbentuknya endapan merah
Roti kering, sirsak, sampel A (termasuk gula pereduksi) karena karena
Terbentuknya endapan merah bata ini sebagai hasil reduksi ion Cu 2+
menjadi ion Cu+ oleh semua gugus aldehid atau keton bebas yang
terkandung dalam gula pereduksiyang berlangsung dalam suasana basa
4. Uji selliwanof
Sukrosa, laktosa, galaktosa, fruktosa, maltosa, manitol, glukosa, roti
kering, sirsak, kentang rebus, amilum, sampel A, B dan C (bukan ketosa)
karena tidak menghasilkan warna merah saat di reaksikan dengan
selliwanof
Manosa (termasuk ketosa) karena pada saat dipanaskan, sampel berubah
warna menjadi merah karena aldosa-aldosa berikatan dengan reagen
selliwanof dan diubah oleh HCl menjadi ketosa.
5. Uji barfoed
Manosa, sukrosa, laktosa, galaktosa, fruktosa, maltosa, manitol, glukosa,
roti kering, sirsak, kentang rebus, amilum, sampel A, B dan C (termasuk
monosakarida) karena berdasarkan reduksi Cu 2+ menjadi Cu+ yang
mengendap sebagai Cu2O berwarna merah bata. Lautan uji dicampurkan
dengan pereaksi barfoed kemudian dipanaskan. Hasil positif ditunjukan
dengan terbentuknya berwarna endapan berbentuk merah bata
6. Uji iodin
Manosa, sukrosa, laktosa, galaktosa, fruktosa, maltosa, manitol, glukosa,
roti kering, sirsak, kentang rebus, amilum, sampel A, B dan C (termasuk
polisakarida) karena mampu membedakan masing masing jenis
polisakarida
7. Apakah uji barfoed merupakan satu-satunya uji yang dapat digunakan
untuk membedakan monosakarida , disakarida, dan polisakarida ?
Jawab : Iya karena uji barfoed mengontrol kondisi pH serta waktu
pemanasan, prinsipnya berdasarkan reduksi Cu 2+ menjadi Cu+.
8. Jika pemanasan dalam penangas air lebih dari 15 menit, apakah
disakarida maupun polisakarida akan memberi hasil positif terhadap uji
barfoed ?
Jawab : Memberikan hasil positif karena perpanjangan waktu pemanasan
terjadinya dihidrolisis disakarida
9. Pada uji dengan selliwanof, apakah aldoheksosa akan memberikan hasil
positif jika pemanasan dilakukan lebih dari 1 menit ? jelaskan !
Jawab : Peristiwa dehidrasi monosakarida ketosa menjadi furfural lebih
cepat dibandingkan dehidrasi monosakarida aldosa. Hal ini dikarenakan
aldosa sebelum mengalami dehidrasi lebih dahulu  akan mengalami
transformasi ketosa. Furfural yang terbentuk dari dehidrasi tersebut dapat
bereaksi dengan resorsinol membentuk senyawa kompleks berwarna
merah. Jadi dengan pemanasan yang lebih lama dapat menyebabkan
aldosa bertransformasi menjadi ketosa, dan dapat memberikan hasil positif
pada uji Seliwanoff
10. Jelaskan jenis disakarida yang tidak dapat bereaksi dengan pereaksi
benedict !
Jawab : Sukrosa (gula pasir) tidak terdeteksi oleh pereaksi Benedict.
Sukrosa mengandung dua monosakrida (fruktosa dan glukosa) yang
terikat melalui ikatan glikosidik sedemikian rupa sehingga tidak
mengandung gugus aldehid bebas dan alpha hidroksi keton. Pada sukrosa
dan larutan pati tidak menunjukan adanya perubahan sehingga kedua
karbohidrat ini tidak merupakan pereduksi. Hal ini dikarenakan sukrosa
tidak mengandung atom karbon anomer bebas, karena atom karbon kedua
anomernya yaitu yang terdapat pada glukosa dan fruktosa berikatan satu
sama lainnya. Sedangkan pati tersusun dari D-glukosa yang banyak. Ada
uji Benedict, pereaksi ini akan bereaksi dengan gugus aldehid, kecuali
aldehid dalam gugus aromatik, dan alpha hidroksi keton. Oleh karena itu,
meskipun fruktosa bukanlah gula pereduksi, namun karena memiliki gugus
alpha hidroksi keton, maka fruktosa akan berubah menjadi glukosa dan
mannosa dalam suasana basa dan memberikan hasil positif dengan
pereaksi benedict.
11. Mengapa monosakarida dengan pereaksi iodin tidak memberikan hasil
reaksi positif ? jelaskan !
Jawab : Uji Iod bertujuan untuk mengidentifikasi polisakarida. Reagent
yang digunakan adalah larutan iodine yang merupakan I 2 terlarut dalam
potassium iodide. Reaksi antara polisakarida dengan iodin membentuk
rantai poliiodida. Polisakarida umumnya membentuk rantai heliks
(melingkar), sehingga dapat berikatan dengan iodin, sedangkan
karbohidrat berantai pendek seperti disakarida dan monosakaraida tidak
membentuk struktur heliks sehingga tidak dapat berikatan dengan iodin.
Amilum dengan iodine dapat membentuk kompleks biru , amilopektin
dengan iodin akan memberi warna merah ungu sedangkan dengan
glikogen dan dekstrin akan membentuk warna merah coklat

L. Daftar Pustaka

Anonim. 2013. Laporan Identifikasi Karbohidrat.


https://www.slideshare.net/alvi6565/1-identifikasi-karbohidrat. Diakses
pada tanggal 22 Februari 2018.

Anonim. 2019. Karbohidrat.


http://habibana.staff.ub.ac.id/files/2014/06/KARBOHIDRAT.pdf . Diakses
pada tanggal 25 Februari 2018.

Dediyan. 2011. Reaksi Identifikasi Karbohidrat.


.https://www.scribd.com/document/47260615/REAKSI-IDENTIFIKASI
KARBOHIDRAT. Diakses pada tanggal 23 Februari 2018.
Nurdianti . 2015. Laporan Identifikasi Karbohidrat.
https://www.scribd.com/document/259890313/LAPORAN-
IDENTIFIKASI-KARBOHIDRAT. Diakses pada tanggal 23 Februari
2018.

Putri, Tesa Sulfa. 2014. Laporan BIOKIMIA Karbohidrat.


https://www.academia.edu/6632876/Laporan_BIOKIMIA_Karbohidrat
.Diakses pada tanggal 25 Februari 2018.

Safrizal, Rino. 2012. Pengelolaan dan Identifikasi Karbohidrat.


http://www.jejaringkimia.web.id/2010/03/karbohidrat.html. Diakses pada
tanggal 22 Februari 2018.

Himka. 2011. Laporan Karbonat. http://himka1polban.pdf.com/laporan/kimia-


organik/laporan-karbonat/. Diakses pada 28 februari 2018 pukul 14.00
WITA
Monruw 2010. Uji Moore. http://monruw.pdf.com/2010/03/12/uji-moore/.
Diakses pada 1 Maret 2018 pukul 10.00 WITA
Nursiam. 2010. Laporan Uji Karbohidrat.
http://intannursiam.pdf.com/2010/05/04/laporan- ipn-6-tan-uji-
arbohidrat/ . Diakses pada 1 maret 2018 pukul 15.00 WITA
Poedjadi, Anna. 2005. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia
Setiawati. (2013). Biokimia Pangan.
http://www.slideshare.net/LaddiesVikers/karbohidrat-ii. Accesed : 26
Maret 2013
Kurniawan, Fajar. 2014. Laporan Uji Moore
https://www.slideshare.net/alvi6565/1-identifikasi-karbohidrat.
Diakses pada tanggal 1 maret 2018.
Rgmainsyah. 2014. Laporan Uji Morisch
https://www.scribd.com/document/259890313/LAPORAN-
IDENTIFIKASI-KARBOHIDRAT . Diakses pada tanggal 1 Maret
2017.
Ulfah, Nabillah. 2014. Laporan Uji Barfoed
http://www.academia.edu/6815469/UJI_BARFOED. Diakses
pada tanggal 4 Maret 2018.
Panji. 2016. Uji Benedict http://www.edubio.info/2014/04/uji-benedict.html.
Diakses pada tanggal 4 Maret 2018.
Handayani, Wiwid. 2013. Biokim Uji Benedict.
https://www.scribd.com/doc/96394619/Biokim-Uji-Benedict.
Diakses pada tanggal 4 Maret 2018.
Setia Putrawan, Teuku. 2014. Laporan Uji Benedict
https://www.slideshare.net/mulkianeukatjeh/laporan-uji-benedict.
Diakses pada tanggal 4 Maret 2018.
Paturakhmat, Nuralim. 2016. Laporan Biokimia Karbohidrat
http://www.academia.edu/16730974/Laporan_Biokimia_KARBOH
IDRAT. Diakses pada tanggal 4 Maret 2018.
Laita Nurjannah. 2016. Laporan Uji Selliwanoff
https://doi.org/10.17969/jtipi.v9i1.5903 Diakses pada tanggal 2
Maret 2018.
Aprilia Kusbandari. 2015. Jurnal Uji Seliwanoff file:///D:/biokim/2284-4310-1-
SM.pdf Diakses tanggal 2 Maret 2018
Christianty, Kezia. 2014. LAPORANPRAKTIKUM BIOKIMIA PANGAN
KARBOHIDRAT UJI BARFOED. Tersedia pada
https://www.scribd.com/document/214583725/laporan-
karbohidrat-1-uji-barfoed. Diakses pada tanggal 3 Maret 2018

Juni, Hartono. 2015. Pengertian, Fungsi, dan Contoh Karbohidrat


Monosakarida, Disakarida, Polisakarida Proses Metabolisme
Karbohidrat. Tersedia pada
http://www.biomagz.com/2015/08/pengertian-fungsi-dan-
contoh.html. Diakses pada tanggal 3 Maret 2018

Madyaningratri, Ambar Puspita ,dkk. 2015. IDENTIFIKASI KARBOHIDRAT.


Tersedia pada
https://www.academia.edu/11303935/LAPORAN_PRAKTIKUM_
BIOKIMIA_IDENTIFIKASI_KARBOHIDRAT. Diakses pada
tanggal 2 Maret 2018

Togatorop, Ervan. 2014. Uji Karbohidrat Dengan Metode Iodon. Tersedia


pada
https://www.academia.edu/9729169/Uji_karbohidrat_Dengan_Me
tode_Iodin. Diakses pada tanggal 3 Maret 2018
Dosen Pembimbing

I. G. A. Sri Dhyananputri, SKM, MPH.

I Wayan Karta, S.Pd.,M.Si

Jannah Sofi Yanti, S.Si.,M.Si

Nur Habibah, S.Si.,M.Sc

Mahasiswa
Ni Kadek Ari Dwiyanti
P07134017 003
Ni Kadek Sri Murtini
P07134017 005
Luh Intan Wijayanti
P07134017 013
I Putu Eka Putrawan
P07134017 016
Dewa Ayu Widiadnyasari
P07134017 032
I Gusti Manik Diantari Prawerti
P07134017 039

Anda mungkin juga menyukai