PENYUSUN
DGD. DHARMA SANTHI
Penulis
DAFTAR ISI
………............................................................................................... 33
………................................................................................................ 35
LAMBUNG ………................................................................................ 42
PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS, KIMIA DAN MIKROSKOPIS CAIRAN SEMEN
………................................................................................................ 45
………................................................................................................ 57
PUSTAKA ........................................................................................ 71
ETIKA LABORATORIUM
KEWAJIBAN PRAKTIKAN
PERLENGKAPAN PRAKTIKAN disiapkan sebelum memasuki laboratorium
Perlengkapan di bawah ini harus disediakan dan dibawa setiap kali akan
melakukan praktikum.
Laporan Sementara Paktikum (lihat di petunjuk format
sementara praktikum)
Memakai jas lab, warna putih, terbuat dari bahan sederhana,
dan disarankan yang berlengan panjang.
Berpakaian rapi, sopan dan bersepatu (tidak boleh pakai
sandal) dan disarankan memakai kacamata untuk keselamatan
mata Anda.
Perlengkapan lainnya yang akan banyak membantu kelancaran
kerja anda, antara lain: alat tulis, korek api, lap kain, tissue,
sabun/detergen, pisau lipat, gunting kecil.
Pereaksi dan peralatan yang diperlukan. Pereaksi di kiri,
peralatan di kanan, dengan cara diurut dari atas ke bawah. Bila
perlu, sertai dengan gambar rangkaian peralatan.
Diagram percobaan, untuk mempermudah urutan kerja yang
akan dilakukan, dan gambaran percobaan keseluruhannya.
Cara kerja dan pengamatan Merupakan singkatan prosedur
kerja yang berbentuk kalimat pendek berupa poin-poin
pengerjaan.
TATA ALIRAN KERJA DAN PENGATURAN LAB
Semua praktikan pada hari pelaksanaan praktikum, menunggu
waktu masuk lab, kemudian masuk laboratorium dengan tertib
Tanda waktu masuk tepat sesuai jadwal. Praktikan langsung
masuk, mengumpulkan laporan praktikum sebelumnya dan
mengisi daftar hadir/absensi, kemudian menuju meja masing-
masing.
Diwajibkan mengikuti penjelasan dari pemimpin kelompok atau
asisten yang ditunjuk (sekitar 15 menit)
Mengajukan bon peminjaman peralatan yang diperlukan,
misalnya termometer, buret, dll., kepada petugas di lab.
Asisten akan membantu untuk mengatur permintaan keperluan
zat/pereaksi yang diperlukan untuk percobaan pada hari
tersebut.
Selesai menerima penjelasan praktikum, praktikan kembali ke
meja masing-masing, dilanjutkan dengan peminjaman alat dan
pengambilan bahan-bahan kimia yang diperlukan di tempat
yang disediakan secara bergiliran. Kemudian pemasangan
peralatan, yang terlebih dahulu dibersihkan atau dikeringkan.
Bekerjalah dengan tenang, cepat dan tanpa ragu-ragu.
Bilamana menghadapi kesulitan atau keraguan, janganlah
segan-segan untuk menanyakan kepada asisten kelompoknya.
Peralatan yang dipakai bersama dan akan diletakkan oleh
petugas pada tempat-tempat yang telah ditentukan.
Baca dan pahami prosedur percobaan ketika bekerja di lab. Jika
Anda tidak mengerti, bertanyalah pada asisten atau dosen
pemimpin praktikum. Bekerja tanpa memahami akan
mengakibatkan kecelakaan fatal!!
Setelah selesai percobaan laporkan dan seerahkan hasil
percobaan (sintesis), yang ditempatkan dalam botol kecil yang
bersih dan diberi label yang berisi nama, NIM, kelompok, nama
zat, beratnya dan data fisik.
Buatlah laporan sementara yang di acc oleh asisen
laboratorium.
Kembalikan semua alat yang dipinjam pada hari tersebut dalam
keadaan bersih dan kering, diperiksa petugas mengenai
keutuhan dan jumlahnya. Laporkan juga semua kerusakan alat
yang anda lakukan kepada petugas
Campuran reaksi/zat supaya dipindahkan ke tempat/labu
kepunyaan sendiri, tutup dengan baik dan diberi
tulisan/peringatan. Jagalah dari kemungkinan tertumpah atau
terbakar.
Waktu untuk pulang, bersihkanlah meja dan lantai tempat anda
bekerja sebelum anda pulang. Apabila ada percobaan yang
belum selesai dan perlu dilanjutkan hari berikutnya harus
mendapat persetujuan dosen.
Setelah selesai pratikum Anda harus sudah mengecek:
- Apakah alat-alat yang dipinjam pada hari itu sudah
dikembalikan?
- Apakah tempat/meja kerja Anda (dan lantai) sudah bersih
kembali?
- Apakah laporan sementara Anda sudah di-
acc/ditandatangan oleh asisten?
- Apakah kran air dan listrik di meja Anda sudah dimatikan?
Jika sudah selelsai, dipersilakan meninggalkan lab
PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS, KIMIA DAN MIKROSKOPIS
SAMPEL URINE
Ket.
FK = faktor koreksi
Tk = temperatur cairan yang diukur
Tp = temperatur peneraan (tetera di urometer)
Koreksi
Terhadap temperatur/suhu
Setiap urometer ditera pada suhu tertentu (lihat urometer), dan
perhatikan suhu kamar pada saat saudara bekerja dan catat.
Setiap kenaikan suhu 3oC maka pembacaan hendaknya di tambah-
kan dengan 0,001.
Terhadap Pengenceran
Apabila dilakukan pengenceran maka dua angka terakhir pada saat
pembacaan hendaknya dikalikan dengan angka pengenceran.
Pengenceran tidak boleh lebih dari 3 kali.
Terhadap Protein dan Glukosa
Tiap g% protein maupun glukosa yang dikandung oleh urine maka BJ
terbaca harus dikurangi dengan 0,003.
F. Nilai normal
Berat jenis urin normal antara 1,003 - 1,030.
f. Interpretasi Hasil
Jika urine mengandung aseton, maka antara perbatasan
kedua lapisan akan terbentuk cincin berwarna unggu
Derajat positivitasnya tergantung kepada kecepatan
terbentuknya cincin unggu tadi.
Faktor yang Dapat Mempengaruhi Hasil Laboratorium
Diet rendah karbohidrat atau tinggi lemak dapat menyebabkan
temuan positif palsu
Obat tertentu
Sampel urin yang diperiksa haruslah urine yang segar . Urin
disimpan pada temperature ruangan dalam waktu yang lama dapat
menyebabkan hasil uji negaif palsu.
Kualitas ammonia pekat yang digunakan harus baik, dan saat
penambahannya harus melalui dinding tabung.
Sesaat setelah penambahan ammonia pekat, sampel tidak boleh
dikocok agar lapisan yang terbentuk tidak pecah, selain itu sampel
yang telah ditambahkan ammonia pekat dibiarkan tegak selama 5
menit agar terbentuk cincin ungu yang stabil.
Adanya bakteri dalam urin dapat menyebabkan kehilangan asam
asetoasetat
Anak penderita diabetes cenderung mengalami ketonuria daripada
penderita dewasa.
D. Interpretasi
Positif (+) : fluoresensi berwarna hijau
CATATAN
- Urobilin setelah dioksidasi akan menajdi urobilin sehingga juga
akan memberikan reaksi positif. Oleh karena itu setelah ditetesi
iodium seringkali akan tampak lebih jelas warna hijaunya.
- Untuk pemeriksaan urobilinogen tes hendaknya segera dikerjakan,
paling tidak 30 menit setelah sampling.
- Garam-garam empedu sering akan mengganggu reaksi ini.
Dengan penambahan BaCl2 maka akan terjadi endapan yang
mengabsorpsi garam ini
- Forfobilinogen juga memberikan reaksi positif
Tambahkan 2 ml khloroform lalu kocok.
Bila warna merah pindah dibagian bawah khloroform berarti urobilinogen.
Tetapi bila tetap dibagian atas berarti forfobilinogen.
Keterangan :
Khusus untuk kristal Ca-oxallate : + masih dinyatakan normal; ++ dan
+++ sudah dinyatakan abnormal.
Unsur - unsur organik dan anorganik dalam urine
Silinder Eritrosit
Silinder Hialin
Asam urat
Kristal Sulfonamide
PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS, KIMIA DAN MIKROSKOPIS
CAIRAN SENDI
A. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa mampu mengetahui cara pemeriksaan cairan sendi.
2. Tujuan Instruksional Khusus
1. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan cairan sendi
2. Mahasiswa dapat menginterpretasikan hasil pemeriksaan
cairan sendi secara makroskopis dan mikroskopis
B. Metode
Metode yang digunakan adalah metode makroskopis dan
mikroskopis.
C. Prinsip
Sampel cairan sendi di homogenkan lalu diperiksa secara
makroskopis, cairan sendi sebanyak 3 ml disentrifuge dan diambil
endapannya dan diteteskan pada objek glas dan ditutup dengan
menggunakan cover glass kemudian diamati pada mikroskop dengan
pembesaran objektif 40X.
D. Alat dan Bahan
Alat:
Centrifuge
Objek glass
Cover glass
Pipet tetes
Mikroskop
Tabung centrifuge
Bahan:
Sampel cairan sendi
pH stick
Aquadest
Giemsa
E. Cara Kerja
1. Alat dan bahan disiakan
2. Cairan sendi diperiksa secara mikroskopis meliputi :
a. Warna
b. pH
c. Bekuan
d. Viskositas
3. Sampel cairan sendi sebanyak 3 ml dimasukan kedalam
tabung sentrifuge.
4. Disentrifuge dengan kecepatan 1600 rpm selama 5 menit.
5. Supernatan dibuang dan diambil bagian pellet (endapan)
6. Diteteskan pada objek glass lalu ditutup dengan cover glass.
7. Diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran lensa
objektif 10X untuk mencari lapang pandang, kemudian
diganti keperbesaran objektif 40X.
8. Dibaca hasil.
Pewarnaan:
1. Diteteskan pewarna giemsa pada pellet sebanyak 1 tetes.
2. Diteteskan pada objek glass dan ditutup dengan cover glass.
3. Diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran objektif 40X.
4. Interpreasikan hasilnya
PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS, KIMIA DAN MIKROSKOPIS
CAIRAN OTAK (LIQUOR CEREBRO SPINALIS/ LCS)
A. Tujuan
1.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami cara pemeriksaan none-apelt dan pandy
serta memahami cara hitung jumlah dan jenis sel pada cairan otak.
1.2 Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan none-apelt dan pandy
untuk mengetahui kenaikan kadar globulin dan albumin pada
sampel LCS (Liquior Cerebro Spinalis)
b. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan cara hitung jumlah
dan jenis sel pada sampel cairan otak untuk mengetahui jumlah
sel serta dapat membedakan jenis sel mononuklear dan
polinuklear dalam cairan otak.
B. Metode
2.1 Pemeriksaan None-Apelt dan Pandy
a. Metode pemeriksaan None adalah none-apelt
b. Metode pemeriksaan Pandy adalah pandy
2.2 Pemeriksaan Hitung Jumlah dan Jenis Sel Pada Cairan Otak
Metode yang digunakan dalam menghitung jumlah dan jenis sel pada
cairan otak adalah bilik hitung/ kamar hitung Improved Neubaure.
C. Prinsip
3.1 Pemeriksaan None-Apelt
Reagen Nonne memberikan reaksi terhadap protein globulin dalam bentuk
kekeruhan yang berupa cincin. Ketebalan cincin berhubungan dengan
kadar globulin, makin tinggi kadarnya maka cincin yang terbentuk makin
tebal.
3.2 Pemeriksaan Pandy
Reagen pandy memberikan reaksi terhadap protein (albumin dan globulin)
dalam bentuk kekeruhan. Pada keadaan normal tidak terjadi kekeruhan
atau kekeruhan yang ringan seperti kabut.
3.3 Pemeriksaan Hitung Jumlah dan Jenis Sel Pada Cairan Otak
Liquor Cerebro Spinalis diencerkan dengan larutan turk pekat akan ada sel
leukosit dan sel lainnya akan lisis dan dihitung selnya dalam kamar hitung
di bawah mikroskop.
D. Alat dan Bahan
1. Test None-Apelt dan Pandy
Alat:
Tabung kecil diameter 7 mm
Pipet ukur 1 ml
Ball pipet
Pipet tetes
Stopwatch
Gelas arloji
Bahan
1. Reagen nonne : Larutan (NH4)2SO4 jenuh
2. R 1 : 85 g (NH4)2SO4 netral dilarutkan dalam 100 ml aquadest
dipanaskan pada suhu 90ºC, dibiarkan beberapa hari
3. Reagen Pandy
-Fenol kristal : 10 g
-Aquadest : 100 ml
-Dikocok, diinkubasi pada suhu 37ºC selama beberapa hari,
reagen harus sering dikocok
2. Pemeriksaan Hitung Jumlah dan Jenis Sel Pada
Cairan Otak
Alat
Pipet thoma leukosit
Kamar hitung Improved Neubauer
Glass beaker
Mikroskop
Bahan
Sampel cairan otak
Reagen larutan turk pekat (turk rosental)
Aquadest
Tissue
E. Cara Kerja
1. Pemeriksaan Makroskopis
No Parameter Penilaian Normal
1. Warna Tidak berwarna, Kuning muda, Tidak berwarna
Kuning, Kuning tua, Kuning
coklat, merah, hitam coklat
2. Kejernihan Jernih, agak keruh, keruh, Jernih
sangat keruh, keruh kemerahan
3. Bekuan Tidak ada bekuan, ada bekuan Tidak ada
bekuan
4. pH 7,3 atau setara dengan pH
plasma/serum
5. BJ 1.000 – 1.010 1.003 – 1.008
Hal yang perlu diperhatikan :
Warna
Normal warna LCS tampak jernih, wujud dan viskositasnya sebanding air.
Merah muda → perdarahan trauma akibat pungsi
Merah tua atau coklat → perdarahan subarakhnoid akibat hemolisis
dan akan terlihat jelas sesudah disentrifuge
Hijau atau keabu-abuan → pus
Coklat → terbentuknya methemalbumin pada hematoma subdural
kronik
Xanthokromia → (kekuning-kuningan) pelepasan hemoglobin dari
eritrosit yang lisis (perdarahan intraserebral/subarachnoid); juga
disebabkan oleh kadar protein tinggi (> 200 mg/dl)
Kekeruhan
Normal → tidak ada kekeruhan atau jernih. Walaupun demikian LCS yang
jernih terdapat juga pada meningitis luetika, tabes dorsalis, poliomyelitis,
dan meningitis tuberkulosa.
Keruh → ringan seperti kabut mulai tampak jika :
– lekosit 200-500/ul3
– eritrosit > 400/ml
– mikroorganisme (bakteri, fungi, amoeba)
– aspirasi lemak epidural sewaktu dilakukan pungsi
– media kontras radiografi.
Konsistensi bekuan
– Bekuan banyak darah masuk
– Normal → tidak terlihat bekuan
– Bekuan → banyaknya fibrinogen yang berubah menjadi fibrin.
Disebabkan: trauma pungsi, meningitis supurativa, atau meningitis
tuberkulosa.
Jendalan sangat halus à LCS didiamkan di dalam almari es selama 12-24
jam.
2. Pemeriksaan Mikroskopis
Syarat pemeriksaan :
Dilakukan dlm waktu < 3 ’ ren b l > 3 ’ jml sel n ber ur ng y ng
disebabkan:
Sel mengalami sitolisis
Sel akan mengendap, shg sulit mendapat sampel yang homogen
Sel terperangkap dalam bekuan
Sel cepat mengalami perubahan morfologi
Jenis Pemeriksaan:
a. Hitung Jumlah Sel
b. Hitung Jenis Sel
c. Bakterioskopi
Cara kerja:
1. Cairan otak yang diperiksa dikocok dahulu agar homogen
2. Larutan turk dihisap sampai angka 1
3. Larutan cairan otak dihisap sampai angka 11
4. Dikocok perlahan selama lebih kurang 3 menit dengan
menggerakkan pipet tegak lurus sumbu panjang pipet
5. Lalu dibuang 3 tetes cairan pertama
6. Diteteskan pada bilik hitung Improved Neubauer
7. Dibiarkan selama 5 menit agar sel mengedap
8. Dihitung sel dalam kamar hitung pada semua kotak leukosit
di mikroskop lensa objektif 10x/ 40x serta dihitung jenis
selnya (hitung dalam 3 kamar hitung, kemudian kalikan 3)
Dengan perhitungan : Jumlah sel/ mm3 = 10/9 X N sel/ mm3
3. Pemeriksaan Kimia
Pemeriksaan rutin yang dilakukan :
penetapan protein secara kualitatif
kadar protein
kadar glukosa
kadar klorida
Pemeriksaan None-Apelt
- Tabung serologi diisi dengan 1 ml larutan ammonium sulfat jenuh
- Dituang 0,5 ml LCS dengan cara pelan-pelan lewat dinding tabung
sehingga terbentuk 2 lapisan, di mana lapisan atas adalah LCS
- Diamkan selama 3 menit
- Kemudian dilihat pada perbatasan kedua lapisan dengan latar
belakang gelap
Pemeriksaan Pandy
Gelas arloji diisi dengan 1 ml reagen Pandy
Ditetesi dengan 1 tetes LCS
Kemudian dilihat segera ada tidaknya kekeruhan
F. Interpretasi hasil dan Nilai Rujukan
1. Pemeriksaan None-Apelt
Negatif : tidak terbentuk cincin putih
+1 : terbentuk cincin putih sangat tipis, hanya dapat
dilihat dengan atar belakang hitam, bila dikocok
akan kembali jernih
+2 : cincin putih tampak agak jelas, bila dikocok
cairan jadi opalescent
+3 : cincin putih tampak jelas, bila dikocok jadi
keruh
+4 : cincin putih sangat jelas, bila dikocok cairan
menjadi keruh sekali
2. Pemeriksaan Pandy
Negatif : bila tidak terjadi kekeruhan (berkabut/
opalescent)
+1 : opalescent (kadar protein 50-100 mg%)
+2 : keruh (kadar protein 100-300 mg%)
+3 : sangat keruh (kadar protein 300-500 mg%)
+4 : Keruh seperti susu (kadar protein > 500 mg%)
3. Pemeriksaan Hitung Jumlah dan Jenis Sel Pada Cairan
Otak
Hitung Jumlah Sel
Normal = 0-5/ mm3
Borderline = 6-10/ mm3
Abnormal = > 10/ mm3
Anak - anak umur < 5 tahun, Normal = < 20/ mm3
Hitung Jenis Sel
MN 100% dan PMN 0%
PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS, KIMIA DAN MIKROSKOPIS
CAIRAN LAMBUNG
A. Tujuan
1.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami cara pemeriksaan cairan lambung.
1.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat menilai motilitas lambung, yaitu kemampuan
lambung untuk meneruskan isinya ke arah duodenum.
2. Mahasiswa dapat menilai kemampuan sekresi lambung, yaitu
HCl secara kualitatif dan kuantitatif serta enzim-enzimnya.
3. Mahasiswa dapat mendeteksi adanya unsur-unsur abnormal
seperti darah, pus, jamur, dan bakteri.
4. Mahasiswa dapat mendeteksi adanya racun-racun untuk
pemeriksaan forensik.
5. Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan sitologi terhadap
sel-sel tumor.
B. Metode
Metode yang digunakan dalam pemeriksaan cairan lambung
yaitu :
a. Pemeriksaan Makroskopis
b. Pemeriksaan Mikroskopis
C. Prinsip
Getah lambung merupakan cairan yang disekresi secara aktif oleh sel
mukosa lambung yang terdiri atas dua kelenjar yaitu kelenjar peptic
fundus dan kelenjar pilorik. Kelenjar peptic mensekresi pepsin, lipase, dan
HCl, sedangkan kelenjar pilorik mensekresi bahan untuk proses
fermentasi.
D. Alat dan Bahan
4.1 Alat
Wadah sampel
Pipet ukur
Tabung sentrifuge
Rak tabung
Label
Pipet tetes
Centrifuge
Objek glass
Cover glass
Mikroskop
4.2 Bahan
Sampel cairan lambung
pH stick
E. Cara Kerja
1. Alat pelindung diri digunakan dengan baik, benar dan lengkap.
2. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan
3. Dihomogenkan sampel cairan lambung yang akan diperiksa
4. Dilakukan pemeriksaan makroskopis pada sampel cairan lambung
meliputi : volume, bau, pH, warna, lender, sisa makanan, pus, dan
potongan jaringan.
5. Diambil 3 ml sampel dan dimasukkan pada tabung sentrifuge
6. Dilakukan sentrifugasi dengan kecepatan 1600 rpm selama 10
menit
7. Dibuang bagian supernatannya dan diambil sedimen pada dasar
tabung
8. Diambil 1 tetes sedimen cairan lambung yang terbentuk kemudian
diteteskan pada objek glass dan ditutup dengan cover glass
9. Dilakukan pengamatan mikroskopis dibawah mikroskop dengan
pembesaran lensa objektif 40 x
10. Diamati dibawah mikroskop adanya epitel, leukosit, eritrosit,
bakteri dan adanya butiran – butiran albumin.
F. Interpretasi Hasil
1. Makroskopis
- Volume : ≤ 7 ml
- Warna : abu – abu mutiara ( putih kerus)
- Bau : agak asam
- Lendir : tanpa lendir
- pH : Puasa ( 1,2 ± 0,2) ;
setelah makan (1,3 – 2,5)
- Sisa makanan : tanpa sisa makanan
- Pus : tanpa pus
- Potongan jaringan: tanpa potongan jaringan
2. Mikroskopis
- Epitel : tidak ada ( - )
- Eritrosit : tidak ada ( - )
- Leukosit : tidak ada ( - )
- Yeast/ jamur : tidak ada ( - )
- Bakteri : tidak ada ( - )
PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS, KIMIA DAN MIKROSKOPIS
CAIRAN SEMEN
Feses adalah sisa hasil pencernaan dan absorbsi dari makanan yang kita
makan yang dikeluarkan lewat anus dari saluran cerna.Jumlah normal
produksi 100 – 200 gram/ hari. Feses terdiri dari air, makanan tidak
tercerna, sel epitel, debris, celulosa, bakteri dan bahan patologis. Jenis
makanan serta gerak peristaltik mempengaruhi bentuk, jumlah maupun
konsistensinya dengan frekuensi defekasi normal 3x per-hari sampai 3x
per-minggu.
Indikasi dilakukan pemeriksaan feses:
Adanya diare dan konstipasi
Adanya darah dalam tinja
Adanya lendir dalam tinja
Adanya ikterus
Adanya gangguan pencernaan
Kecurigaan penyakit gastrointestinal
Pemeriksaan Mikroskopis
Karena unsur - unsur patologik biasanya tidak dapat merata, maka hasil
pemeriksaan mikroskopis tidak dapat dinilai derajat kepositifannya dengan
tepat, cukup diberi tanda –(negatif),(+),(++),(+++) saja.
Pemeriksaan mikroskopik meliputi pemeriksaan protozoa, telur cacing,
leukosit, eritosit, sel epitel, kristal, makrofag dan sel ragi. Dari semua
pemeriksaan ini yang terpenting adalah pemeriksaan terhadap protozoa
dan telur cacing.
1. Protozoa
Biasanya didapati dalam bentuk kista, bila konsistensi tinja
cair baru didapatkan bentuk trofozoit.
2. Telur cacing
Telur cacing yang mungkin didapat yaitu Ascaris lumbricoides, Necator
americanus, Enterobius vermicularis, Trichuris trichiura, Strongyloides
stercoralis dan sebagainya.
3. Leukosit
Dalam keadaan normal dapat terlihat beberapa leukosit
dalam seluruh sediaan. Pada disentri basiler, kolitis ulserosa
dan peradangan didapatkan peningkatan jumlah leukosit.
Eosinofil mungkin ditemukan pada bagian tinja yang
berlendir pada penderita dengan alergi saluran pencenaan.
Untuk mempermudah pengamatan leukosit dapat ditambah
1 tetes asam acetat 10% pada 1 tetes emulsi feces pada
obyek glass.
4. Eritrosit
Eritrosit hanya terlihat bila terdapat lesi dalam kolon, rektum
atau anus. Sedangkan bila lokalisasi lebih proksimal eritrosit
telah hancur. Adanya eritrosit dalam tinja selalu berarti
abnormal.
5. Epitel
Dalam keadaan normal dapat ditemukan beberapa sel
epitelyaitu yang berasal dari dinding usus bagian distal. Sel
epitel yang berasal dari bagian proksimal jarang terlihat
karena sel inibiasanya telah rusak. Jumlah sel epitel
bertambah banyak kalau ada perangsangan atau
peradangan dinding usus bagian distal.
6. Kristal
Kristal dalam tinja tidak banyak artinya. Dalam tinja normal
mungkin terlihat kristal tripel fosfat, kalsium oksalat dan
asam lemak. Kristal tripel fosfat dan kalsium oksalat
didapatkan setelah memakan bayam atau strawberi,
sedangkan kristal asam lemak didapatkan setelah banyak
makan lemak.Sebagai kelainan mungkin dijumpai kristal
Charcoat Leyden Tinja, Butir-butir amilum dan kristal
hematoidin. Kristal Charcoat Leyden didapat pada ulkus
saluran pencernaan seperti yang disebabkan amubiasis.
Pada perdarahan saluran pencernaan mungkin didapatkan
kristal hematoidin.
7. Makrofag
Sel besar berinti satu dengan daya fagositosis, dalam
sitoplasmanya sering dapat dilihat bakteri selain eritrosit,
lekosit .Bentuknya menyerupai amuba tetapi tidak bergerak.
8. Sel ragi
Khusus Blastocystis hominis jarang didapat. Pentingnya mengenal
strukturnya ialah supaya jangan dianggap kista amoeba
9.Jamur
Pemeriksaan KOH
Pemeriksaan KOH adalah pemeriksaan tinja dengan menggunakan larutan
KOH (kalium hidroksida) untuk mendeteksi adanya jamur, sedangkan
pemeriksaan tinja rutin adalah pemeriksaan tinja yang biasa dilakukan
dengan menggunakan lugol. Untuk membedakan antara kandida dalam
keadaan normal dengan kandidiasis adalah pada kandidiasis, selain gejala
kandidiasis, dari hasil pemeriksaan dapat ditemukan bentuk pseudohifa
yang merupakan bentuk invasif dari candida pada sediaan tinja.
Pemeriksaan Kimia
1. Darah samar
Pemeriksaan kimia tinja yang terpenting adalah pemeriksaan terhadap
darah samar. Tes terhadap darah samar dilakukan untuk mengetahui
adanya perdarahan kecil yang tidak dapat dinyatakan secara makroskopik
atau mikroskopik.Adanya darah dalam tinja selalau abnormal. Pada
keadaan normal tubuh kehilangan darah 0,5 – 2 ml / hari. Pada keadaan
abnormal dengan tes darah samar positif (+) tubuh kehilangan darah > 2
ml/ hari. Zat yang mengganggu pada pemeriksaan darah samar diantara
lain adalah preparat Fe, chlorofil, extract daging, senyawa merkuri,
Vitamin C dosis tinggi dan anti oxidant dapat menyebabkan hasil negatif (-
) palsu, sedangkan Lekosit, formalin, cupri oksida, jodium dan asam nitrat
dapat menyebabkan positif (+) palsu.
Macam-macam metode tes darah samar yang sering dilakukan adalah
guajac tes, orthotoluidine, orthodinisidine, benzidin tes berdasarkan
penentuan aktivitas peroksidase/ oksiperoksidase dari eritrosit (Hb)
a. Metode benzidine basa
Prinsip:
Hemoglobin sebagai peroksidase akan menguraikan H2O2 dan
mengoksidasi benzidin menjadi warna biru.
Alat & Bahan:
Tabung reaksi dan rak tabung
Alat pemanas
Kristal benzidin basa
Hidrogen peroksida (H2O2) 3% segar
Asam cuka glasial
Tinja yang akan diperiksa
Cara Kerja:
Buat emulsi tinja dengan air atau NaCl 0,9% ( 10 ml).Panasi
sampai mendidih.
Saring emulsi tinja yang masih panas, biarkan filtratnya sampai
dingin.
Ke dalam sebuah tabung reaksi lainnya, masukkan kristal benzidin
basa seujung pisau ( 1 gram). Tambahkan 3 ml asam cuka glasial,
kocok sampai kristal benzidin larut dengan meninggalkan sedikit
kristal.
Tambahkan 2 ml filtrat tinja, campur.
Tambahkan 1 ml H2O2 3% segar, campur.
Interpretasi Hasil:
Negative ( - ) tidak ada perubahan warna atau samar-samar hijau
Positif ( +) hijau
Positif (++) biru bercampur hijau
Positif (+++) biru
Positif (++++) biru tua
Pemeriksaan benzidin dikatakan sensitif tapi kurang spesifik karena
banyak dipengaruhi oleh diet dan obat – obatan yang diminum penderita.
Disamping itu benzidine dikatakan memiliki efek karsinogenik dan mulai
ditinggalkan.
b. Metode Guaiac
Prinsip:
Besi organik ditambah guam guaiac membentuk warna biru
Alat & Bahan:
Kertas saring atau objek glas
Asam cuka glasial
Larutan gum guaiac jenuh dalam alkohol 95%
Hidrogen peroksida (H2O2) 3%
Tinja yang akan diperiksa
Cara Kerja:
Di atas selembar kertas saring yang bersih (bukan kertas WC =
paper towels) atau sebuah object glass yang bebas darah,
hapuskan sejumlah kecil tinja.
Kemudian tambahakaan 2 tetes asam cuka glasial dan campur.
Selanjutnya tambahkan 2 tetes larutan gum guaiac jenuh segar
dalam alkohol 95% dan 2 tetes hidrogen peroksida 3%.
Interpretasi hasil:
Negative ( - ) terbentuk warna hijau
Positif ( +) terbentuk warna biru
Guaiac test masih banyak memberikan hasil positif palsu, dan banyak
dipengaruhi oleh diet, obat, dan non human haemoglobin, serta rehidrasi.
c. Metode Rapid Chromatographic Immunoassay
Merupakan rapid test untuk mendeteksi darah samar dalam feses pada
kadar rendah. Rapid test ini menggunakan prinsip double antibody
sandwich assay untuk mendeteksi sampai 50 ng/ ml hemoglobin dalam
feses atau 6ul hemoglobin/ g feses.
Prinsip:
Merupakan pemeriksaan kualitatif menngunakan prinsip immunossay
untuk mendeteksi darah di dalam feses. Sampel feses akan bereaksi
dengan antibodi anti hemoglobin dalam membran kromatografi
membentuk garis warna.
Persiapan pasien:
Sampel feses tidak diambil selama atau dalam 3 selama
periode menstruasi, atau bila pasien menderita
perdarahan karena wasr atau ada darah di dalam
urinnya.
Konsumsi alkohol, apirin, atau obat lainnya secara
berlebihan dapat menyebabkan iritasi pada lambung
sehingga menimbulkan perdarahan. Substansi tersebut
di atas harus dihentikan paling tidak 48 jam sebelum
dilakukan pemeriksaan
Tidak diperlukan pembatasan diet.
Cara kerja:
Siapkan sampel pemeriksaan
Buka tutup spesimen collection tube, kemudiaan ambil
sampel feses paling tidak pada 3 tempat yang berbeda
menggunakan ujung stick
Tutup rapat, kemudian kocok sampel dengan buffer
ekstraksi. Sampel pemeriksaan ini dapat disimpan
selama 6 bulan pada suhu - 200C bila tidak dilakukan
pemeriksaan dalam 1 jam
Buka test strip FOB
Melalui ujung ssimen collection tube, teteskan 2 tetes
samel (±90µl) ke dalam sumur sampel (S), kemudian
jalankan timer. Hindari terbentuknya gelembung udara di
dalam sumur sampel (S)
Tunggu sampai muncul garis merah.
Pembacaan dilakukan pada menit ke 5, dan jangan
menginterpretasikan hasil setelah 10 menit.
Interpretasi hasil:
Positif ( +) Muncul tanda merah pada kedua garis baik pada garis control
(C) maupun garis test (T)
Intensitas warna merah yang muncul pada garis T bervariasi
tergantung pada konsentrasi hemoglobin di dalam spesimen
Negatif ( - ) Muncul tanda merah pada 1 garis, yaitu pada garis control (C)
Invalid Tidak muncul garis merah pada garis control (C)
Gambar. Cara Kerja FOBT Cromatography Immunoassay
2. Urobilin
Dalam tinja normal selalu ada urobilin. Jumlah urobilin akan
berkurang pada ikterus obstruktif, pada kasus obstruktif total
hasil tes menjadi negatif, tinja dengan warna kelabu disebut
akholik.
Cara kerja:
Taruh beberapa gram tinja dalam sebuah mortir dan campur
dengan larutan mercurichlorida 10 % dengan volume sama
dengan volume tinja.
Tuanglah bahan itu ke dalam cawan datar agar lebih mudah
menguap dan biarkan selama 6-24 jam
Adanya urobilin dapat dilihat dengan timbulnya warna merah
3. Urobilinogen
Penetapan kuantitatif urobilinogen dalam tinja memberikan
hasil yang lebih baik jika dibandingkan terhadap tes urobilin
karena dapat menjelaskan dengan angka mutlak jumlah
urobilinogen yang diekskresilkan per - 24 jam sehingga
bermakna dalam keadaan seperti anemia hemolitik dan
ikterus obstruktif.Tetapi pelaksanaan untuk tes tersebut
sangat rumit dan sulit, karena itu jarang dilakukan di
laboratorium. Bila masih diinginkan penilaian ekskresi
urobilin dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan
urobilin urin.
4. Bilirubin
Pemeriksaan bilirubin akan beraksi negatif pada tinja normal
karena bilirubin dalam usus akan berubah menjadi
urobilinogen dan kemudian oleh udara akan teroksidasi
menjadi urobilin.Reaksi mungkin menjadi positif pada diare
dan pada keadaan yang menghalangi perubahan bilirubin
menjadi urobilinogen, seperti pengobatan jangka panjang
dengan antibiotik yang diberikan peroral, mungkin
memusnakan flora usus yang menyelenggarakan perubahan
tadi.Untuk mengetahui adanya bilrubin dapat digunakan
metode pemeriksaan Fouchet.
PUSTAKA
Kaplan LA, Pesce AJ. 1996. Clinical Chemistry, Theory, Analysis, and
Correlation. 3th Edition. St. Louis : Mosby Inc.
Oka TG. 1998. Penuntun Praktikum Patologi Klinik. Bagian Patologi Klinik
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Denpasar