Pada
Minyak
NAMA KELOMPOK :
PENDAHULUAN
Lipid merupakan senyawa ester
asam lemak dengan gliserol yang
terdiri dari atom karbon, hidrogen, dan
oksigen. Tiga asam lemak yang
berikatan dengan satu molekul gliserol
disebut triasil gliserol atau trigliserida.
Lipid tidak larut dalam air,tetapi larut
dalam pelarut organik seperti aseton,
alkohol, klorofom, eter, dan benzena.
Lanjutan..
Sumber : SNI-2013
Uji Kuantitatif dan Kualitatif
• Uji Kuantitatif
Analisis kuantitatif adalah penetapan
berapa banyak suatu zat yang terkandung
dalam suatu sampel.
Uji Kualitatif
Analisis kualitatif yaitu pekerjaan yang
mempunyai pekerjaan yang mempunyai tujuan
untuk menyelidiki dan mengetahui kandungan
senyawa-senyawa apa saja yang terdapat dalam
sampel uji. Uji lipid secara kualitatif dilakukan
dengan cara uji kelarutan, rekasi asam basa dan
reaksi saponifikasi (penyabunan). Uji kelarutan
dilakukan dengan cara dilarutkan minyak
bimoli,kelapa dan curah kedalam pereaksi CCl4,
CHCl3, C2H5OH , H2O, dan C6H6 .
Sifat Fisik dan Kimia
Nama Sifat fisika Sifat kimia
bahan
1. Tidak Berwarna 1. Sedikit larut dlam air
2. Bersifat Volatil 2. Kurang reaktif
3. Titik didih < titik didih alcohol 3. Tidak bereaksi dengan oksidator, reduktor,
+ 1 ml KOH beralkohol
Dipanaskan hingga mendidih
Diamati perubahan
Penentuan Bilangan
Peroksida
• Standarisasi larutan Na2S2O3 dengan larutan
K2Cr2O7
Dimasukkan erlenmeyer
+ 3 ml KI 10 %
10 ml HCl 4 N
Dikocok sampai homogen
+ 0,5 mL KI jenuh
Dikocok selama1 menit
+ 15 mL aquades
2 H2O
• Dik : V K2Cr2 O7 = 10 mL
N K2Cr2 O7 = 0,1 N
V Na2S2O3 untuk titrasi = 3,9 mL
Dit : N Na2S2O3 ?
V 1 N 1 = V2 N 2
10 . 0,1 =3,9 . N2
N2 = 0,25 N
BAB V
PEMBAHASAN
Uji asam basa pada minyak dilakukan untuk
mengetahui sifat asam basa pada minyak. Minyak akan
bersifat asam apabila mengalami hidrolisis dan oksidasi.
Dari percobaan yang telah dilakukan, apabila menggunakan
indikator universal, ketiga minyak menunjukkan pH = 5. Itu
merupakan hasil yang tidak akurat, karena jika lakmus
universal dicelupkan ke dalam H2O juga akan menunjukkan
pH = 5. Lalu dilakukan uji pH dengan menggunakan lakmus
merah-biru. Minyak bimoli pHnya netral, karena lakmus
merah jika dicelupkan ke minyak tetap merah, dan lakmus
biru apabila dicelupkan ke minyak tetap biru. Begitu juga
yang terjadi pada minyak curah. Namun hal ini berbeda
pada minyak kelapa.
Jika lakmus merah dicelupkan ke dalam minyak kelapa,
maka warnanya akan tetap merah, dan jika lakmus biru
dicelupkan ke dalam minyak kelapa, maka warna lakmus
akan berubah menjadi merah. Hal ini menunjukkan bahwa
minyak kelapa bersifat asam. Sifat ini juga dapat dilihat dari
bentuk fisik minyak kelapa, yaitu dari bau tengiknya. Itu terjadi
karena minyak kelapa telah mengalami oksidasi.
Uji kelarutan minyak dilakukan menggunakan sampel
minyak kelapa, minyak bimoli, dan minyak curah. Uji
kelarutan yang pertama yaitu pada minyak kelapa, tabung 1
(air suling+ minyak kelapa) menunjukkan bahwa minyak
kelapa tidak larut dalam air suling. Hal ini disebabkan minyak
yang berada dalam air suling akan membentuk emulsi yang
tidak stabil setelah dilakukan pengocokan, kedua larutan
tersebut memisah menjadi dua lapisan. Disini air tidak dapat
tercampur dengan minyak karena air merupakan senyawa
yang bersifat polar sedangkan minyak bersifat nonpolar.
Pada tabung 2 (CCl4+ minyak kelapa), tabung
3 (CHCl3+minyak kelapa), tabung 4 (C6H6 + minyak
kelapa), tabung 5 (eter + minyak kelapa), minyak kelapa
terlarut sempurna dalam CCl4, CHCl3, C6H6, dan eter
karena kedua larutan sama-sama bersifat nonpolar
begitupun dengan minyak yang bersifat nonpolar. Uji
kelarutan yang kedua dilakukan pada minyak bimoli dan
yang ketiga pada minyak curah. Hasil yang diperoleh
sama dengan uji kelarutan minyak kelapa.
Uji reaksi safonifikasi dilakukan pada ketiga sampel
minyak, yaitu minyak kelapa, minyak bimoli, dan minyak
curah. Reaksi saponifikasi adalah reaksi antara lemak
dengan basa kuat yang menghasilkan garam dan
alkohol. Basa yang digunakan dalam reaksi ini adalah
KOH. Hasil percobaan menunjukkan pada ketiga sampel
terjadi reaksi safonifikasi
yang ditandai dengan warna larutan menjadi keruh,
dan ketika ditambahkan air akan menghasilkan busa,
larutan terasa licin, dan berbau sabun. Reaksi safonifikasi
yang terjadi adalah:
Uji kuantitatif pada lipid ini dilakukan dengan
penentuan bilangan peroksida. Bilangan
peroksida di tentukan berdasarkan jumlah iodin
yang bebas setelah lemak atau minyak di
tambahkan KI. Lemak di reaksikan dengan
pelarut asam asetat dan klorofom (2:3),
kemudian iodin yang berbentuk di tentukan
dengan titrasi Na2S2O3. (Winarno : 2004). Uji
kuantitatif ini dilakukan menggunakan sampel
minyak jelantah yang diperoleh dari pedagang
gorengan kaki lima. Dilakukan pada minyak
jelantah karena minyak jelantah telah mengalami
oksidasi, sehingga terdapat bilangan peroksida.
Uji ini dilakukan dengan cara titrasi menggunakan
larutan standar Na2S2O3. Na2S2O3 ini merupakan larutan
standar sekunderyang harus distandarisasi
menggunakan K2Cr2O7. Hal ini sesuai dengan yang
dinyatakan oleh Ibnu (2010 : 56), “Larutan standar
sekunder, seperti NaOH dan Na2S2O3 tidak dapat
digunakan secara langsung, maka perlu dilakukan
standarisasi menggunakan larutan standar primer.
Standarisasi larutan Na2S2O3 ini dilakukan dalam
suasana asam, oleh sebab itu ditambahkan HCl 4 M ke
dalam K2Cr2O7. Ditambahkan larutan KI 10 % untuk
memunculkan warna, amilum yang digunakan sebagai
indikator. Pada saat titrasi pertama, akan menghasilkan
larutan berwarna kuning kehijauan. Lalu ditambahkan
amilum sehingga terbentuk larutan berwarna ungu.
Dilakukan titrasi lanjut hingga warna ungu pudar, barulah
didapatkan larutan standar Na2S2O3.
Larutan Na2S2O3 yang telah distandarisasi
digunakan untuk melakukan titrasi pada minyak
jelantah untuk menentukan bilangan peroksida
pada minyak dengan menggunakan indikator
amilum dan KI jenuh. Namun, percobaan yang kami
lakukan tidak berhasil, karena amilum yang dibuat
kurang baik. Seharusnya apabila amilum
ditambahakan ke dalam minyak, maka akan
menghasilkan larutan berwarna biru, dan jika
dititrasi lanjut maka akan menghasilkan larutan
berwarna biru hampir hilang. Hal ini bisa
disebabkan Karena KI jenuh yang dimasukkan tidak
melepaskan I- dalam larutan tersebut.
KESIMPULAN
Kesimpulan dari percobaan ini adalah: