MAKALAH
“KESEHATAN MENTAL BERDASARKAN SOSIAL”
Disusun Oleh:
Kelompok 1 Kelas D
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, tak pernah
luput kami panjatkan atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan dengan baik makalah
yang berjudul “Kesehatan Mental Berdasarkan Sosial” untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Kesehatan Mental.
Makalah ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
pembelajaran terhadap pembaca.
Kelompok 1
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL .................................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ............................................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................... 2
2.1 Teori Sosial dan Kesehatan Mental ............................................................................. 2
2.2 Faktor Sosial dan Mental Ilness ................................................................................... 5
2.3 Respons Sosial terhadap Mental Illness ....................................................................... 6
BAB III PENUTUP .............................................................................................................. 8
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................................... 8
3.2 Saran................................................................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu teori sosial dan kesehatan mental
2. Untuk mengetahui perspektif kehidupan pada faktor sosial dan mental illness
3. Untuk mengetahui respons sosial terhadap mental illness
1
BAB II
PEMBAHASAN
Terdapat dua tipe fakta sosial yang dikemukakan oleh Durkheim yakni fakta
sosial material dan fakta sosial non material (Avison et al., 2007). Fakta sosial dalam
bentuk material berupa barang sesuatu yang dapat disimak, ditangkap serta di
observasi (Pickering, 2009). Contohnya yaitu arsitektur dan norma hukum. Fakta
sosial material mudah dipahami seperti contohnya norma hukum, karena norma
hukum merupakan suatu yang nyata dan memiliki pengaruh terhadap kehidupan
individu. Sedangkan fakta sosial yang bersifat non material yakni berupa
fenomenanya yang bersifat inter subjektif dan hanya dapat muncul dari dalam
kesadaran manusia seperti contoh egoisme, opini dan altruism (Pickering, 2009).
Fakta sosial yang bersifat non material tidak dapat diraba namun hanya ada dalam
kesadaran manusia.
2
terpuaskan. Integrasi yang terlalu banyak dan terlalu luas membuat individu dibanjiri
oleh tuntutan-tuntutan sosial yang harus dipenuhi, kondisi inilah yang tentunya
mempengaruhi kesehatan mental individu, yakni ketika individu tidak mampu
memenuhi tuntutan tersebut tentunya akan memicu tekanan dan respon-respon
psikologis. Pengaturan sosial yang terintegrasi secara sosial mengandung norma-
norma yang adil dan merata yang mengatur naluri manusia yang terlambat dan
mengarah pada keadaan kepuasan. Sebaliknya, perubahan tiba-tiba dalam kehidupan
sosial sering menyebabkan kerusakan nilai dan norma dan, akibatnya sering membuat
tertekan. Penelitian yang cukup besar juga menunjukkan bahwa integrasi sosial tidak
hanya secara langsung memprediksi kesejahteraan individu tetapi juga membantu
orang mengatasi penyebab stres yang mereka alami karena mendapatkan dukungan
yang positif dari lingkungan sosialnya.
Marx Weber merupakan tokoh yang berperan dalam teori klasik sosiologi.
Marx Weber menekankan peran budaya khususnya nilai-nilai sosial dalam memahami
tindakan sosial. Subjektivitas menurut weber yakni bukanlah individual melainkan
sosial karena kelompok memberikan nilai-nilai yang memotivasi individu dan
memberi makna keberadaan (“Classical Social Theory and Modern Society: Marx,
Durkheim, Weber,” 2015). Menurut weber budaya memberikan pola koheren untuk
perilaku hidup, sehingga perilaku manusia harus dipahami makna yang subjektif dan
berorientasi pada perbedaan jenis tujuan sosial (Avison et al., 2007). Menyadari
perbedaan tujuan ini penting bagi kesehatan mental.Menurut weber perlunya
ditekankan bahwa kesejahteraan psikologis membutuhkan institusi sosial yang
berjalan dengan baik seperti contoh lembaga-lembaga sosial harus kompeten dalam
menangani masalah sosial yang dialami individu maupun kelompok, sehingga
masalah sosial tersebut tidak berdampak begitu mendalam terhadap kesejahteraan
psikologis individu maupun kelompok.
3
Menurut Bauman individu di masa kontemporer mengalami masalah identitas,
meskipun identitas adalah tugas individu namun tugas itu berbeda dan lebih banyak
lagi masalah di era kontemporer. Mempertahankan identitas pada era kontemporer
harus dilakukan individu dengan mempertahankan nilai guna. Mempertahankan nilai
guna bukanlah suatu yang mudah sehingga tentunya akan memberikan tekanan psikis.
Individualisme di era kontemporer pun perlu diperhatikan, tentunya individualisasi
memberikan dampak bagi setiap individu terutama mereka yang hidup di kelas bawah
atau berada di posisi kurang baik tentunya memiliki kecemasan akan dirampas dan
direndahkan oleh individu yang berada di kelas atas. Individualisasi didefinisikan
sebagai disintegrasi kategori sosial seperti kelas sosial, status sosial, peran gender,
keluarga dan lingkungan. Secara garis besar literatur tentang stres sosial, status sosial,
dan kesehatan mental sepenuhnya kompatibel dengan interpretasi Bauman tentang
pemicu kecemasan dan sifat menyedihkan dari kehidupan kontemporer untuk individu
yang kurang baik posisinya di hierarki sosial ekonomi.
4
dan semakin tidak mampunya manusia dalam memegang nilai-nilai sosial budaya
sebagai fondasi hidupnya membuat manusia kesulitan dalam menyesuaikan diri
mereka dengan lingkungannya maka akan menimbulkan semakin banyak manusia
yang akan mengalami gangguan kesehatan mental akibat ketidakmampuan tersebut.
A. Kesehatan Mental
B. Aspek Sosial
1. Faktor Budaya
Budaya merupakan salah satu faktor yang tidak lepas dari kehidupan
manusia. Tidak hanya berpengaruh terhadap kehidupan, ternyata kebudayaan
juga berpengaruh terhadap terjadinya kesehatan mental (dikatakan seperti itu
karena dalam budaya itu masing-masing memiliki perspektif yang berbeda
dalam mengartikan budayanya masing-masing, tidak heran mengapa terkadang
beberapa orang kurang cocok dengan budaya pada daerah atau tempat mereka
tinggal apalagi budaya baru itu membutuhkan penyesuaian akan hal tersebut
agar dapat mengatasi kesalahpahaman dalam berbudaya dan terhindar dari
gangguan mental).
2. Ekonomi
Kondisi ekonomi juga menjadi penyebab gangguan kesehatan mental dari
faktor sosial. Secara umum dikatakan seseorang dengan tingkat ekonomi rendah
biasanya rentan akan resiko gangguan pada kesehatan mentalnya (Kurniawan &
Sulistyarini, 2017). Mengapa demikian karena tuntutan kehidupan yang
mengharuskannya menghadapi kebutuhan hidup yang tinggi, sementara
penghasilan yang tidak menentu yang terkadang membuat orang tidak bisa
menahan derita itu semua, akhirnya menjadi penyebab gangguan mental.
5
3. Lingkungan
Faktor lingkungan adalah faktor yang dapat menjadi hambatan atau
dukungan dalam hal kesehatan mental (mengapa demikian karena lingkungan
yang positif dapat memberikan dampak yang baik, namun kebalikannya jika
lingkungan yang buruk seperti adanya polusi udara atau suara, pencemaran
lingkungan dan faktor lingkungan lainnya).
C. Mental Ilness
6
Meski sudah banyak dibicarakan, sayangnya kesehatan mental masih dianggap
stigma bagi beberapa orang. Indonesia dengan segala keunikannya menganggap bahwa
orang dengan masalah kesehatan mental adalah orang gila atau kerasukan setan. Banyak
juga yang menganggap orang dengan masalah kejiwaan adalah orang yang kurang
pengetahuan agama dan tidak dekat dengan Tuhan. Padahal gangguan kejiwaan adalah
kondisi medis di otak.
Stigma merupakan atribut yang menurut norma sosial yang berlaku sangat dalam
mendiskreditkan, menandai seseorang sebagai tercemar dan membiarkan target
direndahkan (dalam Goffman, 1963). Orang yang menjadi sasaran, yang disebut identitas
dan kepemilikannya dipertanyakan, direndahkan, dikompromikan, dan dianggap kurang
dari manusia sepenuhnya (dalam Crandall, 2000; Crocker, Major, & Steele, 1998).
Akibatnya, stigma hilang target martabatnya, membatasi peluang, menantang
kemanusiaan, dan mengganggu partisipasi penuh dalam masyarakat (dalam Dovidio,
Major, & Crocker, 2000). Bahkan mereka yang terkait dengan orang yang distigmatisasi
sering terpengaruh, mengalami stigma "kesopanan".
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam memenuhi kesejahteraan mental individu sebagai makhluk sosial maka
perlu diperkenalkannya kesehatan mental, sebagai patokan yang dapat mewujudkan
kesejahteraan psikis individu sebagai bagian dari kelompok masyarakat. Integritas sosial
mempengaruhi kesehatan mental dalam dua cara utama. Cara yang pertama yaitu
memuaskan kebutuhan afiliasi melalui menghubungkan orang-orang dengan tujuan yang
diberikan secara sosial dan cita-cita yang merupakan sumber utama kepuasan manusia.
Dan yang kedua, integrasi sosial mempengaruhi kesehatan mental yakni, melalui
pengaturan kebutuhan dan keinginan manusia yang melekat. Durkheim percaya bahwa
manusia memiliki keinginan yang melekat dan selalu merasa tidak terpuaskan. Integrasi
yang terlalu banyak dan terlalu luas membuat individu dibanjiri oleh tuntutan-tuntutan
sosial yang harus dipenuhi, kondisi inilah yang tentunya mempengaruhi kesehatan
mental individu, yakni ketika individu tidak mampu memenuhi tuntutan tersebut
tentunya akan memicu tekanan dan respon-respon psikologis.
3.2 Saran
Perlunya ditekankan bahwa kesejahteraan psikologis membutuhkan institusi
sosial yang berjalan dengan baik seperti contoh lembaga-lembaga sosial harus kompeten
dalam menangani masalah sosial yang dialami individu maupun kelompok, sehingga
masalah sosial tersebut tidak berdampak begitu mendalam terhadap kesejahteraan
psikologis individu maupun kelompok.
8
DAFTAR PUSTAKA
Classical social theory and modern society: Marx, Durkheim, Weber. (2015). Choice
Reviews Online. https://doi.org/10.5860/choice.190937
Kurniawan, Y., & Sulistyarini, I. (2017). Komunitas Sehati (Sehat Jiwa dan Hati)
Sebagai Intervensi Kesehatan Mental Berbasis Masyarakat. INSAN Jurnal
Psikologi Dan Kesehatan Mental. https://doi.org/10.20473/jpkm.v1i22016.112-124
Muzayanah, Aan (2016). Masyarakat Yang Sehat Secara Mental: Respon Terhadap
Kebutuhan dan Isu Kesehatan Mental, Psikovidya, Vol. 20, No. 2 (59-66)