DISUSUN
KELOMPOK 10
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2015
A. RIWAYAT HIDUP
Abraham Maslow dilahirkan di Brooklyn, New York pada tahun 1908
dan wafat pada tahun 1970 pada usia ke 62 tahun. Dia anak sulung dari tujuh
bersaudara. Pada waktu Maslow berusia 14 tahun, orang tuanya bermigrasi
dari Rusia menuju Amerika Serikat. Dalam perjalanan hidupnya, Maslow
berkembang dalam iklim keluarga yang kurang menyenangkan. Dia merasa
tidak bahagia dan terisolasi, karena orang tuanya tidak memberikan kasih
sayang, ayahnya bersikap dingin dan tidak akrab dan sering tidak ada dirumah
dalam waktu yang cukup lama. Selepas SMA Dia mengambil studi hukum di
City College of New York (CCNY), kemudian beralih pada bidang psikologi,
yang dipelajarinya hingga meraih gelar PhD pada tahun 1934 di University of
Wisconsin. Setahun kemudian Dia kembali ke New York dan bekerjasama
dengan E.L. Thorndike untuk melakukan riset tentang seksualitas manusia
(human sexuality) dan menjadi pengajar penuh di Brooklyn College.
Maslow banyak berhubungan dengan intelektual-intelektual Eropa
yang baru bermigrasi ke Amerika Serikat seperti Alfred Adler, Erich Fromm,
dan Karen Horney. Pada tahun 1951 Maslow berjumpa dengan Kurt
Goldstein, seseorang yang mengenalkannya kepada ide tentang aktualisasi diri
yang menjadi bibit dari teorinya tentang hirarki kebutuhan. Pada periode ini
pula Dia, bersama beberapa psikolog lain seperti Carl Roger
“memproklamirkan” aliran ketiga (third force) dari psikologi yang dikenal
sebagai humanisme.
Tidak cukup “bermain-main” dengan humanisme, menjelang akhir
hayatnya Maslow mengenalkan lagi satu aliran yang dikenal sebagai mazhab
keempat, yakni Psikologi Transpersonal, yang berbasis pada filosofi dunia
timur dan mempelajari hal-hal semacam meditasi, fenomena para psikologi,
dan kesadaran level tinggi (Altered States of Consciousness, ASC). Maslow
meninggal pada 8 Juni 1970 di California karena serangan jantung, setelah
kesehatannya memburuk pada tahun-tahun terakhir hidupnya.
B. HUMANISME
Pendekatan Humanisme merupakan pendekatan yang lebih melihat
pada sisi perkembangan kepribadian manusia. Pendekatan ini melihat kejadian
yaitu bagaimana manusia membangun dirinya untuk melakukan hal-hal yang
positif. Pendekatan humanistik muncul sebagai bentuk ketidaksetujuan pada
dua pandangan sebelumnya, yaitu pandangan psikoanalisis dan behavioristik
dalam menjelaskan tingkah laku manusia. Ketidaksetujuan ini berdasarkan
anggapan bahwa pandangan psikoanalisis terlalu menunjukkan pesimisme
suram serta keputusasaan sedangkan pandangan behavioristik dianggap terlalu
kaku (mekanistik), pasif, statis dan penurut dalam menggambarkan manusia.
Kemampuan positif disini erat kaitannya dengan pengembangan emosi
positif yang terdapat dalam domain afektif. Emosi adalah karakterisitik yang
sangat kuat yang nampak dari para pendidik beraliran humanisme. Humanistik
tertuju pada masalah bagaimana tiap individu dipengaruhi dan dibimbing oleh
maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman-
pengalaman mereka sendiri. Selain itu, Humanisme juga menegaskan bahwa
ada keseluruhan kapasitas martabat dan nilai kemanusiaan untuk menyatakan
diri (self-realization). Humanisme yakin bahwa manusia memiliki didalam
dirinya potensi untuk berkembang sehat dan kreatif, dan jika orang mau
menerima tanggung jawab untuk hidupnya sendiri, dia akan menyadari
potensinya, mengatasi pengaruh kuat dari pendidikan orang tua, sekolah, dan
tekanan sosial lainnya. Pandangan humanisme dalam kepribadian menekankan
hal-hal berikut :
1. Holisme
Holisme menekankan bahwa organisme selalu bertingkah laku
sebagai kesatuan yang utuh, bukan sebagai rangkaian bagian/komponen
yang berbeda. Jiwa dan tubuh bukan dua unsur yang terpisah tetapi bagian
dari satu kesatuan dan apa yang terjadi di bagian satu akan mempengaruhi
bagian lain. Pandangan holistik dalam kepribadian, yang terpenting
adalah:
a. Kepribadian normal ditandai oleh unitas, integrasi, konsistensi, dan
koherensi (unity, integration, consistency, dan coherence). Organisasi
adalah keadaan normal dan disorganisasi berarti patologik.
b. Organisme dapat dianalisis dengan membedakan tiap bagiannya, tetapi
tidak ada bagian yang dapat dipelajari dalam isolasi. Keseluruhan
berfungsi menurut hukum-hukum yang tidak terdapat dalam bagian-
bagian.
c. Organisme memiliki satu drive yang berkuasa, yakni aktualisasi
diri (self actualization).
d. Pengaruh lingkungan eksternal pada perkembangan normal bersifat
minimal. Potensi organisme, jika bisa terkuak di lingkungan yang
tepat, akan menghasilkan kepribadian yang sehat dan integral.
e. Penelitian yang komprehensif terhadap satu orang lebih berguna
daripada penelitian ekstensif terhadap banyak orang mengenai fungsi
psikologis yang diisolir.
2. Menolak Riset Binatang
Para juru bicara psikologi humanistik mengingatkan tentang
adanya perbedaan yang mendasar antara tingkah laku manusia dengan
tingkah laku hewan. Bagi mereka manusia lebih dari sekedar hewan. Ini
bertentangan dengan behaviorisme yang mengandalkan penyelidikan
tingkah laku hewan dalam memahami tingkah laku manusia. Maslow dan
para teoritis kepribadian humanistik umumnya memandang manusia
sebagai makhluk yang berbeda dengan hewan apapun. Maslow juga
menegaskan bahwa penyelidikan dengan hewan tidak relevan bagi upaya
memahami tingkah laku karena hal itu mengabaikan ciri-ciri yang khas
pada manusia seperti adanya gagasan-gagasan, nilai-nilai, rasa malu, cinta,
semangat, humor, rasa seni, kecemburuan dan sebagainya yang dengan
kesemua ciri yang dimilikinya itu manusia bisa menciptakan pengetahuan,
puisi, musik, dan pekerjaan-pekerjaan khas manusia lain-lainnya.
3. Manusia Pada Dasarnya Baik, Bukan Setan
Menurut Maslow, manusia memiliki struktur psikologik yang
analog dengan struktur fisik: mereka memiliki “kebutuhan, kemampuan,
dan kecenderungan yang sifat dasarnya genetik”. Beberapa sifat menjadi
ciri umum kemanusiaan, sifat-sifat lainnya menjadi ciri unik individual.
Kebutuhan, kemampuan dan kecenderungan itu secara esensial sesuatu
yang baik, atau paling tidak sesuatu yang netral, itu bukan setan. Sifat
setan yang jahat, destruktif dan kekerasan adalah hasil dari frustasi atau
kegagalan memuaskan kebutuhan dasar, dan bukan bagian dari hereditas.
4. Potensi Kreatif
Mengutamakan kreativitas manusia merupakan salah satu prinsip
yang penting dari psikologi humanistik. Maslow dari studinya atas
sejumlah orang tertentu, menemukan bahwa pada orang-orang yang
ditelitinya itu terdapat satu ciri yang umum, yakni kreatif. Dari itu Maslow
menyimpulkan bahwa potensi kreatif merupakan potensi yang umum yang
ada pada manusia. Maslow yakin bahwa jika setiap manusia mempunyai
atau menghuni lingkungan yang menunjang setiap orang dengan
kreativitasnya maka akan mampu mengungkapkan segenap potensi yang
dimilikinya. Dan pada saat yang sama Maslow mengingatkan bahwa untuk
menjadi kreatif orang itu tidak perlu memiliki bakat atau kemampuan
khusus. Menurut Maslow kreativitas itu tidak lain adalah kekuatan yang
mengarahkan manusia kepada pengekspresian yang ada pada dirinya.
5. Menekankan Kesehatan Psikologik
Pendekatan humanistik mengarahkan pusat perhatiannya kepada
manusia sehat, kreatif dan mampu mengaktualisasi diri. Maslow
berpendapat psikopatologi umumnya hasil dari penolakan, frustasi atau
penyimpangan dari hakikat alami seseorang. Dalam pandangan ini, apa
yang baik adalah semua yang memajukan aktualisasi diri, dan yang buruk
atau abnormal adalah segala hal yang menggagalkan atau menghambat
atau menolak kemanusiaan sebagai hakikat alami. Karena itu, Psikoterapi
adalah usaha mengembalikan orang ke jalur aktualisasi dirinya dan
berkembang sepanjang lintasan yang diatur oleh alam didalam dirinya.
Teori psikoanalisis tidak komprehensif karena didasarkan pada tingkah
laku abnormal atau tingkah laku sakit. Maslow berpendapat bahwa
penelitian terhadap orang lumpuh dan neorotik hanya akan menghasilkan
psikologi "lumpuh" karena itu dia justru meneliti orang yang berhasil
merealisasikan potensi secara utuh, memiliki aktualisasi diri, memakai dan
mengeksploitasi sepenuhnya bakat, kapasitas dan potensinya. Objek
penelitiannya adalah orang-orang yang terkenal, tokoh-tokoh idola yang
kreativitas dan aktualisasi dirinya mendapat pengakuan dari masyarakat
luas, misalnya: Eleanor Roosevelt, Albert Einstein, Walt Whiteman, dan
Ludwig Bethoven.
Ak
tua
lis
asi
Dir
Kebutuhan
i
Estetika
Kebutuhan Kognitif
Kebutuhan Penghargaan
Kebutuhan Psikologis
E. ORGANISASI KEPRIBADIAN
1. Sindrom Kepribadian
Unit utama dari kepribadian adalah sindrom kepribadian
(personality syndrome) atau sejumlah sifat-sifat yang berbeda-beda
(tingkah laku, persepsi, pikiran, dorongan untuk berbuat dan lain-lain)
yang terstruktur, terorganisir, dan saling berhubungan.
Maslow baru meneliti tiga sindrom yang terpenting, yakni sindrom
harga diri (self esteem), sindrom keamanan (security), dan sindrom
kecerdasan (intelectual). Penelitian dilakukan dengan menggunakan
metode holistik-analitik. Metode ini mementingkan pandangan
menyeluruh, manusia sebagai organisme sekaligus analisis terhadap
bagian-bagian rincinya. Pendekatan holistik menjelaskan bagaimana
interaksi bagian-bagian dalam organisasi dinamik dari individu sebagai
satu kesatuan. Penelitian anilitik memahami detail, apa bagaimana dan
peran unsur-unsur yang terlibat didalamnya. Tentu saja, ketika
menganalisis komponen-komponen itu menjadi bagian dari unit yang ebih
besar, dan unit yang lebih besar itu menjadi bagian dari unit yang lebih
besar lagi, berturut-turut sampai ke unit yang paling besar yaitu sindrom
kepribadian.
2. Kekurangan dan Menjadi (Deficiency – Being)
Maslow mengemukakan teori motivasi bagi self-actualizing person
dengan nama metamotivation, meta-needs, B-motivation, atau B-Being
Values yang mencakup kebenaran, kebaikan, kecantikan, keutuhan,
kelebihan atas lawan, kehidupan, keunikan, kesempurnaan, kelengkapan,
keadilan, keteraturan, kesederhanaan, kekayaan, kemampuan tanpa usaha,
penuh permainan, dan kecukupan diri. Nilai-nilai ini bertentangan dengan
“D” atau nilai “Deficiency” yang cenderung mengejar hal yang khusus
untuk memenuhi kekurangan dalam dirinya, seperti mencari makanan
untuk memenuhi rasa lapar. Dengan kata lain “Defeciency” itu
memberikan motivasi kepada organisme bertindak untuk memuaskan
kekurangan-kekurungannya agar terhindar dari penyakit. Sedangkan nilai
“B” , semua kebutuhan organisme telah terpenuhi dan dia bertindak untuk
memproduksi kesehatan yang positif.
Untuk membedakan motiv/kebutuhan D dengan B, maslow
membedakan menjadi dua, D-cognition dengan B-cognition. B-kognisi
lebih diharapkan tetapi dapat membuat orang hanya memikirkan diri
sendiri dan tidak memikirkan orang lain. Dan hal tersebut menurut maslow
tidak baik. Perbedaan berfikir B-kognisi dengan D-kognisi dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
Tabel I. Perbandingan ciri-ciri D-kognisi dengan B-kognisi
D-kognisi B-kognisi
DAFTAR PUSTAKA
Goble., F. G. 1992. Mazhab Ketiga Psikologi Humanistik Abraham Maslow.
(diterjemahkan oleh Drs. A. Supratiknya). Yogyakarta: Kanisius.
http://www.psikologiku.com/teori-psikologi-kepribadian-menurut-abraham-
maslow/
Yusuf, S., & Nurihsan, Juntika. 2011. Teori Kepribadian. Bandung: Remaja
Rosdakarya Offset.