FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA Y.A.I
2021
Halaman 9 – 13
1. Argumentasi setelah mempelajari intisari eksistensialisme
Eksistensialisme merupakan paham yang menempatkan manusia pada titik sentrum dari
segala relasi kemanusiaan. Eksistensialisme berakar dari upaya untuk bangkit dari segala
hegemoni untuk menemukan eksistensi dan esensi diri. Untuk menemukan eksistensi diri
tersebut manusia harus sadar karena tidak ada makhluk lain yang bereksistensi selain
manusia, eksistensi manusia mendahului esensi. Eksistensi pada esensialnya
menunjukkan kepada kesadaran manusia, karena manusia berhadapan dengan dunia
dimana dia berada sekaligus memikul tanggung jawab untuk diri dan masa depan
dunianya. Kebebasan adalah esensi manusia, biasanya manusia yang bebas selalu
menciptakan dirinya. Manusia yang bebas dapat mengatur, memilih dan dapat memberi
makna pada realitas
Sebagai contoh dalam penerapannya seperti dalam suatu keadaan di mana setiap dosen
dan manasiswa atau mahasiswi mengerti dan dapat memperlakukan dirinya sebagaimana
mestinya. Masing-masing individu akan mengoptimalkan kemampuan dan potensinya
sesuai dengan keinginan mereka untuk membuat mereka eksis. Di mana mereka saling
mempertemukan dan mempertukarkan ide-ide dan pikiran-pikiran tentang berbagai hal,
sesuai dengan bidangnya masing-masing. Dengan begini maka kelas akan menjadi lebih
hidup, dinamis, menyenangkan dan akan selalu dirindukan oleh pendidik maupun peserta
didik.
2. Hakekat manusia sebagai individu dan dalam konteks kehidupan sosial ditinjau dari
perspektif eksistensialisme
Dalam eksistensialisme tidak membahas esensi manusia secara abstrak, maksudnya ialah
dimana eksistensialisme ini membahas tentang hakikat manusia secara spesifik meneliti
kenyataan konkrit manusia, sebagaimana manusia itu sendiri berada dalam dunianya.
Eksistensialisme tidak mencari esensi atau substansi yang ada di balik penampakan
manusia, melainkan hendak mengungkap eksistensi manusia sebagaimana yang dialami
oleh manusia itu sendiri, misalnya seperti pengalaman individu itu tersebut. Esensi atau
substansi mengacu pada sesuatu yang umum, abstrak, statis, sehingga menafikkan
sesuatu yang konkret, individual, dan dinamis. Sebaliknya, eksistensi justru mengacu
pada hal yang konkret, individual dan dinamis. Itu dimaksudkan karena seorang individu
belajar dari apa yang mereka alami sesuai faktanya. Dan itu dialami oleh dirinya sendiri
bukan orang lain.
Dalam kenyataan hidup sehari-hari tidak ada sesuatupun yang mempunyai ciri atau
karakter existere selain manusia. Hanya manusia yang bereksistensi. Hanya manusia yang
sanggup keluar dari dirinya, melampaui keterbatasan biologis dan lingkungan fisiknya,
berusaha untuk tidak terkungkung dari segala keterbatasan yang dimillikinya, contohnya
saja pada orang yang tidak memiliki kaki, dia mampu keluar dari dirinya dan mampu
berbaur dengan orang lain tanpa memperdulikan kekurangan yang ada pada dirinya.dia
mampu berkreasi tanpa bantuan orang lain, dan mampu menghasilkan uang dari apa yang
telah mereka perbuat.oleh sebab itu, para eksistensialis menyebut manusia sebagai suatu
proses, “menjadi”, gerak yang aktif dan dinamis.
Halaman 32
4. Jelaskan secara singkat apakah pemenuhan kebutuhan harus berjenjang seperti yang
dirumuskan oleh Maslow
Menurut Maslow, kebutuhan manusia tersusun dalam suatu hierarki. Disebut hierarki
karena memang manusia memenuhi kebutuhannya secara berjenjang. Manusia akan
berusaha memenuhi satu jenjang kebutuhan terlebih dahulu.
5. Jelaskan secara singkat orientasi pengembangan potensi
a. Masing-masing individu mempunyai apa yang dinamakan “essential innet nature” yang
instinctoid, instinsik, terberi, natural, yang kesemuanya merupakan materi kasar dan
bukan hasil yang telah selesai.
b. Hal-hal tersebut di atas merupakn potensi-potensi dan buka aktualisasi yang selesai
karenan potensi tersebut harus ditinjau dari aspek pekembangannya. “inner nature” atau
dasar materi yang kasar ini dapat dibentuk dan diaktualisasikan atau dihambat
perkembagannya oleh deteminan yang ekstra – psikis seperti kebudayaan, lingkungan,
Pendidikan dan lain sebagainya.
c. Inner nature ini mudah direpres atau disurpres. Kadang – kadang malahan hamper
dimatikan sma sekali oleh lingkungannya. Meskipun “inner nature” ini merupakan bahan
dasar yang biologis dan bersifat instinctual, tetapi merupakan suatu yang lemah dan
sangat berbeda dengan binatang. Dibandingkam instink pada binatang apa yang kita
miliki sebagai manusia adalah sisa-sisa dari instink. Lagi pula instink ini mudah
dikalhkan oleh rasa takut, oleh pendidikan yang dalamarti yang luas, oleh pengharapan
yang sifatnya kultural, oleh tidak diterimanya dorongan-dorongan tersebut oleh
lingkungan budaya yang bersangkuta dan lain sebagainya.
d. Meskipun “inner nature” ini lemag tetapi hamper tidak pernah hilang sama sekali. Dalam
bentuk yang distorted, suara dalam in ikan bisa memperdengarkan diri. Artinya dia
memiliki kekuatan dinamis tersendiri, dan selalu mendorong agar bisa menyatakan diri
secara terbuka.
e. Biasanya hanya Sebagian dari “inner nature” atau “inner self” yang berkembang menuju
kedewasaan. Individu disatu pihak secara objektif atau secara subjektif menerima apa
yang tersedia secara potensial, tetapi perkembangan dirinya juga merupakan hasil kreasi
yang bersangkutan.
f. Sehat secara psikologis terutaa bagi orang dewasa disebut juga “self-fulfillment,
enotional maturity,productiveness, authenticity, full humanness atau akulturasi diri.
Semua istilah tersebut menurut Maslow dimungkinkan karena adanya penerimaan dan
adanya kemungkinan pada seseorang untuk mengekspresikan inner-selfnya. Hal ini
berarti aktualisasi dari kapasitas dan potensi yang talent,atau karena seorang bisa
berfungsi secara optimal.
g. Berdasarkan alasan-alasan tersebut, maka psikologi humanistik mengokohkan bahwa
“inner nature” yang di miliki oleh setiap individu layak dikembangankan. Paling sedikit
perlu diterima sebagaimana adanaya dan tidak segara mengangapnya sebagai sesuatu
yang perlu di-repres atau di-suspres. Sehubungan dengan hal tersebut maka
pengembangan potensi diri menjadi sebuah tugas dan sekaligus kewajiaban bagi setiap
orang untuk mengoptimalkannya.