Anda di halaman 1dari 10

SEJARAH HUMANISTIK

Catur Langgeng P/Pengantar Psikplogi/BPI-B/303180046

Awal mula lahirnya Psikologi Humanistik adalah berangkat dari nuansa psikologi
yang ada pada awal abad ke-20 di Eropa dan Amerika. Pada saat itu gerakan
behavioristik dan psikoanalisa sangat diagung-agungkan, aliran-aliran atau gerakan-
gerakan psikologi lainnya sangat tidak dipedulikan. Psikologi Humanistik ini lahir
atas dasar ketidakpuasan atas gerakan behavioristik dan psikoanalisa dalam
memandang manusia, pada saat itu gambaran manusia merupakan suatu gambaran
yang partial, tidak lengkap, dan satu sisi. Pada awal tahun 1950-an psikologi
humanistik ini terus tumbuh dan berkembang dan mengkritik gerakan-gerakan
psikologi modern sebelumnya khususnya gerakan behavioristik. Para tokoh dan
pengikut gerakan humanistik banyak memberikan kritik terhadap gerakan
behavioristik, mereka menganggap bahwa psikologi behavioristik
“mendehumanisasi”. Mendehumanisasi disini maksudnya adalah meskipun gerakan
tersebut telah menunjukkan keberhasilan yang begitu luar biasa pada area-area
tertentu, namun psikologi behavioristik tersebut gagal memberikan sumbangsih besar
terkait pemahaman manusia dan kondisi eksistensialnya, pada kenyataannya psikologi
behavioristik tersebut telah merampok esensi dari pada manusia itu sendiri.

Kemudian pada masa perkembangan psikologi humanistik tersebut terdapat dua aliran
filsafat yang sedang mendunia dan cukup memberikan pengaruh terhadap psikologi di
Eropa dan Amerika. Dua aliran filsafat tersebut adalah filsafat fenomenologi dan
filsafat eksistensialisme. Kedua aliran filsafat tersebut sangat menarik bagi beberapa
ahli psikologi yang di Amerika yang merasa tidak puas dan terasing dari psikologi
behavioristik dan psikoanalisis. Disamping itu, kedua aliran filsafat tersebut begitu
menarik bagi ahli psikologi karena pada dasarnya mereka mencari alternatif dalam
psikologi yang fokusnya pada manusia dan ciri-ciri eksistensialnya (dalam Misiak, H
& Sexton, V.S, 2009). Ciri dasar dari gerakan Psikologi Humanistik ini sendiri
pertama adalah ketidakpuasan terhadap orientasi behavioristik yang ada pada
psikologi kontemporer, serta ciri yang kedua adalah menjadikan studi tentang
manusia, sifat, dan keberadaannya sebagai topik utama dalam psikologi (dalam
Misiak, H & Sexton, V.S, 2009). Para ahli humanistik sendiri dalam Psikologi
Humanistik menekankan pada spontanitas kendali internal, keunikan manusia, dan
masalah-masalah eksistensialnya. Kemudian para ahli maupun tokoh dari Humanistik
tersebut juga sependapat bahwa gerakan humanistik ini berdasarkan konsep tentang
manusia sebagai makhluk yang kreatif yang mana dikendalikan oleh nilai-nilai dan
pilihan-pilihannya sendiri, bukan dari segala bentuk kekuatan yang tak sadar dan dari
luar (dalam Misiak, H & Sexton, V.S, 2009). Jadi memang Psikologi Humanistik ini
merupakan gerakan yang mewarisi segala unsur mentalistik, fenomenologis, dan
eksistensial yang oleh gerakan behaviorisme dan psikoanalisa diabaikan bahkan
ditolak.

TOKOH-TOKOH HUMANISTIK

1. Arthur Combs (1912-1999)

Bersama dengan Donald Snygg (1904-1967) mereka mencurahkan banyak perhatian


pada dunia pendidikan. Meaning (makna atau arti) adalah konsep dasar yang sering
digunakan. Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa
memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka.
Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan karena bodoh tetapi karena mereka
enggan dan terpaksa dan merasa sebenarnya tidak ada alasan penting mereka harus
mempelajarinya. Perilaku buruk itu sebenarnya tak lain hanyalah dati
ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan
kepuasan baginya.

Untuk itu guru harus memahami perlaku siswa dengan mencoba memahami dunia
persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus
berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa yang ada. Perilaku internal
membedakan seseorang dari yang lain. Combs berpendapat bahwa banyak guru
membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila materi
pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya.

Padahal arti tidaklah menyatu pada materi pelajaran itu. Sehingga yang penting ialah
bagaimana membawa si siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi
pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupannya.
Combs memberikan lukisan persepsi diri dan dunia seseorang seperti dua lingkaran
(besar dan kecil) yang bertitik pusat pada satu. Lingkaran kecil adalah gambaran dari
persepsi diri dan lingkungan besar adalah persepsi dunia. Makin jauh peristiwa-
peristiwa itu dari persepsi diri makin berkurang pengaruhnya terhadap perilakunya.
Jadi, hal-hal yang mempunyai sedikit hubungan dengan diri, makin mudah hal itu
terlupakan.

2. Abraham Maslow

Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi


kebutuhan yang bersifat hirarkis. Pada diri masing-masing orang mempunyai berbagai
perasaan takut seperti rasa takut untuk berusaha atau berkembang, takut untuk
mengambil kesempatan, takut membahayakan apa yang sudah ia miliki dan
sebagainya, tetapi di sisi lain seseorang juga memiliki dorongan untuk lebih maju ke
arah keutuhan, keunikan diri, ke arah berfungsinya semua kemampuan, ke arah
kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat menerima diri
sendiri(self).

Maslow membagi kebutuhan-kebutuhan (needs) manusia menjadi tujuh hirarki. Bila


seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti kebutuhan fisiologis,
barulah ia dapat menginginkan kebutuhan yang terletak di atasnya, ialah kebutuhan
mendapatkan ras aman dan seterusnya. Hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow
ini mempunyai implikasi yang penting yang harus diperharikan oleh guru pada waktu
ia mengajar anak-anak. Ia mengatakan bahwa perhatian dan motivasi belajar ini
mungkin berkembang kalau kebutuhan dasar si siswa belum terpenuhi.

3. Carl Ransom Rogers

Carl Ransom Rogers  (1902-1987) lahir di Oak Park, Illinois pada tanggal 8 Januari
1902 di sebuah keluarga Protestan yang fundamentalis. Kepindahan dari kota ke
daerah pertanian diusianya yang ke-12, membuat ia senang akan ilmu pertanian. Ia
pun belajar pertanian di Universitas Wisconsin. Setelah lulus pada tahun 1924, ia
masuk ke Union Theology Seminary di Big Apple dan selama masa studinya ia juga
menjadi seorang pastor di sebuah gereja kecil. Meskipun belajar di seminari, ia malah
ikut kuliah di Teacher College yang bertetangga dengan seminarinya.
Tahun 1927, Rogers bekerja di Institute for Child Guindance dan mengunakan
psikoanalisa Freud dalam terapinya meskipun ia sendiri tidak menyetujui teori Freud.
Pada masa ini, Rogers juga banyak dipengaruhi oleh Otto Rank dan John Dewey yang
memperkenalkan terapi klinis. Perbedaan teori yang didapatkannya justru
membuatnya menemukang benang merah yang kemudian dipakai untuk
mengembangkan teorinya kelak.

Tahun 1957, Rogers pindah ke Universitas Wisconsin untuk mengembangkan idenya


tentang psikiatri. Setelah mendapat gelar doktor, Rogers menjadi profesor psikologi di
Universitas Universitas Negeri Ohio. Kepindahan dari lingkungan klinis ke
lingkungan akademik membuat Rogers mengembangkan metode client-centered
psychotherapy. Disini dia lebih senang menggunakan istilah klien terhadap orang
yang berkonsultasi dibandingkan memakai istilah pasien. Rogers membedakan dua
tipe belajar, yaitu: Kognitif (kebermaknaan), experiential ( pengalaman atau
signifikansi).

Kecewa karena tidak bisa menyatukan psikiatri dengan psikolog, Rogers pindah ke
California tahun 1964 dan bergabung dengan Western Behavioral Science Institute. Ia
lalu mengembangkan teorinya ke bidang pendidikan. Selain itu ia banyak
memberikan workshop di Hongaria, Brazil, Afrika Selatan, dan bahkan ke eks Uni
Soviet.  Rogers wafat pada tanggal 4 Februari 1987.

Teori Humanistik Carl Rogers

Meskipun teori yang dikemukan Rogers adalah salah satu dari teori holistik, namun
keunikan teori adalah sifat humanis yang terkandung didalamnya. Teori humanistik
Rogers pun menpunyai berbagai nama antara lain : teori yang berpusat pada pribadi
(person centered), non-directive, klien (client-centered), teori yang berpusat pada
murid (student-centered),  teori yang berpusat pada kelompok (group centered), dan
person to person). Namun istilah person centered yang sering digunakan untuk teori
Rogers.

Rogers menyebut teorinya bersifat humanis dan menolak pesimisme suram dan putus
asa dalam psikoanalisis serta menentang teori behaviorisme yang memandang
manusia seperti robot. Teori humanisme Rogers lebih penuh harapan dan optimis
tentang manusia karena manusia mempunyai potensi-potensi yang sehat untuk maju.
Dasar teori ini sesuai dengan pengertian humanisme pada umumnya, dimana
humanisme adalah doktrin, sikap, dan cara hidup yang menempatkan nilai-nilai
manusia sebagai pusat dan menekankan pada kehormatan, harga diri, dan kapasitas
untuk merealisasikan diri untuk maksud tertentu.

Asumsi dasar teori Rogers adalah :

 Kecenderungan formatif yaitu segala hal di dunia baik organik maupun non-
organik tersusun dari hal-hal yang lebih kecil.
 Kecenderungan aktualisasi yaitu kecenderungan setiap makhluk hidup untuk
bergerak menuju ke kesempurnaan atau pemenuhan potensial dirinya. Tiap
individual mempunyai kekuatan yang kreatif untuk menyelesaikan
masalahnya.

TEKNIK TERAPI HUMANISTIK

Teknik yang digunakan dalam terapi ini diantaranya :

1. Person Centered-terapy 

Person centered therapy merupakan terapi yang di kembangkan oleh Carl R. Rogers
pada tahun 1942. Ia memiliki pandangan dasar tentang manusia, yaitu bahwa pada
dasarnya manusia itu bersifat positif, makhluk yang optimis, penuh harapan, aktif,
bertanggung jawab, memiliki potensi kreatif, bebas (tidak terikat oleh belenggu masa
lalu), dan berorientasi ke masa yang akan datang dan selalu berusaha untuk
melakukan self fullfillment (memenuhi kebutuhan dirinya sendiri untuk bisa
beraktualisasi diri).

Morse dan Watson (1977) mengungkapkan terapis client-centered juga harus


memegang sikap menerima dan menganggap positif terhadap kliennya. Terapis juga
harus memiliki keinginan yang terus menerus untuk memahami dunia pribadi
kliennya, dan dia harus berkomunikasi memahami dengan empati.
Ada sejumlah teknik tertentu yang membantu terapis dalam interaksi dengan klien.
Salah satu teknik adalah dengan clarification of the client’s feelings, dimana akan
mencerminkan perasaan klien. Teknik lain adalah simple acceptance, restatement of
content, dan nondirective leads.

Simple acceptance: dimana terapis memngusahakan klien dapat menerima keterangan


dari terapis, menambah komunikasi sebagai pemahaman secara empati dan hal positif
tanpa syarat. Hal ini dapat dilakukan baik secara verbal dan nonverbal. Restatement of
content: untuk membantu pemahaman klien dari masalah yang mungkin
membingungkan. Nondirective leads: intinya jelas dalam awal terapi. Terapi
membantu klien untuk mengembangkan topik dan untuk mengarahkan diskusi dalam
situasi terapi.

2. Gesalt terapy

Terapi Gestalt dikembangkan oleh Frederick Perls adalah bentuk terapi eksistensial
yang berpijak pada premis bahwa individu–individu harus menemukan jalan hidupnya
sendiri dan menerima tanggung jawab pribadi jika mereka mengharap kematangan.
Karena bekerja terutama di atas prinsip kesadaran, terapi Gestalt berfokus pada “apa“
dan “bagaimana” tingkahlaku dan pengalaman disini-dan sekarang dengan
memadukan (mengintegrasikan) bagian-bagian kepribadian yang terpecah dan tidak
diketahui.

Terapis Gestalt secara aktif menunjukkan bagaimana klien bisa dengan mudah lari
dari saat sekarang dan memasuki masa lampau atau masa depan. Sasaran Perls adalah
membantu orang-orang membuat hubungan dengan pengalaman-pengalaman mereka
secara jelas dan segera ketimbang semata-mata berbicara tentang pengalaman-
pengalaman itu. Jadi, jika klien mulai bicara tentang kesedihan, kesakitan, atau
kebingungan, terapis membuat usaha-usaha agar klien mengalami kesedihan,
kesakitan, atau kebingungan itu sekarang. Pembicaraan tentang masalah hanya akan
menjadi suatu permainan kata tak berakhir yang menjurus pada diskusi dan eksplorasi
yang tidak produktif atas makna-makna yang tersembunyi. Itu adalah salah satu cara
menolak pertumbuhan, juga suatu cara untuk menipu diri sendiri. Untuk mengurangi
bahaya penipuan diri itu, terapis berusaha mengintensifkan dan memperkuat perasaan-
perasaan tertentu.
Tidaklah tepat mengatakan bahwa para terapis Gestalt tidak menaruh perhatian pada
masa lampau individu. Masa lampau itu penting apabila dengan cara tertentu
berkaitan dengan tema-tema yang signifikan yang terdapat pada fungsi individu saat
sekarang. Apabila masa lampau memiliki kaitan yang signifikan dengan sikap-sikap
atau tingkah laku individu sekarang, maka masa lampau itu ditangani dengan
membawanya ke saat sekarang sebanyak mungkin. Jadi, apabila klien bicara tentang
masa lampaunya, maka terapis meminta klien agar membawa masa lampaunya itu ke
saat sekarang dengan menjalaninya kembali seakan-akan masa lampau itu hadir pada
saat sekarang.

Dalam terapi Gestalt terdapat konsep tentang urusan yang tak selesai, yakni mencakup
perasaan-perasaan yang tak terungkapkan. Meskipun tidak bisa diungkapkan,
perasaan-perasaan itu diasosiasikan dengan ingatan-ingatan dan fantasi-fantasi
tertentu. Karena tidak terungkapkan di dalam kesadaran, perasaan-perasaan itu tetap
tinggal pada latar belakang dan dibawa kepada kehidupan sekarang dengan cara-cara
yang menghambat hubungan yang efektif dengan dirinya sendiri dan dengan orang
lain. Urusan yang tak selesai itu akan bertahan sampai ia menghadapi dan menangani
perasaan-perasaan yang tak terungkapkan itu.

Levitsky dan Perls menyajikan suatu uraian ringkas tentang sejumlah permainan yang
bisa digunakan dalam terapi Gestalt, yang mencakup :

 Permainan-permainan dialog,
 Membuat lingkaran,
 Urusan yang tak selesai“saya memikul tanggung jawab”, “saya memiliki suatu
rahasia”,
 Bermain proyeksi,
 Pembalikan,
 Irama kontak dan penarikan,
 “ulangan”,
 “melebih-lebihkan”,
 “bolehkah saya memberimu sebuah kalimat?”
 Permainan-permainan konseling perkawinan, dan
 “bisakah anda tetap dengan perasaan ini?”4Logo Therapy
Frankl menyetujui konsep sigmund freud mengenai ketidaksadaran tetapi
menganggap kemauan untuk lebih mendasar dari kesenangan. Perbedaan utama antara
logotherapy dan psikoanalisis adalah bahwa Freud dan Adler fokus pada masa lalu,
sementara logoterapi lebih berfokus pada masa depan. Logoterapi berarti terapi
melalui makna dan mengacu pada pendekatan yang  berorientasi pada spiritual Frankl
untuk psikoterapi.

Frankl cenderung menekankan kemitraan antara klien dan terapis selama pencarian
makna. ; komitmen untuk berkomunikasi secara otentik dengan terapis

 Komunikasi terapis paling dasar menekankan kemanusiaan


 Perhatian utama terapis adalah menjadi seperti klien.

Teknik terapi untuk logo therapy adalah:

3. Paradoxial Intention

Klien didorong untuk melakukan sesuatu pada hal yang sangat ia takuti (mulai dari
fobia hingga ke obsesif kompulsif). Teknik ini didasarkan pada kemampuan manusia
untuk dapat memutus lingkaran setan, yaitu orang dengan neurosis psikogenik, seperti
fobia, kecemasan, dan perilaku obsesif-kompulsif. Pada penerapan intensi
paradoksial, terapis mencoba, untuk memobilisasi dan memanfaatkan kapasitas
ekslusif manusia.
Pada kasus gangguan obsesif-kompulsif  klien berperang melawan obsesi atau
dorongan. Namun, semakin ia melawan, gejala tersebut justru semakin menjadi kuat,
mengacu pada Guttmann, intensi paradoksial telah digunakan dengan meningkatkan
frekuensi dengan hasil yang baik terutama dalam mengobati klien yang menderita
fobia dan gangguan obsesif-kompulsif.

4. Dereflection

Teknik ini dibangun pada kapasitas self-distancing dan self-transcendence manusia.


Klien diminta untuk mengarahkan perhatian mereka jauh dari masalah mereka ke
aspek yang lebih positif dari kehidupan mereka.
5.Modification of attitudes

Digunakan untuk noogenic neurosis, depresi, dan kecanduan. Ini juga dapat
digunakan dalam menghadapi penderitaan yang terkait dengan keadaan, nasib atau
penyakit. Penekanannya pada pada reframing sikap dari negatif ke positif.

6.Analysis Transaksional

Analisis transaksional adalah salah satu pendekatan Psychotherapy yang menekankan


pada kepribadian, komunikasi, dan relasi manusia atau hubungan interaksional.
Analisis transaksional didasarkan pada asumsi atau anggapan bahwa orang mampu
memahami keputusan-keputusan pada masa lalu dan kemudian dapat memilih untuk
memutuskan kembali atau menyesuaikan kembali keputusan yang telah pernah
diambil. Berne dalam pandangannya meyakini bahwa manusia mempunyai kapasitas
untuk memilih dan, dalam menghadapi persoalan-persoalan hidupnya.

Tujuan Pendekatan Humanisti

1. Mengoptimalkan kesadaran individu akan keberadaannya dan menerima


keadaannya menurut apa adanya. “Saya adalah saya”.
2. Memperbaiki dan mengubah sikap, persepsi cara berfikir, keyakinan serta
pandangan-pandangan individu, yang unik, yang tidak atau kurang sesuai
dengan dirinya agar individu dapat mengembangkan diri dan meningkatkan
self actualization seoptimal mungkin.
3. Menghilangkan hambatan-hambatan yang dirasakan dan dihayati oleh
individu dalam proses aktualisasi dirinya.
4. Membantu individu dalam menemukan pilihan-pilihan bebas yang mungkin
dapat dijangkau menurut kondisi dirinya

 
Kelebihan Teori Humanistik

1. Selalu mengedepankan akan hal-hal yang bernuansa demokratis, partisipatif-


dialogis dan humanis.
2. Suasana pembelajaran yang saling menghargai, adanya kebebasan
berpendapat, kebebasan mengungkapkan gagasan.
3. Keterlibatan peserta didik dalam berbagai aktivitas di sekolah, dan lebih-lebih
adalah kemampuan hidup bersama (komunal-bermasyarakat) diantara peserta
didik yang tentunya mempunyai pandangan yang berbeda-beda.

Kelemahan Teori Humanistik

1. Teori humanistik tidak bisa diuji dengan mudah.


2. Banyak konsep dalam psikologi humanistik, seperti misalnya orang yang telah
berhasil mengaktualisasikan dirinya, ini masih buram dan subjektif.
3. Psikologi humanistik mengalami pembiasan terhadap nilai individualistik.

Anda mungkin juga menyukai