Oleh Kelompok :2
Semester/Kelas : 6/D
Nama Anggota :
Jakarta
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya penulis dapat
menyusun makalah ini hingga selesai guna memenuhi tugas mata kuliah teori dan pendekatan
konseling dengan judul “Teori Analitik Carl Gustav Jung”. Tidak lupa penulis berterimakasih
kepada Ibu Nuraini, M. Pd., Kons., yang telah membantu memberikan dukungan dan
sumbangan berupa pikiran.
Besar harapan penulis, semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan, wawasan
dan pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya penulis dapat memperbaiki bentuk
ataupun isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis, penulis masih
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam bimbingan dan konseling sangat diperlukan pendekatan keilmuan lain
sebagai pendukung, terlebih lagi dengan keilmuan psikologi. Teori-teori kepribadian
sangat membantu para pengembang keilmuan konseling dalam memahami struktur
psikis dan kepribadian manusia atau konseli, sehingga dapat memudahkan dalam
memahami struktur masalah yang timbul pada dirinya.
Dalam makalah ini akan memaparkan teori analitik Jung dalam bimbingan dan
konseling. Jung melihat jauh melewati batasan psikologi, dalam usahanya memperoleh
data untuk membangun konsepnya mengenai kemanusiaan. Kehidupan Sigmund Freud
dan Carl Jung itu tumpang tindih, suatu saat mereka menjadi teman sejawat dekat, dan
apa yang disebut “psikologi analitik” oleh Jung sebagian berakar pada psikoanalisis
Freudian. Beberapa perbedaan pandangan penting lainnya antara Jung dan Freud adalah
Jung menolak pandangan Freud mengenai pentingnya seksualitas. Menurutnya,
kebutuhan seks setara dengan kebutuhan manusia lainnya, seperti makan, kebutuhan
spiritual dan pengalaman religius. Kedua, Jung menentang pandangan mekanistik
terhadap dunia dari Freud; bagi Jung tingkahlaku manusia dipicu bukan hanya oleh
masa lalu tetapi juga oleh pandangan orang mengenai masa depan, tujuan dan
aspirasinya. Pandangan Jung bersifat purposive-mechanistic event masa lalu dan
antisipasi masa depan dapat mempengaruhi atau membentuk perilaku. Ketiga, Jung
mengemukakan teori kepribadian yang bersifat racial atau phylogenic. (Filogenik:
evolusi genetika yang berkait dengan sekelompok makhluk hidup. Asal muasal
kepribadian secara filogenik berada di keturunan, melalui jejak ingatan dari
pengalaman masa lalu ras manusia). Dasar kepribadian bersifat archaic, primitive,
innate, unconscious, dan universal. Arketip (archetype) seperti persona, earth mother,
child, wise old man, dan anima, semuanya menjadi predisposisi bagaimana orang
menerima dan merespon dunia.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Latar belakang Carl Gustav Jung.
1
2
2. Konsep utama teori analitik Jung terdiri dari struktur, tipologi, dinamika, dan
perkembangan kepribadian.
3. Tujuan teori analitik Jung.
4. Metode dan teknik konseling teori analitik Jung.
5. Implementasi toeri analitik Jung dalam konseling.
6. Kelebihan dan kekurangan teori analitik Jung.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut, maka rumusan
masalahnya adalah bagaimana pendekatan konseling dalam teori analitik Jung.
D. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui latar belakang Carl Gustav Jung.
2. Untuk mengetahui konsep utama teori analitik Jung terdiri dari struktur, tipologi,
dinamika, dan perkembangan kepribadian
3. Untuk mengetahui tujuan dari teori analitik Jung
4. Untuk mengetahui metode dan teknik konseling teori analitik Jung
5. Untuk mengetahui implementasi dari teori analitik Jung dalam konseling
6. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan teori analitik Jung
E. Manfaat
Makalah ini bermanfaat sebagai sumber pengetahuan atau referensi bagi penulis
maupun pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam realitas, Jung adalah seorang siswa yang sangat cerdas yang, pada 1895
lulus ujian akhir di Gimnasium dan masuk ke University of Basel Medical School.
Selama kuliah kedokteran, Jung mengalami kekhawatiran keuangan, yang sebagian
disebabkan kematian ayahnya pada 1896. Pada 1900, ia di wisudakan sebagai lulusan
terbaik dari fakultas kedokteran. Tesis kedokterannya adalah tentang landasan
psikologis okultisme (ilmu gaib). Jung memilih untuk mengambil spesialisasi psikiatri,
yang menjembatani interest ilmiah, humanitas, dan psikologinya.
Pada 1902, ia menghabiskan waktu beberapa bulan untuk belajar di Salpetriere
Hospital di Paris dengan psikiater ternama, Pierre Janet. Pada 1905 disamping
pekerjaannya di Burgholzli, ia juga menjadi dosen di bidang psikiatri di University of
Zurich dan dokter senior di klinik psikiatri. Ia terus mengajar disana sampai 1913. Di
Burgholzli, saat bekerja dengan para pasien, Jung melaksanakan penelitian tentang
asosiasi kata dan kompleks-kompleks psikologis yang mendasarinya, yang
diindikasikan oleh bagaimana orang-orang merespons. Seperti dikemukakan
sebelumnya, Jung juga mengembangkan hubungan dengan Freud dan menjadi
menonjol dalam gerakan psikoanalitik.
Freud mempublikasikan sebuah buku yang berjudul Interpretation of Dream.
Jung membaca buku tersebut, namun ia tidak terlalu terkesan. Jung membaca ulang
buku itu beberapa tahun kemudian, ia mempunyai pemahaman lebih baik mengenai
gagasan Freud. Freud mengundang Jung ke Wina. Mereka berdiskusi selama 13 jam
tanpa henti. Freud yakin Jung adalah orang yang ideal untuk menjadi penggantinya
karena Freud merasa nyaman dengan Jung dan menghormatinya karena ia sangat
terpelajar. Kualifikasi tersebut mendorong Freud untuk menunjuk Jung sebagai ketua
International Psychoanalytic Association yang pertama.
Pada tahun 1907 Freud telah memilih Jung sebagai penerus tradisi
psikoanalisisnya. Pada 1909, ia pernah pergi bersama Freud ke Clark University di
Massachussetts, kedua laki-laki itu menerima gelar doktor kehormatan, dan ia
kemudian berulang kali kembali ke Amerika selama 30 tahun setelah itu. Jung juga
seorang pecinta-Inggris dan berkali-kali mengunjungi Inggris, misalnya dengan
memberikan serangkaian kuliah di Tavistock Clinic pada 1935. Gelar doktor
kehormatannya termasuk gelar-gelar yang diterima dari Harvard University dan Oxford
University.
Pada tahun 1913 Jung telah berpisah dengan Freud. Mereka mempunyai
pandangan yang berbeda. Freud meyakini bahwa kepribadian biasanya sudah terbentuk
5
pada pertengahan masa kanak-kanak, Jung lebih suka melihat kepribadian dalam
konteks tujuan dan orientasi masa depannya. Semasa keduanya pergi ke Amerika
Serikat, mereka menginterpretasi mimpi, dan mulai dari sinilah berlaku ketegangan.
Setelah putus hubungannya dengan Freud, Jung mengalami krisis paruh-baya berat
yang berlangsung antara tahun 1913-1918, yang membawanya ketubir kegilaan.
Mereka mempunyai pandangan yang berbeda. Selama menjalani sebagian periode
ketidakpastian dan disorientasi batin ini ia masih tetap menemui pasien. Ia
mengembangkan ide tentang ketidaksadaran kolektif selama periode konfrontasinya
dengan ketidaksadarannya sendiri. Ia menulis:
Tahun-tahun ketika saya mengejar bayangan-bayangan batin saya adalah masa
paling penting dalam hidup saya—selama masa itu semua hal esensial
diputuskan. Saat itulah segalanya dimulai; detail-detail selanjutnya hanyalah
pelengkap dan klarifikasi yang timbul dari ketidaksadaran, dan pada awalnya
itu adalah prima materia pekerjaan seumur hidup. (1961:225)
b. Ketidaksadaran Pribadi
Ketidaksadaran pribadi Jung sama dengan konsep Freud mengenai
prasadar. Isinya dapat dimasukkan kedalam dua kategori. Pertama, ada materi
yang kehilangan intensitasnya karena dilupakan. Kedua, ada materi yang tidak
pernah memiliki intensitas yang cukup untuk mencapai kesadaran tetapi entah
bagaimana telah masuk kedalam psyche, misalnya beberapa kesan-pengindraan.
Baginya kesadaran merupakan tempat penampungan material yang sebelumnya
berada dalam sadar, tetapi kemudian dilupakan atau ditekan karena terlalu
remeh atau mengganggu. Contohnya, perhatian kita menyusuri teras rumah dan
memori yang dilakukan kemarin. Semua pengalaman disimpan dalam
ketidaksadaran pribadi, dimasukkan kedalam filling cabinet. Sedikit usaha
mental diperlukan untuk mengeluarkan kembali dari dalam cabinet dengan
memeriksanya sebentar dan menyimpannya kembali. Apabila telah disimpan
dalam waktu tertentu kita dapat mengingat kembali.
c. Ketidaksadaran Kolektif
Level psyche yang paling dalam dan terakhir ditembus adalah
ketidaksadaran kolektif. Konsep ini merupakan konsep Jung yang sangat aneh
karena dianggap tidak umum, paling kontroversial dan paling banyak dikritik.
Jung percaya bahwa setiap orang akan menyimpan file dan mengakumulasi
seluruh pengalaman pribadinya dalam ketidaksadaran pribadi, dan seluruh
pengalaman spesies manusia dan pramanusia secara kolektif dalam
ketidaksadaran kolektif sebagai sebuah warisan yang disampaikan dari generasi
ke generasi. Norma-norma, nilai, budaya, pendidikan dasar, tata krama, dan
sebagainya diturunkan melalui pewarisan oleh orangtua, ataupun nenek moyang
leluhur.
2. Arketip (Archetype)
Arketip merupakan bagian dari ketidaksadaran kolektif, yang berisi image
dan bentuk fikiran yang banyaknya tak terbatas, tetapi Jung memusatkan diri pada
image dan bentuk fikiran yang muatan emosinya besar, (dinamakan juga dominan,
primordial image, imago, mitologic image, atau pola tingkahlaku).
8
Arketip adalah hasil atau kumpulan dari sekian banyak pengalaman hidup
yang berulang. Arketip merupakan simbol dalam bentuk ketidaksadaran dan
mengalami transformasi ketika menjadi kesadaran atau ketika sedang dirasakan.
Arketip yang muncul pada pengalaman awal manusia membentuk pusat
kompleks yang mampu menyerap pengalaman lain kepadanya. Arketip “kekuatan”
misalnya; sepanjang sejarah manusia telah dihadapkan dengan kekuatan alam yang
dahsyat, arus sungai, air terjun, banjir, badai, petir, kebakaran hutan, gempa bumi,
dan lain-lain. Nenek moyang kita pada generasi yang manapun mengagumi
kekuatan dan berkeinginan kuat untuk menciptakan dan mengontrol kekuatan. Jung
mengidentifikasi berbagai arketip; lahir, kebangkitan (lahir kembali), kematian,
kekuatan, magi, uniti, pahlawan, anak, Tuhan, setan, orang bijak, ibu pertiwi,
binatang dll. Diantaranya yang paling penting dalam membentuk kepribadian dan
tingkahlaku adalah; persona, anima-animus, shadow, simbol, dan self. Keempat
arketip ini telah berkembang jauh dan sering dipandang sebagai sistem terpisah
dalam kepribadian.
a. Persona
Topeng, wajah yang dipakai menghadapi publik. Itu mencerminkan
persepsi masyarakat mengenai peran yang harus dimainkan seseorang dalam
hidupnya, itu juga mencerminkan harapan bagaimana seharusnya diri diamati
orang lain. Persona adalah kepribadian publik, aspek-aspek pribadi yang
ditunjukkan kepada dunia, atau pendapat publik mengenai diri individu sebagai
lawan dari kepribadian privat yang berada dibalik wajah sosial.
Persona dibutuhkan untuk survival, membantu diri mengontrol
perasaan, fikiran dan tingkahlaku. Tujuannya adalah menciptakan kesan
tertentu kepada orang lain dan sering juga menyembunyikan hakekat pribadi
sebenarnya. Tetapi, persona yang sehat adalah persona yang tidak berbeda 180
derajat dari kepribadian yang dimiliki.
c. Shadow
Bayangan adalah arketip yang mencerminkan insting hewani nenek
moyang manusia dan dengan demikian, mencakup seluruh aspek historis
ketidaksadaran. Sebagian besar shadow terdiri atas berbagai ciri-sifat inferior
kepribadian yang tidak ingin diakui individu. Meskipun Jung menekankan
aspek-aspek yang lebih gelap dari shadow, ia mengakui bahwa shadow juga
memperlihatkan beberapa kualitas baik, seperti insting-insting normal, reaksi-
reaksi cepat, insight yang realistis, dan impuls-impuls kreatif. Bayangan bila
diprojeksikan keluar apa adanya akan menjadi iblis atau musuh. Apabila
bayangan dan ego bekerja sama, kekuatan bayangan tersalur ke dalam
tingkahlaku yang berguna, dan dampaknya orang menjalani hidup dengan
penuh semangat. Tetapi jika bayangan tidak tersalur dengan baik, kekuatan
bayangan menjadi agresi, kekejian yang merusak diri sendiri dan realita
berdasarkan pertimbangan untuk menyelamatkan diri (survival).
d. Self
Self adalah arketip yang memotivasi perjuang orang menuju keutuhan
diri. Fungsi self untuk menyeimbangkan penggunaan arketip lainnya. Arketip
self menyatakan diri dalam berbagai simbol, seperti lingkaran magis atau
mandala (mandala dalam bahasa sansekerta artinya lingkaran), di mana self
menjadi pusat lingkaran itu. Menjadi pusat kepribadian, dikelilingi oleh semua
sistem lainnya. Self mengarahkan proses individuasi, melalui self aspek
kreativitas dalam ketidaksadaran diubah menjadi disadari dan disalurkan ke
aktivitas produktif. Kalau digambarkan kesadaran dengan ego berada
dipusatnya, dapat dibayangkan proses asimilasi isi-isi taksadar ke dalam sadar
membutuhkan pusat yang mengatur keduanya.
10
e. Simbol
Simbol adalah image (gambaran/imaji) yang dijadikan cara untuk
mengekspresikan arketip. Jung membedakan antara tanda dengan simbol.
Simbol adalah sebuah cara untuk mengetahui sesuatu yang tidak dapat diketahui
sepenuhnya. Simbol biasanya muncul dalam bentuk mimpi.
3. Tipologi Jung
Kecuali ego, semua aspek kepribadian yang telah dibahas berfungsi pada
tingkat ketidaksadaran. Ada dua aspek kepribadian yang beroperasi di tingkat sadar
dan taksadar, yakni sikap atau attitude (intraversi dan ekstraversi) dan fungsi atau
function (fikiran, perasaan, pengindraan, dan intuisi).
a. Sikap (intraversi dan ekstraversi)
Sikap intraversi mengarahkan pribadi ke pengalaman subjektif,
memusatkan diri pada dunia dalam dan privat di mana realita hadir dalam
bentuk hasil amatan, cenderung menyendiri, pendiam/tidak ramah, bahkan
antisosial. Umumnya orang intraversi itu senang introspektif dan sibuk dengan
kehidupan internal mereka sendiri.
Sikap ekstraversi mengarahkan pribadi ke pengalaman objektif,
memuaskan perhatiannya ke dunia luar alih-alih berfikir mengenal persepsinya,
cenderung berinteraksi dengan orang disekitarnya, aktif dan ramah.
Kedua sikap yang berlawanan itu ada dalam kepribadian, tetapi biasanya
salah satunya dominan dan sadar, sedangkan yang lainnya kurang dominan dan
taksadar. Apabila ego lebih bersifat ekstraversi dalam berhubungan dengan
dunia luar, maka taksadar pribadi akan bersifat intraversi. Sebaliknya jika ego
intraversi, maka taksadar pribadinya ekstraversi. Hanya sedikit orang yang
murni intraversi atau murni ekstraversi. Umumnya orang memiliki beberapa
elemen dari dua sisi itu, artinya manusia umumnya dipengaruhi oleh dunia
dalam dan dunia luar secara bersamaan. Juga, keduanya mempunyai nilai yang
sama, masing-masing mempunyai kelemahan dan kekuatan. Orang yang sehat
psikisnya adalah orang yang mencapai keseimbangan antara dua sikap itu,
merasa sama-sama nyamannya dengan dunia dalam dan dunia luarnya.
11
4. Dinamika Kepribadian
a. Energi Psikis
Perbedaan utama dari konsep Jung dengan Freud adalah hakikat libido.
Jung tidak setuju dengan konsep libido sebagai energi seksual utama.
Menurutnya, libido harus dimaknai lebih luas, yaitu energi hidup yang tidak
dapat dipisahkan (tidak differensiasikan). Menariknya, Jung adalah orang yang
meminimalkan fungsi seks dalam teori kepribadian, memelihara semangat,
kehidupan seks yang bebas dari kecemasan.
Jung menggunakan konsep libido dalam dua cara: pertama, sebagai
difusi dan energi hidup umum; dan kedua, sebagai energi psikis dan menjadi
bahan bakar bagi kerjanya kepribadian. Jung menyebut kepribadian dengan
“psyche”, karena melalui energi psikis kegiatan psikologis seperti menserap,
berpikir, merasa, dan berkeinginan dapat dilakukan. Ketika seseorang
menanamkan sejumlah energi psikis dalam ide-ide atau perasaan tertentu, ide-
ide dan perasaan-perasaan tersebut dikatakan memiliki nilai psikis yang tinggi
dan berpengaruh kuat terhadap kehidupan orang tersebut. Contohnya, jika
14
5. Perkembangan Kepribadian
Jung memiliki pandangan yang lebih jauh mengenai kepribadian
dibandingkan dengan Freud. Freud menekankan awal kehidupan manusia dan
meramalkan hanya sedikit perkembangan setelah usia lima tahun. Jung tidak
15
b. Pubertas
Sebelum mencapai pubertas, psyche dianggap memiliki bentuk dan isi
yang terbatas. Periode ini oleh Jung disebut dengan kelahiran psikis, yang
ditandai dengan kesulitan dan keinginan untuk beradaptasi. Fantasi masa kanak-
kanak harus berakhir pada saat remaja, karena menghadapi kebutuhan terhadap
realitas, terjadi pada umur belasan tahun dalam masa dewasa muda. Seseorang
akan memperhatikan kegiatan untuk menghadapi masa dewasa, misalnya
menyelesaikan pendidikan, memulai karier, menikah, dan mulai berkeluarga.
Fokus seseorang selama bertahun-tahun tersebut adalah ke luar, didominasi oleh
kesadaran dan secara umum ekstraversi. Tujuan hidup adalah untuk mencapai
tujuan dan menstabilkan keamanan, tempat keberhasilan seseorang didunia.
Pada usia setengah baya, secara alami kita mulai mengalami proses
realisasi atau aktualisasi diri. Jika kita berhasil dalam mengintegrasikan
unconscious dan conscious, kita sudah berhasil mencapai posisi baru kesehatan
psikologis yang positif, oleh Jung disebut sebagai individuasi.
e. Individuasi
Individuasi berarti menjadi seorang individual, memenuhi semua
kapasitas dan mengembangkan diri sendiri. Penekanan individuasi adalah
kealam sadar, sesuatu yang tidak dapat dihindarkan, tetapi dapat ditolong, atau
sebaliknya, dirintangi kekuatan lingkungan, misalnya pendidikan dan
kesempatan ekonomi seseorang dan hubungan alamiah orang tua dan anak.
Dalam rangka berjuang mencapai individuasi, orang setengah baya
harus membuang nilai dan perilaku yang menjadi penuntun pada masa separuh
awal kehidupan pertama. Mereka akan menghadapi ketidaksadaran dan
membawanya ke dalam kesadaran conscious dan menerima apa yang dikatakan
untuk dikerjakan. Mereka harus membiarkan dirinya dituntun oleh aliran
spontan dalam unconscious.
Bagian penting dari proses individuasi pada usia paruh baya adalah
pertukaran hakikat dari arketip. Perubahan pertama adalah menurunkan tahta
persona. Meskipun akan terus melanjutkan berbagai peran sosial, seseorang
harus mengakui bahwa kepribadian publik tidak menampilkan seseorang yang
sebenarnya.
Seseorang menjadi sadar terhadap kekuatan perusak dari shadow, dan
mengetahui sisi gelap dari dirinya serta impuls primitif, misalnya selfish. Di
separuh pertama hidup, seseorang menggunakan persona untuk membentengi
sisi gelap diri. Mengharapkan orang hanya melihat hal yang baik dari dalam
17
diri. Padahal, persembunyian itu menutup shadow dari penglihatan orang lain.
Di sisi lain, shadow akan memberi dimensi kepribadian yang lebih mendalam
karena dengan mengatur shadow, seseorang akan memiliki semangat,
spontanitas, dan vitalitas untuk hidup.
Seseorang harus melihat konsep biseksual psikologis, dimana anima dan
animus dapat digunakan secara baik. Jung percaya bahwa pengakuan terhadap
karakteristik dari sisi lain adalah langkah sulit dalam proses individuasi karena
mewakili perubahan yang besar dalam citra diri. Sekali struktur psyche sudah
diindividuasi dan diketahui, tahap perkembangan selanjutnya akan berjalan.
Jung merujuk hal ini kepada transendensi, sebuah tendensi dalam diri terhadap
kesatuan atau keseluruhan dalam kepribadian. Menyatukan semua aspek yang
berlawanan dengan psyche. Faktor lingkungan, seperti perkawinan yang tidak
bahagia atau frustasi kerja dapat mencegah proses transendensi atau mencegah
seluruh pencapaian diri (self).
b. Analisis Mimpi
Pandangan Jung mengenai mimpi ada yang sama dengan Freud ada pula
yang berbeda. Persamaannya, mimpi itu mempunyai makna yang harus
dicermati secara seksama mimpi muncul dari dalam dunia taksadar, dan makna
mimpi diekspresikan dalam bentuk simbolik.
Perbedaannya. Freud memandang mimpi sebagai pemenuhan hasrat
(wish fullfilment) dan simbolisasi mimpi berhubungan dengan dorongan
seksual, sedangkan Jung memandang mimpi sebagai usaha spontan mengetahui
hal yang tidak diketahui dalam taksadar sebagai bagian dari pengembangan
kepribadian. Mimpi bisa merupakan proses kompensasi (perasaan dan sikap
yang tidak dapat diekspresikan ketika terjaga, menemukan celah untuk muncul
pada waktu tidur) atau proses taksadar yang menggambarkan rencana masa
depan dan pemecahanan suatu masalah (membimbing fungsi sadar membuat
adaptasi yang lebih memuaskan). Jadi simbolisasi Jung bisa mewakili konsep
apapun bukan banya representasi seksual.
21
1) Mimpi Besar:
Mimpi yang mempunyai makna khas, yang menarik bagi semua
orang tanpa dapat dijelaskan mengapa bisa menarik. Mimpi besar oleh Jung
juga dinamakan mimpi numinous- mimpi yang asing, aneh, dan memberi
pengalaman. yang sangat mendalam. Mimpi besar terjadi ketika taksadar
mengalami gangguan serius, sering diikuti dengan kegagalan ego
menangani dunia luar secara memuaskan.
2) Mimpi Tipikal:
Mimpi yang umum pada banyak orang, yakni mimpi yang
melibatkan arketip sosok figur (ibu, bapak, Tuhan, setan/hantu, dan manusia
bijak), arketip peristiwa (kelahiran, kematian, perpisahan dengan orang tua,
baptis, perkawinan, terbang, dan lain sebagainya), dan arketip obyek
(matahari, air, ikan, kera, dan hewan pemangsa).
3) Mimpi anak-anak:
Ini bukan mimpi yang asli, tetapi ingatan tentang mimpi pada masa
anak-anak. Mimpi pada usia 3 atau 4 tahun (yang diingat sesudah dewasa)
sering berisi arketip motif dan simbol seperti pahlawan, orang bijak, ikan,
dan mandala. Materi yang muncul sering bersifat universal, sebagai bukti
adanya taksadar kolektif.
lnterpretasi mimpi membutuhkan pemahaman mengenai sifat kesadaran
pemimpi karena mimpi timbul dari taksadar yang menjadi kebalikan dari
kesadaran. Ada tiga metode analisis mimpi dari Jung; amplifikasi, rangkaian
mimpi, dan imajinasi aktif.
1) Amplifikasi:
Metode ini merupakan pengembangan metode asosiasi bebas. Pada
asosiasi bebas orang diminta merespon kata atau mimpi secara bebas
membuat asosiasi berlanjut dari respon satu ke respon yang lain sehingga
22
c. Terapi Tubuh/Gerakan
Jung akan meminta kliennya untuk terlibat dalam imajinasi aktif melalui
gerakan tubuh dan tari. Ia percaya bahwa tubuh menyimpan, mengalami, dan
mengomunikasikan banyak, atau mungkin lebih banyak pengalaman emosional
daripada kata-kata.
e. Analisis Anak
Analisis bukan hanya menangani si anak, tetapi bilamana perlu
mengintervensi untuk memperbaiki situasi keluarga dan kehidupan anak itu.
Analisis anak serupa dengan analisis orang dewasa, namun lebih banyak
menggunakan beragam metode sentuhan dan nonverbal. Anak-anak didorong
untuk mengekspresikan mimpi, ketakutan, dan khayalan mereka melalui terapi
kotak pasir, tanah liat, memainkan alat musik, dan gerakan tubuh. Selain itu
dongeng mitos digunakan untuk mengilustrasikan perasaan dan menyelesaikan
masalah.
24
c. Tahapan Perkembangan
Memberikan informasi kepada konselor untuk memahami perilaku
konseli sesuai dengan usianya, serta mengarahkan terbentuknya pribadi yang
sehat dan mencapai realisasi diri.
A. Kesimpulan
Pendekatan konseling teori analitik Jung ini menyatakan bahwa kepribadian
atau psyche bersifat dinamis dengan gerak yang terus menerus. Dinamika psyche
tersebut disebabkan oleh energi psikis yang disebut oleh Jung dengan libido. Carl
Gustav Jung menyatakan bahwa manusia selalu maju dan berkembang sesuai dengan
tahap perkembangannya.
Peran guru BK atau konselor dalam teori ini berfokus pada bagaimana
memberikan sebuah treatment kepada konseli yang sesuai dengan kepribadian dan
tahap perkembangannya. Cara konselor dalam mengaplikasikan teknik ini dengan
menggunakan tes MBTI dan analisis mimpi yang menjadi fokus Jung dalam
ketidaksadaran kolektif.
B. Saran
Dalam melaksanakan konseling, baik dalam kajian teori maupun praktik sangat
dibutuhkan pendekatan-pendekatan atau teori kepribadian, untuk itu sangat
direkomendasikan untuk para pembaca lebih memahami dan mempelajari teori-teori
kepribadian.
26
DAFTAR PUSTAKA
27