Anda di halaman 1dari 30

TEORI ANALITIK CARL GUSTAV JUNG

DISUSUN UNTUK TUGAS MATA KULIAH TEORI DAN PENDEKATAN


KONSELING

Dosen Pengampu : Nuraini, M. Pd., Kons.,

Oleh Kelompok :2
Semester/Kelas : 6/D

Nama Anggota :

- Wilda Septiriani (1701015008)


- Dwi Ratna Wijayanti (1701015029)
- Lourissyea Dzikir (1701015068)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

Jakarta

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya penulis dapat
menyusun makalah ini hingga selesai guna memenuhi tugas mata kuliah teori dan pendekatan
konseling dengan judul “Teori Analitik Carl Gustav Jung”. Tidak lupa penulis berterimakasih
kepada Ibu Nuraini, M. Pd., Kons., yang telah membantu memberikan dukungan dan
sumbangan berupa pikiran.
Besar harapan penulis, semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan, wawasan
dan pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya penulis dapat memperbaiki bentuk
ataupun isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis, penulis masih
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 20 Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................1


A. Latar Belakang .........................................................................................................1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................................1
C. Rumusan Masalah ....................................................................................................2
D. Tujuan ......................................................................................................................2
E. Manfaat ....................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................3


A. Latar Belakang Carl Gustav Jung ............................................................................3
B. Konsep Utama Teori Analitik Jung .........................................................................6
1. Struktur Kepribadian..........................................................................................6
2. Archetypes (Arketip) ..........................................................................................7
3. Tipologi Jung ...................................................................................................10
4. Dinamika Kepribadian .....................................................................................13
5. Perkembangan Kepribadian .............................................................................14
C. Tujuan Teori Analitik Jung ....................................................................................17
D. Metode dan Teknik Konseling Teori Analitik Jung ..............................................18
1. Metode Konseling ............................................................................................18
2. Teknik Konseling .............................................................................................19
3. Macam-Macam Terapi .....................................................................................22
4. Peran Konselor .................................................................................................24
E. Implementasi Teori Analitik Jung Dalam Konseling ............................................24
F. Kelebihan dan Kekurangan Teori Analitik Jung ...................................................25
BAB III PENUTUP ..........................................................................................................26
A. Kesimpulan ............................................................................................................26
B. Saran ......................................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................27

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam bimbingan dan konseling sangat diperlukan pendekatan keilmuan lain
sebagai pendukung, terlebih lagi dengan keilmuan psikologi. Teori-teori kepribadian
sangat membantu para pengembang keilmuan konseling dalam memahami struktur
psikis dan kepribadian manusia atau konseli, sehingga dapat memudahkan dalam
memahami struktur masalah yang timbul pada dirinya.
Dalam makalah ini akan memaparkan teori analitik Jung dalam bimbingan dan
konseling. Jung melihat jauh melewati batasan psikologi, dalam usahanya memperoleh
data untuk membangun konsepnya mengenai kemanusiaan. Kehidupan Sigmund Freud
dan Carl Jung itu tumpang tindih, suatu saat mereka menjadi teman sejawat dekat, dan
apa yang disebut “psikologi analitik” oleh Jung sebagian berakar pada psikoanalisis
Freudian. Beberapa perbedaan pandangan penting lainnya antara Jung dan Freud adalah
Jung menolak pandangan Freud mengenai pentingnya seksualitas. Menurutnya,
kebutuhan seks setara dengan kebutuhan manusia lainnya, seperti makan, kebutuhan
spiritual dan pengalaman religius. Kedua, Jung menentang pandangan mekanistik
terhadap dunia dari Freud; bagi Jung tingkahlaku manusia dipicu bukan hanya oleh
masa lalu tetapi juga oleh pandangan orang mengenai masa depan, tujuan dan
aspirasinya. Pandangan Jung bersifat purposive-mechanistic event masa lalu dan
antisipasi masa depan dapat mempengaruhi atau membentuk perilaku. Ketiga, Jung
mengemukakan teori kepribadian yang bersifat racial atau phylogenic. (Filogenik:
evolusi genetika yang berkait dengan sekelompok makhluk hidup. Asal muasal
kepribadian secara filogenik berada di keturunan, melalui jejak ingatan dari
pengalaman masa lalu ras manusia). Dasar kepribadian bersifat archaic, primitive,
innate, unconscious, dan universal. Arketip (archetype) seperti persona, earth mother,
child, wise old man, dan anima, semuanya menjadi predisposisi bagaimana orang
menerima dan merespon dunia.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Latar belakang Carl Gustav Jung.

1
2

2. Konsep utama teori analitik Jung terdiri dari struktur, tipologi, dinamika, dan
perkembangan kepribadian.
3. Tujuan teori analitik Jung.
4. Metode dan teknik konseling teori analitik Jung.
5. Implementasi toeri analitik Jung dalam konseling.
6. Kelebihan dan kekurangan teori analitik Jung.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut, maka rumusan
masalahnya adalah bagaimana pendekatan konseling dalam teori analitik Jung.

D. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui latar belakang Carl Gustav Jung.
2. Untuk mengetahui konsep utama teori analitik Jung terdiri dari struktur, tipologi,
dinamika, dan perkembangan kepribadian
3. Untuk mengetahui tujuan dari teori analitik Jung
4. Untuk mengetahui metode dan teknik konseling teori analitik Jung
5. Untuk mengetahui implementasi dari teori analitik Jung dalam konseling
6. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan teori analitik Jung

E. Manfaat
Makalah ini bermanfaat sebagai sumber pengetahuan atau referensi bagi penulis
maupun pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Carl Gustav Jung


Pada Juli 1875, Carl Gustav Jung lahir di Kesswil, sebuah desa kecil ditepi
Danau Constance di timur-laut Swiss. Ia adalah satu-satunya anak laki-laki yang masih
hidup dari ayahnya yang sebelumnya kehilangan dua anak laki-laki ketika keduanya
masih bayi. Ayah Jung adalah seorang pastor Gereja Reformasi Swiss dan ibunya
adalah putri dari sebuah keluarga Basel yang cukup berada.
Jung adalah seorang anak yang introvert, sensitif, suka menyendiri, dan
kesepian. Selama masa kanak-kanaknya, Jung mewarisi invalidisme depresif dan lidah
kritis ibunya. Akan tetapi, ia juga mengaguminya dan dapat menikmati persahabatan
dengan ibunya dan masakan ibunya. Jung harus menghadapi iritabilitas ayahnya, yang
sebagian berkaitan dengan penyiksaannya akibat keyakinan religiusnya.
Mimpi terawal yang diingat Jung adalah ketika ia berumur antara tiga dan empat
tahun. Ia memiliki kehidupan batiniah berupa mimpi, khayalan, dan pikiran yang kaya
tentang dunia. Pada umur 10 tahun, di ujung penggarisnya Jung mengukir manekin
yang panjangnya sekitar dua inchi yang mengenakan mantel panjang, topi tinggi, dan
sepatu bot hitam yang mengkilat. Ia meletakkan manekin itu dan sebutir batu hitam
lonjong yang diambil dari Sungai Rhine dalam sebuah kotak dan membawanya ke
loteng. Setiap kali Jung merasa terluka atau stres, ia akan memikirkan tentang manekin
itu dan, dari waktu-waktu ia mengunjunginya di loteng yang terlarang. Jung
menganggap episode manekin, yang berlangsung sekitar satu tahun ini, sebagai penutup
masa kanak-kanaknya.
Pada 1879, keluarga Jung pindah ke Klein Hunigen, dekat Basel. Saat berumur
enam tahun, Jung masuk sekolah lokal dan, pada umur 11 tahun, ia tercabut dari teman-
teman sekolah di desanya dan dikirim ke Gimnasium di Basel. Jung benci matematika,
dibebaskan dari pelajaran menggambar karena dianggap tidak mampu, dan juga sangat
membenci pelajaran senam. Jung pernah mengalami periode fainting spells (sering
pingsan sebentar) yang berkaitan dengan sekolah. Ia juga melihat dirinya sebagai dua
orang yang berbeda: anak sekolah yang kurang cerdas, yang bekerja lebih keras dan
lebih sopan dibanding banyak anak laki-laki lainnya, dan seorang laki-laki tua yang
tidak mempercayai manusia tetapi dekat dengan alam, mimpi, dan apapun yang
dilakukan Tuhan melalui dirinya.
3
4

Dalam realitas, Jung adalah seorang siswa yang sangat cerdas yang, pada 1895
lulus ujian akhir di Gimnasium dan masuk ke University of Basel Medical School.
Selama kuliah kedokteran, Jung mengalami kekhawatiran keuangan, yang sebagian
disebabkan kematian ayahnya pada 1896. Pada 1900, ia di wisudakan sebagai lulusan
terbaik dari fakultas kedokteran. Tesis kedokterannya adalah tentang landasan
psikologis okultisme (ilmu gaib). Jung memilih untuk mengambil spesialisasi psikiatri,
yang menjembatani interest ilmiah, humanitas, dan psikologinya.
Pada 1902, ia menghabiskan waktu beberapa bulan untuk belajar di Salpetriere
Hospital di Paris dengan psikiater ternama, Pierre Janet. Pada 1905 disamping
pekerjaannya di Burgholzli, ia juga menjadi dosen di bidang psikiatri di University of
Zurich dan dokter senior di klinik psikiatri. Ia terus mengajar disana sampai 1913. Di
Burgholzli, saat bekerja dengan para pasien, Jung melaksanakan penelitian tentang
asosiasi kata dan kompleks-kompleks psikologis yang mendasarinya, yang
diindikasikan oleh bagaimana orang-orang merespons. Seperti dikemukakan
sebelumnya, Jung juga mengembangkan hubungan dengan Freud dan menjadi
menonjol dalam gerakan psikoanalitik.
Freud mempublikasikan sebuah buku yang berjudul Interpretation of Dream.
Jung membaca buku tersebut, namun ia tidak terlalu terkesan. Jung membaca ulang
buku itu beberapa tahun kemudian, ia mempunyai pemahaman lebih baik mengenai
gagasan Freud. Freud mengundang Jung ke Wina. Mereka berdiskusi selama 13 jam
tanpa henti. Freud yakin Jung adalah orang yang ideal untuk menjadi penggantinya
karena Freud merasa nyaman dengan Jung dan menghormatinya karena ia sangat
terpelajar. Kualifikasi tersebut mendorong Freud untuk menunjuk Jung sebagai ketua
International Psychoanalytic Association yang pertama.
Pada tahun 1907 Freud telah memilih Jung sebagai penerus tradisi
psikoanalisisnya. Pada 1909, ia pernah pergi bersama Freud ke Clark University di
Massachussetts, kedua laki-laki itu menerima gelar doktor kehormatan, dan ia
kemudian berulang kali kembali ke Amerika selama 30 tahun setelah itu. Jung juga
seorang pecinta-Inggris dan berkali-kali mengunjungi Inggris, misalnya dengan
memberikan serangkaian kuliah di Tavistock Clinic pada 1935. Gelar doktor
kehormatannya termasuk gelar-gelar yang diterima dari Harvard University dan Oxford
University.
Pada tahun 1913 Jung telah berpisah dengan Freud. Mereka mempunyai
pandangan yang berbeda. Freud meyakini bahwa kepribadian biasanya sudah terbentuk
5

pada pertengahan masa kanak-kanak, Jung lebih suka melihat kepribadian dalam
konteks tujuan dan orientasi masa depannya. Semasa keduanya pergi ke Amerika
Serikat, mereka menginterpretasi mimpi, dan mulai dari sinilah berlaku ketegangan.
Setelah putus hubungannya dengan Freud, Jung mengalami krisis paruh-baya berat
yang berlangsung antara tahun 1913-1918, yang membawanya ketubir kegilaan.
Mereka mempunyai pandangan yang berbeda. Selama menjalani sebagian periode
ketidakpastian dan disorientasi batin ini ia masih tetap menemui pasien. Ia
mengembangkan ide tentang ketidaksadaran kolektif selama periode konfrontasinya
dengan ketidaksadarannya sendiri. Ia menulis:
Tahun-tahun ketika saya mengejar bayangan-bayangan batin saya adalah masa
paling penting dalam hidup saya—selama masa itu semua hal esensial
diputuskan. Saat itulah segalanya dimulai; detail-detail selanjutnya hanyalah
pelengkap dan klarifikasi yang timbul dari ketidaksadaran, dan pada awalnya
itu adalah prima materia pekerjaan seumur hidup. (1961:225)

Jung sangat menyukai perempuan, yang memainkan peran krusial sepanjang


hidupnya. Pada 1903 ia menikahi seorang perempuan yang sangat kaya, Emma
Rauschenbach. Menurut undang-undang Swiss di zaman Emma menikahi Jung, para
suami memiliki akses penuh ke uang istrinya.
Jung tertarik secara seksual kepada perempuan-perempuan lain, dan diduga
terlibat hubungan intim dengan salah seorang pasiennya atau lebih, seperti Sabina
Spielrein, meskipun hal ini tidak pernah terbukti. Pada 1916, Jung membujuk Emma
untuk menerimanya sebagai bagian permanen hubungan segitiga domestik. Jung
barangkali meninggalkan sifat perayunya pada tahap ini. Ia mendorong Emma menjadi
seorang terapis Jungian dan, pada akhirnya, Toni juga menjadi terapis Jungian.
Setelah Jung kembali merasa lebih normal, ada sejumlah cabang yang
berkelanjutan dan jalin-menjalin dalam kehidupannya. Di rumahnya yang indah di tepi
Danau Zurich, meskipun tidak termasuk ayah yang sangat hangat dan selalu hadir, Jung
terlibat dalam berbagai kegiatan keluarga bersama istri, empat putri dan seorang
putranya.
Jung melanjutkan praktik swastanya, yang dianggapnya sebagai sumber
informasi yang berharga itu memahami psike. Kebanyakan klien Jung adalah
perempuan, sebagian besar kaya, dan sebagian kecil adalah orang Amerika yang luar
biasa kaya, misalnya salah seorang putri John D. Rockefeller dan salah seorang anggota
6

keluarga perbankan Mellon. Jung juga melanjutkan perjalanan batiniah dengan


menganalisis berbagai mimpi, khayalan, dan visinya.
Pada 1921, ia menerbitkan sebuah karya besar tentang tipe-tipe psikologis. Jung
sangat tertarik dengan keberadaan dan universalitas berbagai mitos dan simbol di
berbagai budaya, baik dalam budaya-budaya primitif maupun beradap. Berdasarkan
penelitian ilmiah, field trip bacaan serta pengalaman professional dan personalnya yang
luas, sampai kematiannya Jung adalah seorang penulis yang produktif di berbagai
subjek, termasuk psikiatri dan psikologi, parapsikologi, alkemi, dan agama.
Kematian Jung sangat erat hubungannya dengan serangan jantung yang parah
pada 1944, demikian juga kematian Toni Wolff pada 1953, dan kematian istrinya pada
1955. Pengurus rumah dan sekaligus kawan Jung selama tahun-tahun terakhir hidupnya
adalah Ruth Failey, seorang perempuan Inggris. Pada 6 Juni 1961 Jung wafat setelah
mengalami sakit sebentar.
Ketika melihat foto-foto Jung ternyata sangat menarik, seperti melihat seorang
ilmuwan yang bijak, yang lembut dan spiritual, dan penuh kebaikan. Tidak perlu
diragukan, Jung memiliki roman muka yang menarik dan kepribadian yang karismatik,
seperti halnya Freud, Jung adalah laki-laki penuh ide dengan visi yang luar biasa kaya.
Sebagian idenya telah melewati ujian waktu dan menjadi bagian dari kesadaran
psikologis Barat, misalnya konsep-konsep ketidaksadaran kolektif dan ekstraversi atau
intraversi. Selain itu Jung adalah pendiri pendekatan analitik terapi yang masih
memiliki banyak pengikut.

B. Konsep Utama Teori Analitik Jung


1. Struktur Kepribadian
Jung memandang keseluruhan kepribadian atau dia sebut dengan psyche
sebagai komposisi dari beberapa sistem yang dapat dibedakan atau struktur yang
berpengaruh satu dengan yang lain. Sistem utamanya adalah ego, ketidaksadaran
pribadi, dan ketidaksadaran kolektif.
a. Ego
Ego adalah pusat kesadaran, atau bagian dari psyche yang berkaitan
dengan penerimaan, pemikiran, perasaan dan ingatan. Ini adalah kesadaran
mengenai diri kita yang bertanggung jawab untuk menjalankan kegiatan dalam
kehidupan secara normal. Ego tidak selamanya positif dan tidak juga negatif.
7

Ego positif dapat dibangun apabila seseorang mampu mengendalikannya. Ego


akan bertindak dengan cara yang selektif untuk dapat diterimanya.

b. Ketidaksadaran Pribadi
Ketidaksadaran pribadi Jung sama dengan konsep Freud mengenai
prasadar. Isinya dapat dimasukkan kedalam dua kategori. Pertama, ada materi
yang kehilangan intensitasnya karena dilupakan. Kedua, ada materi yang tidak
pernah memiliki intensitas yang cukup untuk mencapai kesadaran tetapi entah
bagaimana telah masuk kedalam psyche, misalnya beberapa kesan-pengindraan.
Baginya kesadaran merupakan tempat penampungan material yang sebelumnya
berada dalam sadar, tetapi kemudian dilupakan atau ditekan karena terlalu
remeh atau mengganggu. Contohnya, perhatian kita menyusuri teras rumah dan
memori yang dilakukan kemarin. Semua pengalaman disimpan dalam
ketidaksadaran pribadi, dimasukkan kedalam filling cabinet. Sedikit usaha
mental diperlukan untuk mengeluarkan kembali dari dalam cabinet dengan
memeriksanya sebentar dan menyimpannya kembali. Apabila telah disimpan
dalam waktu tertentu kita dapat mengingat kembali.

c. Ketidaksadaran Kolektif
Level psyche yang paling dalam dan terakhir ditembus adalah
ketidaksadaran kolektif. Konsep ini merupakan konsep Jung yang sangat aneh
karena dianggap tidak umum, paling kontroversial dan paling banyak dikritik.
Jung percaya bahwa setiap orang akan menyimpan file dan mengakumulasi
seluruh pengalaman pribadinya dalam ketidaksadaran pribadi, dan seluruh
pengalaman spesies manusia dan pramanusia secara kolektif dalam
ketidaksadaran kolektif sebagai sebuah warisan yang disampaikan dari generasi
ke generasi. Norma-norma, nilai, budaya, pendidikan dasar, tata krama, dan
sebagainya diturunkan melalui pewarisan oleh orangtua, ataupun nenek moyang
leluhur.

2. Arketip (Archetype)
Arketip merupakan bagian dari ketidaksadaran kolektif, yang berisi image
dan bentuk fikiran yang banyaknya tak terbatas, tetapi Jung memusatkan diri pada
image dan bentuk fikiran yang muatan emosinya besar, (dinamakan juga dominan,
primordial image, imago, mitologic image, atau pola tingkahlaku).
8

Arketip adalah hasil atau kumpulan dari sekian banyak pengalaman hidup
yang berulang. Arketip merupakan simbol dalam bentuk ketidaksadaran dan
mengalami transformasi ketika menjadi kesadaran atau ketika sedang dirasakan.
Arketip yang muncul pada pengalaman awal manusia membentuk pusat
kompleks yang mampu menyerap pengalaman lain kepadanya. Arketip “kekuatan”
misalnya; sepanjang sejarah manusia telah dihadapkan dengan kekuatan alam yang
dahsyat, arus sungai, air terjun, banjir, badai, petir, kebakaran hutan, gempa bumi,
dan lain-lain. Nenek moyang kita pada generasi yang manapun mengagumi
kekuatan dan berkeinginan kuat untuk menciptakan dan mengontrol kekuatan. Jung
mengidentifikasi berbagai arketip; lahir, kebangkitan (lahir kembali), kematian,
kekuatan, magi, uniti, pahlawan, anak, Tuhan, setan, orang bijak, ibu pertiwi,
binatang dll. Diantaranya yang paling penting dalam membentuk kepribadian dan
tingkahlaku adalah; persona, anima-animus, shadow, simbol, dan self. Keempat
arketip ini telah berkembang jauh dan sering dipandang sebagai sistem terpisah
dalam kepribadian.

a. Persona
Topeng, wajah yang dipakai menghadapi publik. Itu mencerminkan
persepsi masyarakat mengenai peran yang harus dimainkan seseorang dalam
hidupnya, itu juga mencerminkan harapan bagaimana seharusnya diri diamati
orang lain. Persona adalah kepribadian publik, aspek-aspek pribadi yang
ditunjukkan kepada dunia, atau pendapat publik mengenai diri individu sebagai
lawan dari kepribadian privat yang berada dibalik wajah sosial.
Persona dibutuhkan untuk survival, membantu diri mengontrol
perasaan, fikiran dan tingkahlaku. Tujuannya adalah menciptakan kesan
tertentu kepada orang lain dan sering juga menyembunyikan hakekat pribadi
sebenarnya. Tetapi, persona yang sehat adalah persona yang tidak berbeda 180
derajat dari kepribadian yang dimiliki.

b. Anima dan Animus


Manusia pada dasarnya biseksual. Begitu pula dalam kepribadian, ada
arketip feminin dalam kepribadian pria, disebut anima, dan arketip maskulin
dalam kepribadian wanita disebut animus. Arketip itu merupakan produk
pengalaman ras manusia. Sesudah mengalami hidup bersama berabad-abad,
pria menjadi memiliki sifat feminin dan sebaliknya wanita menjadi memiliki
9

sifat maskulin. Anima dan animus menyebabkan masing-masing jenis


menunjukkan ciri lawan jenisnya, sekaligus berperan sebagai gambaran kolektif
yang memotivasi masing-masing jenis untuk tertarik dan memahami lawan
jenisnya. Pria memahami wanita berdasarkan animanya, dan wanita memahami
kodrat pria berdasarkan animusnya.

c. Shadow
Bayangan adalah arketip yang mencerminkan insting hewani nenek
moyang manusia dan dengan demikian, mencakup seluruh aspek historis
ketidaksadaran. Sebagian besar shadow terdiri atas berbagai ciri-sifat inferior
kepribadian yang tidak ingin diakui individu. Meskipun Jung menekankan
aspek-aspek yang lebih gelap dari shadow, ia mengakui bahwa shadow juga
memperlihatkan beberapa kualitas baik, seperti insting-insting normal, reaksi-
reaksi cepat, insight yang realistis, dan impuls-impuls kreatif. Bayangan bila
diprojeksikan keluar apa adanya akan menjadi iblis atau musuh. Apabila
bayangan dan ego bekerja sama, kekuatan bayangan tersalur ke dalam
tingkahlaku yang berguna, dan dampaknya orang menjalani hidup dengan
penuh semangat. Tetapi jika bayangan tidak tersalur dengan baik, kekuatan
bayangan menjadi agresi, kekejian yang merusak diri sendiri dan realita
berdasarkan pertimbangan untuk menyelamatkan diri (survival).

d. Self
Self adalah arketip yang memotivasi perjuang orang menuju keutuhan
diri. Fungsi self untuk menyeimbangkan penggunaan arketip lainnya. Arketip
self menyatakan diri dalam berbagai simbol, seperti lingkaran magis atau
mandala (mandala dalam bahasa sansekerta artinya lingkaran), di mana self
menjadi pusat lingkaran itu. Menjadi pusat kepribadian, dikelilingi oleh semua
sistem lainnya. Self mengarahkan proses individuasi, melalui self aspek
kreativitas dalam ketidaksadaran diubah menjadi disadari dan disalurkan ke
aktivitas produktif. Kalau digambarkan kesadaran dengan ego berada
dipusatnya, dapat dibayangkan proses asimilasi isi-isi taksadar ke dalam sadar
membutuhkan pusat yang mengatur keduanya.
10

e. Simbol
Simbol adalah image (gambaran/imaji) yang dijadikan cara untuk
mengekspresikan arketip. Jung membedakan antara tanda dengan simbol.
Simbol adalah sebuah cara untuk mengetahui sesuatu yang tidak dapat diketahui
sepenuhnya. Simbol biasanya muncul dalam bentuk mimpi.

3. Tipologi Jung
Kecuali ego, semua aspek kepribadian yang telah dibahas berfungsi pada
tingkat ketidaksadaran. Ada dua aspek kepribadian yang beroperasi di tingkat sadar
dan taksadar, yakni sikap atau attitude (intraversi dan ekstraversi) dan fungsi atau
function (fikiran, perasaan, pengindraan, dan intuisi).
a. Sikap (intraversi dan ekstraversi)
Sikap intraversi mengarahkan pribadi ke pengalaman subjektif,
memusatkan diri pada dunia dalam dan privat di mana realita hadir dalam
bentuk hasil amatan, cenderung menyendiri, pendiam/tidak ramah, bahkan
antisosial. Umumnya orang intraversi itu senang introspektif dan sibuk dengan
kehidupan internal mereka sendiri.
Sikap ekstraversi mengarahkan pribadi ke pengalaman objektif,
memuaskan perhatiannya ke dunia luar alih-alih berfikir mengenal persepsinya,
cenderung berinteraksi dengan orang disekitarnya, aktif dan ramah.
Kedua sikap yang berlawanan itu ada dalam kepribadian, tetapi biasanya
salah satunya dominan dan sadar, sedangkan yang lainnya kurang dominan dan
taksadar. Apabila ego lebih bersifat ekstraversi dalam berhubungan dengan
dunia luar, maka taksadar pribadi akan bersifat intraversi. Sebaliknya jika ego
intraversi, maka taksadar pribadinya ekstraversi. Hanya sedikit orang yang
murni intraversi atau murni ekstraversi. Umumnya orang memiliki beberapa
elemen dari dua sisi itu, artinya manusia umumnya dipengaruhi oleh dunia
dalam dan dunia luar secara bersamaan. Juga, keduanya mempunyai nilai yang
sama, masing-masing mempunyai kelemahan dan kekuatan. Orang yang sehat
psikisnya adalah orang yang mencapai keseimbangan antara dua sikap itu,
merasa sama-sama nyamannya dengan dunia dalam dan dunia luarnya.
11

b. Fungsi (Fikiran, Perasaan, Penginderaan, Intuisi)


Fikiran adalah fungsi intelektual, mencari saling hubungan antar ide
untuk memahami alam dunia dan memecahkan masalah. Perasaan adalah fungsi
evaluasi, menerima atau menolak pengalaman ataupun rasa, ide dan objek
berdasarkan apakah mereka itu membangkitkan perasaan positif atau negatif,
memberi pengalaman subjektif manusia seperti kenikmatan, rasa sakit, marah,
takut, sedih, gembira, dan cinta. Fikiran dan perasaan adalah fungsi rasional
karena keduanya melibatkan keharusan memutuskan sesuatu; misalnya apakah
dua ide saling berhubungan atau tidak (berfikir) atau sesuatu itu menyenangkan
atau tidak menyenangkan (perasaan).
Pengindraan merupakan semacam kepekaan yang terjadi didalam
indera-indera yang dimiliki oleh seseorang. Melibatkan operasi dari indera-
melihat, mendengar, meraba, menjilat, membau, serta merespon rangsang dari
dalam tubuh sendiri, jadi pengindraan adalah fungsi perseptual atau kenyataan,
menghasilkan fakta-fakta kongkrit atau bentuk representasi dunia. Kemudian
fungsi berikutnya adalah intuisi. Intuisi merupakan sebuah firasat. Firasat ini
sering terjadi pada diri seseorang.
Keempat fungsi itu ada pada setiap orang, biasanya dalam tingkat
operasional dan perkembangan yang berbeda. Satu fungsi yang paling
berkembang dominan disebut fungsi superior, dibawahnya ada fungsi
pelengkap (auxiliary) yang akan mengambil peran superior kalau fungsi yang
paling dominan itu kerjanya terganggu. Fungsi yang paling kurang berkembang
disebut fungsi inferior, yang direpresi menjadi tidak disadari, yang terungkap
dalam mimpi dan fantasi. Tujuan ideal yang diperjuangkan oleh kepribadian
adalah mengembangkan keempat fungsi itu dalam tingkat yang sama, sehingga
tidak ada yang superior dan inferior. Sintesa semacam itu hanya terjadi apabila
diri telah diaktualisasikan sepenuhnya, hal yang tidak pernah dapat dicapai
sepenuhnya.

c. Gabungan Sikap dan Fungsi (Tipe-Tipe Psikologis Jung)


Jung memakai kombinasi sikap dan fungsi ini untuk mendeskripsi tipe-
tipe kepribadian manusia. Jadi Jung yang pada dasarnya mengembangkan teori
dalam paradigma psikoanalisis, pada elaborasi konsep sikap dan fungsi
memakai paradigma tipe. Seseorang memiliki dua tipe kepribadian, satu
12

beroperasi di kesadaran dan lainnya di ketidaksadaran. Kedua tipe itu saling


bertentangan. Kalau tipe sadarnya fikiran ekstraversi tipe taksadarnya perasaan
intraversi, kalau tipe sadarnya ekstraversi-pengindraan maka tipe taksadarnya
intraversi-intuisi, atau sebaliknya. Berikut ini adalah deskripsi tipe psikologis
Jung:
1) Intraversi-fikiran: Lebih mengandalkan dan fokus pemikiran pribadi
dibandingkan dengan penilaian orang lain. Terkesan seseorang yang keras
kepala, arogan, dan dingin. Orang yang emosinya datar, mengambil jarak
dengan orang lain, cenderung menyenangi ide-ide abstrak alih-alih
menyenangi orang dan benda kongkrit lainnya.
2) Ekstraversi-fikiran: Lebih kepada membagi pendapatnya kepada orang lain.
Orang yang cenderung tampil seperti tidak kenal orang lain (impersonal),
dingin atau angkuh, menekan fungsi perasaannya. Orang yang berprinsip
kenyataan obyektif, dingin, bukan hanya untuk dirinya tetapi juga
mengharap orang lain seperti dirinya. Tipe kepribadian dari peneliti, dan
matematikawan.
3) Intraversi-perasaan: Mengalami perasaan emosional yang kuat tetapi
menyembunyikan perasaan tersebut. Orang yang menilai segala hal dengan
memakai persepsi-subyektif alih-alih fakta–obyektif, mengabaikan
pandangan dan keyakinan tradisional, pendiam, sederhana, tidak dapat
diduga. Terkesan memiliki rasa percaya diri dan kehidupan jiwa yang
harmonis, tetapi perasaannya tiba-tiba bisa hancur oleh badai emosi.
Biasanya seperti seseorang yang pendiam, tidak acuh, tipe-tipe kepribadian
dari seniman, pengarang, dan kritisi seni.
4) Ekstraversi-perasaan: Orang yang perasaannya mudah berubah begitu
situasinya berubah. Mudah bergaul dalam waktu yang pendek, mudah
menyesuaikan diri, emosional dan penuh perasaan, tetapi juga senang
bergaul dan pamer. Kata kuncinya adalah sifat periang, sosialbel, tipe
kepribadian dari aktor, politisi.
5) Intraversi-pengindraan: Cenderung terbenam dalam sensasi-sensasi jiwanya
sendiri, dan memandang dunia sebagai sesuatu yang tidak menarik. Tipe
seseorang yang tampil kalem, bisa mengontrol diri, tetapi juga
membosankan.
13

6) Ekstraversi-pengindraan: Menerima data apa adanya tanpa pikiran


mendalam. Terkadang mereka juga sensitif, menikmati cinta dan
kegairahan. Sensasi indranya tidak dipengaruhi oleh sikap subyektif,
mampu membedakan fakta secara rinci. Kata kuncinya adalah sifat
menyenangkan, realistik, praktis, dan keras kepala merupakan tipe
kepribadian bisnisman.
7) Intraversi-intuisi: Terisolir dalam dunia gambaran primordial yang mereka
sendiri kadang tidak tahu maknanya. Mereka mungkin juga tidak mampu
berkomunikasi dengan orang lain secara efektif. Cenderung tidak praktis,
memahami fakta secara subyektif. Kata kuncinya adalah sifat mistik,
pemimpi, unik, tipe kepribadian dari seseorang supranatural.
8) Ekstraversi-intuisi: Orientasinya faktual, tetapi pemahamannya sangat
dipengaruhi oleh intuisi, yang mungkin sekali bertentangan dengan fakta
itu. Data sensoris justru menjadi sarana untuk menciptakan data baru secara
intuitif, untuk memecahkan suatu masalah. Kata kuncinya adalah sifat
efektif, kreatif, merupakan tipe kepribadian wiraswastawan.

4. Dinamika Kepribadian
a. Energi Psikis
Perbedaan utama dari konsep Jung dengan Freud adalah hakikat libido.
Jung tidak setuju dengan konsep libido sebagai energi seksual utama.
Menurutnya, libido harus dimaknai lebih luas, yaitu energi hidup yang tidak
dapat dipisahkan (tidak differensiasikan). Menariknya, Jung adalah orang yang
meminimalkan fungsi seks dalam teori kepribadian, memelihara semangat,
kehidupan seks yang bebas dari kecemasan.
Jung menggunakan konsep libido dalam dua cara: pertama, sebagai
difusi dan energi hidup umum; dan kedua, sebagai energi psikis dan menjadi
bahan bakar bagi kerjanya kepribadian. Jung menyebut kepribadian dengan
“psyche”, karena melalui energi psikis kegiatan psikologis seperti menserap,
berpikir, merasa, dan berkeinginan dapat dilakukan. Ketika seseorang
menanamkan sejumlah energi psikis dalam ide-ide atau perasaan tertentu, ide-
ide dan perasaan-perasaan tersebut dikatakan memiliki nilai psikis yang tinggi
dan berpengaruh kuat terhadap kehidupan orang tersebut. Contohnya, jika
14

dimotivasi untuk mencapai kekuasaan, maka akan mencurahkan energi psikis


untuk mencari kekuasaan.
b. Opposite (Berlawanan)
Menurutnya, keberadaan opposite atau kutub (polarities) dalam energi
psikis; setiap keinginan atau perasaan memiliki opposite. Opposite ini disebut
dengan antitesis—konflik diantara kutub—yang merupakan motivator utama
perilaku dan generator dari energi. Makin tajam konflik antara dua kutub, makin
besar energi yang dihasilkan. Menurut Jung, prinsip opposite paling sering
terjadi karena kepribadian berisi berbagai kecenderungan konflik. Opposite
juga terdiri antar tipe kepribadian, ektraversi lawan intraversi, pikiran lawan
perasa, dan penginderaan lawan intuisi.
c. Ekuivalen
Dia menyatakan bahwa energi yang dikeluarkan pada dasarnya tidak
hilang, tetapi akan berubah menjadi bentuk lain dalam bagian kepribadian.
Ekuivalen memiliki makna bahwa area baru pengganti energi harus memiliki
kesamaan. Prinsip ini berfungsi untuk menjaga agar kepribadian tidak
mengalami gangguan. Contohnya, bila sikap sadar mengalami frustasi, sikap
tak sadar akan mengambil alih. Ketika individu tidak dapat mencapai apa yang
dipilihnya, dalam tidur sikap tak sadar mengambil alih dan muncul sebagai
ekspresi mimpi.
d. Entropi
Dalam ilmu fisika, prinsip entropi merujuk pada penyamaan energi yang
berbeda. Contohnya, apabila sebuah benda yang panas dan benda yang dingin
diletakkan berdekatan dan saling berhubungan langsung, maka panas akan
mengalir dari benda yang lebih panas ke benda yang lebih dingin, sampai
mencapai keseimbangan pada suhu yang sama. Efeknya adalah akan terjadi
pertukaran energi. Hasilnya adalah keseimbangan homeostatis antara benda-
benda tersebut.

5. Perkembangan Kepribadian
Jung memiliki pandangan yang lebih jauh mengenai kepribadian
dibandingkan dengan Freud. Freud menekankan awal kehidupan manusia dan
meramalkan hanya sedikit perkembangan setelah usia lima tahun. Jung tidak
15

merumuskan urutan tahapan pertumbuhan dengan detail seperti Freud, tetapi


menuliskan periode spesifik dari keseluruhan proses perkembangan.
a. Dari Masa Kanak-kanak ke Masa Dewasa Muda
Ego mulai berkembang pada awal masa kanak-kanak, yang dimulai
dengan cara primitif, karena anak belum memiliki identitas yang khas. Apa yang
disebut dengan kepribadian anak adalah refleksi dari kepribadian orang tuanya.
Orang tua menekankan pengaruh yang sangat besar dalam pembentukkan
kepribadian anak. Ego akan mulai terbentuk secara substantif pada saat anak
mulai dapat membedakan dirinya dengan orang lain atau objek lain dalam
dunianya. Dengan kata lain, pembentukkan kesadaran terjadi ketika anak dapat
berkata “aku”.

b. Pubertas
Sebelum mencapai pubertas, psyche dianggap memiliki bentuk dan isi
yang terbatas. Periode ini oleh Jung disebut dengan kelahiran psikis, yang
ditandai dengan kesulitan dan keinginan untuk beradaptasi. Fantasi masa kanak-
kanak harus berakhir pada saat remaja, karena menghadapi kebutuhan terhadap
realitas, terjadi pada umur belasan tahun dalam masa dewasa muda. Seseorang
akan memperhatikan kegiatan untuk menghadapi masa dewasa, misalnya
menyelesaikan pendidikan, memulai karier, menikah, dan mulai berkeluarga.
Fokus seseorang selama bertahun-tahun tersebut adalah ke luar, didominasi oleh
kesadaran dan secara umum ekstraversi. Tujuan hidup adalah untuk mencapai
tujuan dan menstabilkan keamanan, tempat keberhasilan seseorang didunia.

c. Usia Setengah Baya


Kepribadian utama kita berubah saat usia beranjak antara 35 - 40 tahun.
Periode ini adalah usia setengah baya, masa yang acapkali terjadi krisis
kepribadian. Meskipun pada usia dewasa muda masalah adaptasi dapat
diselesaikan. Pada usia 40 tahun umumnya orang sudah mencapai stabilisasi
dalam karier, pernikahan, dan dalam kehidupan sosial. Namun, timbul
pertanyaan mengapa ketika orang sudah mencapai keberhasilan banyak yang
merasa putus asa dan tidak berharga. Menurut beberapa klien Jung,
penyebabnya adalah karena mereka merasakan kekosongan, kehilangan
semangat, kegembiraan, petualangan, dan hidup menjadi kehilangan makna.
16

Pada usia setengah baya, secara alami kita mulai mengalami proses
realisasi atau aktualisasi diri. Jika kita berhasil dalam mengintegrasikan
unconscious dan conscious, kita sudah berhasil mencapai posisi baru kesehatan
psikologis yang positif, oleh Jung disebut sebagai individuasi.

d. Masa Lanjut Usia


Meskipun masa kanak-kanak dan lanjut usia sangat berbeda, Jung
menganggap keduanya memiliki persamaan tenggelam dalam kejadian-
kejadian psikis taksadar. Pikiran dan ego anak timbul dari taksadar. Orang lanjut
usia pun tenggelam dalam taksadar dan secara progresif hilang didalamnya.
Jung melihat masa kanak-kanak dan masa lanjut usia sebagai tahap-tahap
kehidupan tanpa masalah-masalah sadar, dan oleh sebab itu, mereka tidak
menjadi fokus utama Jung.

e. Individuasi
Individuasi berarti menjadi seorang individual, memenuhi semua
kapasitas dan mengembangkan diri sendiri. Penekanan individuasi adalah
kealam sadar, sesuatu yang tidak dapat dihindarkan, tetapi dapat ditolong, atau
sebaliknya, dirintangi kekuatan lingkungan, misalnya pendidikan dan
kesempatan ekonomi seseorang dan hubungan alamiah orang tua dan anak.
Dalam rangka berjuang mencapai individuasi, orang setengah baya
harus membuang nilai dan perilaku yang menjadi penuntun pada masa separuh
awal kehidupan pertama. Mereka akan menghadapi ketidaksadaran dan
membawanya ke dalam kesadaran conscious dan menerima apa yang dikatakan
untuk dikerjakan. Mereka harus membiarkan dirinya dituntun oleh aliran
spontan dalam unconscious.
Bagian penting dari proses individuasi pada usia paruh baya adalah
pertukaran hakikat dari arketip. Perubahan pertama adalah menurunkan tahta
persona. Meskipun akan terus melanjutkan berbagai peran sosial, seseorang
harus mengakui bahwa kepribadian publik tidak menampilkan seseorang yang
sebenarnya.
Seseorang menjadi sadar terhadap kekuatan perusak dari shadow, dan
mengetahui sisi gelap dari dirinya serta impuls primitif, misalnya selfish. Di
separuh pertama hidup, seseorang menggunakan persona untuk membentengi
sisi gelap diri. Mengharapkan orang hanya melihat hal yang baik dari dalam
17

diri. Padahal, persembunyian itu menutup shadow dari penglihatan orang lain.
Di sisi lain, shadow akan memberi dimensi kepribadian yang lebih mendalam
karena dengan mengatur shadow, seseorang akan memiliki semangat,
spontanitas, dan vitalitas untuk hidup.
Seseorang harus melihat konsep biseksual psikologis, dimana anima dan
animus dapat digunakan secara baik. Jung percaya bahwa pengakuan terhadap
karakteristik dari sisi lain adalah langkah sulit dalam proses individuasi karena
mewakili perubahan yang besar dalam citra diri. Sekali struktur psyche sudah
diindividuasi dan diketahui, tahap perkembangan selanjutnya akan berjalan.
Jung merujuk hal ini kepada transendensi, sebuah tendensi dalam diri terhadap
kesatuan atau keseluruhan dalam kepribadian. Menyatukan semua aspek yang
berlawanan dengan psyche. Faktor lingkungan, seperti perkawinan yang tidak
bahagia atau frustasi kerja dapat mencegah proses transendensi atau mencegah
seluruh pencapaian diri (self).

C. Tujuan Teori Analitik Jung


Tujuan utama terapi untuk orang muda adalah adaptasi normal untuk mengatasi
neurosis yang berhubungan dengan penyusutan kembali ke tugas-tugas kehidupan
konkret. Terapi utama difokuskan pada mencapai tujuan-tujuan tertentu, mengatasi
masalah-masalah kompleks, dan memperkuat kesadaran dan fungsi ego. Jung
menekankan pentingnya orang muda, yang masih belum beradaptasi, tetapi akan
mencapai sesuatu untuk mendidik kemauan sadarnya.
Orang di paruh kedua kehidupan tidak lagi perlu mendidik kemauan sadarnya,
tetapi memahami batin (inner being)-nya dan makna kehidupannya. Dua pertiga klien
Jung berada di paruh kedua kehidupan dan sekitar sepertiga kliennya tidak mengalami
neurosis apa pun yang dapat didefinisikan secara klinis, namun mengalami mati rasa
dan perasaan hidup tanpa tujuan. Kebanyakan pasiennya adalah individu-individu yang
well-adapted (teradaptasi dengan baik) secara sosial, yang bagi mereka normalisasi
tidak memiliki arti apa pun. Bagi orang semacam itu, tujuan utama terapinya adalah
realisasi-diri yang melibatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang psike mereka
dan memasukkan lebih banyak materi taksadar sehingga sebuah keseimbangan baru
antara kesadaran dan taksadar akan tercipta.
18

D. Metode dan Teknik Konseling Teori Analitik Jung


Jung memostulasikan empat tahap dalam psikoterapi analitik; confession,
elucidation, education, dan transformation. Meskipun masing-masing tahap memiliki
rasa ingin tahu dari finalitas tentang hal itu, adaptasi normal biasanya hanya akan
dicapai dengan menjalani ketiga tahap yang pertama. Tahap yang keempat—
transformasi—memenuhi kebutuhan lebih lanjut yang berada di luar cakupan tahap-
tahap lainnya, tetapi bukan kebenaran akhirnya.
Proses terapi bervariasi tergantung faktor-faktor, seperti: tahap kehidupan klien,
karakteristik kepribadian klien, dan sifat masalahnya. Keempat tahap terapi lebih
bersifat indikatif daripada preskriptif. Misalnya, klien bervariasi dalam hal berapa
banyak pekerjaan yang dibutuhkan untuk menangani transferensi dan proyeksi-
proyeksinya.
1. Empat Tahap Metode Terapi Analitik
a) Konfesi:
Mirip dengan katarsis dari Freud, konseli mengungkapkan isi taksadar
yang mengganggunya dengan memakai objek disekitar terutama konselornya.
Ini adalah metode menghilangkan emosi. Pada tahap ini disebut dengan
pengakuan.
b) Eludikasi:
Konselor akan interpretasi penjelasan penyebab timbulnya tingkah laku
neurosis yang tidak dikehendaki. Melibatkan penafsiran, penjelasan, dam teknik
menerangkan. Interpretasi ini dari hasil konfensi. Tahap ini merupakan usaha
untuk memberikan pencerahan.
c) Edukasi:
Konselor mendorong konseli untuk mempelajari tingkah laku baru,
dengan memasukkan faktor pendidikan agar konseli dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungan dan menjawab tantangan-tantangan yang muncul. Tahap ini
seperti memberikan treatment.
d) Transformasi:
Konselor diupayakan sebelum memberikan sebuah treatment alangkah
baiknya menjadi manusia yang sehat, terutama dengan melakukan proses terapi.
Memberi jalan konseli mencapai realisasi diri (potensi diri untuk tumbuh).
Jung memakai pendekatan eklektik dalam teori dan praktek psikoterapinya.
Perlakuannya kepada kliennya bevariasi, tergantung kepada usia, tahap
19

perkembangan, dan jenis neurosisnya. Dua pertiga kliennya berusia pertengahan,


dan kebanyakan menderita karena kehilangan makna hidup, kehilangan tujuan
hidup, dan takut mati. Jung berusaha membantu klien semacam itu menemukan
orientasi filosofis mereka masing-masing. Dia sangat hati-hati, untuk tidak
memakai filosofinya sendiri sebagai resep kepada kliennya, dan mendorong mereka
menemukan makna hidup pribadi mereka sendiri. Tujuan terapi Jung adalah
membantu klien neurotik menjadi lebih sehat dan mendorong klien yang lebih sehat
untuk bekerja mandiri mencapai realisasi-dirinya.

2. Teknik Konseling Teori Analitik


a. Tes Asosiasi Kata
Jung bukan orang pertama yang memakai teknik asosiasi, tetapi dia di
hargai karena mengembangkan dan menyempurnakan tes itu. Pada mulanya dia
memakai teknik itu untuk menunjukkan validitas hipotesa Freud, bahwa
ketidaksadaran beroperasi sebagai proses otonom. Kini, tujuan tes asosiasi kata
Jung adalah untuk mengungkap perasaan-perasaan yang bermuatan kompleks.
Gambaran-gambaran yang terikat dalam lingkaran kompleks mempunyai
muatan emosi yang besar, dan ungkapan emosional itu dapat diukur. Jung
memakai 100 kata sebagai stimulus, yang dipilih kemudian disusun untuk
memancing reaksi emosi. Klien diperintah untuk merespon setiap kata dengan
kata pertama yang muncul dalam fikirannya. Respon kata itu dicatat dilengkapi
dengan pengukuran waktu reaksi, degub jantung, dan respon galvanik kulit.
Dilakukan tes ulang untuk memperoleh konsistensi jawaban. Reaksi-reaksi
tertentu menjadi pertanda bahwa stimulus kata itu menyentuh kompleks.
1. Kepala 26. Biru 51. Katak 76. Mencuci
2. Hijau 27. Lampu 52. Berpisah 77. Sapi
3. Air 28. Berdosa 53. Lapar 78. Teman
4. Menyanyi 29. Misai 54. Putih 79. Bahagia
5. Mati 30. Kayz 55. Anak-anak 80. Bohong
6. Panjang 31. Pohon 56. Memperhatikan 81. Departemen
7. Kapal 32. Menusuk 57. Pensil 82. Sempit
8. Membayar 33. Kasihan 58. Sedih 83. Saudara
9. Jendela 34. Kuning 59. Buah Prem 84. Takut
20

10. Bersahabat 35. Gunung 60. Kawin 85. Bangau


11. Meja 36. Mati 61. Rumah 86. Salah
12. Bertanya 37. Asin 62. Kekasih 87. Cemas
13. Dingin 38. Baru 63. Gelas 88. Mencium
14. Tangkal 39. Adat 64. Bertengkar 89. Penganting
15. Menari 40. Berdoa 65. Bulu Binatang 90. Murni
16. Desa 41. Uang 66. Besar 91. Pintu
17. Danau 42. Bodoh 67. Wortel 92. Memilih
18. Sakit 43. Buku Latihan 68. Mengecat 93. Jerami
19. Bangga 44. Menghina 69. Bagian 94. Puas
20. Memasak 45. Jari 70. Tua 95. Diajak
21. Tinta 46. Tersayang 71. Bunga 96. Tidur
22. Marah 47. Burung 72. Memukul 97. Bulan
23. Jarum 48. Jatuh 73. Kotak 98. Menyenangkan
24. Berenang 49. Buku 74. Liar 99. Perempuan
25. Perjalanan 50. Tidak Adil 75. Keluarga 100. Menyiksa

b. Analisis Mimpi
Pandangan Jung mengenai mimpi ada yang sama dengan Freud ada pula
yang berbeda. Persamaannya, mimpi itu mempunyai makna yang harus
dicermati secara seksama mimpi muncul dari dalam dunia taksadar, dan makna
mimpi diekspresikan dalam bentuk simbolik.
Perbedaannya. Freud memandang mimpi sebagai pemenuhan hasrat
(wish fullfilment) dan simbolisasi mimpi berhubungan dengan dorongan
seksual, sedangkan Jung memandang mimpi sebagai usaha spontan mengetahui
hal yang tidak diketahui dalam taksadar sebagai bagian dari pengembangan
kepribadian. Mimpi bisa merupakan proses kompensasi (perasaan dan sikap
yang tidak dapat diekspresikan ketika terjaga, menemukan celah untuk muncul
pada waktu tidur) atau proses taksadar yang menggambarkan rencana masa
depan dan pemecahanan suatu masalah (membimbing fungsi sadar membuat
adaptasi yang lebih memuaskan). Jadi simbolisasi Jung bisa mewakili konsep
apapun bukan banya representasi seksual.
21

Tujuan interpretasi mimpi dari Jung adalah mengungkap elemen-elemen


yang ada di taksadar pribadi dan taksadar kolektif, mengintegrasikannya ke
dalam kesadaran untuk mempermudah proses realisasi-diri. Ada tiga macam
jenis mimpi yang sarat dengan muatan arketip, yakni mimpi besar (big dreams),
mimpi tipikal (typical dreams) dan mimpi anak-anak (earliest dreams).

1) Mimpi Besar:
Mimpi yang mempunyai makna khas, yang menarik bagi semua
orang tanpa dapat dijelaskan mengapa bisa menarik. Mimpi besar oleh Jung
juga dinamakan mimpi numinous- mimpi yang asing, aneh, dan memberi
pengalaman. yang sangat mendalam. Mimpi besar terjadi ketika taksadar
mengalami gangguan serius, sering diikuti dengan kegagalan ego
menangani dunia luar secara memuaskan.

2) Mimpi Tipikal:
Mimpi yang umum pada banyak orang, yakni mimpi yang
melibatkan arketip sosok figur (ibu, bapak, Tuhan, setan/hantu, dan manusia
bijak), arketip peristiwa (kelahiran, kematian, perpisahan dengan orang tua,
baptis, perkawinan, terbang, dan lain sebagainya), dan arketip obyek
(matahari, air, ikan, kera, dan hewan pemangsa).

3) Mimpi anak-anak:
Ini bukan mimpi yang asli, tetapi ingatan tentang mimpi pada masa
anak-anak. Mimpi pada usia 3 atau 4 tahun (yang diingat sesudah dewasa)
sering berisi arketip motif dan simbol seperti pahlawan, orang bijak, ikan,
dan mandala. Materi yang muncul sering bersifat universal, sebagai bukti
adanya taksadar kolektif.
lnterpretasi mimpi membutuhkan pemahaman mengenai sifat kesadaran
pemimpi karena mimpi timbul dari taksadar yang menjadi kebalikan dari
kesadaran. Ada tiga metode analisis mimpi dari Jung; amplifikasi, rangkaian
mimpi, dan imajinasi aktif.
1) Amplifikasi:
Metode ini merupakan pengembangan metode asosiasi bebas. Pada
asosiasi bebas orang diminta merespon kata atau mimpi secara bebas
membuat asosiasi berlanjut dari respon satu ke respon yang lain sehingga
22

asosiasi belakangan bisa bergeser dari stimulan pertamanya. Dalam


amplifikasi asosiasi dilakukan dengan tetap mempertahankan kaitan respon
dengan materi mimpinya, sehingga terjadi asosiasi jamak (banyak asosiasi
terhadap suatu materi mimpi), yang memberi bentuk konstelasi disekitar
mimpi. Analisis berusaha menemukan arketip dan isi taksadar lainnya dari
asosiasi jamak itu, serta maknanya bagi pasien.
2) Rangkaian mimpi:
Jika Freud hanya meneliti mimpi tunggal, Jung menganalisis
komponen beberapa mimpi berturut-turut, untuk melihat kecocokan yang
berlanjut dan koreksi pengembangan lebih lanjut. Ini mirip dengan metode
konsistensi internal, mencari hubungan antara bagian-bagian dengan
keseluruhan.
3) Imajinasi aktif:
Sejenis intropeksi yang materinya campuran, sebagian mimpi,
sebagian tampakan/fantasi, atau gabungan keduanya. Orang diminta
memusatkan perhatiannya pada gambaran mimpi yang mengesankan tetapi
tidak dapat dimengerti, atau gambaran visual yang spontan dan mengamati
apa yang terjadi dengan gambaran itu ketika mereka bergerak sesudah
digabungkan. lmajinasi aktif mirip melukis dalam pikiran. Semua ungkapan
orang itu dicatat tanpa disela untuk menghasilkan rangkaian bahan taksadar
yang dapat dikaitkan dengan sikap sadar pemimpi pada saat itu

3. Macam-Macam Terapi Analitik Jung


a. Terapi Kelompok
Kelompok berisikan enam sampai sepuluh anggota, sering menjadi
tambahan terapi individual dan partisipannya biasanya klien-klien analisis.
Pertemuannya cenderung mingguan dan berlangsung sekitar 90 menit. Terapi
kelompok ini sangat cocok untuk penyandang introvert menurut Jung. Dalam
terapi ini, anggota kelompok cenderung memproyeksikan shadow-nya kepada
kelompok dan kelompok mau tidak mau mengambil bagian kepribadian yang
ditutupi seorang individu.
23

b. Terapi Perkawinan dan Keluarga


Analisis Jung kontemporer juga sering menggunakan atau merujuk
pasien mereka ke terapi perkawinan atau terapi keluarga analitik. Analisis
sering diadministrasikan tes tipologi kepada pasangan atau para anggota
keluarga dan perbedaan-perbedaan sering kali dapat ditangani dengan lebih
mudah jika mereka diinterpretasi sebagai pertentangan tipologi-tipologi.

c. Terapi Tubuh/Gerakan
Jung akan meminta kliennya untuk terlibat dalam imajinasi aktif melalui
gerakan tubuh dan tari. Ia percaya bahwa tubuh menyimpan, mengalami, dan
mengomunikasikan banyak, atau mungkin lebih banyak pengalaman emosional
daripada kata-kata.

d. Terapi Kotak Pasir


Jung mengonstruksikan “desa” batu selama analisis terhadap dirinya.
Dora Kalff mengembangkan ide Jung dengan mengisi sebuah kotak persegi
berukuran kira-kira 30x20x3 inchi dengan pasir untuk menjadi miniatur yang
dapat dibentuk dengan menata ratusan patung-patung kecil yang disediakan
oleh analisis. Penggunaan kotak pasir seperti bentuk-bentuk imajinasi aktif
lainnya, memberikan jembatan, kearah taksadar.

e. Analisis Anak
Analisis bukan hanya menangani si anak, tetapi bilamana perlu
mengintervensi untuk memperbaiki situasi keluarga dan kehidupan anak itu.
Analisis anak serupa dengan analisis orang dewasa, namun lebih banyak
menggunakan beragam metode sentuhan dan nonverbal. Anak-anak didorong
untuk mengekspresikan mimpi, ketakutan, dan khayalan mereka melalui terapi
kotak pasir, tanah liat, memainkan alat musik, dan gerakan tubuh. Selain itu
dongeng mitos digunakan untuk mengilustrasikan perasaan dan menyelesaikan
masalah.
24

4. Peran Konselor dalam Teori Analitik Jung


a. Prinsip Dinamika
Dengan memahami prinsip-prinsip tersebut konselor akan dapat
memanfaatkan energi yang dimiliki oleh konseli untuk memaksimalkan potensi
positif yang dimiliki konseli.

b. Konsep Tentang Sikap dan Fungsi


Membantu konselor untuk memahami dan mengenali tipe-tipe
psikologis konseli menurut jenis sikapnya.

c. Tahapan Perkembangan
Memberikan informasi kepada konselor untuk memahami perilaku
konseli sesuai dengan usianya, serta mengarahkan terbentuknya pribadi yang
sehat dan mencapai realisasi diri.

E. Implementasi Teori Analitik Jung Dalam Konseling


Dalam perkembangan kepribadian individu, dapat mengalami gerak mundur
dari fase proses perkembangan seharusnya yang disebut regresi dan gerak maju dari
proses perkembangan sebelumnya yang disebut progresi. Konselor hendaknya mampu
mencegah konseli agar tidak mengalami regresi yakni kembali pada fase perkembangan
yang telah dilewati dengan tidak disadari.
Tes Myers Briggers Type Indicator, tes ini berasal dari tipologi Jung. Tes dapat
digunakan konselor sebagai salah satu rujukan dalam membuat tindak lanjut proses
konseling terutama dalam bidang layanan bimbingan karier konseli. Konselor
mengarahkan bidang pilihan karier konseli sesuai hasil tes tersebut, serta syarat
kompetensi yang harus dimiliki konseli untuk dapat mencapai pilihan karier tersebut
dengan optimal.
Jung mengungkapkan bahwa seluruh aspek kepribadian individu harus
berkembang seluruhnya. Apabila ada salah satu aspek yang terabaikan, hal itu akan
dapat menghambat dari aspek kepribadian yang berkembang dalam diri. Konselor
mampu mengarahkan layanan konseling yang aktif untuk menyeimbangkan
kepribadian konseli antara alam sadar dan taksadar. Disini konselor berperan untuk
mengembalikan arah dan tujuan konselig atau fokus sesuai dengan tahap perkembangan
yang “real” atau masa kini yang sedang dialami oleh konseli.
25

F. Kelebihan dan Kekurangan Teori Analitik Jung


1. Kelebihan Teori Analitik Jung
a. Dalam tipologi Jung, Jung mengungkapkan manusia memiliki sikap dan fungsi
kepribadian yang di mana hasil pemikirannya tersebut tercipta salah satu tes
kepribadian yaitu tes MBTI, dari hasil tes tersebut tidak menunjukkan jawaban
yang benar atau salah.
b. Jung berpendapat bahwa sejarah manusia itu dari nenek moyang kita. Sehingga
evolusi kepribadian manusia sangat erat kaitannya dengan nenek moyang dan
pengaruh-pengaruhnya. Maka kepribadian manusia itu tidak lepas dari
keberadaan leluhur.
c. Jung tidak hanya mengemukakan tipe kepribadiannya sebagai kupasan ilmiah
belaka. Namun, ia juga mengemukakan keunikan dan kekhasan dari setiap tipe
yang didalamnya mengandung potensi dan talenta yang patut ditumbuh
kembangkan demi tercapainya hidup manusia secara penuh.

2. Kekurangan Teori Analitik Jung


a. Banyak menggunakan simbol. Jung dalam idenya banyak menggunakan
simbol-simbol yang tidak diketahui oleh semua orang.
b. Teori Jung banyak mendapat kritikan dari ilmuan psikodinamis lainnya.
Misalnya, beberapa elemen dari ketidaksadaran kolektif menjadi sangat
berkembang kemudian disebut sebagai arketip-arketip. Pengertian arketip yang
paling meluas adalah gagasan mengenai realisasi diri, yang hanya bisa dicapai
dengan adanya keseimbangan antara dorongan-dorongan kepribadian yang
berlawanan. Jadi, teori Jung mengungkapkan mengenai teori-teori yang
berlawanan.
c. Teori ini lebih menjelaskan fenomena kepribadian dengan kekuatan gaib. Jung
berasumsi bahwa fenomena yang berhubungan dengan kekuatan gaib atau
magic bisa dan memang berpengaruh pada kehidupan manusia. Jung percaya
bahwa setiap dari kita termotivasi bukan hanya oleh pengalaman yang ditekan,
namun juga oleh pengalaman emosional tertentu yang dipengaruhi oleh para
leluhur yang sekarang disebut dengan ketidaksadaran kolektif. Dengan adanya
ketidaksadaran kolektif ini juga menjadi pembeda paling dasar terhadap teori
psikoanalisis Freud.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendekatan konseling teori analitik Jung ini menyatakan bahwa kepribadian
atau psyche bersifat dinamis dengan gerak yang terus menerus. Dinamika psyche
tersebut disebabkan oleh energi psikis yang disebut oleh Jung dengan libido. Carl
Gustav Jung menyatakan bahwa manusia selalu maju dan berkembang sesuai dengan
tahap perkembangannya.
Peran guru BK atau konselor dalam teori ini berfokus pada bagaimana
memberikan sebuah treatment kepada konseli yang sesuai dengan kepribadian dan
tahap perkembangannya. Cara konselor dalam mengaplikasikan teknik ini dengan
menggunakan tes MBTI dan analisis mimpi yang menjadi fokus Jung dalam
ketidaksadaran kolektif.

B. Saran
Dalam melaksanakan konseling, baik dalam kajian teori maupun praktik sangat
dibutuhkan pendekatan-pendekatan atau teori kepribadian, untuk itu sangat
direkomendasikan untuk para pembaca lebih memahami dan mempelajari teori-teori
kepribadian.

26
DAFTAR PUSTAKA

Alwisol. 2009. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.


Drajat, Hentyn, dkk. 2013. “Teori Analitik Jung”,
http://magazinetrees.blogspot.com/2013/07/psikologi-kepribadian-jung.html?m=1,
diakses pada 20 Maret 2020 pukul 13.45 WIB
Hidayat, Dede Rahmat. 2011. Teori dan Aplikasi Psikologi Kepribadian dalam Konseling.
Bogor: Ghalia Indonesia.
Huzai. 2016. “Teknik dan Pendekatan Konseling Karl Jung”,
http://www.scribd.com/doc/332392921, diakses pada 19 Maret 2020 pukul 11.30 WIB.
Putri Ramadhanti, Azzahra, dkk. 2018. Tugas Kelompok Psikologi Kepribadian (Carl Gustav
Jung). Makalah
Rosidi. 2016. “Teori Kepribadian Jung”, http://psychoshare16.blogspot.com/2016/06/normal-
0-false-false-false-en-us-x-none_25.html?m=1, diakses pada 20 Maret 2020 pukul
21.10 WIB
Soetjipto, Helly Prajitno dan Sri Mulyantini. 2011. Teori dan Praktik Konseling dan Terapi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

27

Anda mungkin juga menyukai