ETIKA KONSELING
Etika konseling berarti suatu aturan yang harus dilakukan seorang konselor dan hak-
hak klien yang harus dilindungi oleh seorang konselor. Selama proses konseling berlangsung,
seorang konselor harus bertanggung jawab terhadap kliennya dan dirinya sendiri.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu konselor harus bertanggung jawab
untuk memberi perhatian penuh terhadap klien selama proses konseling. Konselor tidak boleh
melakukan konseling ketika energi, atensi, dan motivasinya dibuyarkan oleh jadwal yang
terlalu padat, masalah-masalah pribadi, dll.Mengapa demikian? Itu pertanggungjawaban kita
sebagai seorang konselor. Jika kita sedang letih, bosan, atau sedang sibuk mengerjakan
sesuatu, kita sulit memberikan perhatian kepada seseorang, kecuali jika mendesak atau orang
yang akan konseling tiba-tiba sudah datang.
Etika konseling berarti suatu aturan yang harus dilakukan oleh seorang konselor dan
hak-hak klien yang harus dilindungi oleh seorang konselor. Ada empat etika yang penting:
1. Profesional Responsibility. Selama proses konseling berlangsung, seorang konselor
harus bertanggung jawab terhadap kliennya dan dirinya sendiri.Ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan:
Responding fully, artinya konselor harus bertanggung jawab untuk memberi
perhatian penuh terhadap klien selama proses konseling.
Terminating appropriately. Kita harus bisa melakukan terminasi (menghentikan
proses konseling) secara tepat.
Evaluating the relationship. Relasi antara konselor dan klien haruslah relasi yang
terapeutik namun tidak menghilangkan yang personal. Counselor’s responsibility to
themselves. Konselor harus dapat membangun kehidupannya sendiri secara sehat
sehingga ia sehat secara spiritual, emosional dan fisikal.
4. The Counselor Influence. Konselor mempunyai pengaruh yang besar dalam relasi
konseling, sehingga ada beberapa hal yang perlu konselor waspadai yang akan
mempengaruhi proses konseling dan mengurangi efektifitas konseling. Hal-hal tersebut
adalah:
The counselor needs : kebutuhan-kebutuhan pribadi seorang konselor perlu dikenali
dan diwaspadai supaya tidak mengganggu efektifitas konseling.
Authority: pengalaman konselor dengan figur otoritas juga perlu diwaspadai karena
akan mempengaruhi proses konseling jika kliennya juga figur otoritas.
Sexuality: konselor yang mempunyai masalah seksualitas yang belum terselesaikan
akan mempengaruhi pemilihan klien, terjadinya bias dalam konseling,
dan resistance atau negative transference.
The counselor `s moral and religius values: nilai moral dan religius yang dimiliki
konselor akan mempengaruhi persepsi konselor terhadap klien yang bertentangan
dengan nilai-nilai yang ia pegang.
B. TUJUAN ETIKA KONSELING
Melindungi konselor yang menjadi anggota asosiasi dan konseli sebagai penerima
layanan.
Mendukung misi Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia.
Kode etik merupakan prinsip-prinsip yang memberikan panduan perilaku yang etis
bagi konselor dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling.
Kode etik membantu konselor dalam membangun kegiatan layanan yang profesional.
Kode etik menjadi landasan dalam menghadapi dan menyelesaikan keluhan serta
permasalahan yang datang dari anggota asosiasi.