Anda di halaman 1dari 6

REVIEW JURNAL “PSIKOMETRI”

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN


KEPUASAN HIDUP HOMOSEKSUAL DI SURABAYA

Dosen : Ratri Pratiwi, S.Psi., MA

Nama Kelompok :
Dwi Anasari Indah I. 17081554
Intan Tri Ashuri 17081564
Mulyadi 17081582
Theresia Oktavia A. 17081653
Jamrut Bayu S. 17081757
Rahmania Ade Arini 17081759

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MERCUBUANA YOGYAKARTA
2019
REVIEW JURNAL PSIKOMETRI

1. Penulis Dyah Rizka Paramastuti & Triana Kesuma Dewi


“Hubungan antara Dukungan Sosial dan Kepuasan Hidup
2 Judul Jurnal
Homoseksual di Surabaya”
Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental, Tahun 2017,
3. Edisi
Vol. 6, 33 – 47.
Penolakan dan diskriminasi pada homoseksual masih marak
terjadi di Indonesia karena dianggap sebagai hal yang
menyimpang norma sosial. Intimidasi, pemberian label
negatif, pelecehan, pengingkaran, penyingkiran dari
komunitas, kekerasan fisik bahkan kematian terjadi akibat
adanya penolakan masyarakat terhadap keberadaan kaum gay
membuat kesehatan mental mereka terganggu dan seringkali
harus mendapatkan perawatan serta terapi akibat trauma
panjang yang dialaminya. Rendahnya dukungan yang
didapatkan homoseksual tersebut terjadi karena di Indonesia
orientasi seksual yang dianggap umum dan wajar saat ini
4. Latar Belakang Masalah
adalah orientasi seksual berbeda jenis (heteroseksual),
sehingga homoseksual merupakan hal yang masih dianggap
menyimpang norma, tabu, serta dianggap sebagai minoritas.
Hal ini dapat berpotensi mempengaruhi kepuasan hidup
homoseksual tersebut. Dukungan sosial dianggap individu
sebagai sesuatu hal yang berguna saat individu tersebut
mampu mempersepsikan apakah dukungan sosial tersedia atau
tidak. Dengan adanya latar belakang tersebut, peneliti menjadi
tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai
hubungan antara dukungan sosial dan kepuasan hidup
homoseksual di Surabaya.
Menguji hipotesis mengenai adanya pengaruh hubungan
5. Tujuan Penelitian antara dukungan sosial dan kepuasan hidup pada kaum
homoseksual di Surabaya.
6. Landasan Teori Homoseksual merupakan sebuah orientasi seksual yang
dimiliki individu berupa ketertarikan secara seksual, fisik dan
emosional kepada individu yang memiliki jenis kelamin yang
sama dengannya (Mavor & Parrilo, 2008). Data statistik
menunjukkan bahwa terdapat 4.000-5.000 penyuka sesama
jenis di Jakarta (Survei YKPN, dalam Andini 2013).
Selanjutnya, berdasarkan hasil survei diperkirakan sekitar
260.000 dari enam juta penduduk Jawa Timur adalah
homoseksual (Survei GAYA NUSANTARA, dalam Andini
2013). Masih banyak masyarakat di Indonesia yang
melakukan penolakan terhadap homoseksual, mulai dari dari
kata “menyimpang” hingga kata “sesat” muncul menghakimi
kaum ini. (Ariyanto & Triawan, 2008). Penolakan dan
diskriminasi terhadap kaum minoritas seksual (homoseksual)
berkorelasi terhadap rendahnya kepuasan hidup pada
homoseksual tersebut. (Powdthavee & Wooden, 2014). Duru
(2007) menyatakan bahwa untuk meningkatkan kepuasan
hidup individu, dibutuhkan adanya dukungan sosial. Sarason,
Pierce & Sarason (1990) menyatakan bahwa bentuk dukungan
sosial yang diterima berupa dorongan semangat, perhatian,
penghargaan, bantuan, dan juga kasih sayang akan membuat
individu memiliki pandangan yang positif terhadap dirinya
sendiri dan juga lingkungannya. Dukungan secara emosional
merupakan jenis dukungan yang seringkali diberikan oleh
teman dekat kepada laki-laki gay (Berger & Mallon, 2015).
Dukungan sosial dianggap mampu mempengaruhi kepuasan
7. Hipotesis
hidup pada kaum homoseksual di Surabaya.
8. Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan adalah Social Support
Questionnaire-Shortened Version (SSQ) untuk variabel
dukungan sosial, The Satisfaction with Life Scale (SWLS)
untuk variabel kepuasan hidup, dan kuisioner untuk
mengetahui variabel demografis subjek (usia, pendidikan
terakhir, usia menyadari & mengungkapkan homoseksual,
pengalaman penolakan, dll.).
Alat ukur SSQ terdiri dari 6 item, dan di setiap pertanyaan
akan terdapat dua bagian pengerjaan yang harus dijawab oleh
responden. Bagian pertama, partisipan diminta untuk membuat
daftar orang-orang yang dapat mendeskripsikan pertanyaan
pada setiap aitem. Responden dapat menuliskan daftar nama
dengan jumlah 0 hingga maksimal 9 nama. Pada bagian kedua
responden diminta untuk menilai seberapa puas responden
(satisfaction) terhadap dukungan sosial yang telah
diterimanya. Bagian ini memiliki enam skala jawaban, yakni
(1) sangat tidak puas hingga (6) sangat puas. Berdasarkan uji
reliabilitas menggunakan IBM SPSS Statistic 2.0, nilai
koefisien reliabilitas pada alat ukur SSQ ini ditemukan
sejumlah 0,886, yang tergolong sangat reliabel.
Alat ukur SWLS terdiri dari 5 item dengan 7 skala jawaban,
yakni (1) sangat tidak setuju hingga (7) sangat setuju.
Berdasarkan uji reliabilitas menggunakan IBM SPSS Statistic
2.0, nilai koefisien reliabilitas pada alat ukur SWLS ini
ditemukan sejumlah 0,851, yang tergolong sangat reliabel.
Penelitian dilakukan pada homoseksual (gay dan lesbian)
berusia 16-30 tahun dengan jumlah subjek sebanyak 175
orang (148 gay dan 27 lesbian). Penelitian secara kuantitatif,
menggunakan metode pengumpulan data. Penelitian ini
digunakan untuk melihat hubungan (korelasi) antara dukungan
sosial dan kepuasan hidup tanpa mempengaruhi variabel
9. Metode penelitian tersebut. Alat ukur yang digunakan adalah "Social Support
Questionnaire-Shortened Version (SSQ)" untuk variabel
dukungan sosial dan "The Satisfaction With Life Scale
(SWLS)" untuk variabel kepuasan hidup. Penelitian juga
menggunakan kuesioner untuk mengetahui variabel
demografis subjek (usia, pendidikam terakhir, usia menyadari
dan mengungkapkan homoseksual, pengalaman penolakan).
10. Subjek penelitian Sebanyak 175 orang (148 gay dan 27 lesbian)
1. Kuesioner
11. Alat ukur 2. SSQ (Social Questionnaire-Shortened Version)
3. SWLS (The Satisfaction With Life Scale)
12. Hasil 1. Orientasi Seksual : Hasil survei menunjukkan subjek
mulai menyadari dan mengungkapkan homoseksualitasnya
pada fase remaja akhir yaitu usia 15-19 (65,7%).
2. Dukungan sosial : Hasil dari SSQ menunjukkan sumber
pemberi dukungan sosial sebesar 63,7% didapatkan dari
teman, 16% dari ibu, 9,2% dari saudara, 7,1% dari
pasangan (sama sex), 2,4% dari ayah, dan 1,6% lainnya.
3. Kepuasan hidup : Hasil dari SWLS memberikan penilaian
rata-rata kepuasan hidup homoseksual sebesar 22,37 yang
menunjukkan kepuasan hidup homoseksual di Surabaya
tergolong agak puas.
4. Uji Normalitas : Data pada SWLS ditemukan nilai
signifikansi sebesar 0,200 yang menunjukkan bahwa data
memiliki sebaran yang normal.
5. Uji Korelasi : Data menunjukkan nilai signifikansi sebesar
0,006 yang menunjukkan Ha diterima (< 0,05) bahwa
terdapat hubungan antara dukungan sosial dan kepuasan
hidup homoseksual di Surabaya, dan nilai positif
menunjukkan bahwa hubungannya bersifat positif yakni
semakin tinggi tingkat dukungan sosial yang didapatkan
oleh homoseksual maka akan semakin tinggi pula
kepuasan hidup yang dimiliki oleh homoseksual tersebut.
Sedangkan nilai koefisien korelasi antar dua variabel
sebesar 0,209 maka korelasi antar kedua variabel
tergolong lemah (1,10 – 0,29).
13. Diskusi Kaum homoseksual pada umunya akan mulai mengungkapkan
homoseksualitasnya di umur 15 – 19 tahun. Hal ini
dikarenakan pada masa remaja merupakan saatnya bagi para
individu untuk mengembangkan identitas seksualnya,
kemudian dari situlah dia baru akan menyadari kalau dirinya
homoseksual. Kaum homoseksual biasanya cenderung
menutupi kehomoseksualitasnya pada teman kantor atau
teman kuliahnya, namun mereka akan cenderung terbuka
kepada teman bermain atau teman yang dirasa sudah cukup
dekat dengannya. Bahkan dari alat ukur SSQ diketahui bahwa
temanlah yang menjadi sumber dukungan sosial utama bagi
kaum homoseksual. Pada dasarnya, penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan dukungan
sosial dengan kepuasan hidup homoseksual di Surabaya. Kita
ketahui bersama bahwa kuatnya dukungan sosial akan
bermanfaat yang sangat penting bagi kaum homoseksual.
Banyaknya dukungan sosial dari teman dan keluarga akan
sangat membantu individu untuk mendapatkan kepuasan
hidup yang lebih tinggi dari pada yang tidak mendapatkan
dukungan sosial.

14. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa adanya


hubungan yang positif antara dukungan sosial dan kepuasan
hidup homoseksual di Surabaya. Hal tersebut menunjukkan
bahwa dukungan sosial yang tinggi akan meningkatkan
kepuasan hidup yang tinggi pula bagi kaum homoseksual.

Kesimpulan Namun, hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan kedua


variabel signifikan tetapi kekuatan hubungan kedua variabel
tergolong lemah (r = 0,209). Dukungan sosial hanya
menyumbang 4,3% terhadap peningkatan kepuasan hidup
homoseksual. Dengan demikian, upaya peningkatan kepuasan
hidup bukan hanya dengan dukungan sosial saja.

15. 1. Menciptakan hubungan baik antara masyarakat dan


homoseksual dengan cara memberikan dukungan sosial,
seperti : dukungan emosional, penghargaan, dan
informatif.
Rekomendasi
2. Para homoseksual diharapkan dapat mengembangkan
kompetensi dan keterampilannya agar dapat dipandang
dari segi prestasi yang telah dicapai oleh para
homoseksual tersebut.

Anda mungkin juga menyukai