Abstract
___________________________________________________________________
This research aims to determine the effect of residential status on Subjective well-being in the elderly. The
research was a quantitative correlation. The subjects in this research amounted to 59 elderly people, including
29 elderly people living at home and 30 elderly people living at home. The sampling technique used in this
study is purposive sampling. The research uses the research scale is a scale Subjective well-being as much as 33
items. Methods of data analysis used non-parametric statistical techniques test Mann-Whitney U were done
with SPSS 16.0 for Windows. The results showed that the Subjective well-being (SWB) of elderly living with
family is better than the elderly living at home. The analysis showed Mann-Whitney U was 209,000 and the
probability (p) of 0.001. Because p <0.05 (p = 0.000 <0.05) then Ho is accepted, or there is a difference
between subjective well-being in the elderly living at home and living at home.
66
Sofa Indriyani / Developmental and Clinical Psychology 3 (1) (2014)
67
Sofa Indriyani / Developmental and Clinical Psychology 3 (1) (2014)
Diener, Suh, & Oishi dalam Eid dan status tempat tinggal Teknik pengambilan
Larsen (2008: 45), menjelaskan bahwa individu sampel yang digunakan dalam penelitian ini
dikatakan memiliki subjective well-being tinggi jika adalah purposive sampling adalah teknik
mengalami kepuasan hidup, sering merasakan pengambilan sampel sumber data yang
kegembiraan, dan jarang merasakan emosi yang didasarkan pada pertimbangan tertentu,
tidak menyenangkan seperti kesedihan atau berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang
kemarahan. Sebaliknya, individu dikatakan sudah diketahui sesuai karakteristik yang telah
memiliki subjective well-being rendah jika tidak ditentukan (Sugiyo, 2007:219). Total subyek
puas dengan kehidupannya, mengalami sedikit penelitian ini adalah 59 orang terdiri dari 29
kegembiraan dan afeksi, serta lebih sering orang lansia yang tinggal di panti dan 30 orang
merasakan emosi negatif seperti kemarahan atau lansia yang tinggal di rumah.
kecemasan. Metode pengumpulan data penelitian ini
Tempat tinggal merupakan keberadaan menggunakan skala subjective Weel-being. Uji
seseorang di dalam suatu tempat dan lingkungan validitas yang digunakan adalah korelasi product
di mana mereka hidup dan bertempat tinggal moment, dan reliabilitas instrumen skala dicari
dalam jangka waktu lama. Monks, dkk (2006: dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach,
336) menjelaskan bahwa kehidupan orang lanjut karena instrumen dalam penelitian ini berbentuk
usia sedikit banyak tergantung pada lingkungan, skala yang skornya merupakan rentangan antara
baik pada tingkat mikro, maupun pada tingkatan 1-4. Metode analisis data yang digunakan dalam
makro. Lingkungan dapat atau tidak dapat penelitian ini adalah metode analisis statistik.
memberikan tantangan pada orang lanjut usia Alasan digunakannya metode analisis statistik
untuk menggunakan kemampuan- adalah karena statistik dapat menunjukkan
kemampuannya yang ada pada dirinya. Baik kesimpulan penelitian dan analisis data
lingkungan fisik (perhatikan panti-panti werdha) penelitian ini menggunakan bantuan program
maupun lingkungan sosial serta kesan umum komputer SPSS Windows Versi 16.00 for windows.
mengenai orang lanjut usia biasanya masih agak
bersifat negatif. HASIL DAN PEMBAHASAN
68
Sofa Indriyani / Developmental and Clinical Psychology 3 (1) (2014)
69
Sofa Indriyani / Developmental and Clinical Psychology 3 (1) (2014)
Aspek subjective well-being pada lansia penguasaan terhadap lingkungan lebih baik
kedua adalah hubungan positif dengan orang dibanding pada lansia yang tinggal di panti..
lain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Para lansia yang tinggal di rumah cenderung
subjective well-being pada lansia berdasarkan mampu mengontrol berbagai aktifitas eksternal
Aspek hubungan positif dengan orang lain yang berada di lingkungan termasuk mengatur
berada pada kategori sedang, dimana pada dan mengendalikan situasi kehidupan sehari-
lansia yang tinggal di rumah memiliki hubungan hari, memanfaatkan kesempatan yang ada di
positif dengan orang lain lebih baik dibanding lingkungannya, serta mampu memilih dan
pada lansia yang tinggal di panti. Hal ini menciptakan lingkungan yang sesuai dengan
dimungkinkan karena di lingkungan rumah para kebutuhan dan nilai-nilai pribadi. Sedangkan
lansia cenderung memperoleh dukungan dan pada lansia yang tinggal di panti cenderung
support dari anggota keluarganya, sehingga para memiliki penguasaan lingkungan yang kurang
lansia cenderung lebih bersikap lebih peduli baik akan mengalami kesulitan dalam mengatur
terhadap kesejahteraan orang lain, dapat situasi sehari-hari, merasa tidak mampu untuk
emnunjukkan empati, afeksi dan intimitas serta ,mengubah atau meningkatkan kualitas
memahami prinsip memberi dan menerima lingkungan sekitarnya, kurang peka terhadap
dalam hubungan antar pribadi. Berbeda halnya kesempatan yang ada di lingkungannya dan
yang terjadi pada lansia yang tinggal di panti, kurang memiliki kontrol terhadap
cenderung memiliki hubungan kurang baik lingkungannya karena keterbatasan fisik yang
dengan orang lain ditandai dengan tingkah laku dimiliki.
yang tertutup dalam berhubungan dengan orang Aspek kelima subjective well-being pada
lain, sulit untuk bersikap hangat, peduli dan lansia adalah tujuan hidup. Hasil penelitian
terbuka dengan orang lain. lansiaberdasarkan aspek tujuan disimpulkan
Aspek yang ketiga adalah otonom. bahwa subjective well-being pada
Didapatkan hasil bahwa subjective well-being lansiaberdasarkan indikator tujuan hidup berada
pada lansia berdasarkan Aspek otonom berada pada kategori sedang, dimana pada lansia yang
pada kategori sedang, dimana pada lansia yang tinggal di rumah memiliki tujuan hidup lebih
tinggal di rumah memiliki otonom lebih baik baik dibanding pada lansia yang tinggal di
dibanding pada lansia yang tinggal di panti.. Lansia di luar panti cenderung memiliki
panti.Kecenderungan lansia yang tinggal di komitmen dalam mengejar tujuan hidupnya, dia
rumah memiliki otonom ditunjukkan dengan akan dapat memahami makna hidup dan
adanya kemampuan mengambil keputusan mampu mengatasi masalah.
secara tegas tanpa campur tangan dan tekanan Aspek keenam perkembangan pribadi
orang lain sehingga mampu menghadapi disimpulkan bahwa subjective well-being pada
tekanan sosial dari luar. Berbeda dengan lansia lansiaberdasarkan indikator perkembangan
yang tinggal di panti cenderung tidak memiliki pribadiberada pada kategori sedang, dimana
otonom yang baik, mengingat segala macam pada lansia yang tinggal di rumah memiliki
kegiatan dan aktivitasnya dibatasi oleh tempat penguasaan terhadap lingkungan lebih baik
tinggal mereka. dibanding pada lansia yang tinggal di
Hasil penelitian pada Aspek subjective well- panti.Lansia di luar panti mampu mengejar
being pada lansia ke empat adalah penguasaan peluang yang ada untuk pengembangan pribadi
terhadap lingkungan, dapat diketahui bahwa dan untuk mewujudkan satu potensinya
subjective well-being pada lansia berdasarkan misalnya dengan tetap terus bekerja dan
Aspek penguasaan terhadap lingkungan bahwa berkarya. Sedangkan lansia di panti cenderung
subjective well-being pada lansiaberdasarkan terbatas dalam melakukan pengembangan
indikator penguasaan terhadap lingkungan potensi akibat adanya keterbatasan kondisi
berada pada kategori sedang, dimana pada lingkungan tempat tinggalnya.
lansia yang tinggal di rumah memiliki
70
Sofa Indriyani / Developmental and Clinical Psychology 3 (1) (2014)
71
Sofa Indriyani / Developmental and Clinical Psychology 3 (1) (2014)
DAFTAR PUSTAKA
72