Anda di halaman 1dari 14

PROPOSAL PENELITIAN SKRIPSI

Judul : Hubungan Syukur dengan Kesejahteraan Subjektif


(Subjective Well-Being) Pada Lansia di Panti Wredha Semarang

Penulis : : MILA WARDANI

NIM : : 1404046023

Program Study : TASAWUF PSIKOTERAPY

A. Latar Belakang
Lanjut usia merupakan tahap akhir dari siklus hidup individu, yaitu saat individu
beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu
yang penuh manfaat.1
Fase selanjutnya yang akan dialami oleh individu ialah lanjut usia, di tahap ini
individu akan banyak mengalami perubahan, baik secara mental, fisik, ataupun
perubahan penampilan. Dan proses yang akan terjadi pada lansia seperti kurang tajamnya
penglihatan, menurunnya daya tubuh, menurunnya daya ingat.2
Menurut WHO lanjut usia meliputi
1. Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun
2. Lanjut usia (elderly) antara 60-74 tahun
3. Lanjut usia tua (old) antara 75-90 tahun
4. Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun3
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa tahun 2014
jumlah penduduk lansia di Indonesia sebanyak 20,24 juta orang atau setara dengan 8,03%
seluruh penduduk di Indonesia pada tahun itu, dan jumlah ini diperkirakan terus
meningkat yang akan membuat Indonesia dapat menduduki peringkat keempat dunia
setelah China, India dan Amerika dalam hal jumlah kependudukan lanjut usia. 4

1
Elizabeth B Harlock,Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Erlangga 2003) hal 380
2
Papalia, Diane E. “Human development (psikologiperkembangan); (Jakarta: KencanaTahun 2008) hal 570
3
Nugroho, W. “Perawatan Lanjut Usia” (Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC 1992) hal 13
4
https://www.bps.go.id. Diakses pada tanggal 19 Desember 2017 pukul 14.42
Peningkatan jumlah lansia yang signifikan menunjukkan bahwa Indonesia memiliki
angka harapan hidup semakin membaik dari tahun ke tahun. Namun pertambahan
harapan hidup lansia tidak diimbangi dengan kesejahteraan psikis mereka. Tidak semua
lansia tinggal dengan keluarga, banyak pula lansia yang tinggal terpisah dengan keluarga
seperti di panti werdha.
Subjective well-being merupakan suatu pengukuran terhadap diri, mengenai
perasaan sejahtera yang dinilai secara subjective5
Kesejahteraan subjektif merujuk pada evaluasi seseorang tertang kehidupannya,
termasuk penilaian kognitif terhadap kepuasaan hidupnya serta evaluasi afektif. Evaluasi
ini termasuk reaksi emosional terhadap peristiwa yang terjadi pada dirinya serta penilaian
kognitif terhadap kepuasaan dan pemenuhan dalam hidup.6
Dari paragfar sebelumnya dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan subjektif terdiri
dari keseimbangan afek serta kepuasan hidup. Pada individu tidak terkecuali lansia di
panti wreda semarang, kepuasan hidup juga tergantung pada kebutuhan yang ingin
dimiliki oleh lansia. Terpenuhinya kebutuhan secara memadai akan menimbukan
kepuasan dalam diri individu. Dalam hal ini akan muncul permasalahan yang akan
dihadapi oleh lansia yaitu pengalaman yang baik atau tidak baik, dan selanjutnya akan
mengalami kebahagiaan atau ketidakbahagiaan.
Salah satu indikator kebahagiaan antara lain adalah rasa syukur. Syukur menurut
Junaidi r.a adalah saat individu tidak ikut mengatur bersama Allah karena menurutnya
manusia dikarunia akal untuk berfikir dan sebab itu manusia tidak akan ikut campur
mengatur bersama Allah.7
Menurut Al-Harits al-Mahasibi syukur adalah kelebih-lebihan yang diberikan Allah
kepada seseorang karena rasa terimakasinya kepada Allah. apabila manusia menyukuri
nikmat yang diberikan oleh Allah niscaya Allah akan menambahkannya. Sebagaimana
firman-Nya8

5
Seligman M E P “Authentic Happiness (Bandung: PT Mizan Pustaka 2002) hal 35
6
Ed Diener, Richard E Lucas, Shigehiro Oishi “ The Science of Happiness and Life Satisfaction” (Handbook of
Positive Psychology England : Oxford University Press. Inc 2002)
7
Ibnu Athaillah al-Sakandari “MisteriBerserahDiriKepada Allah” (Jakarta: Zaman: 2013) hal 5
8
Abu Bakar M Kalabadzi “Ajaran-Ajaran Sufi”(Bandung: Pustaka1985) halm 151
“Dan ingatlah(juga) tatkala Tuhanmu memaklumkan “Sesungguhnya jika kamu
beryukur, niscaya kami akan menambah(nikmat) kepadamu, dan jika kamu meningkari
(nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”(QS Ibrahim :7)
Menurut al-Ghazali syukur tersusun dari ilmu, keadaan dan amal. Berasal dari ilmu
yang kemudian menimbulkan keadaan dan keadaan yang menimbulkan amal perbuatan.
Cara bersyukur yang pertama adalah dengan ilmu yaitu mengenal nikmat dari
pemberi nikmat. Yang kedua adalah keadaan yaitu hal gembira yang terjadi karena
pemberiaan itu. Yang ketiga adalah amal yaitu bertindak melaksanakan apa yang menjadi
keinginan orang yang membawa nikmat dan yang dicintai. 9
Dari penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Miftakhul Wahidah dengan
judul, Hubungan Antara Dukungan Sosial dan Syukur Dengan Kesejahteraan Subjektif
Pada Mahasiswa Semester Akhir Uin Sunan Kalijaga tahun diperoleh hasil bahwa efektif
syukur terhadap kesejahteraan subjektif sebesar 38,7%. Hal ini berarti semakin tinggi
syukur maka semakin tinggi kesejahteraan subjektif dan sebaliknya semakin rendah
syukur maka semakin rendah kesejahteraan subjektif pada individu.10
Kebahagiaan tidak lepas dari sikap syukur. Karena dengan sikap syukur individu
lebih menghargai segala sesuatu yang terjadi dalam hidupnya.
Bersyukur juga dapat mendorong individu untuk bersikap ikhlas dan terus maju
kedepan hal ini pula yang akan melahirkan kesejahteraan . individu yang mempunyai
sikap syukur akan membuat hidupnya sejahtera.
Atas dasar pemaparan sebelumnya, peneliti ingin menguji adanya hubungan syukur
dengan kesejahteraan subjektif (subjective well-being) pada lansia di Panti Wreda
Semarang.
B. Rumusan Masalah
Apakah terdapat Hubungan Syukur dengan Kesejahteraan Subjektif (Subjective Well-
Being) Pada Lansia di Panti Wredha Semarang ?

9
Al-Ghazali “Taubat, Sabar dan Syukur” (Jakarta: PT. Tintamas Indonesia, 1978) hal 198
Miftakhul Wakhidah “Hubungan Antara Dukungan Sosial dan Syukur Dengan Kesejahteraan Subjektif Pada
10

Mahasiswa Semester Akhir Uin Sunan Kalijaga” (Yogyakarta: Uin Sunan Kalijaga 2015) hal 99
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari rumusan masalah yang peneliti ajukan, maka tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1) Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara Syukur dengan Kesejahteraan Subjectif
2) Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui bagaimana sikap Syukur pada lansia di Panti Wredha
Semarang
b. Untuk mengetahui bagaimana hubungan Syukur pada lansia di Panti
Wredha Semarang
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan dari rumusan masalah yang peneliti ajukan, maka manfaat dari penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1) Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan konstribusi Khazanah keilmuan
bagi Mahasiswa Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi UIN WALISONGO Semarang.
2) Manfaat Prakitis
Memberikan informasi kepada seluruh pembaca khususnya Mahasiswa tentang
Kesejahteraan Subjektif Lansia dalam kaitannya dengan sikap Syukur.
Memberikan Ilmu dan Pengalaman baru serta pelajaran bagi peneliti.
E. Kajian Pustaka
Untuk menyatakan keaslian penelitian ini, maka perlu ada kajian pustaka dari penelitian
terdahulu yang relevan dengan penelitian yang peneliti kaji. Adapun penelitian tersebut
diantaranya adalah:
Skripsi Fitri Octaviani Putri, tahun 2012 “Hubungan Antara Gratitude Dan
Psychological Well-Being Pada Mahasiswa”. Penelitian ini dilakukan untuk melihat
apakah terdapat hubungan antara gratitude dan psychological well-being pada mahasiswa
Universitas Indonesia, adapun penelitian ini menggunakan metode kuantitatif.
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan
antara gratitude dengan psychological well-being.
Skripsi Diyah Ambar Berlita tahun 2014 “Hubungan Antara Sikap Syukur Dengan
Kesejahteraan Subjektif Siswa MAN 1 Yogyakarta”penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui apakah terdapat hubungan antara sikap syukur dengan kesejahteraan
subjektif pada siswa MAN I Yogyakarta, adapun penelitian ini menggunakan metode
kuantitatif dengan jenis penelitian korelasional. Berdasarkan hasil penelitian ini sikap
syukur memberikan sumbangan efektif 68,8% dalam mempengaruhi kesejahteraan
subjektif siswa MAN 1 Yogyakarta .
Skripsi Miftakhul Wakhidah tahun 2015 “Hubungan Antara Dukungan Sosial Dan
Syukur Dengan Kesejahteraan Subjektif Pada Mahasiswa Semester Akhir Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
antara dukungan social dan syukur dengan kesejahteraan subjektif pada mahasiswa
semester akhir Uiniversitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, adapun penelitian ini
menggunakan metode penelitian kuantatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
dukungan social dan syukur tidak bias bersama mempengaruhi kesejahteraan subjektif.
Hanya sykur yang berhubungan dengan kesejahteraan subjektif. Hal ini berarti semakin
rendah syukur, maka semakin rendah pula kesejaheraan subjektif. Sumbangan efektif
syukur terhadap kesejahteraan subjektif sebesar 38,7%
Skripsi Adina Pramita tahun 2016 “ Hubungan Kebersyukuran Dengan
Kesejahteraan Subjektif Pada Guru SMA Negeri 1 Sewon”. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan antara kebersyukuran dengan kesejahteraan subjektif.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif korelasional.
Kebersyukuran memiliki sumbangan efektif sebesar 47,5% terhadap kesejahteraan
subjektif. Dan terdapat hubungan positif antara kebersyukuran dan kesejahteraan
subjektif.
F. Kajian Teori
1) Pengertian Syukur
Syukur menurut bahasa berarti pujian ataupun sanjungan kepada orang yang telah
berbuat baik kepada kita. Syukur arti asalnya ialah nyata, seperti dalam bahasa
arab “dabah syukur” (bintang itu tampak lebih gemuk dari bintang lainnya), atau
“naqah syukur” (tanaman yang dapat tumbuh dengan baik ditanah yang kering)11

11
Al-jauziyah, I. A. Q, Kemuliaan sabar dan Keagungan Syukur, (2005) mitra.
Menurut Abdullah bin Abbas ra. Mengatakan bahwa syukur adalah
ketaatan dengan semua anggota tubuh kepada Rabb segala makhluk, baik diwaktu
sendiri maupun bersama-sama. Dan sebagian syaikh mengakatakan bahwa syukur
itu adalah melaksanakan ketaatan, baik secara lahir maupun batin.
Pendapat yang lain menyatakan bahwa syukur itu adalah menjauhi
berbagai bentuk kemaksiatan secara lahir maupun batin ada juga yang berkata
bahwa syukur adalah memilih untuk tidak berbuat kemaksiatan kepada Allah.
Kita wajib bersyukur karena dua sebab :
a) Agar kekal kenikmatan yang sangar besar itu, sebab jika tidak disyukuri
akan hilang
b) Agar nikmat yang telah kita dapatkan bertambah
Dengan bersyukur kenikmatan akan kekal dan tetap menjadi milik kita. Menurut
Sayyidin Abbas ra. “Bersyukur adalah taat dengan segenap anggota badan kepada
Allah swt. Baik secara sembunyi ataupun terang-terangan, dan baik secara lisan
maupun dalam hati”.
Menurut al-Ghazali syukur adalah mengagungkan Allah Yang Memberi Nikmat,
yakni dengan mengukur nikmat-Nya agar kita tidak menjauhkan diri dari tidak
bersifat kufur.12
Syukur adalah mengerahkan secara total apa yang dimilikinya untuk mengerjakan
apa yang paling dicintai Allah. Rasulullah bersabda
(Afala akuna abdan syakuraan)
“Apakah kamu tidak mau (wahai Aisyah) kalau aku menjadi hamba yang banyak
beryukur”
Karena syukur merupakan maqam yang tinggi, maka godaan iblis kepada manusia
adalah agar tidak beryukur kepada Allah.
“ Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka,
dan dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati
kebanyakan mereka beryukur” (al-a’raf (7):17)

12
Imam Al-Ghazali, Wasiat Imam Ghazali, Minhajul Abidin, Darul Ulum Press Jakarta 2014 341-343
Syukur termasuk salah satu maqam para penempuh jalan ruhani . syukur terdiri
dari ilmu, hal (kondisi spiritual), dan amal perbuatan. Ilmu adalah dasar darinya
melahirkan hal (kondisi spiritual), dan hal melahirkan amal perbuatan.
Ilmu adalah mengetahui segala kenikmatan itu berasal dati Allah sang pemberi
nikmat.
Hal adalah kegembiraan atas nikmat yang diperolehnya.
Amal perbuatan adalah mengerjakan perbuatan yang dicintai Allah. Amal
perbuatan tersebut berkaitan dengan hati, anggota bdan, dan lisan.

2) Aspek Syukur
Al-Munajjid menjelaskan bahwa syukur dapat muncul dikarenakan 3 aspek, yaitu:
a) Mengenal nikmat, menghadirkan dalam hati, menyadari dan meyakinkan
bahwa segala sesuatu maupun keajaiban yang kita miliki dan kita lalui
merupakan nikmat dari Allah swt.
b) Menerima nikmat, menyebutnya dengan memperlihatkan kefakiran
kepada yang memberi nikmat dan hajat kita kepada-Nya, karena
memahami bahwa nikmat itu bukan karena keberhakan kita
mendapatkannya akan tetapi karena itu bentuk karunia dan kemurahan
Tuhan.
c) Memuji Allah atas pemberian nikmat, pujian yang berkaitan dengan
nikmat itu ada dua macam, yang pertama bersifat umum yaitu dengan
memuji-Nya yang bersifat dermawan, pemurah, baik, luas pemberian-Nya
dan sebagainya. Sedaangkan yang kedua adalah yang bersifat khusus,
yaitu membicarakan nikmat yang diterima itu dengan merinci nikmat-
nikmat tersebut lalu mengungkapkan dengan lisan dan menggunakan
nikmat tersebut untuk hal-hal yang diridhoi-Nya.13
3) Pengertian Kesejahteraan Subjektif

13
Al-Munajjid 2006 Silsilah Amalan Hati Bandung Irsyad Baitus Salam.
Subjektif Well-being adalah persepsi seseorang terhadap pengalaman hidupnya,
yang terdiri dari evaluasi kognitif dan afeksi terhadap hidup dan
mempresentasikan dalam kesejahteraan psikologis.
Ada dua pendekatan teori yang digunkan dalam SWB yaitu :
a) Bottom up Theories
Teori memandang bahwa kebahagiaan dan kepuasan hidup yang dirasakan
dan dialami seseorang tergantung dari banyaknya kebahagiaan kecil serta
kumpulan peristiwa-peristiwa bahagia. Secara khusus, kesejahteraan
subjektif merupakan penjumlahan dari pengalaman-pengalaman positif
yang terjadi dalam kehidupan seseorang. Semakin banyaknya peristiwa
menyenangkan yang terjadi maka semakin bahagia dan puas individu
tersebut.
Untuk meningkatkan kesejahteraan subjektif teori ini beranggapan
perlunya mengubah lingkungan dan situasi yang akan mempengaruhi
penglaman individu, misalnya: pekerjaan yang memadai, lingkungan
rumah yang aman, pendapatan atau gaji yang layak.

b) Top Down Theories


SWB yang dialami seseorang tergantung dari cara individu tersebut
mengevaluasi dan menginterpretasi suatu peristiwa atau kejadian dalam
sudut pandang yang positif. Perspektif teori ini menganggap bahwa
individu lah yang menentukan atau memegang peranan apakah peristiwa
yang dialaminya akan menciptakan kesejahteraan psikologis bagi dirinya.
Pendekatan ini mempertimbangkan jenis kepribadian, sikap, dan cara-cara
yang digunakna untuk mengintrepretasi suatu peristiwa. Sehingga untuk
meningkatkan kesejhaterana SWB diperlukan usaha yang berfokus pada
mengubah persepsi, keyakinan dan sifat kepribadian seseorang.
Diener (2000) mengenalkan teori evaluasi, dimana kesejahteraan subjektif
ditentukan oleh bagaimana cara individu mengevaluasi informasi atau
kejadian yang dialami. Hal ini melibatkan proses kognitif yang aktif
karena menentukan bagaimana informasi tersebut akan diatur. Cara-cara
yang digunakan untuk mengevaluasi suatu peristiwa, juga dipengaruhi
oleh temperamen, standar yang ditetapkan oleh individu, mood saat itu,
situasi yang terjadi dan dialami saat itu serta pengaruh budaya. Dengan
kata lain kesejahteraan subjektif mencakup evaluasi kognitif dan afektif.
Evaluasi kognitif dilakukan saat seseorang memberikan evaluasi secara
sadar dan menilai kepuasan mereka terhadap kehidupan secara
keseluruhan atau penilaian evaluative mengenai aspek-aspek khusus
dalam kehidupan, seperti kepuasan kerja, minat dan hubungan. Reaksi
afektif dalam SWB yang dimaksuda adalah reaksi individu terhadap
kejadian-kejadian dalam hidup yang meliputi emosi yang menyenangkan
dan memosi yang tidak mnyenangkan.14

4) Aspek Kesejahteraan Subjektif

5) Hubungan Syukur dengan Kesejahteraan Subjektif

G. Hipotesis
H. Metode Penelitian
1) Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan teknik korelasi.
Korelasi merupakan salah satu teknik analisis dalam statistic yang digunakan
untuk mencari suatu hubungan antara dua variabel yang bersifat kuantitatif15.

2) Identitas Variabel
Variabel merupakan sesuatu yang menjadi objek penelitian. Variabel penelitian
adalah segala seusatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk

14
Jati Ariati ”SUbjektive Well-Being dan Kepuasan Kerja Pada Staf Pengajar (Dosen) Di Lingkungan Fakultas
Psikologi Universitas Diponegoro vol 8 no 2 OKtober 2010 hal 120
15
Swarja I. Metodologi penelitian kesehatan edisi II (Yogyakarta: ANDI, 2015) hlm., 24
dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut kemudian ditarik
kesimpulannya16. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Variabel bebas (X) : Syukur
b. Variabel Tergantung (Y) : Kesejahteraan Subjektif

3) Definisi Operasional
a. Syukur
Syukur merupakan
b. Kesejahteraan subjektif
Kesejahteraan subjektif merupakan suatu bentuk pengukuran kualitas
hidup seseorang dalam memenuhi kepuasan hidupnya dan mengevaluasi
kehidupannya dengan tujuan untuk mencapai kebahagiaan hidupnya. Ed
Diener menjelaskan ada 4 aspek dalam Subjektive-Well Being
i. Emosi positif
Adalah seusana hati yang menyenangkan dari seseorang dimana
dia menunjukkan bahwa hidup orang itu penuh dengan
kebahagiaan sesuatu dengan yang dia inginkan

ii. Emosi Negatif


Adalah suasana hati yang tidak menyenangkan dimana ia
menunjukkan respon negative atas pengalaman seseorang sebagai
bentuk reaksi dalam hidup mereka
iii. Kepuasan Hidup
Adalah penilaian seseorang atau bagaimana seseorang memandang
atas keseluruhan hidupnya sejak mulai lahir hingga sampai saat ini
iv. Kepuasan Domain
Adalah penilaian seseorang dalam membuat evaluasi dalam ranah
kehidupannya, biasanya meliputi kesehatan fisik dan mental,
pekerjaan, santai, hubungan social dan keluarga.

16
Sugiyono. Metode Penelitian pendidikan pendekatan Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, (Bandung: Alfabeta
2010) hlm., 60
4) Sumber Data
Sumber data primer yaitu data yang diperoleh dari sumber-sumber asli yang
memuat informasi atau data tersebut17. Sumber data primer yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pembagian angket kepada lansia yang berada di Panti Wreda
Semarang.
5) Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah kumpulan dari individu atau objek atau fenomena yang
secara potensial dapat diukur sebagai bagian dari penelitian18. Populasi
dalam penelitian ini adalah sebanyak belum diketahui lansia di Panti
Wredha Semarang.
b. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang diharapkan dapat mewakili
atau representative terhadap populasi. Sampel yang dikehendaki
merupakan bagian dari target yang akan diteliti secara langsung19.
Adapun metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah belum
diketahui.
6) Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang akan digunakan, peneliti membuat dua alat ukur
yang berupa skala Syukur dan skala Kesejahteraan Subjektif. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala. Skala yang
digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert. Skala likert merupakan skala
yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena social. Skala likert digunakan untuk
mengukur respon ke dalam lima poin skala dengan interval yang sama. Dengan
demikian tipe data yang digunakan adalah tipe data interval.20 Dengan
menyediakan empat jawaban yang memiliki skor masing-masing sebagai berikut :

17
Tatang M. Menyusun Rencana Penelitian, cet III (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995) hlm., 133
18
ibid
19
ibid

20
Mochamad Fauzi. Metode Penelitian Kuantitatif (Semarang: Walisongo Press, 2009) hlm., 168
Table 1
Skala Likert
PERNYATAAN
PILIHAN SKOR FAVORABLE SKOR UNFAVORABLE
Sangat sesuai 4 1
Sesuai 3 2
Tidak Sesuai 2 3
Sangat Tidak Sesuai 1 4

Pernyataan Favorable merupakan pernyataan sikap yang mengatakan hal-hal


positif mengenai objek sikap, yaitu kalimatnya bersifat mendukung dan memihak
pada objek. Sebaliknya Unfavorable adalah pernyataan sikap yang berisi hal-hal
negative yaitu yang bersifat tidak mendukung ataupun kontra terhadap sikap yang
diungkap.21
Berikut adalah Blue Print skala Syukur yang berujuk kepada teori

Berikut adalah Blue Print skala Syukur yang merujuk kepada teori Imam Al-
Ghazali.
Tabel Blueprint Skala Syukur
Variabel Aspek Indikator Nomer Item Jumlah
Forab Unfavo Item
el rable
Syukur Ilmu Adanya pengakuan nikmat
(kognitif Mengakui Allah sebagai
) pemberi nikmat
Kebaikan yang dilakukan
semata-mata karena Allah

21
Saifuddin Azwar, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995) hlm., 107b
Hal Merasakan Kebahagiaan
(afektif) Tunduk pada Allah SWT

Amal Keinginan Melakukan


(Perilak Kebaikan
u) Memuji Allah SWT
Melaksanakan Perintah
Allah dan Menjauhi
Larangan-Nya
Total

Sedangkan Blue Print skala Kesejahteraan Subjektif merujuk kepada teori


yang dipaparkan oleh Diener

7) Analisis Data
I. Sistematika Penulisan

Skala Subjektive-Well Being mengacu pada teori Ed Diener dimana terdiri dari 4
Aspek
Variabel Aspek Indikator Nomer Item Jumla
Favorabe Unfavorabe h Item
l l
Subjektiv Kepuasa Evaluasi terhadap
e Well- n hidup diri sendiri
Being
Kepuasa Puas dalam
n Pernikahan/Keluarg
Domain a

Anda mungkin juga menyukai