OLEH
NIM :P.1709117
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyusun proposal ini tepat pada waktunya. proposal penelitian ini membahas
hubungan tingkat pengetahuan reproduksi dengan sikap perilaku seks bebas
dikalangan remaja.
Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca
sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan proposal selanjutnya.
Akhir kata semoga proposal ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian
Penulis
05 juni 2020
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………… i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
pranikah. 43.90% (36 orang) sering berdandan yang mendorong hasrat
seksual, 65.85% (54 orang) merasa nyaman berbicara tentang seksual dengan
teman, 75.61% (62 orang) pernah menonton atau melihat media massa yang
mendorong hasrat seksual, 17.07% (14 orang) pernah melakukan masturbasi
atau onani, 40.24% (33 orang) pernah berciuman, 45.12% (37 orang) pernah
berpelukan, 42.68% (35 orang) pernah membelai atau dibelai lawan jenis,
14.63% (12 orang) pernah meraba atau diraba payudara, 10.98% (9 orang)
pernah meraba atau diraba alat kelamin, walaupun rata-rata pada tahap kadang
kadang atau jarang. Menurut Sarwono faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya penyimpangan seksual adalah meningkatnya libido seksualitas,
penundaan usia perkawinan, tabularangan, kurangnya informasi tentang seks,
pergaulan yang makin bebas.
2
(Safrudin aziz, 2015 : 21). Oleh karenanya pendidikan dalam keluarga sangat
penting dan paling utama karena di sektor pendidikan keluarga merupakan
penanaman dasar pendidikan sebelum masuk ke sektor pendidikan sekolah
dan pendidikan masyarakat.
3
b. Bagi penliti
Hasil penelitian dapat dimanfaatkan sebagai referensi
penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan masalah
hubungan tingkat pengetahuan reproduksi dengan sikap
perilaku seks bebas sdikalangan remaja.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
1. Remaja Awal 10-13 tahun ( early adolescence )
Seorang remaja pada tahap ini masih terheran–heran
akan perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan
dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-
perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran-
pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis dan mudah
terangsang secara erotis. Dengan di pegang bahunya
saja oleh lawan jenis , ia sudah berfantasi erotik.
Kepekaan yang berlebi–lebihan ini ditambah dengan
berkurangnya kendali terhadap “ego“ menyebabkan
para remaja awal ini sulit mengerti dan dimengerti
orang dewasa. Remaja awal bisa juga diartikan dengan
remaja dini atau remaja seawal mungkin. Sehingga
setelah anak-anak memasuki perkembangan menuju
remaja.
2. Remaja madya ( middle adolescence )
Pada tahap ini emaja sangat membutuhkan kawan-
kawan. Ia senang kalau banyak teman yang
menyukainya. Ada kecenderungan “narcistic” yaitu
mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman teman
yang punya sifat–sifat yang sama dengan dirinya. Selain
itu ia berada dalam kondisi kebingungan karena ia tidak
tahu hars memilih mana: peka atau tidak peduli, ramai–
ramai atau sendiri, optimis atau pedimid, idealis atau
matrealistis dan sebagainya.
3. Remaja Akhir
Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode
dewasa dan di tandai dengan pencapaian 5 hal, yaitu :
a. Minat yang makin mantap terhadap fungsi fungsi
intelek
6
b. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu
dengan orang- orang lain dan dalam pengalaman-
pengalaman baru.
c. Terbentuk identitas seksual yang tidak akan
berubah lagi.
d. Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada
diri sendiri diganti dengan keseimbangan antara
kepentingan diri sendiri dengan orang lain.
e. Tumbuh “ dinding “ yang memisahkan diri
pribadinya (private self ) dan masyarakat umum ( the
public ).
a. Perkembangan Fisik
Pada akhir masa anak, jelas terlihat pertumbuhan fisik yang
sangat hebat, dengan bertambah tingginya anak secara tiba-
tiba dan bertambah panjangnya extremitas, sehingga terlihat
perubahan perbandingan lengan, tungkai dan tubuh.
Pertumbahan fisik ini merupakan tanda bagi permulaan dari
dimulainya proses kematangan seksual. Tidak lama kemudian,
akan timbul ciri ciri sekunder, penumbuhan kumis, jakun, bulu
bulu diketiak dan sekitar genetalia, dan payudara remaja putri.
Dengan mulai bekerjanya kelenjar hormon dan tercapainya
kematang alat genetalia bagian dalam, maka berakhirlah masa
pubertas.
Masa remaja merupakan masa transisi yang unik dan
ditandai oleh berbagai perubahan fisik, emosi, dan phsikis.
7
Masa remaja, yaitu usia 10-19 tahun, merupakan massa yang
khusus dan penting, karena merupakan periode pematangan
organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa pubertas.
Masa remaja merupakan periode peralihan masa anak anak ke
masa dewasa. Pada masa remaja terjadi perubahan fisik
(organobiologik) secara cepat, yang tidak seimbang dengan
perubahan kejiwaan (mental emosional). Perubahan yang
cukup besar ini dapat membingkungkan remaja yang
mengalaminya. Karena itu mereka memerlukan pengertian,
bimbingan dan dukungan lingukngan di sekitarnya, agar
tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa yang sehat
baik jasmani, maupun mental dan psikososial.
Pada wanita mulai berfungsinya sistem reproduksi, ditandai
dengan adanya menarche yang umumnya terjadi pada usia 10-
14 tahun. Tanda pertama pria terjadinya ereksi, orgasmus dan
ejakulasi. Perineum adalah daerah antara tulang kemaluan
dengan anus pada perineum terletak organ genetalia eksterna
wanita terdiri dari monsveneris, klitoris, labia mayora, labia
minora, vestibula. Organ reproduksi wanita yang terletak di
dalam panggul adalah rahim atau uterus, vagina, saluran fallopi
dan ovarium.
Organ genetalia eksterna pria terdiri dari penis, skrotum
organ reproduksi yang didalam panggul adalah vasdeferens,
vesikula seminalis dan kelenjar prostat. Semen atau cairan
sperma dikeluarkan oleh kelenjar prostat, kelenjar prostat ini
berbentuk melingkari uretra tepat dibawah kandung kemih
(Dianawati,2003).
8
d.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Remaja Tentang
Kesehatan Reproduksi:
1. Informasi
3.Orang tua
9
menjadi lebih paham dan mengerti dengan kesehatannya, khusunya
kesehatan reproduksi.
a. pengertian perilaku
10
menangis, lulus ujian meluapkan kegembiraannya dengan
mengadakan pesta, dan sebagainya.
- Operant response atau instrumental response, yakni respon
yang timbul dan berkembang kemudian diikuti stimulus atau
perangsangan tertentu. Perangsangan ini disebut reinforcing
stimulation atau reinforcer, karena memperkuat respons.
Misalnya seorang petugas kesehatan melaksanakan tugasnya
dengan baik (respon terhadap uraian tugasnya atau job skripsi)
kemudian memperoleh penghargaan dan pujian dari atasannya
(stimulasi baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih
baik lagi dalam melaksanakan tugasnya
11
- Faktor pendorong (reinforcement factor), yaitu faktor yang memperkuat
terjadinya perilaku tersebut yaitu undang-undang, peraturan,
pengawasan,dll.
a. pengertian sikap
Beberapa batasan tentang sikap yang dikutip oleh Notoatmodjo antara lain
menurut Campbell (1950) mengemukakan batasan tentang sikap yaitu tingkah
laku sosial seseorang merupakan syndrom atau gejala dari konsistensi reseptor
dengan nilai objek sosialnya. Dari batasan diatas dapat disimpulkan bahwa
manifestasi dari sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya ditafsirkan
terlebih dahulu dari perilaku tertutup. Sikap secara nyata menunjukan konotasi
adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-
hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulous sosial. Sikap
belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan suatu
predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap masih merupakan reaksi tertutup.
Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu
sebagai suatu penghayatan terhadap objek.
12
stimulus tertentu, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus
khusus, sehingga dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara aksi
dan reaksi. Diagram di bawah ini dapat lebih lanjut menjelaskan uraian diatas:
( terbuka)
(tertutup )
b.Tingkatan Sikap
13
1. Faktor internal, faktor-faktor yang terdapat dalam diri orang yang
bersangkutan sendiri, seperti selektifitas. Oleh sebab itu, harus memilih
rangsangan-rangsangan mana yang harus didekati dan mana yang harus dijauhi.
Karena dengan memilih inilah dapat menyusun sifat positif.
2. Faktor eksternal, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri sendiri dan
faktor-faktor dari luar, yaitu sifat objek yang dijadikan sasaran sikap, kewibawaan
orang yang mengemukakan suatu sikap, sifat orang-orang atau kelompok yang
mendukung sikap tersebut, media komunikasi yang digunakan dalam
menyampaikan sikap, situasi pada saat sikap itu terbentuk. Jadi dapat disimpulkan
bahwa sikap dapat berupa respon negatif dan respon positif yang akan
dicerminkan dalam bentuk perilaku.
2.1.4.Perilaku Seksual
Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang di dorong oleh hasrat
seksual dengan lawan jenis. Bentuk tingkah laku ini bisa bermacam-macam dari
perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama
atau melakukan hubungan seks, lebih lanjut menjelaskan bahwa perilaku seksual
merupakan akibat langsung dari pertumbuhan hormon dan kelenjar seks yang
menimbulkan dorongan seksual pada seseorang yang mencapai kematangan pada
masa remaja awal yang ditandai adanya perubahan fisik.
Kematangan organ seks dapat berpengaruh buruk bila remaja tidak mampu
mengendalikan rangsangan seksualnya, sehingga tergoda untuk melakukan
hubungan seks pranikah. Seksual pranikah merupakan perilaku yang dilakukan
tanpa melalui proses pernikahan. Perilaku seksual sering ditanggapi sebagai hal
yang berkonotasi negatif, padahal perilaku seksual ini sangat luas sifatnya.
Perilaku seksual merupakan perilaku yang bertujuan untuk menarik perhatian
lawan jenis. Perilaku seksual termasuk didalamnya adalah aktivitas dan hubungan
seksual. Aktivitas seksual adalah kegiatan yang dilakukan dalam upaya memenuhi
dorongan seksual atau kegiatan mendapatkan kesenangan organ kelamin atau
14
seksual melalui berbagai perilaku. Hubungan seksual adalah kontak seksual yang
dilakukan berpasangan dengan lawan jenis.21
Menurut Masland P Robert dan David Estridge tahapan perilaku seksual meliputi:
1. French kiss (cium bibir)
2. Hickey adalah merasakan kenikmatan untuk menghisap atau menggigit dengan
gemas pasangan
3. Necking (mencium wajah dan leher)
4. Petting termasuk merasakan dan mengusap-usap tubuh pasangan, termasuk
lengan, dada, buah dada, kaki, dan kadang daerah kemaluan (di luar atau di dalam
pakaian)
5. Hubungan intim adalah bersatunya dua orang secara seksual, yang dilakukan
setelah pasangan pria dan wanita menikah.
Sedangkan menurut Nuss dan Luckey dalam Sarlito Wirawan Sarwono dan
Duvall, E.M & Miller, B.C ada beberapa perilaku seksual di antaranya:
15
berpelukan; (3) Kissing (cium pipi atau bibir); (4) Necking (mencium wajah dan
leher); (5) Petting (merasakan dan mengusap- usap tubuh pasangan, termasuk
lengan, dada, buah dada, kaki, dan kadang daerah kemaluan di dalam atau di luar
pakaian; (7) Intercourse (bersenggaman/ berhubungan intim).24
2. Kontrol sosial yang kurang tepat (terlalu ketat atau terlalu longgar), kurangnya
kontrol dari orang tua, remaja tidak tahu batas-batas mana yang boleh dan yang
tidak boleh.
16
5. Korban pelecehan seksual.
17
BAB III
Variabel bebas
18
Gambar : 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Hubungan tingkat pengetahuan
dengan sikap dan perilaku seks bebas dikalangan remaja
Keterangan :
: diteliti
: tidak diletiti
3.2 Hipotesis
19
BAB IV
METODE PENELITIAN
1. Lokasi penelitian
Penelitian dilakukan di SMA dan SMK yang berada di kecamatan
cangkringan
2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan rentang periode bulan maret 2019
4.3 Populasi
Populalsi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA dan SMK di kecematan
cangkringan yaitu sebanyak 120 siswa.
20
4.4 Sampel Dan Teknik Pengambilan Sampel
4 .5 Instrumen Penelitian
21
consent. Tingkat pengetahuan didapatkan menggunakan instrumen kuesioner
yang telah digunakan pada penelitian sebelumnya dengan skala ordinal.
Perilaku seksual remaja didapatkan menggunakan kuesioner yang telah ada
pada penelitian sebelumnya dengan skala nominal. Pengambilan data diawali
dengan meminta informed consent kepada guru dan siswa dilanjutkan dengan
pengisian angket kuesioner. Didapatkan data sebanyak 120 siswa. Sebelas
angket tidak lengkap dalam pengisian sehingga masuk kedalam kriteria
eksklusi, dan angket penelitian yang masuk kedalam kriteria inklusi berjumlah
109 angket kuesioner.
22
3. Confidentiallity (kerahasian)
Kerahasiaan informasi yang diperoleh dari responden selama
penelitian akan menjamin kerahasiaannya oleh peneliti. Penyajian data
hasil penelitian hanya disajikan atau dilaporkan sebagai hasil riset.
Populasi
Teknik Sampel
23
Pengolahan dan Analisa data Univarial dan
Bivariat
24
DAFTAR PUSTAKA
Rohan HH., dan Siyoto S. 2013. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta:
Nuha Medika
25