Anda di halaman 1dari 30

NAMA : SRI HANDAYANI

NIM : 1203151011

KELAS : BK REGULER B 2020

Judul Penelitian “ Meningkatkan Pemahaman Pendidikan Seksual Melalui Layanan


Informasi Berbasis Media Audio Visual Siswa Kelas XI IPA 1 SMA FREE
METHODIST 2 MEDAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Masa remaja adalah masa yang dikenal dengan “masa mencari jati diri”, masa
remaja termasuk dalam kategori umur 10 tahun sampai 22 tahun, berada pada masa
peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang rentan terhadap stres, frustasi,
dan konflik yang tidak saja meliputi masalah internal tetapi juga meliputi masalah
eksternal misalnya dari segi kematangan biologis, dari segi kematangan seksual yang
mulai memperlihatkan karakteristik seks sekunder sampai mencapai kematangan seks,
dari segi perkembangan kejiwaannya mulai berkembang dari sifat anak-anak menjadi
dewasa, dari segi sosial ekonomi remaja beralih dari ketergantungan menjadi relatif
bebas.

Pemahaman diri yang menyangkut permasalahan seksual harus diberikan pada


remaja karena itu sangat penting dalam pembentukan baru yang lebih matang dengan
lawan jenis. Pemahaman tersebut dilakukan sedini mungkin karena mengingat masa
remaja berada pada potensi seksual yang aktif. Menurut Admin (2008), perilaku
seksual adalah perilaku yang muncul karena adanya dorongan untuk melakukan
seksual. Bentuk dari perilaku seksual dapat seperti berpegangan tangan, berpelukan,
bercumbu, sampai berhubungan seksual.
Menurut Sarwono (2010:187) faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
seksual remaja yang menyimpang adalah perubahan hormonal yang meningkatkan
seksual remaja, penundaan usia perkawinan karena adanya undang-undang tentang
perkawinan yang menetapkan batas usia menikah (16 tahun untuk wanita dan 19
tahun untuk pria), dengan adanya larangan untuk melakukan hubungan seks sebelum
menikah remaja yang tidak dapat menahan diri akan cenderung untuk melanggar
aturan tersebut, adanya penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui media
masa, adanya pergaulan bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat, orang tua
dan guru menabukan pembicaraan mengenai seks kepada siswa, kurangnya
pengawasan dari orang tua dalam menanamkan nilai religius dan juga dengan
tersedianya prasarananya untuk melakukan tindakan asusila membuat remaja semakin
sulit mengambil keputusan mengenai perilaku seksual yang bertanggung jawab dan
sehat.

Maka, untuk mencegah terjadinya perilaku seks bebas yang semakin luas
dikalangan remaja peran dari sekolah, orang tua, media massa maupun pemerintah
adalah memikirkan dan membuat program pendidikan seksual untuk remaja (Moglia
dan Knowles dalam Dariyo, 2004).

Survei yang telah dilakukan oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia


(KPAI) dan Kemenkes pada Oktober 2013, menemukan bahwa sebanyak 63% remaja
sudah pernah melakukan hubungan seks dengan pacarnya maupun orang sewaan dan
dilakukan dalam hubungan yang belum sah. Sementara itu, Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahu 2017 (dilakukan per 5 tahun)
mengungkapkan, sekitar 2% remaja wanita usia 15-24 tahun dan 8% remaja pria di
usia yang sama mengaku telah melakukan hubungan seksual sebelum menikah, dan
11% diantaranya mengalami kehamilan dan hal tersebut tidak diinginkannya. 

Dari kasus diatas yang sering terjadi seperti pergaulan bebas dikalangan
remaja atau perilaku seksual lainnya hal tersebut dapat terjadi dikarenakan siswa
kurang memiliki pemahaman terhadap perilaku seksual. Kurangnya pemahaman
dampak dari melakukan seks bebas sangat berbahaya bagi perkembangan remaja.
Banyak dari remaja kurang memahami dampak apa yang akan ia rasakan dari perilaku
seksualnya sehingga mereka tidak bisa mempertanggung jawabkan resiko apa yang
mereka lakukan misalnya saja resiko sosialnya seperti mereka bisa menjadi bahan
gunjingan oleh masyarakat.

Bimbingan dan konseling merupakan salah satu bagian dari pendidikan yang
memiliki peranan penting bagi siswa melalui berbagai layanan salah satunya layanan
informasi. Pendidikan seksual dapat diberikan melalui pemberian layanan informasi .
Dengan diberikannya layanan informasi hal ini bertujuan untuk membekali para siswa
dengan pengetahuan tentang data dan fakta di bidang pendidikan sekolah, pekerjaan
dan perkembangan pribadi atau sosial, agar mereka dapat belajar tentang lingkungan
hidupnya serta lebih mampu mengatur kehidupannya sendiri.
Maka hal yang perlu diberikan dalam pendidikan seksual seperti perubahan
dan fungsi organ- organ reproduksi selama masa remaja, perubahan kondisi
psikologis-emosional selama masa pubertas, dampak yang diterima dari perilaku
seksual, fungsi dan kegunaan alat-alat kontrasepsi, serta cara mencegah dan mengatasi
perilaku seksual di kalangan remaja. Mengingat pentingnya informasi mengenai
Pendidikan seks bebas maka guru BK memiliki peran dalam melakukan upaya
preventif yaitu melalui layanan layanan informasi dengan menggunakan media audio
visual (video). Dengan diberikannya layanan informasi mengenai Pendidikan seksual
melalui media audio visual, maka hal tersebut diharapkan dapat membuat siswa
terhindar dari perilaku seks bebas dan bagi siswa yang sudah melakukan seks bebas
tidak melakukan seks bebas kembali setelah mendapat informasi yang cukup
mengenai pendidikan seksual.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis menawarkan judul dan penelitian ini
dengan “Meningkatkan Pemahaman Pendidikan Seksual Melalui Layanan
Informasi Berbasis Media Audio Visual Siswa Kelas XI IPA 1 SMA FREE
METHODIST 2 MEDAN”.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan Permasalahan yang telah diuraikan pada latar belakang masalah diatas,
maka rumusan masalah pada penelitian ini yakni:
1. Bagaimana pemahaman siswa mengenai Pendidikan seksual sebelum menerima
layanan informasi berbasis media audio visual kepada siswa kelas XI IPA 1 SMA
FREE METHODIST 2 MEDAN?
2. Bagaimana pemahaman siswa mengenai Pendidikan seksual sesudah menerima
layanan informasi berbasis media audio visual kepada siswa kelas XI IPA 1 SMA
FREE METHODIST 2 MEDAN?
3. Apakah dengan penerapan Layanan informasi berbasis media audio visual dapat
meningkatkan pemahaman siswa kelas XI IPA 1 SMA FREE METHODIST 2
MEDAN?

1.3. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian. Hipotesis dalam


penelitian ini adalah melalui layanan informasi berbasis media audio visual meningkatkan
pemahaman Peserta didik mengenai Pendidikan Seksual.

1.4. Tujuan Penelitian

Setelah dirumuskan masalah dalam penelitian ini, maka dapat dikemukakan tujuan dari
penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui pemahaman Pendidikan seksual siswa sebelum


menerima Layanan informasi berbasis media audio visual pada siswa kelas
XI IPA 1 di SMA Free Methodist 2 Medan.
2. Untuk mengetahui pemahaman Pendidikan seksual Siswa sesudah
menerima Layanan informasi berbasis media audio visual pada siswa kelas
XI IPA 1 di SMA Free Methodist 2 Medan.
3. Untuk Mengetahui Penerapan Layanan informasi berbasis media audio
visual dapat meningkatkan pemahaman Pendidikan seksual pada siswa
kelas XI IPA 1 di SMA Free Methodist 2 Medan.

1.5. Manfaat Penelitian


Manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Peneliti dapat menambah pengalaman dan wawasan mengenai peran guru
BK di sekolah untuk meningkatkan pemahaman Pendidikan seksual pada siswa
dengan penerapan layanan informasi berbasis media audio visual .
2. Bsgi siswa penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan pemahaman mengenai
Pendidikan seksual melalui layanan informasi berbasis media audio visual.
3. Bagi sekolah dapat menilai tingkat pemahaman siswanya mengenai Pendidikan
seksual dan sebagai masukan untuk tindak lanjut dari upaya yang telah dilakukan
4. Bagi guru BK dapat menjadi bahan pertimbangan dalam meningkatkan
pemahaman mengenai pendiidikan seksual kepada siswa melalui layanan
informasi berbasis media audio visual.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Kerangka Teoritis


2.1.1 Pengertian Pendidikan Seks

Pendidikan seksual merupakan informasi yang dianggap sebagai bahan


pembicaraan yang sensitif. Pendidikan sekssual ini sangat penting untuk diberikan
kepada peserta didik, namun sering kali orang-orang berussaha menutup-
nutupinya. Secara umum pendidikan seks (sex education) diartikan sebagai
pendidikan tingkah laku yang baik, menjunjung tinggi nilai-nilai kemasyarakatan
serta membantu seseorang menghadapi persoalan hidup yang berpusat pada naluri
seks yang timbul dalam bentuk tertentu dan merupakan pengalaman manusia yang
normal.

Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa pendidikan seksual


bermaksud untuk menjelaskan semua hal yang berhubungan dengan seks dan
seksualitas dalam bentuknya yang wajar, tidak terbatas pada anatomi, fisiologi,
penyakit kelamin dan perilaku seks yang menyimpang. Tetapi yang terpenting
dalam pemberian Pendidikan seksual adalah membentuk sikap serta kematangan
emosional seseorang terhadap seks. Menurut Tretsakis, pendidikan seks
menjelaskan tentang perilaku yang bersifat antonomis, behavior, emosi,
kepribadian, pandangan hidup, lingkungan sosial, nilai-nilai moral yang berlaku
dalam suatu masayarakat.
Pendidikan seksual berbeda dengan pemberian pengetahuan mengenai
reproduksi. Pemberian pendidikan seks bertujuan untuk mengenalkan siswa
mengenai jenis kelamin dan cara menjaganya, baik dari sisi kesehatan dan
kebersihan, keamanan, serta keselamatan. Sementara pengetahuan mengenai
reproduksi berkaitan dengan proses perkembangbiakan makhluk hidup.
Berdasarkan beberapa pengertian mengenai Pendidikan seks dapat diambil
kesimpulan bahwa pendidikan seks adalah serangkaian informasi yang disusun
secara sistematis untuk mengajarkan siswa mengenai perbedaan jenis kelamin laki-
laki maupun perempuan dan bagaimana cara menjaganya, baik dari sisi kesehatan,
kebersihan, keamanan, serta keselamatan dengan memperhatikan komponen-
komponen sosial, biologis, psikologis, dan moral.

2.1.2 Pentingnya Pendidikan Seks

Pendidikan seks secara dini bagi peserta didik sangat penting untuk
diberikan demi kesejahteraan dan kemantapan pribadi peserta didik tersebut saat
dewasa. Terdapat beberapa alasan mengapa Pendidikan seks penting bagi peserta
didik, yaitu:
1) Pendidikan seks secara dini akan memudahkan peserta didik menerima
keberadaan tubuhnya secara menyeluruh dan menerima fase-fase
perkembangannya secara wajar
2) Pendidikan seks yang sehat efektif untuk menghilangkan rasa ingin tahu
yang tidak sehat yang sering muncul dalam benak peserta didik
3) Pendidikan seks yang sehat, jujur dan terbuka juga menumbuhkan rasa
hormat dan patuh peserta didik terhadap orang tuanya
4) Pendidikan seks yang diajarkan secara terarah dan terpimpin di dalam
lingkungan keluarga cenderung cukup efektif untuk mengatasi informasi-
informasi negatif yang berasal dari luar.
5) Pendidikan seks mempersiapkan anak untuk menjadi orang tua yang
baik dan benar, menjadi orang tua yang nantinya akan mengajarkan
pengetahuan seks kepada anak-anaknya kelak.

2.1.3 Tujuan Pendidikan Seks


Sebagai pendidik sudah seharusnya bersikap tanggap dan menjaga
siswa siswanya supaya tetap waspada terhadap gejala sosial yang ada.
Dengan meningkatkan pengetahuan masalah seksual pada peserta didik.
Tujuannya ialah untuk memberikan pengertian yang wajar mengenai proses
kedewasaan dirinya, baik secara fisik maupun emosional yang berhubungan
dengan seksualitas. Dan juga membangun sikap yang positif, sehat, dan
objektif terhadap perkembangan seksual dengan segala manifestasinya. Baik
mengenai dirinya maupun orang lain. Andika, menyatakan “pendidikan seks
bertujuan untuk memperkenalkan peserta didik tentang jenis kelamin dan cara
menjaganya, baik dari sisi kesehatan dan kebersihan, keamanan serta
keselamatan”.
Maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan seks ialah
memberikan pengertian tentang memperkenalkan peserta didik tentang jenis
kelamin dan cara menjaganya, baik dari sisi kesehatan dan kebersihan,
keamanan serta keselamatan menghindarkan siswa dari pelecehan seksual dan
mempersiapkan anak menghadapi masa pubertas.

2.1.4 Aspek-Aspek Pemahaman Siswa Terhadap Bahaya Seks Bebas


Hurlock, Elisabeth (1999) menyatakan seksualitas memiliki tiga
aspek yaitu aspek biologis, psikologis dan aspek sosial:
a. Aspek Biologis
Aspek biologis adalah prose segala sesuatu mengenai
makluk hidup dan aspek kehidupanya.
1) Mengetahui Organ Seks, Fungsi Dan Cara Pemiliharaanya Organ
Organ seks pada pria,organ atau testes yang terletak didalam
scrotum atau sac, di luar tubuh pada usia 14 tahun baru sekitar
10% dari ukuran matang. Kemudian terjadi pertumbuhan pesat
selama satu atau dua tahun, setelah itu pertumbuhan menurun
testes sudah berkembang penuh pada usia dua puluh atau dua
puluh satu.
Jika organ-organ reproduksi anak laki-laki sudah matang,
maka anak laki-laki mulai mimpi basah, biasanya jika anak laki-
laki mulai mimpi basah yang mengairahkan jika kandung
kemihnya penuh atau mengalami sembelit, jika ia memakai
piyama yang ketat atau mengunakan selimut dengan hangat.
Banyak anak 11 laki-laki yang tidak menyadari apa yang telah
terjadi sampai ia melihat bercak-bercak pada alas tempat tidur atau
piyama.
Semua organ reproduksi wanita tumbuh selama masa puber,
meskipun dalam tingkat kecepatan yang berbeda, berat uterus anak
usia 11 tahun atau 12 tahun berkisar 5,3 gram, pada usia 16 tahun
rata -rata beratnya 43 gram. Tuba falopi telur-telur dan vagina juga
tumbuh pesat pada saat ini.Petunjuk pertama bahwa mekanisme
reproduksi anak perempuan menjadi matang adalah datangnya
haid
2) Mengetahui persiapan untuk masa pubertas
Perkembangan seks sekunder membedakan pria dan wanita
dan membuat anggota seks tertentu tertarik pada organ jenis
kelamin lain. Ciri ini tidak berhubungan dengan reproduksi
meskipun secara tidak langsung ada juga hubungannya yaitu
karena pria tertarik pada wanita dan begitu pula sebaliknya inilah
mengapa ciri ini disebut “sekunder”. Dibandingkan dengan organ-
organ seks “primer yang langsung berhubungan dengan
reproduksi. Ciri- ciri seks sekunder sebagai berikut:
a) Pada anak laki- laki
1. Rambut Rambut kemaluan timbul sekitar setah setelah
testes penis mulai membesar. Rambut ketiak dan rambut
wajah timbul jika pertumbuh rambut kemaluan hampir
selesai.
2. Kulit Kulitmenjadi lebih kasar, tida jernis yang pucat dan
pori- pori meluas.
3. Kelenjar Kelenjar lemak atau yang memproduksi minyak
dan kulit semakin membesar dan menjadi lebih aktif,
sehingga dapat menimbulkan jerawat.
4. Otot- otot bertambah besar dan kuat, sehingga memberi
bentuk lagi lengan, tungkak kaki dan bahu
b) Pada anak perempuan
1. Rambut Rambut kemaluan timbul setelah pinggul dan
payudara mulai berkembang. Bulu ketiak dan bulu pada
kulit wajah tampak setelah haid.
2. Kulit-Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat dan
lubang pori- pori bertambah besar.
3. Kelenja Kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih
aktif Sumbatan kelenjar lemak dapat menimbulkan jerawat.
4. Otot Otot semakin besar dan kuat, terutama pada
pertengahan, dan menjelang akhir masa puber, sehingga
memberikan bentuk pada bahu, lengan dan tungkak kaki
5. Payudara Setelah pinggul mulai membesar payudara
jugaberkembang. Puting susu membesar dan menonjol, dan
berkembangnya kelenjar susu, payudara menjadi lebih besar
dan lebih bulat.
b. Aspek Psikologis
Aspek psikogis adalah bahwa dalam proses kehidupan
manusia selalu berkaitan dengan pikiran dan perasaan,emosional
manusia
Anak perempuan lebih cepat menunjukkan tanda-tanda
perilaku yang menganggu dari pada anak laki- laki. Tetapi perilaku
anak perempuan lebih stabil dari pada anak laki-laki dan anak
perempuan mulai berperilaku seperti sebelum masa pubertas.
Perubahan serius pada masa pubertas akan mempengaruhi perilaku,
sebagian besar bergantung pada masa kemampuan di kemauan
anak puber untuk mengungkapkan keprihatinan dan kecemasan
pada orang lain sehingga dengan begitu ia dapat memperoleh
pandangan yang baru dan yang lebih baik.

c. Aspek Sosial
Aspek sosial meliputi hasil aktivas hubungan manusia
dengan alam sekitarnya. Akibat psikologis juga timbul karena
kebingungan yang berasal dari harapan sosial yang tua, guru dan
orang-orang lainnya. Anak laki-laki dan perempuan diharapkan
berbuat sesuai dengan standar yang pantas untuk usia mereka. Hal
ini mereka anggap relatif mudah kalau pola perilaku mereka
terletak pada tingkat perkembangan yang sesuai.
Namun, anak yang kematangannya belum siap untuk
memenuhi harapan harapan sosial menurut usianya cenderung akan
mengalami masalah seperti :
1) Emosi yang tinggi
Yang meninggi Kemurungan, merajuk, ledakan amarah dan
kecenderungan untuk menangis adalah hasutan yang sangat kecil
yang merupakan ciri-ciri bagian awal masa puber. Pada masa ini
anak merasa khawatir, gelisah, dan cepat marah. Pemenuhui
kebutuhan,berhubungan tugas Perkembangan ,dan kebahagiaan.
2) Prestasi Rendah
Dengan cepatnya pertumbuhan fisik maka tenaga menjadi
melemah. Ini mengakibatkan keseganan untuk bekerja dan bosan
pada tiap kegiatan yang melibatkan usaha individu. Prestasi rendah
yang biasanya mulai di sekitar kelas empat atau kelas lima, pada
saat gairah bersekolah berubah menjadi tidak bergairah, pada
umumnya mencapai puncaknya selama masa puber
2.1.5 Cara Mengatasi Perilaku Seksual Remaja
Beberapa ahli berpendapat bahwa penyimpangan perilaku seksusal
remaja ini dapat diatasi. Beberapa cara untuk mengatasi perilaku seksual pada
remaja adalah sebagai berikut:
a. Menyediakan informasi tentang kesehatan reproduksi,. Minimnya
informasi yang akurat dan benar tentang Kesehatan reproduksi
memaksa remaja untuk melakukan eksplorasi sendiri, baik
melalui media informasi maupun dari teman sebaya.
b. Memperbanyak akses pelayanan kesehatan, serta sarana
konseling.
c. Meningkatkan partisipasi remaja dengan mengembangkan
pendidikan sebaya.
d. Menciptakan lingkungan keluarga yang kukuh, kondusif, dan
informatif. Menghilangkan pandangan bahwa seks adalah hal
yang tabu agar remaja dapat bbertanya tentang kesehatan
reproduksinya dengan orang tuanya sendiri.

2.2 Layanan Informasi


2.2.1 Pengertian Layanan Informasi
Informasi secara umum didefinisikan sebagai hasil dari pengolahan
data menjadi bentuk yang lebih berguna dan berarti bagi penerimanya yang
menggambarkan suatu kejadian yang nyata dan dapat digunakan untuk
pengambilan keputusan. Menurut Tohirin (2019:92) mengatakan bahwa
layanan informasi merupakan layanan yang berupaya memenuhi kekurangan
individu akan informasi yang mereka perlukan. Layanan informasi juga
bermakna usaha-usaha untuk membekali peserta didik tentang lingkungan
hidupnya dan tentang proses perkembangan anak muda.
Menurut Sukardi (2004 : 44) mengemukakan bahwa layanan
informasi adalah salah satu dari layanan bimbingan dan konseling yang
memungkinkan peserta didik dan pihak-pihak yang dapat memberikan
pengaruh besar kepada peserta didik untuk dapat menerima dan memberi
informasi yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan
pengambilan keputusan sehari-hari sebagai pelajar, anggota keluarga dan
masyarakat.
Dari pendapat terkait layanan informasi, maka dapat disimpulkan
bahwa layanan informasi adalah salah satu layanan dalam bimbingan dan
konseling yang meliputi data dan fakta, dan memungkinkan peserta didik atau
pihak-pihak lain yang dapat memberikan pengaruh besar kepada siswa
(terutama orang tua) menerima dan memahami informasi seperti informasi
pendidikan yang dapat menjadi bahan pertimbangan pengambilan keputusan.
Data dan fakta yang diterima merupakan informasi yang harus di cerna oleh
siswa sehingga dapat menghasilkan pemahaman tentang diri sendiri dalam
berhubungan dengan lingkungan hidupnya dan dapat mengarahkan proses
perkembangannya.

2.2.2 Tujuan Layanan Informasi


Tujuan pemberian layanan informasi adalah untuk membantu
memecahkan masalah, mencegah timbulnya masalah serta mengembangkan
potensi yang ada. Selain itu, tujuan layana informasi adalah memungkinkan
individu mampu memahami dirinya dan lingkungannya secara objektif,
positif, dan dimanmis serta dapat mengarahkan dirinya untuk kegiatan-
kegiatan yang beguna sesuai dengan keputusan yang telah diambil.
Prayitno (2004: 2-3) menjelaskan bahwa tujuan pelaksanaan
layanan infomasi dibagi menjadi 2 yaitu tujuan umum dan tujuan khusus yang
sebagai berikut:
1) Tujuan Umum
Tujuan umum layanan informasi adalah pemahaman informasi
tertentu yang telah diterima oleh peserta layanan. Informasi tersebut
selanjutnya digunakan oleh peserta untuk keperluan kehidupannya
sehari-hari dan perkembangan dirinya.
2) Tujuan Khusus
Tujuan khusus layanan informasi terkait dengan fungsi-fungsi
konseling. Fungsi pemahaman adalah fungsi utama dan paling
langsung diemban oleh layanan informasi. Peserta layanan memahami
informasi dengan berbagai seluk beluknya sebagai isi layanan.
Penguasaan informasi tersebut dapat digunakan untuk pemecahan
masalah (apabila peserta yang bersangkutan mengalaminya), dengan
penguasaan informasi juga dapat mencegah timbulnya masalah, dan
memungkinkan untuk peserta yang bersangkutan membuka diri dalam
mengaktualisasikan hak-haknya.
Layanan informasi bertujuan untuk membekali individu dengan
berbagai pengetahuan dan pemahaman tentang informasi yang berguna
untuk mengenal diri, merencanakan dan mengembangkan pola
kehidupan sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat.
Pemahaman yang diperoleh melalui layanan informasi dapat
digunakan sebagai bahan acuan dalam meningkatkan prestasi belajar,
mengembangkan cita-cita, dan pengambilan keputusan (Mugiarso,
2007: 56).
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan
bahwa tujuan dari pemberian layanan informasi adalah untuk
memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang suatu hal yang perlu
diketahui untuk dapat mengatur dan merencanakan perkembangan diri
secara optimal.

2.2.3 Fungsi Layanan Informasi


Layanan informasi berfungsi untuk membekali individu dengan
berbagai pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai hal yang
berguna untuk aktualisasi diri individu. Menurut Mugiarso (2006 : 56)
“fungsi utama dari layanan informasi adalah fungsi pemahaman dan
pencegahan”. Fungsi pemahaman dalam bimbingan dan konseling
adalah pemahaman tentang diri siswa beserta permasalahannya oleh
siswa sendiri dan oleh pihak-pihak yang membantu siswa, termasuk
juga pemahaman tentang lingkungan siswa. Dalam fungsi pencegahan,
layanan yang diberikan dapat membantu siswa agar terhindar dari
berbagai masalah yang dapat menghambat perkembangannya.
Dapat disimpulkan bahwa fungsi layanan informasi yakni
memberikan pemahaman kepada siswa tentang pentingnya mengetahui
dan memahami Pendidikan seksual. Melalui informasi yang diberikan
kepada siswa dapat memperoleh pemahaman baru serta dengan
pemahaman tersebut diharapkan juga dapat menghindarkan siswa dari
berbagai perilaku seksual yang tidak bertanggungjawab.

2.2.4 Teknik Layanan Informasi


Layanan informasi dapat diselenggarakan secara langsung dan
terbuka oleh guru pembimbing kepada seluruh siswa disekolah. Berbagai
teknik dan media yang bervariasi serta fleksibel dapat digunakan melalui
format klasikal dan kelompok. Format yang digunakan tentu tergantung jenis
informasi dan karakteristik peserta layanan.
Menurut Winkel (2005: 322), ada beberapa bentuk dalam
penyampaian informasi yang paling bisa dipakai dalam layanan informasi
yaitu “1) lisan; 2) tertulis; 3) audio visual; 4) disket program komputer”.
Keempat bentuk tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Lisan
Bahan informasi dalam bentuk lisan disajikan melalui ceramah umum,
secara tanya jawab, diskusi dan wawancara.
2) Tertulis
Bentuk tertulis biasanya mendapat tempat utama dan mengenal banyak
ragam, seperti diskripsi jawaban, karangan dalam majalah profesional
atau majalah populer, buku pedoman atau buku khusus yang menguraikan
tentang yang akan diberikan.
3) Audio Visual
Bentuk audio visual berupa penggunaan video kaset, video compac disc
(VCD), slides, dan film sebagai perangkat lunak.
4) Disket Program Komputer
Bentuk program komputer memungkinkan siswa meminta informasi dari
komputer mengenai dunia pekerjaan dan program variasi, program
pendidikan atau mengadakan interaksi dengan komputer dalam rangka
pengambilan keputusan tentang masa depan.
Menurut Tohirin (2008: 149) menyebutkan bahwa teknik yang
biasa digunakan untuk layanan informasi adalah: Pertama, ceramah, tanya
jawab dan diskusi. Teknik ini paling umum digunakan dalam penyampaian
informasi dalam berbagai kegiatan termasuk layanan bimbingan dan
konseling. Kedua, melalui Media. Penyampaian informasi bisa dilakukan
melalui media tertentu seperti alat peraga, media tertulis, media gambar,
poster dan media elektronik seperti tape recorder, film televisi, internet, dan
lain-lain. Ketiga, acara khusus. Layanan informasi melalui cara ini dilakukan
berkenaan dengan acara khsusus di sekolah atau madrasah; misalnya “hari
tanpa asap rokok”, “hari kebersihan lingkungan hidup”, dan lain sebagainya.
Keempat, nara sumber. Layanan informasi juga bisa diberikan kepada peserta
layanan dengan mengundang nara sumber (manusia sumber). Misalnya
informasi tentang obat-obatan terlarang, psikotropika dan narkoba
mengundang nara sumber dari Dinas Kesehatan, Kepolisan atau dari instansi
lain yang terkait.
Dari beberapa pendapat tersebut maka layanan informasi dapat
dilakukan dengan beberapa teknik diantaranya ceramah, diskusi panel,
wawancara, karya wisata alat peraga dan alat-alat bantu lainnya, buku
panduan, kegiatan sanggar karir, sosiodrama. Secara umum terbagi menjadi
empat bentuk yaitu lisan, tertulis, audio visual dan disket komputer.

2.3 Media Audio Visual


2.3.1 Pengertian Audio Visual
Menurut Winasanjaya (2010:172), yang dimaksud dengan "media
audio visual" adalah media yang mencakup aspek tampak dan dapat didengar,
seperti suara, slide, dan rekaman video.
Saat menyampaikan pesan atau informasi, media audio visual dapat
menampilkan gambar dan suara secara bersamaan. Proyektor layar lebar, tape
recorder, dan proyektor film adalah beberapa contoh teknologi yang
digunakan dalam media audio-visual untuk menggambarkan sesuatu dan
peristiwa seperti yang terlihat dalam kehidupan nyata.
Karena media pembelajaran dapat memicu semangat siswa dalam
belajar, maka penggunaannya secara efektif sangat penting untuk mencapai
tujuan pendidikan. Guru sering menggunakan media pendidikan untuk
mendorong siswa mereka untuk belajar sesuatu yang baru setiap hari. Selain
itu, menggunakan sumber daya ini dapat meningkatkan pengetahuan dan
antusiasme siswa untuk belajar. Media audio visual, seperti rekaman video,
slide, dan suara, merupakan media yang memasukkan informasi aural selain
informasi visual.

2.3.2 Fungsi Pembelajaran Media Audio Visual


Ada beberapa fungsi yang harus dipahami dalam konteks
komunikasi media audiovisual, antara lain fungsi pendidikan, sosial,
ekonomi, dan budaya. Pesan pembelajaran yang mencakup komponen
visual dan auditori ditransmisikan menggunakan media pembelajaran audio
visual.
Fungsi pendidikan, yang mungkin menawarkan pengaruh yang layak
untuk pendidikan, seperti mengajar siswa bagaimana berpikir kritis,
memberi mereka pengalaman penting, dan membantu mereka tumbuh dan
memperluas wawasan mereka.
d. Fungsi sosial media pembelajaran audiovisual ini adalah untuk
membina hubungan, pengenalan, pengetahuan orang, cara bergaul, dan
adat istiadat dengan menawarkan informasi yang akurat dalam berbagai
ranah kehidupan dan konsep yang sama kepada semua orang.
e. Fungsi ekonomis, yang dapat menawarkan efisiensi dalam mencapai
tujuan selain pengurangan biaya, tenaga, dan waktu dengan tetap
menjaga efektivitas upaya tersebut
f. Fungsi budaya, yang mampu mempengaruhi kehidupan manusia dan
mewariskan serta melestarikan bentuk-bentuk budaya dan seni yang
sudah mendarah daging.

2.3.3 Tujuan Pembelajaran Media Audio Visual


Setiap alat pembelajaran memiliki kualitas yang unik tergantung
pada bagaimana diklasifikasikan. Metode yang disarankan memungkinkan
untuk melihat kualitas-kualitas ini. Strategi pengajaran ditunjukkan sejalan
dengan kemampuan media untuk menimbulkan rangsangan pada indera
penglihatan dan pendengaran. Penggunaan pendekatan audio visual dalam
kegiatan pembelajaran berupaya meningkatkan gairah siswa untuk lebih
fokus belajar dan meminimalisir kebosanan. Media pembelajaran dapat
dianggap sebagai alat yang membantu guru dan siswa berkomunikasi dan
bertukar informasi.
Menurut Yusufhadi Miarso, media semacam ini memiliki potensi
yang lebih besar karena mengintegrasikan media audio dan visual. Media
pembelajaran adalah alat yang digunakan dalam proses belajar mengajar,
Berikut ini adalah beberapa ciri-ciri media audio visual:
1. Kapasitas untuk meningkatkan persepsi.
2. Kapasitas untuk memperoleh keterampilan baru.
3. Kapasitas untuk menambang transfer pembelajaran.
4. Pengetahuan yang diperoleh atau kapasitas untuk menawarkan bantuan.
5. Kapasitas untuk meningkatkan retensi (memori).
6. Dengan memanfaatkan metode audio visual, siswa akan memperoleh
pengalaman praktis dan menemukan pembelajaran menjadi lebih
menarik.

2.4 Kerangka Konseptual


Kerangka konseptual ini disebut dengan konsep atau pengertian yang

merupakan defenisi secara singkat dari sekelompok fakta atau gejala. Dalam

penelitian ini, sebagai kerangka konseptual yang digeneralisasi Bagaimana

Meningkatkan pemahaman Pendidikan seksual pada siswa melalui pemberian

layanan informasi berbasis media audio visual. Layanan informasi yang

ditujukan kepada siswa untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman

tentang suatu hal yang perlu diketahui untuk dapat mengatur dan

merencanakan perkembangan diri secara optimal dengan memanfaatkan

media audio visual. Dengan begitu kita bisa mengukur sejauh mana

peningkatan dalam pemahaman siswa mengenai Pendidikan seksual yang

mencakup bagaimana cara menjaga diri, baik dari sisi kesehatan, kebersihan,

keamanan, serta keselamatan dengan memperhatikan komponen-komponen

sosial, biologis, psikologis, dan moral..


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian Tindakan Bimbingan konseling
(PTBK). Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan
kuantitatif. Dalam penelitian ini tindakan yang dilakukan adalah dengan
menggunakan layanan informasi berbasis audio-visual. Jenis penelitian yang
digunakan adalah penelitian tindakan bimbingan konseling (PTBK).
Menurut Rochiati Wiriaatmadja Penelitian tindakan adalah penerapan
berbagai fakta yang ditemukan untuk memecahkan masalah dalam situasi sosial
untuk meningkatkan kualitas tindakan yang dilakukan dengan melibatkan
kolabaorasi dan kerja sama para peneliti dan praktisi.
Penelitian tindakan bimbingan konseling merupakan suatu bentuk
investigasi yang bersifat partisipatif, kolaboratif dan spiral, yang memliki tujuan
untuk melakukan perbaikan system, metode kerja, proses, isi, kompetensi dan situasi.
Dalam hal ini, penelitian tindakan bimbingan konseling yang dilakukan oleh peneliti
adalah “Meningkatkan pemahaman Pendidikan seksual melalui layanan informasi
berbasis media audio visual kepada siswa kelas XI IPA 1 SMA FREE METHODIST
2 MEDAN”.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di SMA Free Methodist 2 Medan. Penelitian ini
dilakukan dalam waktu kurang lebih 2 bulan, terhitung dari bulan Maret , April,
hingga Mei 2023.

3.3 Subjek Penelitian


Adapun subjek dalam penelitian tindakana bimbingan dan konseling (PTBK)
ini adalah siswa kelas XI IPA 1 yang dianggap peneliti memerlukan layanan
infromasi tentang Pendidikan Seksusal menggunakan media audio visual. Sedangkan
objek dalam penelitian ini adalah Layanan Informasi berbasis media audio-visual
yang dilakukan peneliti dengan siswa.

3.4 Defenisi Operasional Penelitian


Pendidikan seksual adalah Pendidikan yang diberikan untuk menjelaskan
semua hal yang berhubungan dengan seks dan seksualitas dalam bentuknya yang
wajar, tidak terbatas pada anatomi, fisiologi, penyakit kelamin dan perilaku seks yang
menyimpang. Pendidikan seks secara dini bagi peserta didik sangat penting untuk
diberikan demi kesejahteraan dan kemantapan pribadi peserta didik tersebut saat
dewasa. Pemahaman Pendidikan seksual dapat diberikan melalui layanan informasi.
Layanan informasi merupakan layanan yang berupaya memenuhi kekurangan individu
akan informasi yang mereka perlukan yakni informasi mengenai pemahaman
Pendidikan seksual, melalui informasi yang diberikan dapat menjadi pemahaman baru
dan menghindarkan siswa dari berbagai perilaku seksual yang tidak bertanggung
jawab.

3.5 Desain Penelitian


Desain penelitian menggunakan jenis penelitian tindakan (action research),
adapun alur kerja penelitian seluruh dalam PTBK ini merupakan tindakan yang
membentuk siklus. Menurut arikunto yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke
siklus berikutnya. Setiap siklus meliputi planing (rencana), action (tindakan),
observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Selain itu ada juga tahap evaluasi
yang menjadi satu rangkaian kegiatan yang berkelanjutan, agar apabila ada perbaikan
bisa diterapkan pada siklus berikutnya.
Adapun langkah-langkah penelitian tindakan bimbingan konseling ini
dilaksanakan melalui 2 siklus, adapun penjelasan tersebut adalah sebagai berikut:
SIKLUS 1 1. Perencanaan Perencanaan merupakan serangkaian tindakan
terencana untuk mencapai tujuan tindakan
yang diharapkan. Adapun kegiatan yang
dilakukan pada tahap ini adalah:
a. Mengatur pertemuan dengan peserta
layanan
b. Menyusun rencana layanan (RPL)
c. Membuat materi dan catatan kehadiran
untuk menunjukkan nilai kegiatan
sukarelawan
d. Mempersiapkan alat media berupa
laptop, infocus, dan pengeras suara
e. Menentukan jadwal penelitian

2. Pelaksanaan Meningkatkan pemahaman tentang perilaku


tindakan seks bebas dengan menerapkan penyediaan
informasi layanan nasihat dan konseling.
Kegiatan Awal
- Memberi salam.
- Menanyakan kesiapan diri dalam mengikuti
layanan informasi
- Mengabsen siswa yang hadir.
- Memperkenalkan layanan informasi,
dokumen, dan alat yang akan ditawarkan
untuk memfasilitasi penyediaan layanan.
. Kegiatan inti
Peneliti menggunakan media tertulis dan
visual untuk menyampaikan pengetahuan
pada tingkat ini. Peneliti akan memberikan
materi sosialisasi tentang aktivitas seks bebas
siswa.
3. Observasi Observasi bertujuan untuk mengumpulkan
data dan informasi selama proses tindakan
yang dilakukan.
Pada tahap ini, peneliti menilai seberapa
terlibat siswa dalam kegiatan, menentukan
apakah ada kesulitan yang muncul saat
mereka sedang dilakukan, dan mengumpulkan
informasi dari pengamatan yang dilakukan
saat guru kelas mendampingi siswa mengenai
perilaku seks bebas mereka.
4. Refleksi Tahap selanjutnya adalah memberikan
pelayanan dan hasil yang ditemukan setelah
kegiatan observasi selesai. Jika hasil refleksi
tidak sesuai dengan apa yang diharapkan
semula, tindakan selanjutnya dari pertemuan
berikutnya (siklus II) harus dilakukan untuk
menghasilkan hasil yang lebih baik.
SIKLUS II 1. Perencanaan Tahap perencanaan pada siklus II ini
merupakan rancangan tidakan yang akan
dilakukan berdasarkan konsep diatas, jika
pada siklus I tidak mencapai target maka
dilakukan siklus II yakni untuk
memperbaiki, meningkatkan pemahaman
Pendidikan seksual pada siswa.
1. Rencana implementasi layanan
informasi
2. Menyusun daftar observasi tentang
perilaku seksa bebas siswa
3. Membuat bahan Latihan
4. Mempersiapkan alat media berupa
laptop, infocus, dan pengeras suara
5. Menentukan jadwal penelitian

2. Tindakan Meningkatkan pemahaman tentang perilaku


seks bebas sesuai RPL dengan melaksanakan
pemberian informasi layanan nasehat dan
konseling.
a. Kegiatan Awal
- Memberi salam
- Menanyakan kesiapan diri dalam mengikuti
layanan informasi
- Memperkenalkan layanan informasi,
dokumen, dan alat yang akan ditawarkan
untuk memfasilitasi penyediaan layanan.
- Menyiapkan beberapa wawancara kepada
siswa terkait pemahaman tentang perilaku
seks bebas
b. Kegiatan inti
Peneliti menggunakan media tertulis dan
visual untuk menyampaikan pengetahuan
pada tingkat ini. Peneliti akan memberikan
materi sosialisasi tentang aktivitas seks bebas
siswa.
3. Observasi Pengamatan dapat dilakukan saat layanan
sedang disampaikan; pada titik ini, peneliti
dapat mengevaluasi bagaimana siswa terlibat
dalam layanan tersebut.
4. Refleksi Setelah selesai, tindakan yang diambil dan
hasil yang diperoleh selama proses layanan
dilakukan. Kegiatan yang telah selesai
menjadi bahan refleksi. Upaya penelitian
bergerak ke siklus kedua jika hasil yang
diperoleh memenuhi tujuan yang telah
ditetapkan. Studi akan terus berjalan
meskipun tujuannya tidak tercapai.

3.6 Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini teknik atau metode yang digunakan adalah teknik yang
berupa non tes, yaitu:
a. Angket
Angket adalah teknik pengumpulan data dengan menyerahkan atau
mengirimkan daftar pertanyaan untuk diisi sendiri oleh responden. Responden adalah
orang yang memberikan tanggapan (respon) terhadap pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan. Dengan angket yang diberikan maka akan didapat data siswa yang belum
memiliki sikap empati. Angket ini diberikan diawal pelaksanaan siklus dan dilakukan
untuk mengetahui seberapa tingakat kesadaran siswa terhadap Sikap empati siswa.
Angket yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah angket yang
menggunakan skala likert empat point, dengan penilaian sebagai berikut:

Pemberian Skor Skala Berdasarkan Skala Likert

No Pernyataan positif Pernyataan negatif

Keterangan Skor Keterangan Skor


1 Sangat Sesuai (SS) 4 Sangat Sesuai (SS) 1
2 Sesuai (S) 3 Sesuai (S) 2
3 Tidak Sesuai (TS) 2 Tidak Sesuai (TS) 3
4 Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 Sangat Tidak Sesuai (STS) 4

Tabel 3.1
Kisi-kisi Angket Model Skala Likert/Konsioner
Tentang
Pemahaman siswa tentang Pendidikan Seksual

Variabel Aspek Indikator Nomor Jumlah


item
Pemahaman Biologis 1. Mengetahui organ 1,2,3 3
seks, fungsi dan cara
pemeliharaannya
2. Persiapan untuk masa 4,5, 6, 7 4
pubertas, seks bebas
Psikologis 3. Hilangnya harga diri 8, 9, 10, 11 4
4. Mengatasi kecemasan 12, 13, 14, 4
15
Sosial 5. Emosi yang tinggi 16, 17, 18, 4
19
6. Prestasi yang rendah 20, 21, 22, 4
23

b. Observasi
Observasi berarti menggunakan pengamatan atau penginderaan langsung
terhadap suatu benda, kondisi, situasi, proses atau perilaku. Pengumpulan data dengan
menggunakan alat indera dan diikuti dengan pencatatan secara sistematis terhadap
gejala-gejala/fenomena yang diteliti. Observasi merupakan salah satu teknik
pengumpulan data yang tidak hanya mengukur sikap dari responden (wawancara dan
angket) namun juga dapat digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi
(situasi, kondisi).

3.7 Teknik Analisis Data


Untuk mengetahui keefektifan suatu metode dalam kegiatan layanan
bimbingan konseling perlu dilakukan analisis data. Pada penelitian tindakan
bimbingan konseling ini maka peneliti menggunakan analisis data deskriptif
kualitatif dan juga menggunakan analisis data kuantitatif deskriptif. Analisis data
kualitatif menggambarkan kenyataan dan fakta yang sesuai dengan yang diperoleh
dengan tujuan untuk mengetahui respon siswa terhadap kegiatan layanan dengan
menggunakan narasi berdasarkan hasil observasi dan wawancara.
Analisis data dalam penelitian kuantatif merupakan kegiatan setelah data
dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Teknik analisis data
dalam penelitian kuantitatif digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman
siswa mengenai Pendidikan seksual dengan instrument skala dan penentuan
kategori kecenderungan dari tiap-tiap variabel didasarkan pada norma atau
ketentuan kategori.

3.8 Validitas dan Reabilitas Data


Validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat kebenaran suatu
instrumen. Uji validitas digunakan untuk menguji validitas angket, teknik korelasi
jawaban pada setiap item yang dikorelasikan dengan total skor.
Reabilitas berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data atau
temuan untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumens tersebut
sudah baik, instrument dikatakan reliabel jika alat ukur tersebut menunjukkan hasil
yang konsisten, sehingga instrument tersebut dapat digunakan secara aman karena
dapat bekerja dengan baik pada waktu dan kondisi yang berbeda
DAFTAR PUSTAKA

Hesti Sefriyani, Dianto, M., Solina, W. (2022). The Effectiveness of Using Audio Visual
Media in Information Services to Improve Students' Understanding of Sex
Education at SMKN 4 Sijunjung. NEOKONSELING, 4 (2).
Mulyani, Rahma Rila Dkk. (2020). Pentingnya Penggunaan Media Bimbingan Dan
Konseling Dalam Layanan Informasi. Jurnal Media Layanan Informasi
Nursalim Moch, Nurhalimah, S. (2013). Penerapan Layanan Informasi Untuk
Meningkatkan Pemahaman Siswa Mengenai Dampak Perilaku Seks Bebas.
Jurnal BK UNESA, 04 (01), 144-153.
Rima Irmayanti. (2018). MEDIA AUDIO VISUAL DALAM MENINGKATKAN
LAYANAN INFORMASI BIMBINGAN DAN KONSELING PADA
PESERTA DIDIK SMP. QUANTA, 2 (2).
Suarni, Leny Dkk. (2018). Hubungan Pendidikan Sex Dengan Perilaku Seks Bebas Pada
Remaja. Jurnal Jumantik, 3(2).
ANGKET PENELITIAN
A. Pengantar
Pernyataan yang ada dalam angket ini disusun untuk meningkatkan
pemahaman siswa tentang Pendidikan seksual. Jawaban ini tidak berpengaruh
terhadap prestasi anda, oleh karena itu diharapkan anda dapat memberikan jawaban
yang menggambarkan diri anda yang sebenarnya dengan jujur karena identitas atau
nama dirahasiakan dan kerahasiaan jawaban anda terjamin oleh peneliti.

B. Petunjuk Pengisian
Di bawah ini ada pernyataan-pernyataan. Cara menjawab angket ini dengan
memberikan tanda ceklis (√) pada kolom yang sesuai dengan keadaan anda.
Alternative jawabannya ialah:
SS : Sangat Sesuai
S : Sesuai
KS : Kurang Sesuai
TS : Tidak Sesuai
STS : Sangat Tidak Sesuai

C. Data responden:
Nama :
No. Absen :
Kelas :
Hari/Tanggal :

NO Pernyataan SS S KS TS STS
1 Untuk menghindari seks bebas perlu
memahami pentingnya bahaya seks bebas
2. Dampak seks bebas merupakan informasi yang
penting dalam kehidupan setiap manusia
terutama wanita
3 Dampak negative dari ketidaktahuan tentang
dampak seks bebas yaitu penyakit kelamin dan
HIV/AIDS
4 Saya suka mencari informasi yang lebih banyak
dari yang lebih ahli misalnya pada orang tua
maupun guru,agar saya menjadi lebih mengerti
tentang dampak seks bebas.
5 Mendengarkan dan menyimak penjelasan guru
BK membuat saya mengerti tentang dampak
seks bebas
6 Saya akan menjaga diri saya dari perilaku seks
bebas
7 Dampak sosial perilaku seksual adalah di
kucilkan dari masyarakat karena hamil di luar
nikah
8 Dengan mendengarkan penjelasan guru BK
saya jadi lebih tahu tentang dampak seks bebas
yang beresiko tinggi terkena kanker serviks
9 Setelah mengikuti layanan informasi tentang
dampak seks bebas saya akan menjahui
perilaku seks bebas, seperti berciuman
10 Remaja yang melakukan hubungan seks bebas
adalah orang yang telah berbuat suatu
kesalahan yang melanggar norma-norma di
masyarakat
11 Putus sekolah bagi remaja wanita yang hamil di
luar nikah yang merupakan dampak dari seks
bebas
12 Saya menjadi lebih mengerti tentang bahaya
seks bebas setelah mengikuti layanan informasi
menggunaan media audio visual yang di
laksanakan oleh guru BK
13 HIV/AIDS adalah salah satu penyakit yang di
timbulkan oleh seks bebas
14 Timbulnya persaan takut akan hukuman Tuhan,
mimipi buruk, halusinasi, kehilangan
konsentrasi merpukan dampak psikis dari seks
bebas
15 Setelah mengikuti layanan informasi tentang
dampak seks bebas saya lebih bertanggung
jawab terhadap diri saya
16 Munculnya rasa bersalah, marah, sedih,
menyesal, malu, dan kesepian merupakan
dampak psikologis dari seks bebas
17 Setelah mengikuti layanan informasi tetang
dampak seks bebas saya menjahui perilaku dan
bentuk-bentuk seks bebas
18 Kehamilan tidak diinginkan merupakan salah
satu resiko dari seks bebas
19 Seks bebas dapat dilakukan secara bebas, tanpa
dibatasi oleh aturan-aturan serta tujuan yang
jelas
20 Dengan mendekatkan diri kepada Tuhan YME
kita akan terhindar dari prilaku seks bebas
21 Saya bertanya atau berkonsultasi dengan teman
sebaya untuk mencari dampak seks bebas
22 Seks bebas akan menimbulkan trauma
psikologis bagi wanita yang hamil di luar nikah
karena harus menanggung aib.
23 Seks bebas adalah aktivitas seksual yang
dilakukan dengan lawan jenis tanpa ikatan
pernikahan yang sah

Anda mungkin juga menyukai