Anda di halaman 1dari 19

STUDI KEBUTUHAN INFORMASI PENDIDIKAN SEKS BAGI SISWA SMA KELAS XI

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya teknologi, baik media elektronik dan sebagainya membuat banyak hal yang sebenarnya tabu untuk di perbincangkan kini sudah sangat biasa sekali. Contohnya saja mengenai seks. Perkembangan teknologi membuat seks tidak dianggap sakral lagi. Seks dianggap sebagai hal yang biasa-biasa saja. Akibatnya pergaulan seks bebas di kalangan masyarakat pun marak terjadi terutama pada kalangan remaja. Imbasnya juga dirasakan di Indonesia. Data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada 2010 menunjukkan, 51 persen remaja di Jabodetabek telah melakukan seks pra nikah. Di beberapa wilayah lain di Indonesia, seks pra nikah juga dilakukan sebagian remaja. Misalnya saja di Surabaya tercatat 54 persen, di Bandung 47 persen, dan 52 persen di Medan, rata-rata setengah dari jumlah remaja remaja terjerumus kedalam masalah ini. Bayangkan berapa jumlah anak-anak Indonesia yang kehilangan harga diri, jumlah remaja (15-19 tahun) di Indonesia mencapai 43 juta jiwa, tinggal dikalikan saja dengan persentasenya. Kenyataan miris ini harus segera diatasi, mengingat pada tahun 2006 BKKBN pernah merilis hasil survei di kota-kota besar mulai Jabotabek, Medan, Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Makassar, masih berkisar 45 persen remaja yang mengaku melakukan hubungan seks sebelum nikah (Saefudin,2011). Ada banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya perubahan pandangan serta perilaku seksual tersebut.

Diantaranya adalah perkembangan iptek, seperti internet, longgarnya pengawasan dan perhatian orang tua dan keluarga, pergaulan yang berpola sangat bebas dan lepas sementara orang tua tidak mempermasalahkan bahkan cenderung mengijinkan, lingkungan dan fasilitas yang dapat mendukung hal tersebut. Boleh dikatakan sampai saat ini pengetahuan yang dimiliki remaja akan perubahan yang terjadi pada diri mereka baik fisik maupun psikis, khususnya mengenai seks sangat rendah. Padahal seperti yang telah dijelaskan pada alinea diatas , arus informasi tentang seks salah atau benar sangat deras mengalir. Jika hal ini dibiarkan terus bukan tidak mungkin anak-anak remaja akan terjerumus pada pergaulan bebas. Ada banyak fakta yang memperlihatkan danpak buruk seks bebas, salah satu contohnya adalah Bunga (18 tahun). Remaja putri yang kini berprofesi sebagai pekerja seks komersial diantara kesibukan sekolahnya. Gadis ini pertama kali melakukan hubungan seks saat ia masih kelas satu SMU. Tindakan kebablasan itu ia lakukan dengan pacarnya. Setelah putus dari lelaki yang dipacarinya hanya 7 bulan itu, bukannya menyesal dan berhenti melakukan, ia justru terjerumus menjadi pekerja seks komersial. Meski uang sekolah dan uang jajan dari orang tuanya selalu ada (Bunga tidak tinggal serumah dengan orangtuanya), namun Bunga merasa masih perlu tambahan dalam jumlah cukup besar. (Andy,2011). Contoh tersebut memperlihatkan dampak dari pergaulan bebas yang dilihat dari sisi perilakunya. Jika dilihat dari hal yang lebih buruk lagi yaitu penyakit yang ditimbulkan oleh seks bebas. Salah satu penyakit yang paling terkenal dalam dunia seksualitas adalah penyakit Aids yang diakibatkan oleh virus HIV. Di

Indonesia banyak sekali kasus orang yang terkena virus itu. Kementerian Kesehatan mengeluarkan data yang mengejutkan soal penderita penyakit HIV/Aids. Diperkirakan sebanyak lebih dari 200.000 penduduk Indonesia menderita penyakit HIV/Aids (Agustia, 2011). Selain itu juga Zahrotun (2012) menyebutkan AAT ini, Indonesia menempati urutan pertama dalam penularan HIV/AIDS di Asia Tenggara. Menyikapi permasalahan-permasalahan yang cukup mengkhawatirkan tersebut, perlu dilakukan beberapa upaya untuk mengatasinya. Salah satunya adalah dengan memberikan pendidikan seks secara benar kepada masyarakat terutama kepada kalangan remaja . Guru merupakan sosok yang sangat cocok untuk memberikan pendidikan seks pada kalangan remaja khususnya siswa SMA. Hal ini sesuai dengan pernyataaan Amin (2003) mengatakan bahwa guru yang lebih cocok untuk mengerjakan pendidikan seks adalah guru biologi, sebab materi biologi sarat dengan bahasan yang dapat digunakan sebagai saranan untuk menyampaikan pendidikan seks dan tentunya akan lebih leluasa dalam menyampaikan pesan-pesan moral dan budaya yang berkaitan dengan pendidikan seks. Perlunya pendidikan seks di kalangan siswa sma dan pentingnya sosok guru sebagai sosok yang cocok untuk mengajarkan pendidikan seks ternyata tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Masih banyak sekolah-sekolah terutama terutama didesa yang masih mengesampingkan yang mungkin dikarenakan pendidikan seks masih dianggap tabu.

Rumusan Masalah a. mengapa perlu diadakannya pendidikan seks di kalangan siswa SMA kelas XI? b. Metode pembelajaran apa yang cocok untuk digunakan dalam pelaksanaan pendidikan seks ? Tujuan a. untuk mengetahui seberapa perlu pendidikan seks di kalangan siswa SMA kelas XI b. untuk mengetahui metode pembelajaran apa yang efektif dalam menyampaikan pendidikan seks pada siswa SMA kelas XI

BAB II PEMBAHASAN

Pengertian Pendidikan Seks Pendidikan seks secara sederhana dapat diartikan sebagai pendidikan yang memberikan berbagai informasi tentang seksualitas. Seksualita melihat segi-segi seperti perilaku seks termasuk penyimpangan, penyimpangan, tata karma, etika, moralitas, dan segi agama (Tenze,1994:9 dalam Deniati, 2006). Pendidikan seks dapat didefinisikan sebagai pendidikan tingkah laku yang baik sehubungan dengan masalah seks atau pendidikan moral tentaang masalah seks. Sehingga pendidikan seks mengutamakan tingkah laku yang baik dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemasyarakatan. Pada dasarnya pendidikan seks itu meliputi bidang-bidang antara lain biologi dan fisiologi, ethic, moral, dan sosiologi. Sehingga pendidikan seks yang seharusnya diajarkan bukanlah pendidikan seks yang digambarkan orang dengan segala hal yang dianggap tabu (Subiyanto 1989:13 dalam Deniati 2006). Dari penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan seks tidak sepenuhnya menerangkan kepada peserta didik tentang fakta-fakta yang berhubungan dengan proses keturunan dan hubungan jasmani antara pria dan wanita saja, tapi juga memberikan informasi-informasi yang berisi unsur yang cukup banyak, diantaranya adalah sikap, perasaan, kebiasaan, keluarga seharihari, hal-hal yang menyimpang dalam seks, penyakit dan masih banyak lagi informasi lainnya.

Tujuan Pendidikan Seks Penerapan pendidikan seks bukan bertujuan agar para siswa SMA kelas XI yang tergolong remaja ini lebih terjerumus dan menjadi binal. Namun tujuannya disini adalah sebaliknya, yaitu memberikan pengetahuan seputar seksualitas agar mereka tidak terjerumus. Pendidikan seks yang diberikan tidak hanya berisi pengetahuan intelektual saja, namun lebih menekankan pada penanaman sikap sehingga diharapkan siswa akan memiliki pengetahuan yang lebih tentang seks secara benar yang meliputi unsur-unsur seperti sikap, perasaan, kebiasaan, keluarga sehari-hari, hal-hal yang menyimpang dalam seks, penyakit dan masih banyak lagi informasi lainnya seputar seks. Menurut Amin (2003) tujuan pendidikan seks antara lain 1. menyediakan pengetahuan yang memadai kepada para siswa mengenai diri siswa itu sehubungan dengan proses pematangan fisik, mental, dan emosional dalam kaitannya dengan seks. 2. Meniadakan ketakutan dan kegelisahan sehubungan dengan terjadinya perkembangan serta penyesuaian seksualitas 3. Memberikan wawasan mengenai hubungan anak dengan anggota kelompoknya dari kedua jenis kelamin dan membantu memahami kewajiban serta tanggung jawabnya kepada orang lain. 4. Memberikan cukup pengetahuan mengani penyalahgunaan dan penyimpangan seks agar anak dapat melindungi dirinya sendiri terhadap hal-hal yang membahayakan fisik maupun mentalnya. Kirkendall (1985:5-6) dalam Deniati (2006) menjelaskan bahwa pendidikan seks tidak akan menimbulkan rasa keingintahuan yang buruk kepada

anak-anak, karena pendidikan seks yang benar tidak menimbulkan goncangan apapun dan tidak akan membawa pikiran negatif yang berhubungan dengan segisegi seks. Pengertian akan masalah-masalah seks juga membantu anak untuk menerima aturan-aturan social yang diharuskan terhadap perilaku social.

Informasi Yang Diperlukan Dalam Penyampaian Pendidikan Seks Seperti yang telah dijelaskan di alinea awal, pendidikan seks tidak hanya memberikan pengetahuan intelektual berupa informasi tentang proses keturunan dan hubungan jasmani antara pria dan wanita saja, namun juga banyak hal lagi seperti sikap moral, penyimpangan seks, penyakit dan lain-lain. Berikut adalah beberapa informasi yang diperlukan dalam penyampaian pendidikan seks, diantaranya adalah penyimpangan seksual, penyakit menular seksual dan jenisjenis PMS 1. Penyimpangan seksual Pada dasarnya wanita dan peria memiliki nafsu untuk melakukan hubungan seks. Namun hubunga tersebut harus dilakukan dalam batas-batas norma etis, sesuai dengan norma aagama dan masyarakat yang berlaku. Untuk melakukan hubungan seks dengan batasan sesuai norma yang berlaku diperlukan kontrol yang benar baik dari wanita maupun peria. Agar kontrol tersebut dapat tercipta seseorang membutuhkan informasi yang benar mengenai seks. Apabila kebutuhan akan informasi yang benar mengenai seks tidak terpenuhi atau informasi yang didapat salah maka yang terjadi adalah munculnya penyimpanganpenyimpangan perilaku seks.

Menurut Suyatno (2009) Penyimpangan seksual adalah Penyimpangan seksual adalah aktivitas seksual yang ditempuh seseorang untuk mendapatkan kenikmatan seksual dengan tidak sewajarnya. Penyebab terjadinya kelainan ini bersifat psikologis atau kejiwaan, seperti pengalaman sewaktu kecil, dari lingkungan pergaulan, dan faktor genetik. Ada beberapa penyimpangan seks menurut Sulistyo (1988:103-112) dalam Deniati (2006) antara lain adalah transeksual, homoseksual dan lesbian, pedofilia, insen, zoofilia, Transvestisme, Fetisisme, sadisme, masokisme, voyeurism, ekshibisionisme, onani dan masturbasi, sodomi dan oral seks. 2. Penyakit menular seksual (PMS) Penyakit menular seksual, atau PMS adalah berbagai infeksi yang dapat menular dari satu orang ke orang yang lain melalui kontak seksual. Menurut the Centers for Disease Control (CDC) terdapat lebih dari 15 juta kasus PMS dilaporkan per tahun. Kelompok remaja dan dewasa muda (15-24 tahun) adalah kelompok umur yang memiliki risiko paling tinggi untuk tertular PMS, 3 juta kasus baru tiap tahun adalah dari kelompok ini (Nurul,2007). Nurul (2007) juga menjelaskan bahwa kebanyakan PMS didapat dari hubungan seks yang tidak aman. Yang dimaksud dengan seks yang tidak aman, adalah:

Melakukan hubungan seksual lewat vagina tanpa kondom (penis di dalam vagina)

Melakukan hubungan seksual lewat anus tanpa kondom (penis di dalam anus)

Hubugan seksual lewat oral atau karaoke (penis di dalam mulut tanpa kondom atau mulut menyentuh alat kelamin wanita)

3. Jenis-jenis PMS dan gejala-gejalanya. Jenis-jenis dari PMS cukup beragam dengan gejala-gejala yang berbeda dan pastinya sangat berbahaya. Nuru (2007) juga menyebutkan beberapa macam penyakit menular seksual beserta gejalanya , yang diantaranya adalah a. Klamidia. Gejalanya : Sampai 75% kasus pada perempuan dan 25% kasus pada laki-laki tidak menunjukkan gejala. Gejala yang ada meliputi keputihan yang abnormal, dan rasa nyeri saat kencing baik pada laki-laki maupun perempuan. Perempuan juga dapat mengalami rasa nyeri pada perut bagian bawah atau nyeri saat hubungan seksual, pada laki-laki mungkin akan mengalami pembengkakan atau nyeri pada testis. b. Herpes Genital (HSV-2) Gejalanya : Gejala-gejala biasanya sangat ringan dan mungkin meliputi rasa gatal atau terbakar; rasa nyeri di kaki, pantat atau daerah kelamin; atau keputihan. Bintil-bintil berair atau luka terbuka yang terasa nyeri juga mungkin terjadi, biasanya di daerah kelamin, pantat, anus dan paha. c. HIV/AIDS Gejalanya : virus tersebut secara terus menerus melemahkan sistem kekebalan, menyebabkan orang yang terinfeksi semakin tidak dapat bertahan terhadap infeksi-infeksi oportunistik.

d. Human Papilloma Virus (HPV) Gejalanya : Tonjolan yang tidak sakit, kutil yang menyerupai bunga kol tumbuh di dalam atau pada kelamin, anus dan tenggorokan.

Psikologi Siswa Sma Kelas XI Anak SMA kelas XI adalah anak yang berumur berkisaran 16-18 tahun, umur tersebut tergolong anak yang masih remaja. Menurut Desmita (2010), remaja merupakan masa peralihan antara masa kehidupan anak-anak dan masa kehidupan orang dewasa. Masa remaja sering dikenal dengan masa pencarian jati diri. Menurut Panut (1999) ada dua teori tentang masa remaja. Yang pertama adalah masa remaja yang memiliki definisi masa neo-atavistis atau masa kelahiran kembali, karena masa ini timbul fungsi-fungsi baru yang belum pernah timbul pada masa sebelumnya. Diantaranya adalah dorongan kelamin yang mewujudkan hubungan cinta. Kemudia teori yang kedua, masa remaja adalah masa stress and strain (masa kegoncangan atau kebimbangan). Akibatnya para pemuda-pemudi melakukan penolakan-penolakan pada kebiasaan dirumah, di sekolah. Bersifat sentimental mudah tergoncang dan terganggu. Pada masa remaja terjadi peralihan dari masa kanak-kanak menuju kedewasaan. Artinya masa ini adalah masa transisi. Kita ketahui bersama bahwa pada masa ini mereka yang tergolong masih berumur remaja akan mengalami kegamangan. Kegamangan sendiri diakibatkan oleh banyak hal. Salah satunya adalah rasa keingin tahuan yang sangat tinggi . akibanya , banyak remaja yang

pada masa kanak-kanak telah didik dengan sangat baik oleh orang tuanya merasa perlu mencari identitas baru, identitas yang berbeda dengan identitas sebelumnya. Perubahan-perubahan yang dialami oleh anak-anak remaja menyebabkan para remaja akan memiliki banyak kebutuhan yang tergolong baru. Ternyata kebutuhan tersebut dapat memicu munculnya banyak permasalahan yang dialami. Salah satu masalah yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan remaja adalah masalah yang menyangkut jasmani. Pada permulaan masa remaja, kira-kira umur 13 tahun dan 16 tahun. Terjadi pertumbuhan jasmani secara cepat. Remaja mengalami pertumbuhan jasmani yang cepat dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, tubuhnya segera menyerupai orang dewasa dalam masa yang relative singkat. Demikian pula dengan perkembangan kelenjar atau hormonnya termasuk organ seks. Masa ini lebih dikenal dengan masa puber atau balig. Maka apabila si anak tidak diberi penjelasan tentang perkembangan ini merupakan hal yang wajar, akan menimbulkan kegoncangan para remaja tersebut (Panut,1999). Berdasarkan penjelasan tersebut jelas disini bahwa pada masa remaja anak akan cenderung labil, dan mengalami kegoncangan dalam dirinya. Apabila tidak di tuntun dengan baik maka remaja yang mengalami kegoncangan dari berbagai segi terutama dalam dunia seks akan sangat mudah terpengaruh oleh hal-hal buruk melalui gambar-gambar atau media lain.

Metode Pembelajaran Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Ini berarti metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang

telah ditetapkan. Dengan demikian , metode dalam rangkaian system pembelajaran memegang peran yang sangat penting. (Sanjaya 2007). Berdasarkan uraian pada alinea di atas jelas sekali bahwa pendidikan seks juga membutuhkan metode pembelajaran yang tepat agar tujuan dari pendidikan seks dapat tercapai dengan tepat. Bisa dibayangkan apabila metode yang digunakan dalam menyampaikan pendidikan seks salah atau tidak tepat, sangat besar kemungkinannya akan berakibat buruk bagi peserta didik. Ada beberapa metode pembelajaran yang tepat menurut penulis untuk digunakan dalam penyampaian pendidikan seks. Diantaranya adalah a. metode ceramah Sudah sejak lama metode ceramah digunakan oleh para guru dengan alasan keterbatasan waktu dan buku teks. Hal ini menunjukkan adanya kecenderungan menganggap metode ceramah sebagai metode belajar-mengajar yang mudah digunakan. Metode ceramah bergantung kepada kualitas personal guru, yakni suara, gaya bahasa, sikap, prosedur, kelancaran, kemudahan bahasa, dan guru keteraturan guru dalam member penjelasan yang tidak dapat dimiliki secara mudah oleh setiap guru (Gage dan Berliner,1984 : 482, dalam Dimyati,1991). Metode ceramah dapat diartikan sebagai cara menyajikan pembelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa. Metode ceramah merupakan cara yang digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran ekspositori (sanjaya,2007). Pelaksanaan pendidikan seks di sekolah menggunakan metode ceramah cukup tepat, karena dengan menggunakan metode ini , suasana akan terkontrol

serta peserta didik akan fokus ke guru yang menyampaikan materi tentang seksualitas. Kelebihan metode ini salah satunya adalah guru dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu di tonjolkan. Artinya disini guru dapat mengatur pokok-pokok materi yang mana yang sudah boleh di ketahui oleh siswa dan yang mana yang belum b. metode Tanya jawab Metode Tanya jawab dapat diartikan sebagai format interaksi antara gurusiswa melalui kegiatan bertanya yang dilakukan oleh guru untuk mendapatkan respons lisan dari siswa sehingga dapat menumbuhkan pengetahuan baru pada diri siswa (dimyati,1991). Dimyati(1991) juga menyebutkan alasan kenapa guru menggunakan metode Tanya jawab dalam proses belajar-mengajar. Alasan-alasan tersebut antara lain adalah 1. membangkitkan/menimbulkan keingintahuan siswa terhadap isi permasalahan yang sedang dibicarakan sehingga mendorong minat siswa yang berpartisipasi dalam proses belajar mengajar. 2. Membangkitkan, mendorong, menuntun dan membimbing pemikiran yang sistematis, kreatif, dan kritis pada diri siswa 3. Meningkatkan keterlibatan mental siswa , dengan menjawab pertanyaan, dalam proses belajar-mengajar sehinggga dapat terwujud cara belajar siswa aktif. 4. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengekspresikan diri, sehingga dapat memupuk dan mengembangkan kemampuan untuk menyatakan pendapat dengan tepat.

5. Memberikan kesempatan kepada para siswa menggunakan pengetahuan sebelumnya untuk belajar sesuatu yang baru. Para remaja , terutama anak kelas XI memiliki rasa keingintahuan yang sangat tinggi sekali. Kita sadar jika hal tersebut di tekan atau dalam tanda kutip di larang maka besar kemungkinannya akan berdampak pada perkembangan psikologisnya. Terutama jika sudah mendengar kata seks. Jelas disini ketika guru menyampaikan permasalahan tentang seksualitas akan menimbulkan banyak sekali tanda Tanya, rasa ingin tahu dari peserta didiki. Meraka akan terpacu untuk bertanya, berpendapat dan sebagainya. Metode Tanya jawab menurut penulis tepat juga digunakan ketika pelaksanaa pendidikan seks disekolah. Sangat diharapkan dengan metode Tanya jawab ini siswa dapat bertanya tentang banyak hal mengenai seksualitas, apa dampaknya bagi dirinya sendiri dan lain-lain. c. metode diskusi Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Tujuan utama dari metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan. Karena itu , diskusi bukanlah debat bersifat mengadu argumentasi. Diskusi lebih bersifat bertukar pengalaman untuk menentukan keputusan tertentu secara bersama-sama (sanjaya,2007). Ada beberapa kelebihan metode diskusi, manakala diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar 1. metode diskusi dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif khususnya dalam memberikan gagasan dan ide-ide

2. dapat melatih untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam mengatasi setiap permasalahan 3. dapat melatih siswa untuk dapat mengemukakan pendapat atau gagasan secara verbal. Disamping itu, diskusi juga bisa melatih siswa untuk menghargai pendapat orang lain (Sanjaya,2007). Metode ini menurut penulis cukup tepat digunakan dalam melaksanakan pendidikan seksualitas pada siswa kelas XI. Sudah jelas diterangkan bahwa metode ini mampu menumbuhkan rasa untuk bergabung, artinya terlibat dalam pembicaraan. Misalnya menyampaikan pendapat, argument, bertanya dan lainlain. Dengan terjadinya hal tersebut, besar kemungkinan guru akan tahu sejauh mana siswa sma kelas XI tahu tentang seks.

BAB III PENUTUP Berdasarkan penjelasan yang ada pada bab 2 maka dapat kita ketahui bersama bahwa pemberian pendidikan seks pada siswa SMA kelas XI sangatlah diperlukan hal ini dikarenakan pada masa SMA psikologi dari siswa mudah tegoncang dan untuk mengontrol hal tersebut dibutuhkan informasi-informasi yang benar mengenai seks melalui pendidikan seks. Metode yang digunakan dalam pelaksanaan pendidikan seks pada siswa SMA kelas XI adalah ceramah, diskusi dan Tanya jawab. Pendidikan seks ini dapat memberikan gambaran kepada siswa mengenai dampak negative dari seks bebas karena pada pendidikan seks tidak hanya pengetahuan intelektual mengenai hubungan jasmani antara wanita dan pria saja namun lebih menekankan pada penanaman sikap. Dengan demikian secara tidak langsung siswa dapat dicegah untuk melakukan hal-hal yang dapat merugikan diri sendiri, orang lain dan tentunya orang tua

DAFTAR RUJUKAN Amin, M. 2003. Mosaic pendidikan riau. Firdaus L.N. (editor). Pekan baru : Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Riau. Deniati, Silfana. 2006. Studi kebutuhan Informasi Dan Metode Pembelajaran Pendidikan Seks Bagi Mahasiswa S-1 Pendidikan Biologi Universitas Negeri Malang Angkatan 2002. Malang : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Biologi. Desmita. 2010. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung : Pt Remaja Rosdakarya. Moejiono. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan. Panuju, Panut. 1999. Psikologi Remaja. Yogya : Tiara Wacana. Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran. Jakarta : Kencana. Agustia, Ririn. 2011. Pengidap HIV/Aids Indonesia Mencapai 200 Ribu. (Online),.http://www.tempo.co/read/news/2011/11/25/173368488/Pengida p-HIVAids-Indonesia-Mencapai-200-Ribu, diakses pada tanggal 10 Februari 2012). Kick Andy. 4 februari 2011. ANCAMAN SEKS BEBAS DI KALANGAN REMAJA. (online),(http://www.kickandy.com/, diakses pada tanggal 30 Januari 2012).

Nurul. 2007. Penyakit Menular Seksual. (Online),(.http://www.kesrepro.info/?q=node/312, diakses pada tanggal 14 Februari 2012). Saefuddin . 2011. Jika Tak Ada Harga Dirimu, Pinjamlah!. (Online),(http://sosbud.kompasiana.com/2011/02/08/jika-tak-ada-hargadirimu-pinjamlah/, diakses pada tanggal 10 Februari 2012). Suyatno. 2009. Penyimpangan Seksual. (Online),(.http://suyatno.blog.undip.ac.id/2009/11/14/penyimpanganseksual/, diakses pada tanggal 14 Februari 2012). Zahrotun Nurul. 2011. Indonesia jadi Gunung Penderita HIV?. (Online), (http://hidayatullah.com/read/20749/20/01/2012/indonesia-jadi%E2%80%9Cgunung%E2%80%9D-penderita-hiv?.html, diakses pada tanggal 10 Februari 2012).

Anda mungkin juga menyukai