Anda di halaman 1dari 4

TUGAS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Dosen Mata Kuliah : Vini Agustiani

Kelompok:
1. Bella Maharani
2. Chandra Sukmana
3. Dionisius Herdian
4. Farhan Mubarak
5. Fizri Dwi

Politeknik Negeri Bandung


2019
1. Identifikasi Permasalahan
Pemuda zaman sekarang memang sangat banyak terlibat kasus hukum.Hal ini disebabkan
karena lunturnya nilai pancasila di diri generasi muda, mereka sudah tidak memahami
pentingnya nilai-nilai pancasila tersebut.
Lunturnya nilai-nilai Pancasila pada sebagian masyarakat dapat berarti awal sebuah
malapetaka bagi bangsa dan negara kita. Fenomena itu sudah bisa kita saksikan dengan mulai
terjadinya kemerosotan moral, mental dan etika dalam bermasyarakat dan berbangsa terutama
pada generasi muda. Sehingga, seks bebas ini merupakan permasalahan yang muncul karena
tantangan global pada saat ini.

2. Data pengamatan
Salah satu tantangan di era globalisasi ini adalah krisis moral dan hancurnya generasi
bangsa akibat seks bebas yang semakin marak terjadi di sekitar kita. Bukan sesuatu hal yang
asing lagi, saat ini banyak anak muda yang telah kehilangan cita-cita, visi dan semangat dalam
hidupnya karena menjadi korban seks bebas yang semakin merajalela.

Berbagai data tentang problem generasi bangsa hari ini dapat kita lihat dari berbagai sumber,
salah satunya dari laporan komisi perlindungan anak Indonesia (KPAI). Data ini sering sekali
kita jumpai sebagai bahan renungan, meskipun data ini sudah lama.
Laporan KPAI dari survei yang dilakukannya tahun 2007 di 12 kota besar di Indonesia
tentang perilaku seksual remaja sungguh sangat mengerikan. Hasilnya seperti yang diberitakan
SCTV adalah, dari lebih 4.500 remaja yang di survei, 97 persen di antaranya mengaku pernah
menonton film porno. 
Sebanyak 93,7 persen remaja sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas
mengaku pernah berciuman serta happy petting alias bercumbu berat dan oral seks. Yang lebih
menyedihkan lagi, 62,7 persen remaja SMP mengaku sudah tidak perawan lagi. Bahkan, 21,2
persen remaja SMA mengaku pernah melakukan aborsi. Data ini dipublikasikan pada tahun
2007, 12 tahun yang lalu. Lantas bagaimana dengan kondisi hari ini?
Data Unicef pada tahun 2016 lalu juga menunjukkan bahwa kekerasan kepada sesama remaja
di Indonesia diperkirakan mencapai 50 persen. Menurut peneliti pusat studi kependudukan dan
kebijakan (PSKK) UGM, tingkat kenakalan remaja kenakalan remaja yang hamil dan melakukan
upaya aborsi mencapai 58 persen. Tak hanya itu, bebagai penyimpanan remaja, seperti narkoba,
miras dan berbagai hal lainnya menjadi penghancur generasi bangsa hari ini.
Direktur PKBI Lampung, Dwi Hafsah Handayani menyebutkan, 12 siswi SMP di satu
sekolah di Lampung diketahui hamil tersebut, terdiri dari siswa di kelas VII, VIII, dan IX.
Bahkan 20 Persen Pelanggan PSK adalah Pelajar SMA. Lihat
(https://lampung.tribunnews.com/2018/10/02/12-siswi-smp-di-satu-sekolah-hamil-pkbi-20-
persen-pelanggan-psk-adalah-pelajar-sma)
Sepanjang 2015, Dinas Kesehatan DIY mencatat ada 1.078 remaja usia sekolah di
Yogyakarta yang melakukan persalinan. Dari jumlah itu, 976 diantaranya hamil di luar
pernikahan.
Angka kehamilan di luar nikah merata di lima kabupaten/kota di Yogya. Di Bantul ada 276
kasus, Kota Yogyakarta ada 228 kasus, Sleman ada 219 kasus, Gunungkidul ada 148 kasus, dan
Kulon Progo ada 105 kasus.
Data-data tersebut di atas hanya sebagian kecil dari data yang ada diberbagai provinsi dan
kabupaten di Indonesia. Bahkan sangat muda kita temui diberbagai media sosial akan rusaknya
moral generasi bangsa hari ini akibat pergaulan dan seks bebas.

3. Program pendidikan kewarganegaraan


Program yang dapat membantu mengurangi permasalahan tentang seks bebas adalah
dengan cara, Sosialisasi Bahaya Pergaulan Bebas. Karena, dikalangan muda, pergaulan bebas
sering dilakukan karena bisa jadi mereka tidak tahu akibat yang ditimbulkannya. Seperti
misalnya penyakit kelamin yang mematikan. Nah, sosialisasi hal ini. Informasi-informasi
mengenai bahaya yang ditimbulkan akibat pergaulan bebas ini perlu terus disebarkan di kalangan
muda. Harapannya, mereka juga punya informasi sebagai bahan pertimbangan akal sehatnya.
Jika informasi tersebut belum didapatkan ada kemungkinan mereka akan terus melakukan
pergaulan bebas semau mereka. Tapi, kalau informasi sudah didapatkan tapi mereka tetap nekad
melakukan itu persoalan lain lagi. Sepertinya perlu ada penanganan khusus, apalagi yang sudah
terang-terangan bangga melakukan pergaulan bebas.
Selain itu, program sosialisasi pentingnya seks edukasi sejak dini pun perlu diperhatikan.
Karena, sedari dini kita harus di didik tentang seks. Hal ini untuk mengubah pandangan
masyarakat tentang seks edukasi itu bukan hal yang cabul, melainkan ini adalah hal penting yang
seharusnya orang tua ajarkan kepada anak mereka. Hal ini bertujuan untuk mengurangi anak
anak dari hal yang bernama harrasment sexual atau dari predator anak. Hal ini juga efektif untuk
mengurangi tingkat permasalahan tentang seks bebas sejak dini.

4. Susunan program pendidikan


Adapun cara mengajarkan anak seputar seksualitas dan kesehatan reproduksi sejak
dini.
1. Mengajarkan anak toilet training usia 2-3 tahun
2. Mengenalkan organ reproduksi untuk dibersihkan dengan rajin
3. Memberi tahu tanda-tanda agresi dan pelecehan seksual dari orang dewasa, seperti
memberi tahu siapa yang boleh membuka celananya dan siapa yang tidak boleh.
Dengan begitu, anak bisa melindungi dirinya ketika ada orang asing ingin
melakukan pelecehan seksual. Jangan sampai memori anak justru kosong tentang
seksualitas dan kesehatan reproduksi.
Begitu pula dengan anak remaja yang sudah aktif secara seksual. Mereka sudah
seharusnya diberi warning perihal risiko hubungan seksual pra nikah dan fungsi
kontrasepsi.

Anda mungkin juga menyukai