Anda di halaman 1dari 5

Imtaq & Iptek, Menuju Peradaban Barokah

Kemerosostan berfikir, dan kurangnya keimanan pada diri kaum


muslimin pada akhir kekhilafahan Utsmaniyah, adalah salah satu sebab
runtuhnya peradaban Islam yang sebelumnya telah memimpin dunia.
Runtuhnya peradaban Islam ini tidak lepas dari intervensi pemikiran yang
dilakukan oleh negara-negara Barat. Mereka menyusupi ide-ide dan
pemikiran-pemikiran asing dengan tujuan memisahkan ruh keimanan
pada diri pemuda muslim dengan harapan agar mereka jauh dari tuntunan Islam. Dengan
terpisahnya ruh keimanan pada diri-diri pemuda muslim, maka akan mudah bagi mereka untuk
merusak tatanan peradaban Islam, menghapus peradaban Islam, dan menjadikannya sebuah
sejarah yang lapuk. Secara perlahan dan tak kenal lelah, mereka secara terus menerus berusaha
sekuat tenaga untuk merusak generasi muda muslim agar mereka dapat meruntuhkan peradaban
Islam dan menggantinya dengan peradaban mereka.

Ketika pemikiran-pemikiran Barat dirasa sudah cukup diterima oleh pemuda muslim, mereka
memulai dengan strategi kedua, yaitu menyusupkan budaya-budaya Barat yang sejatinya sangat
bertentangan dengan Islam. Dengan persiapan dan strategi yang matang, akhirnya budaya Barat
mudah sekali diterima setelah sebelumnya pemuda Islam diracuni oleh pemikiran-pemikiran
Barat. Mereka terus memberikan pengaruhnya kepada dunia Islam tanpa mengenal kompromi,
sehingga terjadilah zaman yang tidak pernah ada sebelumnya, yaitu kemerosotan berfikir umat
Islam, zaman kegelapan bagi kaum muslimin sedunia. Zaman ketika para pemuda muslim benar-
benar telah lemah keimananya, lemah jiwanya, dan lemah pula perekonomiannya. Pada masa
inilah mereka mulai bertindak liar kepada seluruh kaum muslimin. Mereka selalu berusaha
memaksakan kehendaknya kepada kaum muslimin untuk selalu tunduk kepada mereka. Berbagai
ancaman mereka tujukan kepada kaum muslimin yang tidak mau menaatinya, bahkan tidak
segan-segan mereka membunuhnya. Mereka selalu melakukan berbagai cara untuk memuluskan
niatnya menghapus peradaban Islam dari peta dunia.

Setelah Barat melalui perjuangannya yang tidak main-main, konsep yang matang, persiapan
yang maksimal dan manejemen yang rapi, akhirnya membuahkan hasil. Pada tahun 1924 M
tibalah saatnya untuk keruntuhan Imperium Islam Khilafah Utsmaniyah yang berpusat di Turki,
peradaban yang selama ini memayungi seluruh negeri muslim sedunia. Sebuah kekuasaan yang
tangguh akhirnya berhasil diruntuhkan. Jatuhnya Turki di tangan penjajah Barat, membuat umat
Islam di seluruh dunia kehilangan seorang pemimpin. Dunia Islam menjadi dunia yang
terbelakang dari sisi ekonomi, keilmuan, sains dan, teknologi. Keadaan dunia Islam menjadi
carut marut ketika tidak lagi ditopang dengan sistem Islam. Dunia Islam kini benar-benar telah
menjadi sejarah.
Pemuda Muslim, Aset Untuk Membangun Kembali Peradaban

Sebuah peradaban besar, dimulai dari cara berfikir para pemudanya. Jika para pemuda muslim
sudah lemah dari sejak awal berfikir, maka membangun sebuah peradaban adalah hal yang
utopis. Namun jika para pemuda muslim memiliki pemikiran yang cemerlang dan mendalam,
tingkat optimisme yang tinggi akan sebuah kesuksesan, diiringi dengan keimanan yang mantap
dalam dirinya, maka membangun sebuah peradaban adalah suatu keniscayaan. Membangun
peradaban sebuah hal yang realistis dan pasti jika diperjuangkan terus menerus tanpa rasa lelah.

Membangun peradaban, dimulai dari dunia pendidikan. Kampus adalah institusi pendidikan yang
mampu mendidik para pemuda muslim untuk menjadi sang pioneer peradaban. Dalam dunia
kampus, pendidikan tidak hanya diajarkan melalui pendidikan yang dikurikulumkan saja. Namun
ada pendidikan di luar itu yang kelak mampu mendidik seorang mahasiswa untuk memiliki nilai
lebih. Pendidikan itu akan mampu membentuk karakter pemuda untuk menjadi seorang pejuang
suatu ideologi. Apakah itu ideologi Islam yang memperjuangkan syariah, atau ideologi lain yang
tidak sesuai dengan Islam. Menjadi pioneer dalam membangun peradaban Islam, atau malah
menjadi pemuda yang turut mempertahankan peradaban rusak yang ada saat ini. Semua itu
tergantung pada corak ideologi yang dimiliki dunia kampus. Ketika dunia kampus sangat
kondusif akan ilmu-ilmu Islam, pergolakan pemikiran Islam sangat masif di tengah-tengah
mahasiswa, pemikiran-pemikiran Islam mendominasi lingkungan kampus, opini-opini keislaman
bergema dengan kuat, maka akan mudah  bagi lahirnya pemuda muslim yang memiliki keimanan
yang mantap. Namun ketika kemungkaran dalam dunia kampus lebih dominan, pemikiran-
pemikiran Islam tidak nampak, opini-opini keislaman pun tidak terdengar, maka akan sangat
sulit didapati seorang pemuda muslim yang berkarakter Islami.

Dari kepribadian pemuda Islam yang Islami inilah, maka akan terpancar nilai-nilai Islam di
dalam dirinya. Kekuatan aqidah yang ada di dalam dirinya akan mampu memimpinnya dalam
mengambil setiap keputusan dalam menjalani kehidupan. Pemuda muslim dengan pemuda yang
biasa-biasa saja, memiliki perbedaan dalam menyikapi permasalahan. Keduanya seperti yang
telah banyak dipahami, bahwa pemuda muslim akan selalu menjadikan aqidah Islam sebagai
landasan berfikir dan kepemimpinan berfikir. Mereka akan menjadikan halal dan haram sebagai
tolak ukur mereka dalam mengambil keputusan dan bertindak. Mereka akan memikirkan
pertanggungjawaban atas apa yang difikirkan dan dilakukannya. Karena itu mereka menjadikan
aqidah Islam sebagai landasan berfikir dan kepemimpinan berfikir. Mereka menjadikan Islam
sebagai tuntunan dalam semesta aktivitas mereka. Sehingga mereka memang patut untuk
diharapkan untuk menjadi pioneer pembangun peradaban. Mereka menjadi harapan umat untuk
mengemban amanah agung ini. Membangun peradaban dunia.

Berbeda dengan pemuda yang biasa-biasa saja, dalam berfikir mereka akan menjadikan
kepentingan pribadinya sebagai landasan untuk bertindak. Semua aktivitas yang mereka lakukan
akan dipimpin oleh landasan berfikirnya, yaitu kepentingan pribadi. Semua yang dilakukan
adalah upaya untuk mencapai keberhasilan dari kepentingan mereka. Mendapatkan sesuatu yang
mereka impikan tanpa pernah merasa bahwa yang mereka lakukan tidak benar. Dengan kata lain
mereka memisahkan permasalahan agama dalam kehidupannya. Berkeyakinan bahwa agama
hanyalah mengurusi masalah ritual saja. Tidak pernah agama mengatur ursan mereka dalam
berkeluarga, berwirausaha, berpolitik dan bergaul dengan masyarakat, sehingga mereka tidak
pernah berfikir bahwa apa yang difikirkan dan diperbuatnya akan dipertanggungjawabkan
olehnya dihadapan Allah. Hal inilah yang terjadi saat ini ketika mereka menebang hutan
sembarangan tanpa memikirkan dampak kerusakan ekosistem. Mereka tidak segan-segan
merusak alam untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Mereka melupakan tuntunan Islam
dalam menjaga kelestarian alam dan keseimbangan ekosistem. Mereka sungguh tidak bisa
diharapkan untuk memimpin umat dan membangun peradaban dunia.

Pemuda yang mampu merubah peradaban adalah pemuda yang berakal, bertaqwa dan menguasai
Iptek. Pemuda merupakan generasi baru yang akan meneruskan kepemimpinan dunia. Pemuda
yang tidak memiliki keimanan, maka seluruh pemikiran dan perbuatannya akan jauh dari Islam.
Begitu juga dengan pemuda yang beriman, maka seluruh pemikiran dan perbuatannya akan
sesuai dengan Islam. Pemuda yang beriman dan menguasai Iptek akan berusaha berpijak kepada
Islam dalam segala aktifitasnya. Mereka selalu sktif menelurkan ide-ide kreatif untuk kemajuan
Iptek dengan dorongan keimanan dan ibadah. Pemuda inilah cikal bakal pemuda yang
diharapkan berkontribusi untuk tegaknya peradaban Islam. Pemuda yang hanya menguasai Iptek
namun tidak beriman, maka keahliannya sangat sulit diharapkan untuk turut berkontribusi
membangun peradaban. Bisa jadi sebaiknya, dengan keahliannya ia malah menghambat kembali
hadirnya peradaban Islam.

Tangguhnya Peradaban Islam dan Rapuhnya Peradaban Barat

Sudah tidak asing lagi bagi kita, bahwa peradaban Islam adalah peradaban paling tangguh yang
pernah ada. Belum ada peradaban yang sebesar ini dan sanggup bertahan lebih dari 13 abad.
Peradaban Islam merupakan satu-satunya imperium yang meliputi dua per tiga dunia, dan sangat
tangguh dalam berbagai bidang. Seorang intelektual Barat, Bernard Lewis dalam bukunya,
“What Went Wrong” mengatakan, “Islam merupakan kekuatan militer yang terbesar di dunia
dan ekonominya adalah kekuatan ekonomi terdeban di dunia. Islam telah mencapai tingkat
tertinggi selama ini dalam sejarah manusia dalam seni dan ilmu pengetahuan”. Inilah gambaran
betapa agungnya peradaban Islam hingga seorang intelektual Barat pun berkata demikian.
Tegaknya peradaban Islam merupakan wujud dari Islam sebagai rahmat. Rahmat bagi diri
sendiri, rahmat bagi sesama, dan rahmat untuk seluruh umat manusia apapun agamanya.
Tengoklah sejarah bagaimana khalifah Umar bin Abdul Aziz mampu menjadikan rakyat dalam
kekuasaannya tidak ada yang mau menerima zakat. Kesuksesan dari kepemimpinan sang cucu
dari khalifah Umar bin Khatab ini sungguh sangat menggetarkan dunia. Begitu juga dengan
keadaan khalifah al-Mu’tashim yang tidak tanggung-tanggung mengerahkan puluhan ribu
pasukan mujahid demi membebaskan satu orang wanita yang dilecehkan oleh orang Romawi.
Sebuah fenomena langka ketika orang asing berani melecehkan wanita meski hanya satu orang,
maka bersiaplah berhadapan dengan puluhan ribu mujahid. Tidak kalah menarik dengan kisah
Muhammad al-Fatih yang berhasil menaklukkan Konstantinopel yang sebelumnya tidak berhasil
ditembus oleh khalifah-khalifah sebelumnya selama kurang lebih 800 tahun. Dalam kisah ini pun
ada hal yang sangat fantastis, ketika kapal-kapal perang dipindah dari selat melewati pegunungan
sejauh 3 mil dalam 1 malam mengepung Konstantinopel. Sebuah strategi yang di luar batas
kewajaran. Namun ketika semua perjuangan dilandaskan untuk menolong agama Allah, maka
Allah pun memudahkannya. Semua prestasi khalifah tersebut tidak akan pernah terulang kecuali
jika peradaban Islam kembali hadir untuk memimpin dunia. Hal itu memang terbukti bahwa
sampai hari ini peradaban mana pun belum ada yang mengalahkan prestasi mereka.

Peradaban Barat adalah peradaban yang memiliki landasan berfikir sekularisme. Sekularisme
yaitu memisahkan antara agama dengan kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Sekularisme
meyakini akan keberadaan Tuhan, tetapi di sisi lain mereka menganggap Tuhan tidak berhak
mengatur kehidupan manusia, sehingga mereka membuat aturan sendiri dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Membuat undang-undang dan hukum-hukum sendiri. Perjuangan
mereka sangat lemah karena motivasi mereka adalah kepentingan pribadi dan golongan. Tidak
ada ruh perjuangan pada diri mereka. Peradaban Barat sangat kering akan nilai-nilai, sehingga
peradaban Barat cenderung rusak moralnya, dan cenderung untuk merusak moral umat manusia
seluruh dunia. Kebebasan (liberalisme) nampaknya akan menjadi bumerang bagi peradaban
mereka. Lihatlah sistem perekonomian mereka. Mereka menerapkan dan memaksakan sistem
ekonomi ribawi kepada semua penduduk dunia, yang pada akhirnya mereka terjatuh sendiri pada
krisis moneter yang sangat parah. PHK pekerja terjadi di mana-mana, angka kriminalitas
bertambah dan tingkat stress para pelaku bisnis meningkat tajam. Ini merupakan salah satu sinyal
keruntuhan peradaban Barat terbuka lebar di depan mata. Keringnya peradaban Barat dari nilai-
nilai Islam akan menambah peluang jatuhnya peradaban mereka.

Merekalah Pemuda Muslim Harapan

Sudah saatnya bagi pemuda muslim untuk terbangun dari tidurnya. Bersatu menyambut
panggilan suci ini untuk membangun kembali peradaban Islam. Peradaban yang sedang
diperjuangkan merupakan peradaban yang sudah pernah ada. Olehkarenanya membangun
peradaban yang sudah pernah exist adalah sesuatu yang lebih mudah daripada membangun
peradaban yang belum pernah tergambarkan sebelumnya. Namun meskipun lebih mudah,
perjuangan ini tetap harus sungguh-sungguh dan serius. Perjuangan tersebut tidak boleh lepas
dari pijakan Islam. Semua aktifitas perjuangan harus sesuai dengan nila-nilai Islam, baik itu
pemikirannya, maupun metode perjuangannya. Semuanya harus terbebas dari virus-virus
pemikiran Barat. Perjuangan tidak bisa dilakukan secara personal, tetapi dilakukan secara
berjamaah. Perjuangan berjamaah akan mampu membentuk dan mengantarkan pemuda dari
pemuda biasa-biasa saja menjadi pemuda muslim yang tangguh. Ingatlha bahwa domba yang
sendirian akan lebih mudah untuk dimangsa.

Pemuda muslim pejuang yang tangguh ialah pemuda yang menjadikan iman dan taqwa sebagai
energi bagi mereka. Para pemuda muslim yang yakin bahwa lelahnya mereka dalam membangun
peradaban Islam, sama dengan lelahnya yang dialami oleh pemuda-pemuda lain yang kini
sedang menghalangi mereka dalam upaya membangun peradaban Islam. Mereka termotivasi
dengan keimanan bahwa usaha mereka tidak akan disia-siakan oleh Allah dalam membangun
peradaban. Sudah selayaknya bagi para pemuda muslim untuk terus bergerak dan berjuang
dengan sungguh-sungguh tanpa mengenal lelah untuk membangun peradaban yang penuh
dengan rahmat. Dakwah tak akan berhenti ketika dakwah telah menyatu dalam dirinya dan
mengalir bersama aliran darahnya. Dakwah laksana nutrisi layaknya oksigen yang akan
membangkitkan sel-sel dalam tubuh untuk terus tunduk dan patuh kepada Allah dan siap sedia
untuk mengemban misi suci dari Dzat Yang Mahasuci.

Ketika pemuda muslim merasa bahwa dirinya adalah agen yang ditugaskan oleh Allah di bumi,
menjadikan al-Quran dan as-Sunnah sebagai peta perjuangan, maka akan terlahir seorang
pemuda muslim yang tangguh, yang akan menggerakkan dan menjadi pematik bagi pemuda-
pemuda Islam yang lain untuk turut menjadi pemuda muslim tangguh berikutnya. Para pemudah
muslim tangguh inilah yang akan membangun sebuah peradaban raksasa yang agung, yang
pernah berdiri meliputi dua pertiga dunia hingga lebih dari 13 abad, yang kelak menjadi pusat
peradaban dan mercusuar bagi lahirnya sains dan teknologi. Peradaban ini tentunya peradaban
yang bermoral, memiliki nilai-nilai Islam dan mengemban risalah Islam agar terwujud Islam
rahmatan lil ‘alamin. Mereka ingat, bahkan tertanam dan tertancap kuat dalam benaknya bahwa
pertolongan Allah itu amat dekat. Mereka meyakini bahwa kemenangan itu akan segera kembali.
Itulah janji Allah yang tertuang dalam al-Quran. Sebuah kitab yang tidak ada keraguan di
dalamnya. Olehkarenanya, sebuah proyek raksasa ini harus secepatnya disadari oleh seluruh
komponen pemuda muslim agar mereka mulai tersadarkan dan mulai bergerak tak kenal lelah
untuk terus memperjuangkannya. Berjuang serius, berjuang berjamaah, dan berjuang ikhlas
untuk menegakkan agama Allah melalui institusi yang diridhai-Nya. Wallahu a’lam. (Oleh :
Yanuar Ariefudin, BKLDK Semarang)

Anda mungkin juga menyukai