OLEH :
_____________________________
NIM :
A. Latar Belakang
mereka akan jatuh kedalam perilaku yang beresiko dan mungkin harus
BKKBN Rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah
(BKKBN, 2015).
Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2019 jumlah penduduk yang
tercatat sebanyak 48.523 jiwa atau 18,6% dari total jumlah penduduk
(BPS,2019).
reproduksi belum memadai, diketahui remaja wanita dan pria yang tahu
tentang masa subur hanya 33% dan 37%. Masih tingginya perilaku
wanita dan 84% remaja pria telah berpacaran dan sekitar 44% remaja
wanita dan 44% remaja pria mulai berpacaran pada umur 15-17 tahun.
seksual. Selain itu, umur pertama kali berhubungan seksual pertama kali
9.1% wanita dan 85.7% pria menikah pada usia 15-19 tahun (BKKBN,
2018).
tidak dapat tersaring secara benar, sehingga info yang mereka dapat,
adalah hal yang kurang tepat tentang seksualitas. Informasi yang salah
sosial secara utuh tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan
terdiri dari kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, pencegahan dan
2016).
moral dan psikis. Dalam pendidikan seks yang benar harus memasukan
unsur tentang HAM (Hak Asasi Manusia) serta nilai agama dan budaya.
menjadikan orang tua yang memiliki rasa tanggung jawab dan dapat
leaflet.
(Studi kasus pada remaja yang melakukan seks pranikah di Kota Curup
nikah, 66,7 % nya melakukan senggama dengan pacar dan 58,3 % dengan
wanita tuna susila. Begitu juga dengan remaja yang pernah menonton film
seks serta membaca majalah dan tabloid yang membahas masalah seks
rumah singgah, kelompok keagamaan), 3). Remaja putri sebagai calon ibu
yang rentan terhadap penularan HIV dan 5). Remaja dengan kebutuhan
khusus.
akan dilakukan. Dari hasil survei data awal di SMA Negeri 1 Sindang
2020.
B. Rumusan Masalah
perilaku seks beresiko yang dilakukan oleh remaja. Salah satu upaya yang
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
kelamin.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
penelitian selanjutnya.
c. Bagi Peneliti
d. Bagi Remaja
pengetahuan tidak hanya pada remaja namun juga kepada orang tua,
Pemberian sex education kepada remaja dan juga pada variabel variable bebas
lokasi, waktu dan responden yang merupakan remaja yang merupakan siswa di
SMAN 1 Sindang Kelingi yang ada di wilayah kerja puskesmas Beringin Tiga
1. Pengertian
dengan cara sistematis adalah Swedia, dimulai sekitar tahun 1926. Dan
Amerika Serikat pada akhir abad kesembilan belas dan awal abad
seks bagi para remaja. (Irianto, 2014). Pendidikan seks adalah salah
lebih luas dan lebih difokuskan kepada hal-hal yang berkaitan dengan
2. Tujuan
kehidupan seksualnya.
kehidupan seksualnya.
anggota keluarga).
sebagainya
a) Anamesis :
1) Identitas
remaja :
b) Pemeriksaan Fisik
kesehatan)
menjadi: pertama, materi untuk anak usia dini usia 0-5 tahun. Kedua,
kanak-kanak periode kedua kisaran usia 7-14 tahun, sebagai fase
kisaran usia 14-21 tahun serta keempat usia dewasa sebagai tahap
(Madani, 2003).
berupa :
mereka belum paham dengan sex education, sebab orang tua masih
reproduksinya.
saat ini sudah mengarah kepada hal yang seperti itu. Dampak dari
sebagainya.
B. Konsep Remaja
1. Pengertian Remaja
(kata belanda, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti tumbuh atau
adalah suatu masa dimana individu berkembang dari saat pertama kali
dan pola identifikasi dari anak-anak menjadi dewasa. Serta individu yang
remaja merupakan individu yang berusia 11-12 tahun sampai 20-21 tahun.
jembatan antara masa kanakkanak yang bebas menuju masa dewasa yang
terbagi menjadi tiga tahap, yaitu remaja awal (11-14 tahun), remaja
yaitu individu yang berusia 11-12 tahun sampai 20-21 tahun. Dimana
sebagai berikut :
sekarang dan yang akan datang, serta mempengaruhi pola perilaku dan
sikap yang baru pada tahap berikutnya (Hurlock, 2000). Pada setiap
terjadi dengan pesat diikuti dengan perubahan perilaku dan sikap yang
masalah masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik
(Al-mighwar, 2006)
yang tidak rapi, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak
Remaja pada masa ini melihat dirinya sendiri dan orang lain
semakin menjadi marah. Remaja akan sakit hati dan kecewa apabila
orang lain mengecewakannya atau kalau ia tidak berhasil mencapai
3. Perkembangan Remaja
yang terjadi yaitu perubahan secara fisik yang merupakan gejala primer
pada wanita dan mimpi basah pada laki-laki), dan tanda-tanda seksual
orang tua, dan keinginan untuk menghabiskan lebih banyak waktu dengan
dengan lawan jenis. Remaja akan mengalami perubahan mood yang lebih
lawan jenis, dan dalam memainkan peran yang tepat dengan seksnya.
Dorongan untuk melakukan ini datang dari tekanan-tekanan sosial tetapi
terutama dari minat remaja pada seks dan keingintahuannya tentang seks
(Hurlock, 2000).
seksual atau libido, yang menurut Sigmun Freud energi seksual ini
mencari lebih banyak informasi mengenai seks. Hanya sedikit remaja yang
karena itu remaja mencari berbagai sumber informasi yang mungkin dapat
2000).
a. Pengertian seks
bahasa Indonesia, mempunyai arti yang jauh lebih luas dari istilah
koitus dalam arti kata yang sempit (bersatunya tubuh antara wanita dan
pria). Seksualitas, reaksi dan tingkah laku seksual didasari dan dikuasi
oleh nilai-nilai kehidupan manusia yang lebih tinggi. Seksualitas dapat
(Irianto, 2010).
seksual dapat berupa orang (baik sejenis maupun lawan jenis), orang
dalam khayalan, atau diri sendiri. Sebagian tingkah laku ini memang
secara fisik anggota badan antara pria dan wanita yang telah mencapai
dapat membawa dampak psikologis yang berat bagi remaja putri dan
keluarganya.
1) Faktor Internal
tahu yang besar untuk mencoba segala hal yang belum diketahui.
2009).
(Sugiyono, 2009).
(Sugiyono, 2009).
perasaan tertarik dengan lawan jenis sampai berlanjut pada tingkah laku
memang tidak berdampak apa-apa pada dirinya, terutama jika tidak ada
perilaku seksual yang lain dimana dapat dilakukan melalui berbagai cara.
a. Kissing
Bentuk kissing ini meliputi cium kening, cium pipi, cium bibir.
b. Necking
c. Petting
tubuh pasangan termasuk lengan, dada, buah dada, kaki, dan kadang
petting ini juga ditunjukkan dengan perilaku oral seks yaitu melakukan
fellatio.
d. Intercouse
pria dan wanita yang ditandai dengan penis pria yang ereksi masuk ke
bisa dalam anal seks yaitu hubungan seksual yang dilakukan dengan
cara perhatian orang tua yang lebih seksama, tidak adanya fasilitas dari
2010).
C. Pengetahuan
1. Pengertian pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini tejadi setelah orang
(Notoatmodjo, 2010).
2. Tingkat Pengetahuan
a. Tahu (Know)
suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
b. Memahami (Comprehention)
c. Aplikasi (Application)
d. Analisis (Analysis)
e. Sintesis (Syntesis)
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian
a. Pendidikan
b. Media massa
sering terpapar media massa (TV, radio, majalah, pamflet, dan lain -
dengan orang yang tidak pernah terpapar informasi media. Ini berarti
c. Ekonomi
d. Hubungan sosial
e. Pengalaman
adat istiadat, budaya, agama, dan kurangnya informasi dari sumber yang
seksual (mitos yang berkembang yaitu tidak akan hamil kalau senggama
ganti- ganti pasangan seksual tidak menambah resiko PMS, pacaran perlu
adanya ikatan perkawinan yang sah, baik hubungan seks penetratif, (penis
dimasukan kedalam vagina, anus atau mulut) maupun non penetratif (penis
oleh remaja terdiri dari faktor dari dalam diri remaja sendiri yang kurang
bebas tanpa kendali orang tua yang menyebabkan remaja merasa bebas
Remaja dewasa ini, dapat dengan mudah mengakses situs, gambar atau
seksual pranikah.
yang mulai dari perasaan tertarik dengan lawan jenis sampai berlanjut
berupa orang lain, orang dalam khayalan atau diri sendiri. Bentuk
dianggap masih tabu untuk dibicarakan bagi kalangan orang tua kepada
yang bisa jadi menjerumuskan mereka. Hal ini terjadi karena selain ikatan
afeksi, simpati, dan pengertian, saling berbagi pengalaman dan sebagai tempat
dalam mencegah perilaku seks di luar nikah. Penelitian terkait lainnya tentang
pada siswa kelas VII SMP 1 Sedayu, dimana ada pengaruh penyuluhan
sex education terhadap pengetahuan tentang seks bebas. Hasil penelitian ini
dengan pengetahuan siswa tentang seks bebas karena penyuluhan tentang sex
Perilaku Seks
Remaja
a. Pengetahuan a. Pergaulan
b. Dorongan Biologis b. Informasi dari teman
akibat perkembangan dekat
Konseling dan
organ seksual c. Pengawasan Orang Tua
Sex Education
c. Ketidakmampuan d. Kesempatan
mengendalikan e. Perkembangan
dorongan biologis Tekhnologi dan media
Informasi
F. Hipotesis