Anda di halaman 1dari 43

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pernikahan atau perkawinan ialah ikatan lahir dan batin antara seorang

pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk rumah

tangga atau keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha

Esa. Perkawinan akan sah apabila dilakukan menurut hukum dan agama masing-

masing. Setiap perkawinan di catat menurut peraturan perundang-undangan yang

berlaku ( Undang Undang Perkawinan.1974 ). Sedangkan pernikahan dini adalah

sebuah pernikahan disebut pernikahan dini jika kedua atau salah satu pasangan

masih berusia dibawah 20 tahun ( Syarifatunisa. 2017 )

Usia pernikahan yang ideal yang dilakukan oleh seorang laki-laki yaitu usia

minimal 25 tahun dan usia minimal pada wanita 20 tahun. Namun pada

kenyataannya masih begitu banyak masyarakat yang melakukan pernikahan pada

usia dibawah 18 tahun. ( BKKBN, 2012). Dilihat dari segi psikologis anak

wanita umur dibawah 16 dan anak laki-laki di bawah umur 19 tahun belum dapat

dikatakan dewasa secara psikologis, pada umur tersebut umumya masih di

golongkan pada umur remaja, perkawinan di umur yang masih muda akan

mengundang banyak masalah karena disebabkan oleh psikologis yang belum

matang ( Syarifatunisa. 2017 ).

Menurut World Health Organization ( WHO ) kehamilan remaja adalah

masalah global yang terjadi di Negara berpenghasilan tinggi, menengah dan


2

rendah. Di seluruh dunia, kehamilan remaja lebih cenderung terjadi pada

masyarakat marjinal , yang umumnya didorong oleh kemiskinan dan kurangnya

pendidikan dan kesempatan kerja. Setiap tahun, sekitar 15 juta anak perempuan

sudah menikah sebelum usia 18 tahun ( WHO, 2018 ).

Menurut Prevalensi Global Regional ( 2017 ), lebih dari 700 juta

perempuan di dunia yang hidup saat ini menikah sebelum mencapai usia dewasa

yaitu usia 18 tahun, dan spertiga atau sekitar 250 juta anak menikah sebelum usia

25 tahun. Jika kecenderungan ini berlanjut, diperkirakan 151 juta anak

perempuan atau 15,1 juta per tahun akan menikah sebelum usia 18 tahun dari

tahun 2021 sampai 2030.

Menurut kategori United Nations Development Economic and Sosial

Affairs ( UNIDESA ) 2016, Indonesia adalah Negara ke -37 dengan jumlah

perkawinan dini termanyak didunia, untuk level ASEAN Indonesia berada di

urutan ke -2 terbanyak setelah kamboja perkawinan usia 10-14 tahun. Terlihat

dari persentase pada kelompok umur 55-59 tahun, diantar mereka 8,3 % menikah

pada usia 10-14 tahun dan 42,1 % menikah pada usia 15-19 tahun ( Kemenkes

RI, 2017 ).

Data Riset Kesehatan Dasar ( Riskesdas, 2010 ) menunjukkan masih

tingginya kejadian pernikahan usia anak di Indonesia yaitu perempuan dengan

usia 10-14 tahun menikah sebanyak 0,2 % lebih dari 220.000 wanita muda

berusia 10-14 tahun di Indonesia yang sudah menikah. Jumlah perempuan muda
3

yang menikah lebih besar jika dibandingkan dengan laki-laki yaitu 11,7 %

perempuan muda berusia 15-19 tahun dan 6% laki-laki berusia 15-19 tahun.

Kasus pernikahan dini di Indonesia benyak terjadi di pedesaan,

perbandingannya 11.8 % di pedesaan dan hanya 5,2 % di perkotaan. Remaja

putri yang melahirkan di desa sebanyak 69 per 1.000 remaja putrid an di

perkotaan 32 per 1.000 remaja putri kemudian di perkotaan terdata dari 1.000

orang remaja putri usia 15-19 tahun, 40 orang di antaranya sudah melahirkan

sementara di pedesaan dari 1.000 remaja usia 15-19 tahun, ada 60 orang yang

sudah memilki anak ( SDKI, 2013 ).

Pernikahan usia dini berdampak buruk pada kesehatan, baik pada ibu sejak

hamil sampai melahirkan maupun bayi karena organ reproduksi yang belum

sempurna. Belum matangnya organ reproduksi menyebabkan perempuan yang

menikah usia dini berisiko terhadap berbagai penyakit seperti kanker servick,

perdarahan, keguguran, mudah terjadi infeksi saat hamil, anemia saat hamil,

resiko terkena pre eklamsi, dan persalinan yang lama dan sulit. Sedangkan

dampak pernikahan dini pada bayi berupa premature, berat bayi lahir rendah,

cacat bawaan hingga kematian ( Salamah, 2016).

Faktor –faktor penyebab pernikahan usia dini yaitu pengetahuan tentang

pernikahan dini meliputu definisi, faktor yang menyebabkan, dampak terhadap

kesehatan repdoduksi, psikologis dan kehidupan dalam berkeluarga. Faktor pola

asuh orang tua, proses pemeliharaan anak dengan menggunakan teknik dan

metode yang menitik beratkan pada kasih sayang dan ketulusan cinta dari kedua
4

orang tua. Faktor peran teman sebaya, peran teman sebaya yang di rasakan

remaja yang di peroleh dari teman sebaya, remaja dapat merasa lebih tenang

apabila di hadapkan pada suatu masalah, karena remaja merasa mendapatkan

dukungan dari teman sebayanya ( Salamah, 2016 ).

Pernikahan dini, yakni pernikahan yang dilakukan saat pasangan nikah

belum cukup dewasa mengundang sejumlah risiko, antara lain kematian ibu dan

anak saat proses melahirkan. Faktanya 4,8 % dari total jumlah pernikahan di

Indonesia dilakukan anak usia 10-14 tahun. Sementara itu, persentase tertinggi

adalah perempuan menikah dari usia 15- 19 tahun, yaitu 41,9 % dari total jumlah

pernikahan di Indonesia. Jika di tahun 2012 rata-rata kelahiran pada remaja 35

per 1.000 kelahiran pada tahun 2016 jumlah bertambah menjadi 45 per 1000

kelahiran ( BKKBN 2016 ).

Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia ( 2016 ) menyebutkan bahwa

Bengkulu berada di urutan ke 6 dari 34 provinsi di Indonesia tertinggi angka

pernikahan dibawah usia 21 tahun. Pernikahan tersebut dinilai dapat

menghambat usia produktif perempuan dan mengganggu kesehatan

reproduksinya. Angka kehamilan pertama wanita dengan usia dibawah 16 tahun

di Provinsi Bengkulu tertinggi terjadi di Kabupaten Muko-muko yakni 24, 54

%, tertinggi ke-2 yaitu Kabupaten Kepahiang sebanyak 20,22 %, dan diikuti

Bengkulu Tengah 19, 88 % dan Kota Bengkulu 5, 25 %. (Dwiyulanda, 2018 ).

Hasil proyeksi supas tahun 2010 jumlah remaja di Provinsi Bengkulu

sejumlah 686.998 atau 40% dari 1.713.393 jumlah sementara penduduk Provinsi

Bengkulu sensus penduduk 2010.Hasil Survei Kesehatan Reproduksi Remaja


5

(2007), dari responden remaja di Provinsi Bengkulu yang setuju bahwa wanita

melakukan hubungan seksual sebelum menikah sebesar 0,7% dan pria 1,4%,

sedangkan pendapat dari responden remaja pria yang menyatakan setuju wanita

melakukan seksual sebelum menikah 4,1% dan pria 9,0% alas an tertinggi

karena menyukai hubungan seksual 75,5% selanjutnya merencanakan untuk

menikah 74,4% .Pandangan sebagian remaja yang setuju melakukan hubungan

seksual pranikah ,menyebabkan sebagian remaja di Provinsi Bengkulu telah

melakukan seksual pranikah.

Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kepahiang tahun 2017 diketahui

bahwa Puskesmasa Batu Bandung tercatat sebagai Puskesmas tertinggi dengan

jumlah kehamilan remaja usia ≤ 20 tahun yaitu sebesar 38 orang , tertinggi ke

dua yaitu Puskesmas Kelobak dengan jumlah remaja hamil usia ≤ 20 tahun

sebanyak 26 orang dan tertinggi ke tiga Puskesmas Tebat Karai dengan jumlah

remaja hamil sebanyak 24 orang ( Dinas Kesehatan kabupaten Kepahiang 2018).

Berdasarkan data KUA Muara Kemumu Kabupaten Kepahiang tahun

2018. Di Wilayah Kecamatan Muara Kemumu pernikahan remaja putri pada

usia 15-19 tahun masih tinggi yaitu pada tahun 2017 berjumlah 67 orang pada

tahun 2018 berjumlah 35 orang dan pada tahun 2019 berjumlah 36 orang. Data

KUA Muara Kemumu tahun 2019 Dari 8 Desa yang ada di Wilayah Kecamatan

Muara Kemumu kejadian pernikahan usia remaja putri dibawah 20 tahun

terbanyak di Desa Batu Kalung yaitu 11 orang , tertinggi kedua di Desa Batu

Bandung yaitu 8 orang dan tertinggi ke tiga yaitu Desa Sosokan Taba berjumlah

7 orang ( Kantor Urusan Agama Muara Kemumu 2019 ).


6

Berdasarkan penelitian Aditya Riski Dwinanda (2015) ada berhubungan

antara pengetahuan dengan kejadian pernikahan dini, dimana perempuan yang

memiliki pengetahuan kurang berisiko 4 kali melakukan pernikahan usia dini

dibandingkan dengan perempuan yang memiliki pengetahuan baik. Hal ini

sejalan dengan penelitian Endah Purwaningsih ( 2014 ) ada hubungan antara

pola asuh orang tua dengan pernikahan dini dengan nilai p- value = 0,001 dalam

pemnelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat responden dengan pola asuh

permisif semuanya terjadi pernikahan usia dini, pola asuh adalah proses

pemeliharaan anak dengan menggunakan teknik dan metode yang menitik

beratkan pada kasih sayang dan ketulusan cinta dari kedua orang tua . Hal ini

sesuai dengan penelitian Siti Salamah ( 2016 ) yaitu ada hubungan antara teman

sebaya dengan pernikahan dini dengan p-value = 0,001 menunjukkan bahwa

sampel yang memiliki peran teman berisiko 3.714 kali lebih besar melakukan

pernikahan dinidibandingkan sampel yang tidak memiliki peran teman sebaya.

Survey awal yang peneliti lakukan pada bulan Oktober tahun 2019

terdapat 3 orang remaja yang harus menikah pada usia di bawah 20 tahun karena

telah hamil , dengan rincian 2 orang remaja putri dari Desa Batu Kalung dan 1

orang dari Desa Batu Bandung. Berdasarkan data-data yang telah diperoleh

penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul’Faktor-faktor Yang

Berhubungan Dengan Kejadian Pernikahan Dini Di Kecamatan Muara Kemumu

Kabupaten Kepahiang”.
7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas,,maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah apakah faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian

pernikahan dini di kecamatan muara kemumu kabupaten kepahiang?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian

pernikahan dini di kecamatan muara kemumu kabupaten kepahiang

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengeahui distribusi frekuensi pernikahan dini di kecamatan

muara kemumu kabupaten kepahiang .

b. Untuk mengetahui Distribusi pengetahuan remaja putri di kecamatan

muara kemumu kabupaten kepahiang.

c. Untuk mengetahui distribusi frekuensi peran orang tua dalam mencegah

pernikahan dini di kecamatan muara kemumu kabupaten kepahiang.

d. Untuk mengetahui distribusi frekuensi peran teman sebaya terhadap

kejadain pernikahan dini di kecamatan muara kemumu kabupaten

kepahiang .

e. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengaruh media massa berupa TV ,

Internet, Radio, terhadap kejadian pernikahan dini di kecamatan muara

kemumu kabupaten kepahiang.


8

f. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri dengan kejadian

pernikahan dini di kecamatan muara kemumu kabupaten kepahiang tahun

2020.

g. Untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua dengan kejadian

pernikahan dini di kecamatan muara kemumu kabupaten kepahiang.

h. Untuk mengetahui hubungan peran teman sebaya dengan kejadian

pernikahan dini di kecamatan muara kemumu kabupaten kepahiang.

i. Untuk mengetahui hubungan media massa dengan kejadian pernikahan

dini di kecamatan muara kemumu kabupaten kepahiang.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Akademik

Dapat memberikan informasi dan masukan bagi mahasiswa kebidanan

mengenai faktor – faktor yang berhubungan dengan kejadian pernikahan dini

di kecamatan muara kemumu kabupaten kepahiang.

2. Bagi Puskesmas Batu Bandung

Sebagai sumbangan pemikiran dan bahan masukan bagi bidan dan tenaga

kesehatan Puskesmas Batu Bandung sehingga dapat meningkatkan pelayanan

remaja di Wilayah Kerja Puskesmas Batu Bandung yang berhubungan dengan

Pernikahan dini.

3. Bagi peneliti lain

Sebagai data dasar untuk penelitian tentang pernikahan dini pada remaja serta

dapat menjadi informasi untuk penelitian selanjutnya.


9

E. KEASLIAN PENELITIAN

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

No Peneliti Judul Metode penelitian dan Perbedaan


hasil
1. Aditya Faktor- Observasional analitik Peneliti Aditya
Riski faktor yang dengan menggunakan Riski Dwinanda
Dwinanda berhubunga pendekatan case meneliti tentang
n dengan control. Teknik pendidikan,status
pernikahan pengambilan sampel ekonomi,pekerjan
dini di menggunakan dan pengetahuan
kecamatan perbandingan
plaosan 1;1,dengan kasus
kabupaten sebanyak 76 responden
magetan dan kontrol 76
jawa timur responden.Hasil
tahun 2015 penelitian
menunjukkan bahwa
ada hubungan antara
pengetahuan dengan
kejadian pernikahan
usia dini (p= 0,000. OR
= 4,286)

2. Endah Hubungan Metode descriptive Endah


Purwaningsi pola asuh correlational Teknik Purwaningsih
h orang tua pengambilan sampel hanya meneliti
dengan menggunakan total tentang pola asuh
pernikahan sampling sampel orang tua.
usia dini di berjumlah 40 orang .
desa jambu Hasil analisis data uji
kidul,ceper, statistik dengan
klaten menggunakan chi
square didapatkan nilai
probabilitas 0,000
lebih kecil dari derajat
kebebasan < 0,05.
Berdasarkan hasil
penelitian
menunjukkan ada
hubungan pola asuh
orang tua dengan
kejadian pernikahan
10

usia dini .

3. Siti Faktor- Penelitian Penelitian siti


Salamah faktor yang observasivasional salamah tentang
berhubunga dengan pendekatan pengetahuan,pend
n dengan case control. Teknik idikan, teman
pernikahan pengambilan sampel sebaya
dini di yang digunakan adalah sikap,pekerjaan,
kecamatan simple random kepercayaan
pulokulon sampling. Analisis data
kabupaten menggunakan chi-
grobogan square. Hasil penelitian
ini menunjukkan
terdapat hubungan
antara teman sebaya
dengan pernikahan dini
dengan p-value = 0,001
11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pernikahan

1. Pengertian

Pernikahan atau perkawinan adalah lambing dan di sepakatinya suatu

perjanjaian antara seorang laki-laki dan perempuan atas dasar hak dan

kewajiban kedua belah pihak ( Salamah. 2016 ). Seadangkan pernikahan

menurut Undang-Undang perkawinan No 1 tahun 1974 adalah ikatan lahir

dan batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri

dengan tujuan untuk membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia

dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

2. Tujuan Pernikahan

a. Membentuk keluarga bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang

Maha Esa

b. Untuk mengesahkan hubungan seksual antara lakiki dan perempuan

secara hokum

c. Untuk mengatur hak dan kewajiban masing-masing termasuk di dalamnya

pelarangan atau penghambatan terjadinya poligami secara hukum

d. Pengakuan hokum hak anak-anak yang di hasilkan dari pernikahan

tersebut ( Salamah. 2016 ).


12

3. Kriteria Keberhasilan sebuah Pernikahan

Menurut Salamah ( 2016 ) :

a. Kebanggan suami istri

b. Hubungan yang baik antara orang tua dan anak

c. Penyesuaian yang baik dari anak-anak

d. Kemampuan untuk memperoleh kepuasan dan perbedaan pendapat

e. Penyesuaian yang baik dalam masalah keluarga

f. Penyesuan yang baik dari pihak pasangan.

4. Batas Umur Pernikahan

Penentuan batas umur untuk melangsungkan pernikahan sangatlah

penting untuk mewujutkan tujuan pernikahan yang kekal dan bahagia.

Mencegah terjadinay pernikahan usia dini karena usia yang sangat muda

sering sekali terjadinya perceraian dan pertengkaran. Dalam UU Perkawinan

telah di jelaskan bahwa untuk melangsungkan pernikahan bagi wanita

maupun priayang sudah mencapai 21 tahun tidak perlu izin dari orang tua

untuk melangsungkan pernikahan ( UU Perkawinan, 1974 ).

B. Pernikahan Usia Dini

1. Pengertian Pernikahan Usia Dini

Pernikahan usia dini adalah pernikahan yang di lakukan

oleh perempuan di bawah 20 tahun. Hal ini disebabkan oleh berbagai macam

faktor seperti ekonomi, budaya bahwa perempuan yang berusia 20 tahun


13

belum menikah dikatakan perawan tua, pergaulan bebas dan hamil diluar

nikah ( Salamah. 2016 ).

2. Dampak Pernikahan Dini

Dampak yang ditimbulkan akibat pernikahan dini pada umumnya

lebih banyak dialami oleh perempuan, diantaranya komlikasi pada saat

kehamilan, hilangnya kesempatan mendapatkan pendidkan, kekrasan dalam

rumah tangga dan kemiskinan. Selain itu pernikahan dini memiliki beberapa

dampak dari aspek kesehatan, aspek ekonomi, aspek psikologis, aspek

pendidikan dan aspek kependudukan. Aspek-aspek tersebut dikarenakan

pernikahan dini belum siap secara fisik dan psikis.Beberapa dampak tersebut

sebagai berikut :

a. Aspek Kesehatan

Perempuan apabila di usia 10-20 tahun yang sudah menikah dapat

berpengaruh pada kesehatan remaja tersebut, hal ini dikarenakan pada masa

ini terjadi suatu perubahan fisik yang cepat disertai banyak perubahan,

termasuk di dalamnya pertumbuhan organ-organ reproduksi untuk mencapai

kematangan yang ditunjukkan dengan kemampuan melaksanakan fungsi

reproduksi. Beberapa risiko apabila mengalami kehamilan diantaranya Bayi

berat lahir rendah, anemia dan persalinan sulit.

b. Aspek Ekonomi

Keluarga dengan kondisi ekonomi lemah memiliki kecenderungan

untuk menikahkan anak di usia dini. Disisi lain remaja yang menikah di usia

dini seringkali akan mengalami kesulitan ekonomi.


14

c. Aspek Psikologis

Pernikahan dini berakibat pada komplikasi psikososial menunjukkan

bahwa dampak negative sosial jangka panjang yaitu ibu yang mengandung

dan melahirkan di usia dini akan mengalami trauma berkepanjangan, selain itu

akan mengalami krisis percaya diri. Hal ini disebabkan karena anak secara

psikologis belum siap untuk bertanggung jawab.

d. Aspek Pendidikan

Semakin muda usia menikah, maka semakin rendah tingkat pendidikan

yang akan di capai oleh seorang anak. Pernikahan anak sering kali

menyebabkan anak tidak lagi bersekolah, karena anak mempunyai tanggung

jawab.

e. Aspek kependudukan

Perempuan yang menikah di usia dini akan mempunyai rentang lebih

panjang terhadap risiko untuk hamil, semakin muda umur perkawinan

seseorang maka semakin masa subur reproduksi akan panjang dilewatkan

dalam ikatan perkawinan ( Salamah. 2016 ).

3. Cara mengukur pernikahan dini

Cara mengukur perilaku menurut salamah ( 2016 ) :

a. Menikah usia dini : Jika remaj putri menikah di usia ≤ 20 tahun

b. Tidak menikah usia dini: Jika remaja putri menikah di usi >20 tahun
15

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pernikahan dini

a. Pengetahuan

1) Pengertian pengetahuan

Pengatuhan adalah hasil dari tahu setelah seseorang dalam

melakukan pengindeeran suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi

melalui pancaindra meliputi panca indra manusia yaitu indra

penglihatan, indra penciuman, indra pendengaran, indra rasa, dan

indra raba. Sebagaian besar Pengetahuan manusia diperoleh

melalui mata dan telinga ( A.Wawan. 2010 ).

Dalam kamus besar bahasa indonesia (KBBI) pengetahuan adalah

sesuatu yang di ketahui berkaitan dengan peroses pembelajaran.

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang di ketahui atau dipahami

oleh sesorang ( Pikalouhatta. 2017 ).

2) Tingkat pengetahuan

Menurut A.Wawan ( 2010 ) pengetahuan seseorang

terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-

beda. Secara garis besar di bagi menjadi 6 tingkat pengetahuan

yaitu:

a) Tahu (know)

Tahu diatrikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

ada atau di pelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini

merupakan mengingat kembali (reca ll) sesuatu yang spesifik

dan seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan yang telah


16

di terima. Oleh karen itu, tahu ini merupakan tingkat

pengetahuan yang rendah. Pengukuran terkait pengetahuan

seseorang yang di pelajari antara lain menyebutkan,

menguraikan, mendefinisikan menyatakan, dan sebagai nya.

b) Memahami (comprehension)

Memahami dapat diartikan sebagai sesuatu kempuan

seseorang dalam menjelaskan secara benar terkait objek yang

diketahui dan dapa menginterppretasikan materi tersebut

secara benar. Seseorang yang telah paham terhadap objek atau

materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,

menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya.

c) Aplikasi (applicantion)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan dari seseorang yang

telah menggunakan materi yang dipelajaripada situasi atau kondisi

yang real(sebenarnya). Aplikasi disini meliputi penggunaan

rumus, hukum-hukum, metode, prinsip dan sebagainya dalam

konteks atau situasi yang lain.

d) Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan

atau memisahkan sesuatu objek atau materi ke dalam komponen-

komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan

masih memiliki ketertarikan satu dan yang lain. Kemampuan

analisis ini dapat dilihat dari pengunaan kata kerja, seperti dapat
17

mengembangkan (membuat bangga), membedakan, memisalkan,

mengelompokan, dan sebagainya.

e) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukan suatu kemampuan seseorang untuk

merangkum atau menghubungkan bagian-bagian di dalam sesuatu

bentuk keseluruhan yang baru. Sintesis adalah kemampuan untuk

menyusun formasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.

Misalnya, dapat menyesuaikan, dapat merencanakan, dapat

meringkas dapat menyusun dan sebagainya terhadap suatu teori

atau rumusan-rumusan yang lebih ada.

f) Evaluasi

berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan

penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini denngan

sendirinya didasarkan jhpada suatu kriteria yang di temukan sendiri

atau norma-norma yang berlaku di masyarakat.

3) Cara memperoleh pengetahuan

Cara memperoleh pengetahuan yang di kutpi dari A. Wawan ( 2010 ) :

a) Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan :

Cara coba salah: Cara ini telah dipakai orang sebelum

kebudayaan , bahkan mungkin sebelum adanya peradaban, cara

kekuatan atau otorotas: sumber pengetahuan ini dapat berupa

pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal atau informal, ahli

agama, pemegang pemerintah, berdasarkan pengalaman pribadi :


18

Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh

pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang

pernah diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi

masa lalu.

b) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular atau

disebut metodologi penelitian. Yang dewasa ini kita kenal dengan

penelitian ilmiah.

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengatahuan menurut A. Wawan

( 2010 ) :

a. Faktor internal :

1) Pendidkan

Pendidkan berarti bimbingan yang diberikan seorang

terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita

tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi

kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.

2) Pekerjaan

Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama

untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga.

3) Umur

umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai

berulang tahun.
19

b. Faktor eksternal :

1) Faktor lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar

manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi

perkembangan dan perilaku oaring atau kelompok.

2) Faktor sosial budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat

mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.

6. Cara mengukur Pengetahaun

Cara pengukuran pengetahuan menurut ( Salamah. 2016 )

a) Kurang baik : Jika ≤ 60 % jawaban benar

b) Sedang : Jika 60 %- 80 % jawaban benar

c) Baik : Jika > 80 % jawaban benar

b. Adopsi prilaku proses

Bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih

langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

Sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri seseorang

tersebut terjadi proseses yakni: Awarenes, interest, Evaluation, Trial,

adaption ( Salamah. 2016 )

c. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup

terhadap suatu stimulasiatau objek. Sikap belum merupakan suatu

tindakan atau aktifitas, tetapi merupakan predisposisi tindakan atau


20

perilaku. Sikap tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat

ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku tertutup. Sikap terdiri dari

beberapa tingkatan, antara lain : Menerima, merespon, menghargai,

bertanggung jawab ( Salamah. 2016 ).

d. Pendidikan

Pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan prosese pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memilki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat,

bangsa dan Negara.Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan

dasar, pendidkan menengah dan pendidikan tinggi. ( Salamah. 2016 ).

e. Status pekerjaan

Status pekerjaan adalah kedudukan seseorang dalam melakukan

pekerjaan di suatu unit usaha atau kegiatan ( Permenakertrans RI No. 1

Tahun 2014: 1 ).

f. Pendapatan

Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh

kembang anak , karena orang tua dapat memenuhi kebutuhan anak, baik

primer, kebutuhan skunder dan kebutuhan tersier ( Slamah. 2016 ).


21

C. Orang Tua

1. Pengertian orang tua

Orang tua adalah ayah dan ibu kandung, yang merupakan ibu

bapak yang pertama kali dikenal oleh putra putrinya ( Wardani, 2017 ).

Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka

karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Dengan

demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam keluarga. Pada

umum nya pendidikan dalam rumah tangga itu bukan berpangkal tolak dari

kesadaran dan pengertian nya yang lahir dari pengetahuan mendidik,

melainkan karena kodrati suasana dan strukturnya memberikan

kemungkinan alami membangun situasi pendidik. Situasi pendidik itu

terwujud berkat adanya pergaulan dan hubungan pengaruh orang tua dan

anak ( Wardani, 2017 ).

Orang tua atau ibu dan ayah memegang peran yang penting dan amat

berpengaruh atas pendidikan anak anak nya. Anak nya adalah pendidik

yang di dasarkan rasa kasi sayang terhadap anak-anak, dan yang di terima

dari kodrat. Orang tua adalah pendidik sejati, pendidik karena kodratnya.

Oleh karena itu, kasih saying orang tua terhadap anak anaknya hendaklah

kasih saying yang sejati pula ( Wardani, 2017 ).

2. Tanggung jawab orang tua

a. Dalam upaya menghasilkan generasi penerus yang tangguh dan

berkualitas, di perlukan ada nya usaha yang konsisten dan kontinu dari

orang tua di dalam melaksanakan tugas memelihara, mengasuh dan


22

mendidik anak-anak mereka baik laki maupun betina hinga anak

dewasa atau mampu berdiri sendiri, dimana tugas ini merupakan

tanggung jawab orang tua.

b. Secara sederhana peran orang tua dapat di jelaskan sebagai kewajiban

orang tua kepada anak. Diantaranya adalah orang tua wajib memenuhi

kebutuhan anaknya,seperti hak untuk melatih anak bagai mana cara

mengurusi diri, seperti cara makan, buang air, berbicara, berjalan,

berdoa, sungguh-sungguh membekas dalam diri anak karena berkaitan

erat dengan perkembangan dirinya sebagai pribadi. Sikap orang tua

mempengaruhi perkembangan anak, sikap menerima atau menolak,

sikap kasih sayang atau acuh tak acuh, sikap sabar atau tergesa-gesa,

sikap melindungi atau membiarkan secara langsung mempengaruhi

reaksi emosional anak ( Wardani, 2017 ).

3. Pola asuh orang tua

Adalah proses pemeliharaan anak dengan menggunakan teknik dan

metode yang menitik beratkan pada kasih sayang dan ketulusan cinta dari

kedua orang tua. Pola asuh mepupakan upaya yang konsisten dalam

menjaga dan membimbing anak dari mulai di lahirkan hingga remaja. Pola

asuh dalam keluarga merupakan cara orang tua, yaitu ayah dan ibu dalam

memberikan kasih sayang dalam mengasuh yang mempunyai pengaruh

yang besar kepada anak untuk beradaptasi dengan dirinya dan

lingkungannya. Bentuk pola asuh akan mempengaruhi pembentukan

kepribadian anak setelah ia menjdadi dewasa ( slamah. 2016 ).


23

4. Tipe-tipe pola asuh orang tua

a. Pola asuh otoriter

Tipe pola asuh dimana orang tua yang melaksanakan

kehendak anaknya. Pola asuh otoriter merupakan pola asuh yang

mencerminkan sikap orang tua yang bertindak keras dan cenderung

diskriminatif. Pola asuh otoriter tidak bias menjamin atas terciptanya

generasi yang paripurna dan menjadi harapan bangsa, hal ini dikarenakan

pola asuh otoriter tidak memberikan pendidikan karakter dan penananam

moral yang baik kepada anak.

b. Pola asuh permisif

Tipe pola asuh dimana orang tua biasanya memberikan

kebebasan penuh kepada anak berperilaku sesuai dengan apa yang

diinginkan. Tipe ini mengakibatkan anak tumbuh menjadi seseorang yang

berperilaku agresif dan antisosial.

c. Pola asuh demokratis

Pola asuh responsive dimana orang tua bersifat pleksibel,

responsive dan merawat. Orang tua memberikan tuntutan dan

pengawasan kepada anak, tetapi juga hangat, rasional dan mau

berkomunikasi. Anak diberi kebebasan, tetapi dalam peraturan yang

mempunyai acuan ( Salamah. 2016 ).

5. Pengukuran Pola Asuh Orang Tua

Menurut salamah ( 2016 ) :

a. Otoriter : Jika jawaban ya otoroter lebih banyak dari jawaban ya


24

permasif dan demokratis

b. Permasif : Jika jawaban ya permasif lebih banyak dari jawaban ya

otoriter dan demokratis

c. Demokratis : Jika jawaban ya demokratis lebih banyak dari jawaban

ya otoriter dan permasif.

D. Teman sebaya

1. Pengertian Teman Sebaya

Teman sebaya merupakan interaksi pada anak-anak dengan usia

yang sama serrta mempunyai tingkat ke akraban yang relatif tinggi

diantara kelompoknya. Pada teman sebaya biasanya individu mendapat

dukungan sosial. Peran teman sebaya sebagai sumber informasi, referensi

bagi remaja ( Salamah. 2016 ).

2. Peran teman sebaya

Peran teman sebaya adalah dorongan dari teman untuk ikut terlibat

dalam perilaku seksual ( Kosati. 2018 ). Adapun peran teman sebaya

menurut Sulistiyowati ( 2017 ) adalah :

a. Teman sebaya mempunyai peran bagi perkembangan sosial anak,

antar lain sebagai sahabat, sumber dukungan fidik, sumber

dukungan ego, dan fungsi kasih sayang.

b. Peran teman sebaya memberikan kesempatan untuk berinteraksi

dengan orang di luar anggota keluarga.


25

3. Pengaruh teman sebaya

Menurut Sulistiyowati ( 2017), Pengaruh tersebut dapat berupa

pengaruh positif dan negatif, pengaruh positif yang di maksud adalah

ketika individu melakukan aktivitass yang bermamfaat seperti membentuk

kelompok belajar dan patuh pada norma-norma masyarakat. Sedangkan

pengaruh negatif yang di maksud adalah berupa pelangaran terhadap

norma-norma sosial pada lingkungan sekolah maupun masyarakat.

Dampak positif dan negatif teman sebaya.

a. Dampak positif

Fungsi positif teman sebaya adalah sebagai berikut:

1) Mengontrol implus-implus, agresif. Melalui interaksi dengan

teman sebaya, anak belajar memecahkan berbagai pertentangan

dengan cara lain selain dengan tindakan agresif

2) Memperoleh dorongan emosional dan sosial dari teman sebaya

menjadi lebih independen.

3) Meningkatkan keterampilan sosial, mengembangkan kemampauan

penalaran, dan belajar mengepresikan perasaan dengan cara yang

baik .

4) Mengembangakan sikap terhadap sekssualitas dan prilaku peran

jenis kelamin

5) Meningkatkan harga diri, yaitu dengan menjadi orang yang di

sukai oleh teman-temannya membuat anak merasa senang tentang

dirinya
26

b. Dampak negatif

Pengaruh negatif dari teman sebaya terhadap perkembangan

anak, antara lain:

1) Anak yang di abaikan teman sebayanya menimbulkan

perasaan kesepian atau pemusuh

2) Budaya dari teman sebaya bisa jadi merupakan kejahatan

yang mengurangi nilai kontrol orang tua

3) Teman sebaya dapat mengenalkan anak pada hal-hal yang

menyimpang seperti merokok, alkokhol, narkoba, dan

sebagainya.

4. Jenis teman sebaya

Menurut Sulistiyowati ( 2017 ) Teman yang berbeda

memainkan peran yang berbeda dalam proses sosialisasi. Teman yang

sesuai dengan usia dan taraf perkembangan anak, maka dapat

membantu anak kea rah penyesuaian yang baik. Mengklasifikasikan

teman pada anak di bagi menjadi tiga klasifikasi utama, masing-masing

klasifikasi mempengaruhi sosial pada periode yang berbeda. Ketiga

jenis teman antara lain:

a. Kawan

Kawan adalah orang yang memuaskan kebutuhan anak akan

teman melalui keberdayaan di lingkungan si anak

b. Teman bermain
27

Teman bermain adalah orang yang melakukan aktivitas yang

menyenangkan dengan si anak, teman bermain dapat terdiri dari

berbagai usia dan je nis kelamin.

c. Sahabat

Sahabat adalh orang yang tidak hanya bermain dengan si anak,

tetapi juga berkomunikasi dengan cara bertukaran ide, rasa percaya,

permintaan nasehat dan keritik.

5. Setatus teman sebaya

Stasus sosiometrik merupakan penilain anak-anak terhadap

seberrapa banyak mereka suka atau tidak suka dengan teman sebaya atau

teman sekelas mereka. Sulistiyowat ( 2017 ) membedakan setatus

teman sebaya, yaitu:

a. Anak-anak populer

yaitu anak yang sering di dominasikan sebagai teman terbaik jarang

yang tidak disukai teman sebayanya.

b. Anak-anak biasa

yaitu anak yang menerrima rata-rata ,baik nominasi positif naupun

negatif dari teman sebaya maupun teman sekelasnya.

c. Anak-anak terabaikan

yaitu anak anak yang jarang di dominasikan sebagai sahabat tetapi

bukan berarti tidak di sukai teman sebaya mereka.

d. Anak-anak yang di tolak


28

yaitu anak yang jarang di dominasikan sebagai sahabat dan secara

aktif tidak di sukai teman sebayanya.

e. Anak-anak kontroversial

adalah anak yang sering dicalonkan baik sebagai sahabat terbaik

maupun yang tidak disukai.

6. Kelompok teman sebaya

Kelompok teman sebaya sebagai lingkungan sosial bagi anak yang

mempunyai peran cukup penting bagi perkembangan keperibadiannya,

aspek keperibadian anak berkembang secara menonjol dalam

pengalamanya dengan teman sebaya dikemukakan oleh Sulistiyowati

( 2017 ) adalah:

a. Sosial congnittion :

kemampuan untuk memikirkan tentang pemikiran, perasaan, motif

perilaku diri nya dan orang lain, kemampuan memahami orang lain

memungkinkan anak untuk ampu menjalani hubungan sosial yang

lebih baik dengan teman sebaya nya

b. Konformitas :

motivassi untuk menjadi sama,sesuai, seragam dengan nilai-nilai,

kebiasaa, kegemaran, atau budaya dengan nya.

Konformasi terjadi apabila : Norma secara jelas di nyatakan,

Individu berada di bawah pengawasan kelompok, Kelompok

memiliki sanksi yang kuat, Kelompok memiliki sifat kohesif yang


29

tinggi, Kemungkinan kecil pendukung terhadap penyimpangan

dari norma.

7. Indikator teman sebaya

Sulistiyowati, ( 2017 ), mengemukakan indikator kelompok teman

sebaya antara lain:

a) Umur, kompormitas semakin besar dengan bertambahnya

usia,terutama terjadi pada usia 15 tahun atau belasan tahun

b) Situasi, keadan mempunyai imbas dalam permainan yang hendak

dilakukan bersama-sama

c) Keakraban, keakraban mampu menciptakan suasana yang kondusif

dalam hubungan sosial, termasuk demgan hubungan teman sebaya

d) Ukuran kelompok, jumlah anak yang saling berinteraksi juga dapat

mempengaruhi hubungan teman sebaya, semakin besar jumlah

anak yang terlibat dalam suatu pergaulan dalam kelompok,

interaksi, yang terjadi akan semakin rendah

e) Perkembangan kognitif, keterampilan menyelesaikan masalah

yaitu membantu memecahkan masalah dalam kelompok teman

seebaya.

Indikator di atas dapat di simpulkan bahwa teman sebaya dapat

terbentuk karena kesamaan umur dan situasi. Interaksi di antara teman

sebaya dapat meningkatkan hubungan sosial yang memicu

perkembangan kongnitif dimana anak-anak dapat memecahkan

masalah yang terjadi pada anggotanya.


30

8. Cara Pengukuran Teman Sebaya

Cara pengukuran teman sebaya menurut Slamah ( 2016 ):

a) Negatif : Jika total skor< median

b) Positif : Jika total skor> median

E. Penelitian Yang Relevan

Berdasarkan penelitian Aditya Riski Dwinanda (2015) ada berhubungan

antara pengetahuan dengan kejadian pernikahan dini, dimana perempuan yang

memiliki pengetahuan kurang berisiko 4 kali melakukan pernikahan usia dini

dibandingkan dengan perempuan yang memiliki pengetahuan baik. Hal ini

sejalan dengan penelitian Endah Purwaningsih ( 2014 ) ada hubungan antara

pola asuh orang tua dengan pernikahan dini dengan nilai p- value = 0,001 dalam

pemnelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat responden dengan pola asuh

permisif semuanya terjadi pernikahan usia dini, pola asuh adalah proses

pemeliharaan anak dengan menggunakan teknik dan metode yang menitik

beratkan pada kasih sayang dan ketulusan cinta dari kedua orang tua . Hal ini

sejalan dengan penelitian Siti Salamah ( 2016 ) ada hubungan antara teman

sebaya dengan pernikahan dini dengan p-value = 0,001 menunjukkan bahwa

sampel yang memiliki peran teman sebaya berisiko 3.714 kali lebih besar

melakukan pernikahan dini dibandingkan sampel yang tidak memiliki peran

teman sebaya.
31

F. Kerangka Teori

Kerangka Teori adalah alur penelitian yang berisi rangkuman tinjauan

pustaka menjelaskan keterkaitan antara unsur konsep yang dikaji disajikan dalam

bentuk skematis.

Undang-undang perkawinan no 1 tahun 1974

Peraturan BBKN
Pernikahan usia dini pada perempuan

Faktor Predisposisi: 1. Angka Kematian Ibu


1. Pengetahuan responden tentang 2. Angka kematian bayi
pernikahan usia dini 3. Berat bayi lahir rendah
2. Tingkat Pendidikan responden
3. Sikap responden terhadap pernikahan
usia dini
4. Pekerjaan responden
5. Pendapatan keluarga responden
6. Kepercayaan terhadap pernikahan usia
dini

Faktor Enabling: Pernikahan Usia


7. Ketersediaan Pelayanan Kesehatan
reproduksi remaja (Puskesmas, Dini
PIKKRR,dll)

Faktor Reinforching:
8. Pola Asuh orangtua Usia ibu <20 tahun
9. Tingkat pendidikan orang tua
10. Peran Teman Sebaya
11. Pekerjaan orang tua
12. media masa

( Salamah. 2016 )
32

G. Hipotesis

Ha : Ada hubungan pengetahuan dengan kejadian pernikan dini di

di kecamatan muara kemumu kabupaten kepahiang

Ho : Tidak ada hubungan Pengetahuan dengan kejadian pernikahan dini di

kecamatan muara kemumu kabupaten kepahiang

Ha : Ada hubungan Pola asuh orang Tua dengan kejadian pernikahan dini di

kecamatan muara kemumu kabupaten kepahiang

Ha : Tidak ada hubungan pola asuh orang Tua dengan kejadian pernikahan dini

di kecamatan muara kemumu kabupaten kepahiang

Ha : Ada hubungan Media Massa dengan kejadian pernikahan dini di

kecamatan muara kemumu kabupaten kepahiang.

Ha : Tidak Ada hubungan Media Massa dengan Perilaku Seks Pranikah Pada

Remaja Di Wilayah Kerja Puskesmas Batu-Bandung.

Ha : Ada hubungan Teman Sebaya dengan kejadian pernikahan dini di

kecamatan muara kemumu kabupaten kepahiang

Ha : Tidak Ada hubungan Teman Sebaya dengan kejadian pernikahan dini di

kecamatan muara kemumu kabupaten kepahiang.


33

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah observasional dengan rancangan

cross-sectional, dimana data yang menyangkut variabel bebas atau risiko dan

variabel terikat atau variabel akibat, akan dikumpulkan dalam waktu yang

bersamaan. ( Notoatmodjo. 2012 ).

B. Waktu Dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2020. Tempat

penelitian adalah di wilayah kecamatan muara kemumu kabupaten kepahiang.

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambila Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang di teliti

( Notoatmodjo. 2012 ). Populasi dalam penelitian ini adalah semua wanita

yang menikah pada tahun 2019 yang berjumlah 70 orang .

2. Teknik pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian

adalah menggunakan Simple random sampling, yaitu metode

pengambilan sampel secara acak sederhana dimana setiap anggota

populasi mempunyai peluang yang sama besar untuk terpilih sebagai

sebagai sampel, sampel penelitian berjumlah 36 orang ( Notoatmodjo.

2012 )
34

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

a. Wanita yang menikah pada tahun 2019

b. Berdomisili di wilayah kecamatan muara kemumu

c. Bersedia menjadi responden

Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah :

Wanita yang belum menikah

D. Variabel Dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Penetapan variabel berdasarkan lingkup penelitian dan sumber daya. Dimensi

dari variabel penelitian meliputi variabel bebas atau disebut juga variabel

independen, dan variabel bergantung disebut juga variabel dependen.

a. Variabel Independen

Variabel Independen pengetahuan, pola asuh orang tua, media massa, dan

peran teman sebaya.

b. Variabel Dependen

Variabel Dependen dalam penelitian ini adalah kejadian pernikahan dini.

Variabel Independen Variabel Dependen

Tabel 3.1 Variabel penelitian


- Pengetahuan
- Pola Asuh orang Pernikahan
tua Dini
- Peran Teman
sebaya
35

2. Definisi operasional Variabel

Definisi operasional variabel adalah batasan yang digunakan untuk

mendefinisikan variabel variabel atau faktor-faktor yang mempengaruhi variabel.

Tabel 3.2 Definisi Operasional

Variabel Definisi oprasional Alat Hasil ukur Skala ukur


ukur/cara
ukur
Pengetahua Segala sesuatu yang Kuesioner Ordinal
n deketahui atau 1. Kurang jika ≤ 60
dipahami oleh % jawaban benar
responden tentang 2. Sedang, jika 60
pernikahan dini %- 80 % jawaban
benar
3. Baik jika 80 %
jawaban benar

Pola Asuh Pola perilaku yang Kuesioner Ordinal


orang tua diterapkan pada 1: Tidak
responden oleh orang 2: Ya
tua, yang terdiri dari Dengan kategori :
pola prilaku otoriter, 1. Otoriter jika
demokratis dan jawaban ya pada
permasif yang dapat otoriter lebih
mempengaruhi banyak dari
terjadinya pernikahan jawaban ya
dini demokratis dan
pemasif
2. demokratis jika
jawaban ya pada
demokratis lebih
banyak dari
jawaban ya otoriter
dan pemasif
3. pemasif jika
jawaban ya pada
pemasif lebih
banyak dari jawan
ya otoriter dan
demokratis

Peran teman Peran teman sebaya Kuesioner 1. Negatif, jika Nominal


36

sebaya sebagai sumber total skor < median


informasi 2. Positif, jika total
,referensibagi remaja skor> median
putri mengenai
berbagai informasi
tentang pernikahan dini
Pernikahan Pernikahan yang Kuesioner 1= menikah usia Nominal
dini dilakukan oleh dini
sepasang laki-laki dan 2= Tidak menikah
perempuan. Perempuan usia dini
dikatakan menikah dini
apabila menikah
dibawah usia 20 tahun.

E. Tahap-tahap Penelitian

1. Tahap Perencanaan

a. Mengidentifikasi masalah/mencari permasalahan

Tahap ini, peneliti harus terlebih dahulu mencari apa masalah yang

hendak diteliti

b. Merumuskan masalah

Dimana pada tahap ini merupakan kelanjutan dari penemuan masalah

yang kemudian peneliti membuat rumusan masalah berdasarkan

masalah-masalah yang akan diteliti. Buatlah secara operasional dan

membuat batasan-batasan masalahnya terutama dalam menentukan

ruang lingkup masalah yang diteliti

c. Mengadakan studi pendahuluan

Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengumpulkan informasi-

informasi berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Sehingga dapat

diketahui keadaan atau kedudukan masalah tersebut baik secara teoritis


37

maupun praktis. Pengetahuan yang diperoleh dari studi pendahuluan

sangat berguna untuk menyusun kerangka teoritis tentang pemecahan

masalah dalam bentuk hipotesis yang akan diuji kebenarannya melalui

pelaksanaan penelitian lapangan

d. Merumuskan hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan sementara yang akan dibuktikan

kebenarannya melalui penelitian di lapangan

e. Menentukan sampel penelitian

Pada tahap ini, ditentukan objek yang akan diteliti. Keseluruhan objek

yang akan diteliti disebut populasi penelitian. Bila dalam penelitian

hanya menggunakan sebagian saja dari populasi, maka dalam hal ini

cukup menggunakan sampel

2. Tahap rencana penelitian

Tahap ini merupakan pedoman dalam melaksanakan penelitian.

Sebagai suatu pola perencanaan harus dapat mengungkapkan hal-hal yang

berhubungan dengan kegiatan pelaksanaan penelitian, dan memuat hal-hal

sebagai berikut:

a. Masalah yang diteliti dan alasan dilakukannya penelitian

b. Bentuk atau jenis data yang dibutuhkan

c. Tujuan dilakukannya penelitian

d. Manfaat atau kegunaan penelitian

e. Dimana dilakukannya penelitian

f. Jangka waktu pelaksanaan penelitian


38

g. Organisasi kegiatan dan pembiayaan

h. Hipotesis yang diajukan

i. Teknik pengumpulan data dan pengolahan data

j. Sistematik laporan yang direncanakan

k. Menentukan dan merumuskan alat penelitian atau teknik pengumpulan

data

3. Laporan penelitian

Untuk kepentingan publikasi, maka penelitian harus dilaporkan kepada

orang-orang yang berkepentingan. Bentuk dan sistematik laporan penelitian

dapat berupa artikel ilmiah, laporan, skripsi, tesis atau disertasi. Tahap

laporan penelitian ini merupakan tahap akhir dalam sebuah proses penelitian.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan kuesioner yang disebar pada responden. Kuesioner tantang

pengetahuan,pola asuh orang tua, peran teman sebaya dan pernikahan dini

dibuat oleh peneliti dengan mengadopsi penelitian dari siti salamah ( 2016 )

G. Teknik Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang di ambil dengan memberikan pertanyaan

langsung kepada responden dengan menggunakan kuesioner.

2. Data Sekunder

Data sekuder adalah data yang diperoleh dari data Kantor Urusan Agama

kecamatan Muara Kemumu kabupaten kepahiang.


39

H. Teknik Analisa Data

1. Teknik Pengolahan Data

Proses pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan program

Komputer, dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

a. Editing

memeriksa kembali semua data yang telah dikumpulkan melalui

kuesioner. Hal ini untuk mengecek kembali apakah semua kuesioner telah

diisi.

b. Coding

Setelah semua kuisioner diedit selanjutnya dilakukan pengkodean atau

Coding yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi angka

atau bilangan

c. Entry

Data yang telah di tabuling kemudian diolah secara komputerrisasi

d. Cleaning

Merupakan kegiatan mengecek kembali data yang sudah diproses apakah

ada kesalahan atau tidak ada masing-masing variabel yang sudah diproses

sehingga dapat diperbaiki dan dinilai

e. Tabulating

Jawaban setiap responden kemudian dimasukkan ke dalam tabel sesuai

dengan masing-masing variabel ( Notoatmodjo. 2012 )

2. Analisis data

1) Univariat
40

Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan pada setiap variabel

penelitian yang meliputi pengetahuan,pola asuh orang tua,media massa dan

peran teman sebaya. Tujuan dari analisis univariat adalah untuk menjelaskan

atau mendiskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti.

dengan rumus univariat sebagai berikut:

P = F x 100%
N

Keterangan:

P : Jumlah Persentase

F : Jumlah Responden

N : Jumlah Sampel

Hasil pengolahan data distribusi frekuensi menurut Arikunto ( 2010 ) :

0% = Tidak satupun dari responden

1 % - 25 % = Sebagian kecil dari responden

26 % - 49 % = Hampir sebagian responden

50 % = Setengah responden

51 % - 75 % = Sebagian besar dari responden

76 % - 99 % = Hampir seluruh responden

100 % = Seluruh responden

2) Bivariat
41

Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan antar pengetahuan, pola

asuh orang tua, media massa dan peran teman sebaya dengan kejadian

pernikahan dini. Analisis ini menggunakan komputerisasi yang di uji

statistik Uji Chi Square dengan tingkat kepercayaan 95% yaitu sebagai

berikut:

X2 =
∑ ( Oi−Ei ) 2
Ei
Keterangan:

X2 : Chi Square

Oi : Frekuensi observasi

Ei : frekuensi Harapan

Pengolahan data dengan menggunakan komputer, Analisa hipotesis :


2
1. Jika X hitung > X 2 tabel, maka Ha diterima yaitu p ≤0,05 berarti ada

hubungan antara pengetahuan , pola asuh orang tua, media massa,peran

teman sebaya dengan kejadian pernikahan dini di kecamtan muara

kemumu Kabupaten Kepahiang

2. Jika X 2 hitung < X 2


tabel, maka Ha ditolak yaitu nilai p> 0,05 berarti

tidak ada hubungan antara pengetahuan keluarga, pola asuh orang tua,

media massa, peran teman sebaya dengan kejadian pernikahan dini di

kecamatan muara kemumu Kabupaten Kepahiang .

I. Etika Penelitian (Ethical Clearance)


42

1. Informed Concent

Peneliti harus mempersiapkan formulir persetujuan responden

(informed consent). Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak untuk

mendapatkan informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian,

memiliki kebebasan menentukan pilihan dan bebas dari paksaan untuk

berpartisipasi dalam kegiatan penelitian.

2. Anonimitas

Setiap manusia memiliki hak-hak dasar individu termasuk privasi dan

kebebasan individu. Pada dasarnya penelitian akan memberikan akibat

terbukanya informasi individu termasuk informasi yang bersifat pribadi.

Sedangkan, tidak semua orang menginginkan informasinya diketahui oleh

orang lain, sehingga peneliti perlu memperhatikan hak-hak dasar individu

tersebut. Dalam aplikasinya, peneliti tidak boleh menampilkan informasi

mengenai identitas baik nama maupun alamt asal subyek dalam kuesioner

dan alat ukur apapun untuk menjaga anonimitas atau kerahasiaan identitas

subyek. Peneliti dapat menggunakan koding (inisial atau identification

number) sebagai pengganti identitas responden.

3. Justice (Keadilan)

Prinsip keadilan memiliki konotasi keterbukaan dan adil. Untuk

memenuhi prinsip keterbukaaan, penelitian dilakukan secara jujur, hati-hati,

professional, berprikemanusiaan dan memperhatikan faktor-faktor ketepatan,

keseksamaan, kecermatan, intimitas, psikologis serta perasaan religius

subyek penelitian. Lingkungan penelitian dikondisikan agar memenuhi


43

prinsip keterbukaan yaitu kejelasan prosedur penelitian. Keadilan memiliki

bermacam-macam teori, namun yang terpenting adalah bagaimanakah

keuntungan dan beban harus didistribusikan di antara anggota kelompok

masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai