Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa remaja sering disebut sebagai masa transisi dari masa kanak-

kanak menuju masa dewasa. Namun, secara teori, masa remaja dan dewasa

adalah dua tahap yang berbeda. Remaja tidak lagi bisa disebut anak-anak,

tetapi mereka belum cukup dewasa untuk dianggap dewasa. Kehidupan masa

remaja juga sering disebut sebagai pencarian jati diri dan dapat menentukan

kehidupan masa depan (Wellina, 2018). Selama masa ini, remaja

mengembangkan pola perilaku yang mempengaruhi pola kesehatan, baik

meningkatkan kesehatan maupun mempengaruhi masalah kesehatannya.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, remaja membentuk lebih dari 16% dari

total populasi dunia (Hasanah, WK & Besral, B., 2022).

Remaja adalah penduduk yang berusia 10-19 tahun menurut World

Health Organization, dan menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 25 Tahun 2014, remaja adalah penduduk yang berusia 10-

18 tahun, menurut rentang usia remaja Biro Kependudukan dan Keluarga

Berencana (BKKBN) Untuk 10-18 tahun. 24 tahun dan belum menikah

(WHO, 2014). Masa remaja merupakan masa pertumbuhan dan

perkembangan yang secara fisik, psikologis, dan intelektualnya sangat pesat.

Sifat khas usia remaja yaitu rasa ingin tahu yang tinggi, menyukai tantangan

dan senang berpetualang serta berani mengambil tindakan tanpa

mempertimbangkan risikonya terlebih dahulu (Kemenkes RI, 2010).


Pada tahun 2021, Jumlah remaja di Indonesia tercatat sebanyak 64,92

juta jiwa, jumlah tersebut setara dengan 23,90% dari total populasi

Indonesia.  Adapun sebanyak 39,80% remaja berada di rentang usia 19-24

tahun. Sebanyak 39,33% remaja berumur 25-30 tahun. Sementara, remaja

berusia 16-18 tahun sebanyak 20,87%. Berdasarkan jenis kelamin, 50,91%

remaja merupakan laki-laki. Proporsi itu lebih tinggi dibandingkan remaja

perempuan yang sebanyak 49,51% (Badan Pusat Statistik, 2021).

Perilaku seksual pranikah merupakan aktivitas seksual yang dilakukan

oleh mereka yang belum memiliki ikatan perkawinan baik secara agama

maupun sipil dan kasus ini umumnya terjadi pada remaja. Perilaku seksual

pranikah pada remaja dapat berdampak pada penularan penyakit menular

seksual, kehamilan tidak di inginkan, bahkan hingga kepada aborsi. Penyakit

menular seksual yang dapat terjadi salah satunya adalah HIV/AIDS,

sementara WHO tahun 2018 menyatakan bahwa diperkirakan 30% dari 40

juta ODHA (yaitu 10,3 juta) merupakan orang muda berusia 15-24 tahun.

Selama beberapa dekade terakhir, aktivitas seksual pranikah di

kalangan remaja meningkat dari waktu ke waktu secara global,

khususnya di dunia Barat menjadi semakin dapat diterima dengan rata-

rata 29% laki-laki dan 23% perempuan aktif secara seksual dan

melakukan hubungan seks pranikah (Pidah, AS dkk 2021).

Diperkirakan jumlah kelompok remaja sekitar 1,2 milyar atau 18%

dari jumlah penduduk dunia. Hasil penelitian di dunia juga menunjukkan

persentase yang sangat tinggi tentang banyaknya remaja yang mengakses


pornografi, diantaranya yaitu 87% di USA, 84% Australia, 98% Swedia, 99%

Italia (Purnama, LC, Sriati, A., & Maulana, I., 2020). Berdasarkan data

Global School Heatlh Survey 2015 terdapat 3,3% remaja anak usia 15-19

tahun mengidap AIDS; hanya 9,9% perempuan dan 10,6% laki-laki usia 15-

19 tahun memiliki pengetahuan komprehensif mengenai HIV AIDS; dan

sebanyak 0,7% remaja perempuan dan 4,5% remaja laki-laki pernah

melakukan hubungan seksual pranikah (Fauziyah, F., Tarigan, FL, & Hakim,

L., 2022).

Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2021, jumlah kasus

HIV positif yang dilaporkan di Indonesia pada tahun 2021 sebanyak 36.902

dan AIDS sebanyak 5.750 orang. Persentase HIV positif pada kelompok

umur 15-19 tahun adalah 3,1% dan pada kelompok umur 20-24 tahun

sebanyak 16,9% (Profil Kesehatan Indonesia, 2021).

Berdasarkan Survei Dasar Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017,

sebagian besar wanita (81%) dan pria (84%) telah berpacaran. 45% wanita

dan 44% pria mulai berpacaran pada umur 15-17 tahun. Sebagian besar

wanita dan pria mengaku saat berpacaran telah melakukan aktivitas

berpegangan tangan (64% wanita dan 75% pria), berpelukan (17% wanita dan

33% pria), cium bibir (30% wanita dan 50% pria) dan meraba/diraba (5%

wanita dan 22% pria) (Sary, A. N., Kunant, A. P., & Trisnadew, E., 2021).

Menurut KPPA 2020, pada tahun 2017 presentase kehamilan tidak

diinginkan dilaporkan oleh wanita kelompok umur 15-19 dua kali lebih besar

(16%) dibandingkan kelompok umur 20-24 (8%). Tahun 2018 presentase


pernikahan dini di Indonesia 15,66%, dan 20 provinsi di Indonesia memiliki

angka perkawinan anak yang lebih tinggi dari angka rata-rata nasional 11,2%,

diantaranya Provinsi Sulawesi Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi

Tenggara, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Barat (Mayren, dkk., 2020).

Berdasarkan kajian pernikahan dini yang dilakukan oleh BKKBN

dibeberapa provinsi menunjukkan bahwa Provinsi dengan persentase

perkawinan dini usia 15–19 tahun pada Provinsi Kalimantan Barat adalah

50,2% (Sisilia & Rindu, 2020). Perilaku seksual pra-nikah remaja di Kota

Pontianak Provinsi Kalimantan Barat menunjukan bahwa 56,9% pernah

kissing, 30,7% necking, 13,8% petting, 7,2% oral seks, 5,5% anal seks, dan

14,7% pernah melakukan intercourse (Suwarni dalam Iit, K., & Katharina, T.

2019).

Survey yang pernah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten

Sintang, menunjukkan bahwa pada remaja SMP dan SMA ditemui ada yang

membawa pelumas, kondom, dan bahkan ada yang diketahui sedang hamil.

Berdasarkan data yang terdapat di Kabupaten Sintang pada tahun 2013

sebanyak 707 kehamilan remaja, tahun 2014 sebanyak 309 kehamilan remaja

dan tahun 2015 sebanyak 496 kehamilan remaja (Sisilia & Rindu, 2020).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan bagian PKPR Kabupaten Sintang

tahun 2020, jumlah kehamilan tidak diinginkan adalah 9 kasus dan Infeksi

Menular Seksual (IMS) 20 kasus. Data terbaru Dinas kesehatan Kabupaten

Sintang 2022 menunjukkan bahwa pada periode Januari-Juli 2022 menurut

jenis kelamin, kasus IMS pada perempuan adalah 30% (10 kasus), dan pada
laki-laki 70% (23 kasus). Sedangkan menurut kelompok umur, jumlah kasus

IMS pada umur 10-14 tahun adalah sebesar 9% (3 kasus), umur 15-19 tahun

55% (18 kasus), umur 20-44 tahun sebesar 33% (11 kasus), dan umur 45-54

tahun sebesar 3% (1 kasus).

B. Rumusan Masalah

1. Pernyataan Masalah

Remaja sebagai generasi penerus masa depan bangsa dan negara

dimasa yang akan datang diharapkan memiliki potensi dan nilai positif

kehidupan untuk memahami dan mengenal identitas dirinya. Kesehatan

adalah kunci utama dari produktif atau tidaknya seseorang. Sehingga remaja

yang menjadi harapan bangsa adalah remaja yang sehat dan terbebas dari

penyakit menular maupun tidak menular serta memiliki nilai dengan

menunjukkan perilaku positif ditengah masyarakat.

Namun pada kenyataannya, remaja menjadi salah satu kelompok yang

berpotensi beresiko melakukan perilaku menyimpang dan perlu mendapatkan

perhatian serius khususnya pada masalah perilaku seksual pranikah yang

dianggap sebagai masalah utama dalam perkembangan kehidupan remaja

serta dapat berdampak pada masalah pembangun di Indonesia (Aritonang,

2015).

2. Pertanyaan Penelitian

Bagaimana pengaruh penyuluhan perilaku seks pranikah terhadap

pengetahuan dan sikap siswa di SMA Negeri 1 Kayan Hulu tahun 2023?
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan tentang perilaku seks pranikah

terhadap pengetahuan dan sikap siswa di SMA Negeri 1 Kayan Hulu tahun

2023.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui tingkat pengetahuan siswa sebelum dan sesudah dilakukan

penyuluhan perilaku seks pranikah di SMA Negeri 1 Kayan Hulu tahun

2023.

b. Mengetahui sikap siswa sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan

perilaku seks pranikah di SMA Negeri 1 Kayan Hulu tahun 2023.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dibidang

kesehatan khususnya tentang seksualitas dan kesehatan reproduksi remaja.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

Penelitian ini dapat memberikan gambaran dan informasi mengenai

seksualitas remaja, serta mengedukasikan kepada siswa dalam

menghindari faktor risiko perilaku seksual pada remaja.

b. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi dalam membentuk

kebijakan-kebijakan oleh pihak sekolah dalam menghadapi fenomena

dan permasalahan remaja terkait perilaku seksual pranikah.

c. Bagi Puskesmas

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi dalam menyusun

program dan kebijakan kesehatan diwilayah kerja puskesmas yang

berhubungan dengan pencegahan perilaku seksual pranikah.

d. Bagi Institusi

Sebagai institusi yang berperan dalam dunia kesehatan, hasil penelitian

ini dapat dijadikan sebagai jembatan bagi institusi dan para pemangku

kebijakan kesehatan dalam mengupayakan program kesehatan remaja

yang berkaitan dengan pencegahan perilaku seksual pranikah.

e. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini dapat dijadikan data dan referensi untuk peneliti

selanjutnya.

E. Ruang Lingkup Penelitian

1. Disiplin Ilmu

Menerapkan ilmu Kesehatan Masyarakat pada cabang ilmu kesehatan

reproduksi, khususnya reproduksi pada remaja dan materi yang dikaji adalah

pengaruh penyuluhan perilaku seks pranikah terhadap pengetahuan dan sikap

siswa di SMA Negeri 1 Kayan Hulu tahun 2023.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan Januari-Juni 2023.

3. Tempat Penelitan
Penelitian akan dilaksanakan di SMA Negeri 1 Kayan Hulu Wilayah Kerja

Puskesmas Nanga Tebidah Kecamatan Kayan Hulu.

4. Sasaran Penelitan

Sasaran dalam penelitian ini adalah remaja kelas XI di SMA Negeri 1 Kayan

Hulu.
F. Keaslian Penelitian

Tabel 1. 1 Keaslian Penelitian

No Nama Peneliti Judul Variabel Desain Hasil


1 Annisa Novita Sary, Pengaruh Penyuluhan a. Variabel bebas : Quasi experiment Terdapat pengaruh
dkk (2021) Dengan Media Aplikasi Penyuluhan dengan dengan rancangan penyuluhan dengan
Whatsapp Terhadap media aplikasi penelitian one group media aplikasi
Perubahan Pengetahuan Dan whatsapp pretest – postest. whatsapp terhadap
Sikap Tentang Seks Pranikah b. Variabel terikat : perubahan
Pada Remaja Pengetahuan dan sikap pengetahuan
tentang seks pranikah (p=0,000) dan sikap
pada remaja (p=0,012) tentang
seks pranikah pada
remaja di SMA
Pertiwi 2 kota
Padang tahun 2020
2 Eva Hotmaria Efektivitas Penyuluhan a. Variabel bebas : Quasi experiment Ada perbedaan
Simanjuntak (2020) Kesehatan Reproduksi Penyuluhan kesehatan dengan rancangan tingkat pengetahuan
Terhadap Pengetahuan reproduksi penelitian one group remaja setelah
Remaja Tentang Perilaku b. Variabel terikat : pretest – posttest design. diberikan
Seks Berisiko Pengetahuan penyuluhan dengan
nilai p-value =
0,000 (p<0,05).

3 Afri Diana, dkk Penyuluhan Tentang Bahaya a. Variabel bebas : Pendekatan quasi Ada Pengaruh
(2020) Seks Bebas Mempengaruhi Penyuluhan bahaya eksperimen one group Penyuluhan Tentang
Pengetahuan Remaja seks bebas pretest posttest Bahaya Seks Bebas
b. Variabel terikat : Terhadap
Pengetahuan Pengetahuan Remaja
di SMA Negeri 14
Bandar Lampung
Tahun 2019, uji t
didapat (p-value
0,000 <a)
Berdasarkan tabel 1.1 diatas, dapat dilihat persamaan dan perbedaan

pada penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yang terkait. Adapun

persamaan dalam penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah

persamaan rancangan penelitiannya, yaitu menggunakan one group pretes-

posttest design. Terdapat juga persamaan variabel terikat yaitu pengetahuan

dan sikap. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya

adalah terkait metode penyuluhan yang digunakan, variabel bebas, serta

waktu dan tempat penelitian.

Anda mungkin juga menyukai