Anda di halaman 1dari 29

UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN REMAJA TERHADAP

KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN METODE PENDIDIK SEBAYA


(PEER EDUCATOR) DI WILAYAH KERJA KECAMATAN KWANDANG
TAHUN 2022

OLEH:

dr. Bambang Aditya Rahmadani


dr. Herry Gunawan
dr. Riqah Nefiyanti Putri Wardana
dr. Sherly

PEMBIMBING:

dr. Ligius Toliu

PUSKESMAS KWANDANG
KABUPATEN GORONTALO UTARA
PROVINSI GORONTALO
PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA
PERIODE NOVEMBER 2021 – NOVEMBER 2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jumlah Anak di Indonesia pada tahun 2019 mencapai 84,4 juta yang
terdiri 43,2 juta anak laki-laki dan 41,1 juta anak perempuan. Persentase
anak di Indonesia pada tahun 2019 sebesar 31,6 persen, meningkat 1,5
persen dari tahun 2018 atau bertambah sekitar 4,9 juta jiwa. Hasil Survei
Sosial Ekonomi Nasional tahun 2019 menunjukkan bahwa kepemilikan
akta kelahiran pada anak usia 0-17 tahun mencapai 86 persen pada tahun
2019.
Terkait dengan pertumbuhan populasi muda di Indonesia, masa
remaja adalah masa terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang
sangat cepat baik secara fisik maupun psikologis. Rasa ingin tahu seorang
remaja yang cenderung tinggi menyebabkan mereka lebih menyukai
pengalaman dan tantangan serta berani menanggung risiko atas
perbuatannya tanpa berpikir dengan pertimbangan yang matang
dibandingkan kelompok usia yang lain. Kurangnya pendidikan reproduksi
yang komprehensif, remaja cenderung berisiko terjerumus pada aktivitas
seksual yang tidak terlindungi sehingga berisiko mengalami kehamilan
yang tidak diinginkan.
Pada tahun 2018, sebanyak 11,21 persen perempuan usia 20-24
tahun yang menikah sebelum 18 tahun, bahkan 0,56 persen sebelum 15
tahun. Angka perkawinan usia anak di pedesaan terlihat selalu lebih tinggi
daripada daerah perkotaan. Di dunia setiap tahun ada sebanyak 12 juta
anak perempuan menikah sebelum usia 18 tahun, 23 gadis menikah setiap
menit, dan hampir 1 gadis menikah setiap 3 detik. Hampir 650 juta wanita
yang hidup saat ini menjadi pengantin perempuan sebelum mereka
menginjak usia 18 tahun - beberapa bahkan sebelum usia 10 tahun. Secara
global, 1 dari 5 perempuan menikah sebelum usia 18 tahun (Unicef, 2019).
Data dari Survey Demografis dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
menyatakan bahwa diantara remaja usia 15-19 tahun, proporsi terbesar
berpacaran pertama kali pada usia 15-17 tahun. Aktivitas seksual pada usia
remaja sering menyebabkan penularan infeksi menular seksual (IMS) dan
kehamilan yang tidak diinginkan. Terkait gangguan kesehatan, tercatat
sepanjang tahun 2019 terdapat 34,9 persen anak Indonesia mengalami
keluhan kesehatan dan 18,9 persen mengalami gangguan kesehatan hingga
mengganggu aktivitas sehari-hari. Hal yang mengkhawatirkan dari
kehamilan remaja adalah perilaku yang mengarah kepada aborsi atau
pernikahan remaja yang tentu akan mempengaruhi masa depan mereka.
Di Indonesia, pada tahun 2018, 1 dari 9 anak perempuan telah
menikah. Perempuan umur 20-24 tahun yang menikah sebelum berusia 18
tahun di tahun 2018 diperkirakan sekitar 1.220.900 dan angka ini
menempatkan Indonesia pada 10 negara dengan angka absolut perkawinan
anak tertinggi di dunia (BPS, 2020). Provinsi Gorontalo sendiri menempati
urutan kedelapan dengan persentase 15,29% yang perkawinannya terjadi
pada usia dibawah 18 tahun.
Di Kabupaten Gorontalo Utara, berdasarkan data dari Badan
Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tahun 2021,
jumlah ibu hamil sebanyak 858 orang dengan usia dibawah 20 tahun
berjumlah 62 orang.
Oleh karena itu, peneliti ingin membuat sebuah program guna untuk
meningkatkan pengetahuan remaja di Kecamatan Kwandang, Gorontalo
Utara terkait kesehatan reproduksi dengan harapan akan berkurangnya
tingkat kehamilan remaja.

2.1 Rumusan Masalah


Apakah terdapat peningkatan tingkat pengetahuan pada anak SMAN
1, SMAN 5, dan SMAN 7 terkait dengan kesehatan reproduksi setelah
penyuluhan kesehatan reproduksi dengan metode pendidik sebaya (peer
educator)?
3.1 Tujuan Penelitian
3.1.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan remaja dan
meningkatkan edukasi terkait kesehatan reproduksi di wilayah kerja
Kwandang, Gorontalo Utara.
3.1.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus pada penelitian ini adalah untuk:
1. Meningkatkan tingkat pengetahuan remaja mengenai topik
kesehatan reproduksi.
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya angka
pernikahan dini di Kecamatan Kwandang.
3. Terbentuknya pendidik sebaya di masing-masing sekolah dalam
upaya peningkatan pengetahuan remaja mengenai kesehatan
reproduksi.

4.1 Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap :
1. Puskesmas/Institusi
Puskesmas diharapkan mendapat gambaran tentang tingkat
pengetahuan remaja terkait kesehatan reproduksi dan pernikahan
dini serta terbentuknya pendidik sebaya di lingkungan sekolah
SMA kecamatan Kwandang.
2. Penelitian
Sebagai bahan acuan dan sumber data bagi puskesmas, dinas
kesehatan, dan masyarakat terkait tingkat pengetahuan remaja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Remaja
Definisi mengenai batas usia remaja sendiri sangat beragam.
Menurut organisasi kesehatan dunia World Health Organization (WHO),
batas usia remaja adalah 10-19 tahun, tapi juga ada istilah ‘anak muda’
dengan rentang usia 15-24 tahun. Sementara itu menurut penelitian yang
diterbitkan jurnal The Lancet, batas usia remaja adalah 10-24 tahun atau
setara dengan anak muda versi WHO. Kesimpulan riset ini berdasarkan
kriteria bahwa remaja adalah orang yang berada pada masa transisi, dan
belum menikah atau memiliki tanggungan hidup apapun. Remaja juga
dapat dibagi menjadi early (10-14 tahun), middle (15-17 tahun), dan late
(18-19-tahun).
Perilaku Remaja jaman sekarang berbeda jauh dengan dengan
remaja jaman dulu yang malu-malu dan takut dengan norma-norma dan
aturan agama. Pergaulan bebas di jaman sekarang sudah bukan hal yang
dianggap tabu lagi bagi kalangan remaja. Sungguh merupakan hal yang
tidak bisa dipersalahkan lagi, karena remaja-remaja sekarang tidak mau
dianggap ketinggalan jaman dan lebih menyukai trend mode dan
mengikuti alur jaman yang semakin maju dan semakin bebas.
Melihat berbagai fakta yang terjadi saat ini, tidak sedikit para
pemuda dan pemudi yang terjerumus ke dalam lembah perzinahan (Free
sex). Hal ini disebabkan karena terlalu jauhnya kebebasan mereka dalam
bergaul, faktor utama masalahnya adalah kurangnya pemahaman
masyarakat saat ini terhadap batas-batas pergaulan antara pria dan wanita.
Disamping itu didukung oleh arus modernisasi yang telah mengglobal dan
lemahnya benteng keimanan kita yang mengakibatkan masuknya budaya
asing tanpa penyeleksian yang ketat. Kita telah mengetahui bahwa
sebagian besar bangsa barat adalah bangsa sekuler, seluruh kebudayaan
yang mereka hasilkan jauh dari norma-norma agama. Hal ini tentunya
bertentangan dengan budaya Indonesia yang menjujung tinggi nilai agama
dan Pancasila.
Menurut survey KPAI, banyak remaja Indonesia sudah melakukan
pacaran pertamanya kala usia mereka 12 tahun. Usia ini adalah usia rata-
rata remaja saat ini dalam melakukan pacaran. Menurut survei kesehatan
reproduksi yang dilakukan BKKBN, usia tersebut jauh berbeda dengan
penelitian yang dilakukan 10 tahun lalu. Sekitar 92 persen remaja yang
berpacaran, saling berpegangan tangan. Ada 82 persen yang saling
berciuman. Dan, 63 persen remaja yang berpacaran, tidak malu untuk
saling meraba (petting) bagian tubuh kekasih mereka yang seharusnya tabu
untuk dilakukan. Fakta dari KPAI pun menyebutkan, sekitar 21,2 persen
remaja putri di Indonesia pernah melakukan aborsi. Ada perbedaan antara
gaya pacaran remaja jaman sekarang dengan jaman dulu. Remaja saat ini
lebih permisif untuk melakukan apa pun. Semua aktivitas itu yang
akhirnya memengaruhi niat untuk melakukan seks lebih jauh. Seks bebas
ini ternyata membuat angka penderita HIV/AIDS di kalangan remaja
meningkat tajam.
Seks sudah bukan merupakan hal tabu bagi para generasi muda kita.
Sex bebas bukan dilakukan tanpa sengaja, tapi semua berasal dari niat dan
kemauan dari masing-masing individu. Sex adalah kebutuhan, sex itu
menyehatkan, sex juga ibadah. Tapi itu semua berlaku pada mereka yang
telah resmi menikah, bukan pada mereka yang masih berpacaran. Pada
awalnya mereka yang terjebak pada seks bebas mungkin hanya sekedar
dimulai lewat pandangan. Dari pandangan dan juga kurangnya
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja itulah, mereka terjebak
dalam ruang lingkup pergaulan bebas yang semakin merajalela.
Dalam rangka menumbuh kembangkan perilaku hidup sehat bagi
remaja, maka perlu kepedulian dalam bentuk pelayanan dan penyediaan
informasi yang benar serta kesepahaman bersama akan pentingnya
kesehatan reproduksi remaja sehingga dapat membantu mereka dalam
menentukan pilihan masa depannya. Pengetahuan juga merupakan faktor
kekuatan terjadinya perubahan sikap Baron, 2003). Pengetahuan dan sikap
akan menjadi landasan terhadap pembentukan moral remaja sehingga
dalam diri seseorang idealnya ada keselarasan yang terjadi antara
pengetahuan dan sikap, dimana sikap terbentuk setelah terjadi proses tahu
terlebih dahulu (Suryani dkk, 2006).

2.2 Kesehatan Reproduksi


Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR), menurut DITREM-BKKBN
adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem reproduksi (fungsi,
komponen dan proses) yang dimiliki oleh remaja baik secara fisik, mental,
emosional dan spiritual. Permasalahan remaja yang berkaitan dengan
kesehatan reproduksi, sering kali berakar dari kurangnya informasi,
pemahaman dan kesadaran untuk mencapai keadaan sehat secara
reproduksi. Banyak sekali hal-hal yang berkaitan dengan hal ini, mulai dari
pemahaman mengenai perlunya pemeliharaan kebersihan alat reproduksi,
pemahaman mengenai proses-proses reproduksi serta dampak dari perilaku
yang tidak bertanggung jawab seperti kehamilan tak diinginkan, aborsi,
penularan penyakit menular seksual termasuk HIV.

2.3 Pubertas
Pubertas adalah masa ketika seorang anak mengalami perubahan
fisik, psikis, dan pematangan fungsi seksual. Pada wanita pubertas ditandai
dengan menstruasi pertama (menarche), sedangkan pada laki-laki ditandai
dengan mimpi basah. Pubertas pada perempuan ditandai dengan terjadinya
menstruasi. Menstruasi pertama pada remaja perempuan disebut dengan
menarche. Siklus menstruasi setiap orang berbeda-beda karena
dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti stres, penyakit, olahraga berat
dan lain-lain, tetapi umumnya terjadi selama 28-35 hari. Pubertas pada
laki-laki ditandai dengan terjadinya mimpi basah. Hal ini menandakan
seorang laki-laki sudah mampu bereproduksi. Mimpi basah berarti saat
seorang anak laki-laki mengalami ejakulasi pertamanya saat tidur malam
(dalam keadaan tidak sadar).
Masa puber adalah masa dimana seseorang mengalami perubahan
struktur tubuh: dari anakanak menjadi dewasa. Masa pubertas ditandai
dengan kematangan organ-organ reproduksi, baik organ reproduksi primer
(produksi sperma, sel telur) maupun sekunder (kumis, rambut kemaluan,
payudara, dll). Awal masa puber berkisar antara 13-14 tahun pada laki-
laki, dan 11-12 tahun pada perempuan (lebih cepat daripada lakilaki).
Pubertas berakhir sekitar umur 17-18 tahun. Batasan umur ini tidak mutlak
karena kondisi tubuh masingmasing orang berbeda-beda. Ada laki-laki
atau perempuan yang mengalami masa puber lebih cepat, ada yang
terlambat. Beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain adalah gizi,
lingkungan keluarga, dll. Karena perubahan yang terjadi banyak dan cepat,
perasaan dan emosi remaja akan terpengaruh (lihat perubahan psikologis).
Hal- hal yang terjadi pada masa pubertas yaitu :
a. Tubuh mengalami perubahan kerja hormon
b. Perubahan terjadi karena hypothalamus (pusat pengendali utama 51
Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja Bagi Calon Konselor Sebaya
otak) bekerja sama dengan kelenjar bawah otak mengeluarkan hormon-
hormon tertentu, antara lain hormon estrogen dan testosteron.
c. Pada perempuan, yang dominan adalah hormon estrogen dan pada laki-
laki yang dominan adalah hormon testosteron. Pada perempuan,
hormon estrogen membuat seorang anak perempuan memiliki sifat
kewanitaan setelah remaja. Sedangkan hormon progesteron efeknya
yang utama adalah melemaskan otototot halus, meningkatkan produksi
zat lemak di kulit, mempertebal dinding di dalam rahim dan
merangsang kelenjar-kelenjar agar mengeluarkan cairan pemupuk bagi
sel telur yang dibuahi. Pada laki-laki, hormon testosteron dihasilkan
oleh kelenjar prostat. Hormon ini ada di dalam darah dan
mempengaruhi alatalat dalam tubuh serta menyebabkan terjadinya
beberapa pertumbuhan seks primer.
d. Karena di masa puber hormon-hormon seksual berkembang dengan
pesat, remaja sangat mudah terangsang secara seksual. Pada laki-laki,
reaksi dorongan seks adalah mengerasnya penis (ereksi). Karena belum
stabilnya hormon di dalam tubuh, ereksi bisa muncul tanpa adanya
rangsangan seksual. Kondisi yang sering kali muncul secara tak terduga
ini bisa membuat remaja laki-laki salah tingkah (kebingungan
menyembunyikan tonjolan di celana gara-gara ereksi).
e. Perubahan Fisik
1) Perubahan Fisik Pada Perempuan
Hormon estrogen dan progesteron mulai berperan aktif akan
menimbulkan perubahan fisik, seperti tumbuh payudara, panggul
mulai melebar dan membesar dan akan mengalami menstruasi atau
haid. Di samping itu akan mulai tumbuh bulu-bulu halus di sekitar
ketiak dan vagina.
2) Perubahan Fisik Pada Laki-laki
Hormon testosteron akan membantu tumbuhnya bulu-bulu halus di
sekitar ketiak, kemaluan, wajah (janggut dan kumis), terjadi
perubahan suara pada remaja laki-laki, tumbuhnya jerawat dan
mulai diproduksinya sperma yang pada waktu-waktu tertentu
keluar sebagai mimpi basah.
3) Perubahan Psikologis
Perubahan-perubahan kebutuhan, konflik nilai antara keluarga
dunia luar dan perubahan fisik menyebabkan remaja sangat
sensitif. Remaja jadi sering bersikap irasional, mudah tersinggung,
bahkan stres. Ciri-ciri tingkah laku remaja yang sedang puber :
a) Mulai meninggalkan ketergantungan kepada keluarga dan
ketenangan masa kecil.
b) Butuh diterima oleh kelompoknya.
c) Mulai banyak menghabiskan waktunya dengan teman-teman
sebaya.
d) Mulai mempelajari sikap serta pandangan yang berbeda antara
keluarganya dengan dunia luar (tentang moral, seksualitas, dll).
e) Mulai menghadapi konflik dan harus memutuskan apa saja
norma yang harus diambil dari luar, serta berapa banyak ajaran
orang tuanya yang harus dia tolak.
f) Mulai muncul kebutuhan akan privasi
g) Mulai muncul kebutuhan keintiman dan ekspresi erotik
h) Mulai memperhatikan penampilan
i) Tertarik pada lawan jenis
j) Ingin menjalin hubungan yang lebih dekat pada lawan jenisnya.

2.4 Gender
Gender adalah bentukan sosial dan selalu berubah. Gender
merupakan peranan, perilaku, kegiatan dan nilai-nilai yang dianggap
masyarakat sesuai untuk laki-laki atau perempuan. Sehingga baik laki-laki
atau perempuan harus melakukan peranannya sebagai laki-laki atau
perempuan yang sesuai dengan masyarakatnya (Maskulin dan Feminin).
Gender mengacu pada peran, perilaku, aktivitas, dan atribut yang
dimiliki masyarakat tertentu pada suatu waktu-waktu yang diberikan
dianggap tepat untuk pria dan wanita. Atribut, peluang dan hubungan
sosial dibangun dan dipelajari melalui proses sosialisasi. Di sebagian besar
masyarakat, ada perbedaan dan ketidaksetaraan antara perempuan dan
laki-laki dalam tanggung jawab yang diberikan, aktivitas yang dilakukan,
akses ke dan kontrol atas sumber daya, serta pengambilan keputusan
peluang. Gender adalah bagian dari konteks sosial budaya yang lebih luas,
seperti hal-hal penting lainnya kriteria untuk analisis sosial budaya seperti
kelas, ras, tingkat kemiskinan, kelompok etnis, seksual orientasi, usia, dan
lain-lain.

2.5 Pernikahan Anak dan Kehamilan Remaja


Persentase perkawinan anak di pedesaan adalah 16,87 persen
sementara di perkotaan hanya 7,15 persen. Namun, gambar diatas juga
memperlihatkan penurunan prevalensi di perkotaan yang lebih kecil
dibandingkan dengan penurunan yang terjadi di desa selama 10 tahun
terakhir. Hal ini dapat menunjukkan bahwa tren penurunan perkawinan
anak lebih dipengaruhi oleh penurunan di daerah pedesaan. Di daerah
pedesaan, prevalensi perempuan 20–24 tahun yang perkawinan
pertamanya sebelum usia 15 tahun mengalami penurunan sebesar 1,8
persen selama periode 2008–2018 (2,78 menjadi 0,95 persen), sedangkan
di perkotaan penurunannya hanya sebesar 0,3 poin persen (0,59 menjadi
0,28 persen). Begitu pula dengan perempuan 20–24 tahun yang
perkawinan pertamanya sebelum usia 18 tahun, baik di pedesaan maupun
perkotaan mengalami penurunan tren dalam kurun waktu 2008-2018.
Jika mengacu pada disagregasi berdasarkan usia perkawinan
pertama, anak perempuan berusia 17 tahun cenderung lebih rentan
terhadap perkawinan baik di perkotaan maupun di pedesaan. Hal ini
terlihat dari peningkatan prevalensi yang paling besar pada perempuan 20
– 24 tahun yang perkawinan pertamanya sebelum usia 17 tahun dan
sebelum usia 18 tahun dibandingkan dengan peningkatan prevalensi pada
umur perkawinan pertama yang lain. Seluruh provinsi di Pulau Sulawesi
dan Kalimantan memiliki prevalensi perkawinan anak lebih tinggi dari
angka nasional. Prevalensi perkawinan anak di Pulau Sulawesi berkisar
antara 14 – 19 persen. Prevalensi tertinggi di Provinsi Sulawesi Barat
sebesar 19,43 persen, sedangkan yang terendah Sulawesi Selatan sebesar
14,10 persen. sebagian besar perempuan usia 20-24 tahun baik yang
melangsungkan perkawinan sebelum usia 18 tahun maupun usia 18 tahun
ke atas sudah tidak bersekolah lagi. Bagi perempuan usia 20-24 tahun yang
melangsungkan perkawinan sebelum usia 18 tahun atau di usia anak,
persentase yang tidak/belum pernah sekolah sedikit lebih besar
dibandingkan dengan yang melangsungkan perkawinan di atas 18 tahun.
Perempuan yang telah melangsungkan perkawinan pada usia anak
cenderung memiliki tingkat pendidikan yang lebih rendah dibandingkan
dengan mereka yang melangsungkan perkawinan pada usia dewasa.
Sebesar 5,57 persen perempuan usia 20-24 tahun yang menikah sebelum
usia 18 tahun masih bersekolah atau sedikit lebih kecil (4,52 poin persen)
dibandingkan dengan yang melangsungkan perkawinan pada usia 18 tahun
ke atas.
Penting untuk diketahui bahwa kehamilan pada usia kurang dari 17
tahun meningkatkan risiko komplikasi medis, baik pada ibu maupun pada
anak. Kehamilan di usia yang sangat muda ini berkorelasi dengan angka
kematian dan kesakitan ibu. Disebutkan bahwa anak perempuan berusia
10-14 tahun berisiko lima kali lipat meninggal saat hamil maupun bersalin
dibandingkan kelompok usia 20-24 tahun, sementara risiko ini meningkat
dua kali lipat pada kelompok usia 15-19 tahun. Angka kematian ibu usia di
bawah 16 tahun di negara-negara dengan pendapatan menengah dan
rendah bahkan lebih tinggi hingga enam kali lipat. Anatomi tubuh anak
belum siap untuk proses mengandung maupun melahirkan, sehingga dapat
terjadi komplikasi. Kehamilan pada usia perempuan yang masih sangat
muda juga berisiko pada kematian ibu dan bayi, kelainan pada bayi atau
cacat bawaan lahir, tekanan darah tinggi dan bayi lahir prematur, bayi lahir
dengan berat badan di bawah normal, penyakit menular seksual, dan
depresi pasca-melahirkan.

Sumber: BPS. 2019. Data dan Informasi Kemiskinan Kabupaten/Kota Tahun


2018. Jakarta: BPS.

Gambar 2.1 Pernikahan Dini dan Kehamilan Remaja


Sumber: child marriage report 2020
2.6 Statistik Pernikahan Dini dan Kehamilan di Usia Remaja
Di Indonesia, terdapat lebih dari satu juta perempuan usia 20 –
24 tahun yang perkawinan pertamanya terjadi pada usia kurang dari 18
tahun (1,2 juta jiwa). Sedangkan perempuan usia 20-24 tahun yang
melangsungkan perkawinan pertama sebelum berusia 15 tahun tercatat
sebanyak 61,3 ribu perempuan. Disagregasi menurut daerah tempat tinggal
menunjukkan bahwa prevalensi perkawinan anak perempuan lebih tinggi
di daerah perdesaan dibandingkan dengan perkotaan. Hal ini terlihat pada
kelompok perkawinan pertama sebelum usia 18 tahun maupun sebelum
usia 15 tahun. Sepanjang tahun 2018, prevalensi perempuan 20 – 24 tahun
di perdesaan yang perkawinan pertamanya sebelum usia 18 tahun masih
lebih tinggi dibandingkan dengan di perkotaan. Persentase perkawinan
anak di perdesaan adalah 16,87 persen sementara di perkotaan hanya 7,15
persen.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020
jumlah pernikahan dini atau pernikahan pada tahun 2019 sebanyak 10,82
persen. Kemudian pada tahun 2020 menurun walaupun tidak signifikan
yaitu 10,18 persen.
Seluruh provinsi di Pulau Sulawesi dan Kalimantan memiliki
prevalensi perkawinan anak lebih tinggi dari angka nasional. Prevalensi
perkawinan anak di Pulau Sulawesi berkisar antara 14 – 19 persen.
Prevalensi tertinggi di Provinsi Sulawesi Barat sebesar 19,43 persen,
sedangkan yang terendah Sulawesi Selatan sebesar 14,10 persen.
Di Kabupaten Gorontalo Utara, berdasarkan data dari Badan
Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tahun 2021,
jumlah perempuan yang menikah di bawah usia 20 tahun sebanyak 19.963
orang. Sedangkan jumlah ibu hamil sebanyak 858 orang dengan usia
dibawah 20 tahun berjumlah 62 orang.
Pada pendataan yang telah diperoleh dari Puskesmas
Kwandang dan Puskesmas Molingkapoto terdapat total ibu hamil pada
tahun 2019 yaitu sebanyak 3.132 orang dan yang hamil pada usia di bawah
20 tahun yaitu sebanyak 279 orang (Lampiran tabel 1). Kemudian pada
tahun 2020 jumlah ibu hamil yaitu sebanyak 2.239 orang dan yang hamil
pada usia di bawah 20 tahun yaitu sebanyak 167 orang (Lampiran tabel 2).
Untuk di tahun 2021 itu sendiri didapatkan jumlah ibu hamil yaitu
sebanyak 2.560 orang dan yang hamil pada usia di bawah 20 tahun yaitu
sebanyak 142 orang (Lampiran tabel 3).

Tabel 1 (Jumlah Ibu hamil di bawah usia 20 tahun dan Total Ibu Hamil di Kecamatan
Kwandang tahun 2019)
Jumlah Ibu Hamil di
Bulan Total Ibu Hamil
bawah usia 20 tahun
Januari 18 102
Februari 16 118
Maret 27 298
April 35 273
Mei 20 264
Juni 24 387
Juli 13 269
Agustus 38 374
September 14 276
Oktober 36 372
November 21 285
Desember 17 114

Tabel 1 (Jumlah Ibu hamil di bawah usia 20 tahun dan Total Ibu Hamil di Kecamatan
Kwandang tahun 2020)
Jumlah Ibu Hamil di
Bulan Total Ibu Hamil
bawah usia 20 tahun
Januari 8 253
Februari 12 166
Maret 16 264
April 9 117
Mei 27 139
Juni 14 194
Juli 21 282
Agustus 7 176
September 16 198
Oktober 14 107
November 8 126
Desember 15 217

Tabel 1 (Jumlah Ibu hamil di bawah usia 20 tahun dan Total Ibu Hamil di Kecamatan
Kwandang tahun 2021)
Jumlah Ibu Hamil di
Bulan Total Ibu Hamil
bawah usia 20 tahun
Januari 8 206
Februari 13 218
Maret 9 239
April 17 226
Mei 10 167
Juni 7 287
Juli 17 179
Agustus 16 235
September 12 198
Oktober 11 183
November 9 198
Desember 13 224
Jumlah Ibu hamil di bawah Usia 20 tahun tahun 2019-2021
40

35

30

25 2019
2020
20 2021
15

10

0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des

2.7 Pendidik Sebaya


Pendidik sebaya adalah remaja yang memiliki komitmen dan
motivasi yang tinggi sebagai narasumber bagi kelompok remaja sebayanya
dan telah mengikuti pelatihan pendidik sebaya penyiapan kehidupan
keluarga bagi remaja dengan acuan modul dan kurikulum standar
Nasional. Pendidik sebaya diberikan tugas dan kewenangan tertentu untuk
melaksanakan perannya sebagai komunikator dan pemimpin bagi teman
sebayanya. Hal ini sesuai perkembangan psikologi remaja, diantara teman
sebaya diharapkan lebih terbuka dan dapat terjadi komunikasi dari hati ke
hati. Peran pendidik sebaya dalam program kesehatan reproduksi remaja
dirasa cukup penting oleh karena itu remaja yang peduli dan dapat
memahami kehidupan remaja yang dapat dijadikan sebagai tenaga
penyuluh.
Teman sebaya adalah orang-orang yang termasuk dalam kelompok
sosial yang sama dan mungkin didasarkan pada usia, jenis kelamin,
orientasi seksual, pekerjaan, status sosial ekonomi atau kesehatan dan
faktor lainnya. Rekan-rekan ini mungkin orang yang pernah mengalami
pemulihan dan ketahanan dan memiliki pesan harapan untuk dibagikan.
Perjalanan penemuan ini bukan hanya tentang tantangan yang dihadapi
tetapi tentang kisah bertahan hidup di baliknya, ketahanan, kekuatan dari
dalam yang mendorong seseorang untuk mengatasi tantangan dan merebut
kembali kehidupan mereka untuk menjalani kehidupan yang berkualitas.
Pendidik sebaya menawarkan bantuan interpersonal dan non-
profesional kepada orang lain. Dukungan non-profesional ini mungkin
termasuk; hubungan suportif satu-satu, kepemimpinan, diskusi,
menasihati, les, dan lainnya kegiatan yang bersifat membantu. Pendidik
sebaya juga efektif dalam pengaturan kelompok sejak pelatihan mereka
memungkinkan mereka untuk digunakan sebagai pemimpin kelompok,
menawarkan kepekaan dan kesadaran dalam berbagai topik pilihan di
lembaga pembelajaran dan sebagai asisten dalam kelompok pendukung.
Pendidik sebaya dilatih untuk menawarkan dukungan di tempat yang
aman. Mereka akan mendukung rekan-rekan yang mengalami tekanan
akademik, kesepian, masalah keluarga, masalah hubungan, dan masalah
penyalahgunaan alkohol dan narkoba antara lain.
Pendidik Sebaya adalah orang yang menjadi narasumber bagi
kelompok sebayanya. Mereka adalah orang yang aktif dalam kegiatan
sosial di lingkungannya, misalnya aktif di karang taruna, pramuka, OSIS,
pengajian, PKK dan lain-lain. Pendidik Sebaya berusia 10 - 24 tahun.
Pelaksanaan Tugas Pendidik Sebaya adalah sebagai berikut :
a. Menggunakan bahasa yang sama sehingga informasi mudah dipahami
oleh sebayanya.
b. Teman sebaya mudah untuk mengemukakan pikiran dan perasaannya di
hadapan pendidik sebayanya.
c. Pesan-pesan sensitif dapat disampaikan secara lebih terbuka dan santai.
d. Syarat-syarat Pendidik Sebaya sebagai berikut:
1) Aktif dalam kegiatan sosial dan populer di lingkungannya
2) Berminat pribadi menyebarluaskan informasi KR
3) Lancar membaca dan menulis
4) Memiliki ciri-ciri kepribadian, antara lain: ramah, lancar dalam
mengemukakan pendapat, luwes dalam pergaulan, berinisiatif dan
kreatif, tidak mudah tersinggung, terbuka untuk hal-hal baru, mau
belajar serta senang menolong
5) Keterampilan yang perlu dimiliki Pendidik Sebaya Pendidik
Sebaya harus memiliki keterampilan komunikasi interpersonal,
yaitu hubungan timbal balik yang bercirikan:
a) Komunikasi dua arah
Komunikasi dua arah memungkinkan kedua belah pihak
sama-sama berkesempatan untuk mengajukan pertanyaan,
pendapat dan perasaan.
b) Perhatian pada aspek verbal dan non-verbal.
Komunikasi verbal adalah bentuk komunikasi dengan
menggunakan kata-kata yang sederhana dan mudah
dipahami kelompok dengan tidak menyinggung perasaan
orang lain. Sedangkan komunikasi non-verbal adalah
komunikasi yang tampil dalam bentuk nada suara, ekspresi
wajah dan gerakan anggota tubuh tertentu. Dalam
menyampaikan informasi, Pendidik Sebaya perlu
mempertahankan kontak mata dengan lawan bicara,
menggunakan nada suara yang ramah dan bersahabat.
c) Penggunaan pertanyaan untuk menggali informasi, perasaan
dan pikiran
d) Sikap mendengar efektif
Dalam melaksanakan pendidikan sebaya, mendengar efektif
dapat dilakukan dengan cara menunjukkan minat
mendengar, memandang lawan bicara, tidak memotong
pembicaraan, menunjukkan perhatian dengan cara bertanya,
mendorong peserta untuk terus bicara baik dengan
komentar kecil (misal : mm…, ya…), atau ekpresi wajah
tertentu (misalnya menganggukan kepala).
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


3.1.1 Desain Penelitian
Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik random
sampling. Pengambilan sampel yang dilakukan pada saat penelitian
berlangsung diambil sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah
ditentukan.
3.1.2 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain penelitian
deskriptif yang menggunakan pendekatan cross sectional yaitu penelitian
dengan hanya menyajikan gambaran mengenai variabel yang berkenaan
dengan suatu masalah pada waktu yang sama.
3.1.3 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Kecamatan Kwandang, Gorontalo Utara
tepatnya di sekolah SMAN 1, SMAN 5 dan SMAN 7. Penelitian akan
dilaksanakan mulai dari tanggal 01 Januari 2022 sampai 31 Maret 2022 yang
dapat diliha pada tabel 3.1
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
Tahap Pengerjaan Januari 2022 Februari 2022 Maret 2022
Studi literatur
Penyusunan
proposal
Penyuluhan pertama
dan pengambilan
sampel pertama
Kegiatan penyuluhan
oleh Peer Educator
Generasi Pertama
Pengambilan sampel
kedua
Penyusunan hasil
dan pembahasan
Penyampaian mini
project
3.2 Variabel Penelitian
3.2.1 Populasi Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah remaja SMA di Kecamatan
Kwandang, Gorontalo Utara.
3.2.2 Sampel Penelitian
Sampel yang diambil untuk penelitian ini adalah remaja di SMAN 1,
SMAN 5 dan SMAN 7.
3.2.3 Kriteria Inklusi
Responden adalah siswa SMA kelas 10 dan 11 dari SMAN 1, SMAN 5,
dan SMAN 7.
3.2.4 Kriteria Eksklusi
a. Siswa SMA yang tidak dapat membaca, menulis ataupun mendengar.
b. Siswa SMA yang tidak bersedia dalam mengikuti penelitian (tidak
menandatangani lembar persetujuan pengisian kuesioner).

3.3 Definisi Operasional


Definisi operasional pada penelitian ini sebagai berikut:
No. Variabel Definisi Metode Skala
Penelitian Pengukuran
1. Remaja Anak yang berusia dari rentang
10 tahun hingga 19 tahun
2. Kesehatan Suatu kondisi sehat yang
Reproduksi menyangkut sistem reproduksi
Remaja (fungsi, komponen dan proses)
yang dimiliki oleh remaja baik
secara fisik, mental, emosional
dan spiritual
3. Pernikahan Anak Pernikahan formal atau
kesatuan informal di mana
satu atau kedua belah pihak
berumur di bawah 18 tahun
4. Tingkat Beberapa tingkatan pengetahuan Diperoleh dari
Pengetahuan yaitu tahu, memahami, aplikasi, pengambilan Ordinal
analisis, sintesis dan evaluasi kuesioner
5. Pendidik Sebaya remaja yang memiliki
komitmen dan motivasi yang
tinggi sebagai narasumber bagi
kelompok remaja sebayanya
dan telah mengikuti pelatihan
pendidik sebaya penyiapan
kehidupan keluarga bagi
remaja dengan acuan modul
dan kurikulum standar
Nasional
6. Pendidik Sebaya Siswa SMA 1, SMA 5 dan SMA
Generasi 1 7 yang berjumlah 15 orang yang
mendapatkan penyuluhan oleh
Dokter Internsip Puskesmas
Kwandang
7. Pendidik Sebaya Siswa SMA 1, SMA 5 dan SMA
Generasi 2 7 yang mendapatkan penyuluhan
mengenai kesehatan reproduksi
oleh pendidik sebaya generasi
pertama

3.4 Instrumentasi Penelitian


3.4.1 Data Penelitian
Data penelitian yang digunakan adalah berupa pengumpula data primer
dan data sekunder serta literatur pendukung penelitian.
3.4.2 Kuesioner
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja mengenai kesehatan
reproduksi maka digunakan kuesioner yang diadaptasi dari Modul Pendidik
Sebaya Kesehatan Reproduksi dan Konseling Pranikah Program Studi
Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana bekerjasama dengan Fakultas
Psikologi Universitas Indonesia, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia dan Yayasan Sehjira. Kuesioner penelitian yang digunakan dapat
dilihat pada lampiran 1.

3.5 Prosedur Penelitian


Prosedur penelitian dapat dilihat pada tabel 3.2 sebagai berikut:
Tabel 3.2
No. Tahapan Prosedur
1. Persiapan a. Melakukan observasi rumusan masalah yang akan
diteliti dibawah arahan dokter pendamping
b. Melakukan penelusuran literatur
c. Mengambil data awal di instansi terkait
2. Pelaksanaan a. Mengadakan penelitian dengan mengumpulkan
seluruh data penelitian berupa data primer, data
sekunder dan literatur pendukung penelitian
b. Mengadakan kegiatan perekrutan 5 orang siswa tiap
SMA dan penyuluhan pertama dan kedua untuk
pendidik sebaya Generasi 1
c. Pendidik Sebaya Generasi I mengadakan kegiatan
penyuluhan dan membentuk Pendidik Sebaya Generasi
2
d. Konsultasi hasil penelitian dengan dokter pendamping
e. Mengelola dan menganalisis data penelitian
3. Pelaporan a. Menyajikan hasil dan pembahasan penelitian
b. Menarik kesimpulan penelitian
c. Melaporkan hasil penelitian

3.6 Etika Penelitian


3.6.1 Lembar Persetujuan (Informed Consent)
Lembar persetujuan (Informed Consent) yang diberikan kepada
responden oleh peneliti dengan menyertakan judul penelitian agar responden
mengerti maksud dan tujuan penelitian. Bila subjek menolak, maka peneliti
tidak akan memaksa dan tetap menghargai atau menghormati hak-hak yang
dimiliki responden.
3.6.2 Kerahasiaan (Confidentiality)
Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya
oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai
hasil penelitian.

3.7 Keterbatasan Penelitian


Pada penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu sampel penelitian tidak
mencakup semua remaja di Kecamatan Kwandang karena keterbatasan
sumber daya manusia dan waktu penelitian yang terbatas.
Persiapan Mini Project

Pertemuan Pertama Pubertas, Higiene


Pendidik Sebaya Generasi 1 dan Gender

Perilaku Seks, Pertemuan Kedua


Pernikahan Dini dan Pendidik Sebaya Generasi 1
Kehamilan Remaja

Pemahiran Topik
Follow Up Pendidik
Terkait Kesehatan
Sebaya Generasi 1
Reproduksi

Pembentukan Pendidik
Sebaya Generasi 2

Seminar Hasil Mini Project

Gambar 3.1 Alur Penelitian Mini Project


Jadwal Kegiatan Mini Project
Waktu Kegiatan Tempat Kegiatan

Januari 2022 Persiapan acara dan pembuatan proposal

9 Februari 2022 Pertemuan 1 Aula Puskesmas


Pembahasan tentang pubertas, higiene dan Kwandang
gender

16 Februari 2022 Pertemuan 2 Aula Puskesmas


Pembahasan tentang perilaku seks remaja, Kwandang
pernikahan dini dan kehamilan remaja

17 Februari-5 Follow up SMAN 1


Maret 2022 - Pemahiran topik terkait kesehatan SMAN 5
reproduksi SMAN 7
-Improvisasi acara pendidik sebaya seputar
kesehatan reproduksi kepada anak SMA
lainnya (Pendidik Sebaya Generasi 2)

28-31 Maret 2022 Pemaparan hasil mini projek Aula Puskesmas


Kwandang

Rincian Kegiatan
1. Persiapan acara
2. Pada tahap ini, yang kami lakukan adalah mempersiapkan proposal,
mencari dan mendekati target peserta, serta mempersiapkan semua
kebutuhan acara.
3. Pertemuan Pertama
Di awal pertemuan para peserta akan berkumpul dalam kelas besar dan
kelas kecil masing-masing untuk membahas tentang pubertas, higiene,
kesehatan reproduksi dan gender. Ditutup dengan melakukan ice breaking
games dan makan bersama.
4. Pertemuan Kedua
Di awal pertemuan para peserta akan berkumpul dalam kelas besar dan
kelas kecil masing-masing untuk membahas tentang perilaku seks,
pernikahan dini dan kehamilan remaja. Ditutup dengan melakukan ice
breaking games dan makan bersama.
5. Follow up
Kegiatan follow up ini akan dilaksanakan dengan melihat perkembangan
kemampuan Pendidik Sebaya Generasi 1 (Peer Educator) secara bertahap
dalam membuat sebuah susunan acara baru dengan menargetkan anak
SMA lainnya dalam pemahiran topik terkait kesehatan reproduksi.

Lembar Kuesioner
Nama : Kelas :
Umur : SMA :

No. Indikator Benar Salah


A. Gender & Seksualitas
Gender merupakan peran sosial
1.
seseorang
a. Seorang pria bisa mempunyai
2. sifat yang feminine
b. Seorang perempuan bisa
mempunyai sifat yang masculine
Seksualitas merupakan
3. ketertarikan seseorang terhadap
lawannya
4.1. Penis merupakan contoh dari seks
1. Keinginan seksual muncul karena
5. hormon-hormon seksualnya sudah
mulai berfungsi

B.2. Pubertas Benar Salah


Pubertas terjadi pada umur 9-16
1.
tahun pada perempuan
3. Tanda pubertas pada perempuan
yaitu mulainya menstruasi,
2. membesarnya payudara, dan
tumbuh rambut halus disekitar
kemaluan
4. Tanda pubertas pada laki-laki
yaitu mengalami mimpi basah,
3.
suara membesar dan tumbuh
rambut halus disekitar kemaluan
5. Menstruasi merupakan tanda
4. bahwa perempuan sudah bisa
hamil

C. Kesehatan Reproduksi Benar Salah

Keadaan sehat yang menyeluruh


meliputi aspek fisik, mental dan
sosial dan bukan sekedar tidak
1. adanya penyakit atau gangguan
segala hal yang berkaitan dengan
sistem reproduksi.

Masa subur adalah masa dimana


terjadi pelepasan sel telur pada
2.
perempuan sampai terjadi
menstruasi.
Penyakit kelamin adalah penyakit
yang menyerang pada alat kelamin
perempuan atau laki – laki akibat
3.
melakukan hubungan seksual
terutama yang sering bergonta-
ganti pasangan
Melakukan hubungan intim
dengan orang yang terinfeksi
4.
tanpa menggunakan kondom
beresiko menularkan penyakit
Melakukan hubungan intim hanya
dengan pasangan seks yang bersih
5.
dan sehat dapat mencegah
penyakit menular seksual

D. Kontrasepsi Benar Salah

Kondom merupakan alat


kontrasepsi terbuat dari silikon
1. yang berguna untuk mencegah
kehamilan

Menggunakan kondom masih


2. dapat menyebabkan kehamilan

Kondom dapat dipakai berulang


3. kali

Kondom dapat digunakan 2 lapis


4. untuk meningkatkan efektivitas
pencegahan kehamilan

Kondom hanya dapat dibeli


5. menggunakan resep dari dokter

E. Hubungan & Kehamilan Benar Salah

Hubungan intim sebaikya


1. dilakukan setelah menikah

2. a. Kehamilan bisa terjadi apabila


seorang laki-laki dan perempuan
berada dalam satu tempat tidur

b. Berciuman dapat menyebabkan


kehamilan pada perempuan

Perempuan dapat hamil saat dia


3. melakukan hubungan intim untuk
pertama kalinya

Perempuan harus menuruti


perintah laki-laki dalam sebuah
hubungan merupakan hal yang
normal
4.
Laki-laki masih berhak bersetubuh
dengan perempuan jika pihak
perempuan menolak

Pacaran bisa dikatakan sebagai


sehat jika pihak perempuan dan
5. pria memiliki sifat yang possessive
terhadap satu sama lain.

Seks Pranikah & Kehamilan Benar Salah


F. Dini

Seks pranikah adalah melakukan


1. hubungan seksual sebelum
menikah

Risiko yang akan dihadapi remaja


setelah pernikahan dibawah umur
2. adalah kepercayaan diri rendah,
kehamilan tidak diinginkan dan
terjadinya keguguran

Hubungan intim antara laki-laki


dan perempuan guna untuk
3. mendapatkan keturunan adalah
pengertian dari seks

Menurut anda dapatkah


perempuan menjadi hamil apabila
4. melakukan hubungan intim selama
masa subur tanpa menggunakan
alat kontrasepsi
5. Tindakan yang paling tepat dari
kehamilan tidak diinginkan adalah
melakukan aborsi (pengguguran
kandungan)

Anda mungkin juga menyukai