Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


World Health Organization atau WHO mendefinisikan remaja sebagai individu
yang berusia 10 sampai 19 tahun, sedangkan menurut Undang-Undang No.4 Tahun 1979
tentang kesejahteraan anak, remaja merupakan individu dibawah umur 21 tahun dan
belum menikah. Masa remaja merupakan salah satu fase transisi dalam kehidupan setiap
manusia dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Pada masa ini ditandai dengan
seseorang akan mengalami perubahan pada fisik, biologis, kognitif, mental, maupun
emosional yang mulai berkembang. Perubahan lainnya ialah organ seksual yang beranjak
ke arah kematangan, diikuti dengan hasrat seksual yang tinggi sehingga membentuk
preferensi perilaku seksual.
Pada masa peralihan ini, anak remaja memiliki banyak masalah dalam
kehidupannya yang meliputi, mendapat tindakan kekerasan, seperti pemukulan dan
pelecehan verbal dari anggota keluarga (Ilika & Anthony, 2004), mengalami kecemasan
sosial (Uyun, 2012), mengidap stres dan depresi (Ethier et al., 2006) dan kehamilan
remaja. Dalam hal kesehatan, permasalahan juga banyak ditemukan pada masa remaja.
Permasalahan kesehatan reproduksi pada remaja yang sering ditemui seperti seks bebas,
penyebaran penyakit kelamin, kehamilan di luar nikah dan kehamilan yang tidak
dikehendaki.
Masalah seksual menjadi fokus banyak pihak saat ini. Salah satu aspek mendasar
yang menghambat produktivitas pertumbuhan dan perkembangan remaja ialah masalah
seksual. Remaja akan diperhadapkan berbagai masalah-masalah serius, ketika dirinya
keliru memberdayakan tujuan dan fungsi seksualitasnya secara benar dan tepat.
Dorongan seksual dan rasa ingin tahu para remaja yang tidak mendapatkan penanganan
yang tepat dari orang tua maupun pendidik di sekolah akan berdampak pada merebaknya
seks bebas di kalangan remaja.
Segala pilihan yang ditetapkan dan dilakukan tentu memiliki konsekuensi masing-
masing. Demikian pula dengan perilaku seks pra nikah yang dilakukan oleh para remaja
di Kota Kupang. Konsekuensi yang harus ditanggung ialah kehamilan yang tidak
diinginkan. Banyak kasus kehamilan di luar pernikahan yang terjadi di Kota Kupang.
Banyak pula remaja akhirnya harus putus sekolah karena sudah hamil terlebih dahulu.
Jumlah remaja yang sudah hamil sebelum menikah terus meningkat setiap tahunnya.
Dalam menyikapi permasalahan kehamilan di luar pernikahan ini, para orang tua dan
keluarga biasanya memilih pernikahan sebagai jalan keluarnya. Akan tetapi pernikahan
terkadang tidak dapat menjadi solusi dari permasalahan ini. Pernikahan di usia muda
terkadang malah menimbulkan permasalahan baru lagi yakni kekerasan dalam rumah
tangga, perselingkuhan dan bahkan perceraian. Hal ini disebabkan oleh emosi remaja
yang belum stabil.
Hal ini bukan hanya terjadi pada remaja metropolitan seperti Jakarta, Surabaya,
Semarang, dan Yogyakarta tetapi sampai ke remaja kota-kota kecil di luar Pulau Jawa.
Kota Kupang yang terkenal dengan semboyan Kota Kasih adalah Ibu Kota Provinsi Nusa
Tenggara Timur.
World Health Statistics tahun 2014 menunjukkan bahwa angka kejadian
kehamilan remaja di dunia kalangan wanita yang berusia 15 sampai 19 tahun adalah 49
per 1.000 perempuan. Angka kejadian kehamilan remaja di Indonesia adalah 48 per 1.000
perempuan. Angka kejadian kehamilan remaja di Indonesia tergolong tinggi
dibandingkan di Malaysia dan di Thailand. Data Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) menunjukkan, tingkat kehamilan pada usia remaja mencapai 18.582
kasus pada tahun 2008.
Menurut Rekapan Laporan Caturwulan Program Pelayanan Kesehatan Peduli
Remaja tahun 2015 di Puskesmas Bakunase terdapat 13 orang yang mengalami seks
pranikah dan 9 orang mengalami kehamilan tidak diinginkan Berdasarkan rekapan
laporan kehamilan dari puskesmas Bakunase tahun 2016 terdapat kehamilan pada usia
dini <20 tahun sebanyak 62 orang dari bulan Januari - September 2016.
Kehamilan usia remaja memberikan risiko yang sangat tinggi terhadap kematian
ibu dan bayi hal ini dikarenakan kehamilan pada usia remaja bisa menyebabkan
terjadinya perdarahan pada saat hamil yang berisiko terhadap kematian ibu. Beberapa
literatur menunjukkan bahwa tingginya proporsi kehamilan usia remaja disebabkan oleh
berbagai faktor seperti, pengetahuan tentang seksualitas yang kurang, sosial ekonomi
yang rendah, pengaruh pergaulan dengan teman sebaya yang negatif, faktor
sosiodemografi, hubungan antar keluarga, status perkembangan, kebutuhan terhadap
perhatian, serta penyalahgunaan obat-obatan terlarang.
Banyak faktor yang dapat memicu terjadinya kehamilan dini. Salah satunya
adalah pengetahuan tentang kehamilan itu sendiri. Dimana tingkat pengetahuan seseorang
akan mempengaruhi perilaku seksual pranikah.Hal lain yang mempengaruhi insiden
kehamilan dini adalah pernikahan pada usia yang masih tergolong remaja. Pendidikan
seks memang tidak secara resmi diberikan di sekolah sehingga konsekuensinya adalah
pengetahuan mengenai seksualitas dan kesehatan reproduksi menjadi lebih terbatas. Hal
ini mendorong remaja untuk lebih menggali informasi dari teman sebaya atau lingkungan
sosial yang tidak memiliki dasar sumber informasi yang jelas dan terpercaya. Menurut
Soetjiningsih, perilaku seks pranikah sangat dipengaruhi oleh tekanan negatif teman-
teman sebaya. Terkadang informasi yang didapatkan dari teman- teman memicu rasa
ingin tahu dan penasaran remaja, sehingga berdampak pada perilaku seks pranikah. Oleh
karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang
mempengaruhi kehamilan remaja di Kelurahan Bakunase Kota Kupang.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang ada, rumusan masalah yang di ambil
adalah mengenai apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan remaja di
Kelurahan Bakunase Kota Kupang ?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang
mempengaruhi kehamilan remaja di Kelurahan Bakunase Kota Kupang.
1.4 Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharaphkan dapat memberikan informasi ilmiah yang
berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan remaja.
2. Manfaat Praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada para remaja
dan masyarakat mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan
remaja mampu mengurangi tingkat kehamilan dan seks bebas pada remaja
b. Diharapkan bagi para orang tua dapat mampu melindungi anaknya dari
kehamilan remaja dan seks bebas
c. Bagi pemerintah diharapkan dapat membuat program untuk mengurangi
tingkat kehamilan pada remaja dan seks bebas pada remaja.

Anda mungkin juga menyukai