Anda di halaman 1dari 11

UJIAN TENGAH SEMESTER PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN

UNIVERSITAS SUMATERA BARAT

Nama : Mustika Juliati


NIM : 221015201159
MK : Askeb Remaja dan Perimenopause
Dosen : Hanifa Zaini. S,SST, M.Keb

SOAL:

1. Jelaskan asuhan yang ibu berikan kepada remaja yang baru menarche!
2. Jelaskan permasalahan kesehatan reproduksi pada remaja yang banyak terjadi saat
ini dan bagaimana cara mengatasi masalah kesehatan reproduksi tersebut!
3. Jelaskan KIE yang ibu berikan kepada remaja yang ada di lingkungan sekitar
tempat tinggal ibu!
4. Ada seorang ibu datang ke BPM ibu mengatakan bahwa dia ingin menunda
kehamilan. Jelaskan apa saja langkah-langkah dan asuhan yang ibu berikan
terhadap ibu tersebut!
5. Jelaskan evidence based terkait asuhan kebidanan pada remaja!

JAWAB:

1. Asuhan yang diberikan kepada remaja yang baru menarche adalah :


a. Menjelaskan tentang masa remaja yaitu periode transisi antara masa kenak-
kanak ke masa dewasa, atau masa usia belasan tahun, atau seseorang yang
menunjukkan tingkah laku tertensu seperti susah tidur, mudah terangsang
perasaannya, dsb.
b. Menjelaskan tanda seks primer dan sekunder pada wanita.
c. Menjelaskan tentang menarche yaitu siklus menstruasi pertama sekali yang di
alami wanita, yang merupakan ciri kedewasaan seseotang wanita yang sehat
dan tidak hamil. Mencarche terjadu akibat peningkatan FSH dan LH yang
merangsang sel target ovarium.
d. Menjelaskan tentang siklus menstruasi yaitu serangkaian periode dari
perubahan yang terjadi berulang pada uterus dan organ-organ yang
dihubungkan pada saat pubertas dan berakhir pada saat menoupose.
e. Menjelaskan tentang usia menarche yaitu antara 10-16 tahun, tetapi rata-rata
12,5 tahun. Statistik menunjukkan bahwa usia mencarche dipengaruhi factor
keturunan, keadaan gizi dan kesehatan umum.
2. Masa remaja merupakan salah satu dari periode perkembangan manusia, Masa ini
merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak – kanak ke masa dewasa
yang meliputi perubahan biologis, psikologis, dan social. Usia remaja biasanya dimulai
pada usia 10 -13 tahun dan berakhir pada usia 18 – 22 tahun.
Perilaku seksual merupakan salah satu bentuk perilaku manusia yang sangat
berhubungan dengan kesehatan reproduksi seseorang. Secara umum terdapat 4
(empat) faktor yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi, yaitu :
1) Faktor Sosial ekonomi, dan demografi. Faktor ini berhubungan dengan kemiskinan,
tingkat pendidikan yang rendah dan ketidaktahuan mengenai perkembangan
seksual dan proses reproduksi, serta lokasi tempat tinggal yang terpencil
2) Faktor budaya dan lingkungan, antara lain adalah praktik tradisional yang
berdampak buruk terhadap kesehatan reproduksi, keyakinan banyak anak banyak
rejeki, dan informasi yang membingungkan anak dan remaja mengenai fungsi dan
proses reproduksi
3) Faktor psikologis, keretakan orang tua akan memberikan dampak pada kehidupan
remaaj, depresi yang disebabkan oleh ketidakseimbangan hormonal
4) Faktor biologis, antara lain cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi, dan
sebagainya

Banyak masalah yang akan timbul akibat mengabaikan kesehatan reproduksi. Masalah
- masalah yang timbul akibat kurangnya pengetahuan terhadap kesehatan reproduksi
yaitu Kehamilan yang Tidak Diinginkan (KTD), aborsi, perkawinan dan pernikahan dini,
IMS atau PMS dan HIV/AIDS (Marmi, 2013).  Menurut data PKBI (Perkumpulan
Keluarga Berencana Indonesia) Jawa Tengah tahun 2010, remaja yang berhubungan
seksual pra nikah sebanyak 863 orang, hamil pra nikah 452 orang, Infeksi menular
seksual 283 orang, masturbasi 337 orang, aborsi 244 orang. Kasus ini meningkat dari
tahun 2009 dimana kasus remaja yang berhubungan seksual pra nikah 765 orang,
hamil pra nikah 367 orang, infeksi menular seksual 275 orang, masturbasi 322 orang,
aborsi 166 orang (PILAR PKBI, 2010)

Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk menekan angka – angka tersebut adalah
dengan melakukan edukasi edukasi kesehatan mengenai cara perawatan organ
reproduksi, edukasi mengenai perkembangan remaja saat pubertas, edukasi kesehatan
mengenai dampak  pornografi,  edukasi  kesehatan  mengenai  kehamilan  tidak 
diinginkan  (KTD)  dan  aborsi, edukasi  kesehatan  mengenai  HIV/AIDS  dan  infeksi 
menular  seksual,  serta  edukasi  kesehatan mengenai  pendewasaan  usia  pernikahan
dengan melibatkan peran Pemerintah, orang tua, dan juga peer group

Dengan melakukan kegiatan tersebut diharapkan akan dapat  meningkatkan 


pengetahuan  remaja,  sehingga  dapat  meningkatkan  kesadaran  remaja  akan
pentingnya masalah kesehatan reproduksi.  Dan menekan angka kejadian kasus –
kasus kesehatan reproduksi remaja.  

3. Definisi mengenai remaja ternyata mempunyai beberapa versi sesuai dengan


karakteristik biologis ataupun sesuai dengan kebutuhan penggolongannya.
Pada umumnya remaja didefinisikan sebagai masaperalihan dari masa kanak-
kanak ke masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (badan PBB untuk
kesehatan dunia) adalah 12 sampai 24 tahun. Namun jika pada usia remaja
seseorang sudah menikah, maka ia tergolong dalam dewasa atau bukan lagi
remaja. Sebaliknya, jika usia sudah bukan lagi remaja tetapi masih tergantung
pada orang tua (tidak mandiri), maka dimasukkan ke dalam kelompok remaja.

Masa remaja merupakan peralihan masa kanak-kanak menjadi dewasa yang


melibatkan perubahan berbagai aspek seperti biologis, psikologis, dan sosial-budaya.
WHO mendefinisikan remaja sebagai perkembangan dari saat timbulnya tanda seks
sekunder hingga tercapainya maturasi seksual dan reproduksi, suatu proses
pencapaian mental dan identitas dewasa, serta peralihan dari ketergantungan
sosioekonomi menjadi mandiri. Secara biologis, saat seorang anak mengalami
pubertas dianggap sebagai indikator awal masa remaja. Namun karena tidak adanya
petanda biologis yang berarti untuk menandai berakhirnya masa remaja, maka faktor-
faktor sosial, seperti pernikahan, biasanya digunakan sebagai petanda untuk
memasuki masa dewasa.

Rentang usia remaja bervariasi bergantung pada budaya dan tujuan penggunaannya.
Di Indonesia berbagai studi pada kesehatan reproduksi remaja mendefinisikan remaja
sebagai orang muda berusia 15-24 tahun. Sedangkan menurut Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) remaja berusia 10-24 tahun. Sementara
Departemen Kesehatan dalam program kerjanya menjelaskan bahwa remaja adalah
usia 10-19 tahun. Di dalam kehidupan sehari-hari masyarakat menganggap remaja
adalah mereka yang belum menikah dan berusia antara 13-16 tahun, atau mereka
yang bersekolah di sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas
(SMA).
Reproduksi
Secara sederhana reproduksi berasal dari kata re = kembali dan produksi = membuat
atau menghasilkan, jadi reproduksi mempunyai arti suatu proses kehidupan manusia
dalam menghasilkan keturunan demi kelestarian hidup.

Kesehatan Reproduksi
Kesehatan Reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh
dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran & sistem reproduksi.

Kesehatan Reproduksi Remaja


Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem,
fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak
semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat
secara mental serta sosial kultural.

Masalah remaja
Program kesehatan reproduksi remaja mulai menjadi perhatian pada beberapa tahun
terakhir ini karena beberapa alasan:

 Ancaman HIV/AIDS menyebabkan perilaku seksual dan kesehatan y


yreproduksi remaja muncul ke permukaan. Diperkirakan 20-25% dari semua
infeksi HIV di dunia terjadi pada remaja. Demikian pula halnya dengan kejadian
IMS yang tertinggi di remaja, khususnya remaja perempuan, pada kelompok
usia 15-29.3
 Walaupun angka kelahiran pada perempuan berusia di bawah 20 tahun
menurun, jumlah kelahiran pada remaja meningkat karena pendidikan seksual
atau kesehatan reproduksi serta pelayanan yang dibutuhkan.
 Bila pengetahuan mengenai KB dan metode kontrasepsi meningkat pada
pasangan usia subur yang sudah menikah, tidak ada bukti yang menyatakan
hal serupa terjadi pada populasi remaja.
 Pengetahuan dan praktik pada tahap remaja akan menjadi dasar perilaku yang
sehat pada tahapan selanjutnya dalam kehidupan. Sehingga, investasi pada
program kesehatan reproduksi remaja akan bermanfaat selama hidupnya.
 Kelompok populasi remaja sangat besar; saat ini lebih dari separuh populasi
dunia berusia di bawah 25 tahun dan 29% berusia antara 10-25 tahun.

Menanggapi hal itu, maka Konferensi Internasinal Kependudukan dan Pembangunan


di Kairo tahun 1994 menyarankan bahwa respon masyarakat terhadap kebutuhan
kesehatan reproduksi remaja haruslah berdasarkan informasi yang membantu mereka
menjadi dewasa yang dibutuhkan untuk membuat keputusan yang bertanggung jawab.

Aborsi, kehamilan dan kontrasepsi pada remaja

Aborsi diartikan sebagai tindakan menghentikan kehamilan dengan sengaja sebelum


janin dapat hidup diluar kandungan (sebelum kehamilan 20 minggu atau berat janin
masih kurang dari 500 gram) tanpa indikasi medis yang jelas.Pada remaja dikota besar
yang mempunyai tipe Early sexual experience, late marriage, maka hal inilah yang
menunjang terjadinya masalah aborsi biasanya terjadi di kota besar. Disinyalir bahwa
saat ini di Indonesia terjadi 2,6 juta aborsi setiap tahunnya. Sebanyak 700.000
diantaranya pelakunya adalah remaja. Data mengenai aborsi di Indonesia seringkali
tidak begitu pasti karena dalam pelaksanaan kasus aborsi baik si pelaku yang diaborsi
maupun yang melakukan indakan aborsi tidak pernah melaporkan kejadian tersebut,
bahkan seringkali dilakukan secara sembunyi sembunyi. Pada pertemuan Konferensi
Internasional Kependudukan dan Pembangunan (ICPD) di Kairo tahun 1994, telah
dikemukakan mengenai hak hak wanita dalam mendapatkan pelayanan Kesehatan
Reproduksi yang baik, diantaranya bahwa mereka mempunyai hak mendapatkan
pelayanan Aborsi yang aman (safe abortion), hal ini dimaksudkan untuk menurunkan
angka kematian maternal yang hal inilah yang mungkin merupakan salah satu
hambatan dalam upaya menyelenggarakan pelayanan aborsi yang aman.

Pencegahan aborsi adalah usaha yang harus diutamakan terlebih dahulu dalam upaya
penurunan angka kematian maternal. Sebuah organisasi di Amerika
Serikat/Kanada Ontario Consultant on Religious Tolerance sebuah organisasi yang
mempunyai misi menurunkan angka aborsi di Amerika Serikat mengemukakan
mengenai mengapa terdapat perbedaan angka kehamilan tidak diinginkan dan angka
aborsi, dimana kejadian di Eropa ternyata jauh lebih rendah dibandingkan di Amerika
Serikat. Pada penelitian itu dikemukakan mengapa angka kehamilan yang tidak
diinginkan dan angka aborsi di Eropa lebih rendah dari pada Amerika Serikat karena
baik dari masyarakat maupun pemerintahnya mempunyai beberapa keadaan yang
secara umum digambarkan sebagai berikut bahwa di Eropa kaum muda memandang
kehamilan yang tidak diinginkan dan aborsi adalah malapetaka, sehingga mempunyai
prioritas yang tinggi dalam mencegah keadaan itu, remaja yang lebih bertanggung
jawab atas reproduksinya, dan juga dari pihak pemerintah yang mendorong penelitian
di bidang ini, mendorong advokasi dari organisasi religious, menyediakan alat
kontrasepsi untuk remaja seperti kondom yang dapat dibeli dengan harga murah
bahkan gratis, menyelenggarakan pendidikan reproduksi di sekolah dan memberikan
informasi melalui media yang seluas luasnya. Keadaan yang secara umum dapat
terjadi pada proses seksual yang tidak aman adalah: kehamilan yang tidak diinginkan
yang akan menjurus ke aborsi atau kehamilan remaja yang beresiko, terinfeksi
penyakit menular seksual,termasuk didalamnya HIV/AIDS. Upaya pencegahan yang
dianjurkan adalah: tidak melakukan hubungan seksual. Jika sudah berhubungan
dianjurkan untuk memakai alat kontrasepsi terutama kondom (pencegahan Infeksi
Menular Seksual) atau alat kontrasepsi lain untuk mencegah kehamilan yang tidak
diinginkan, dan dianjurkan untuk mempunyai pasangan yang sehat.

Infeksi Menular Seksual pada remaja


Di Amerika Serikat, remaja usia 15-17 tahun dan dewasa muda 18- 24 tahun
merupakan kelompok usia penderita IMS yang tertinggi dibandingkan dengan
kelompok usia lain.10 Metaanalisis dari berbagai publikasi di Medline yang dikerjakan
oleh Chacko, dkk. 2004, mengemukakan bahwa prevalensi klamidia pada wanita usia
15 - 24 tahun di klinik keluarga berencana (KB) adalah: 3,0 -14,2% dan gonore 0,1% -
2,8%.11 Di Thailand, pada 1999 Paz-Bailey, dkk. melakukan penelitian di tiga sekolah
kejuruan di Propinsi Chiang Rai. Mereka melaporkan bahwa dari 359 remaja wanita
usia 15-21 tahun yang telah melakukan hubungan seksual, dengan pemeriksaan
laboratorium polymerase chain reaction (PCR), 22 orang (6,1%) positif terinfeksi
klamidia dan 3 orang (0,3%) terinfeksi gonore.12

Di Indonesia sendiri hingga saat ini sistem pencatatan dan pelaporan kunjungan
berobat di sarana pelayanan kesehatan dasar tidak dapat dijadikan acuan untuk
menentukan besaran masalah IMS/ISR. Data yang berasal dari laporan bulanan
puskesmas dan rumah sakit pemerintah hanya mencantumkan dua macam IMS yaitu:
gonore dan sifilis. Laporan tersebut juga tidak melakukan analisis berdasarkan
kelompok umur dan jenis kelamin. Di Poli Divisi Infeksi Menular Seksual Departemen
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Perjan RS Dr. Cipto Mangunkusumo, pada tahun
2004, Infeksi Genitalia Non Spesifik (IGNS) pada wanita merupakan penyakit yang
terbanyak yaitu 104 dari 541 kunjungan baru pasien wanita. Sedangkan gonore
ditemukan pada 17 pasien wanita dan trikomonas pada 11 pasien wanita.13

Pencegahan dan penanganan IMS/HIV/AIDS serta kesehatan reproduksi remaja


merupakan bagian dari paket kesehatan reproduksi esensial (PKRE), yang disetujui
dalam Lokakarya Nasional Kesehatan Reproduksi Mei 1996, selain kesehatan ibu &
anak (KIA) serta KB.14 Pada tahun 1999 Departemen Kesehatan melalui Direktorat
Bina Kesehatan Keluarga mencoba mewujudkan keterpaduan PKRE tersebut, dengan
menyusun langkah-langkah praktis PKRE di tingkat pelayanan kesehatan dasar
menjadi beberapa komponen. Komponen tersebut adalah: kontrasepsi, pelayanan
kehamilan, persalinan & nifas, perawatan pasca keguguran, kasus perkosaan, serta
pemeriksaan IMS/ISR dan HIV di kalangan remaja. Pelayanan kesehatan reproduksi di
tingkat pelayanan kesehatan dasar tersebut diharapkan dapat menurunkan risiko
keguguran, kehamilan tak dikehendaki, persalinan pada usia muda, dan menurunkan
angka IMS/ISR serta HIV pada remaja. Namun, hingga saat ini belum ada
implementasi nyata, walaupun beberapa uji coba untuk memadukan pelayanan IMS
dengan pelayanan KIA atau KB telah dilakukan oleh Depkes dan lembaga lain.

Pelayanan Remaja yang direkomendasikan


Pelayanan kesehatan reproduksi yang direkomendasikan adalah:15,16

 konseling , informasi dan pelayanan Keluarga Berencana (KB)


 pelayanan kehamilan dan persalinan (termasuk: pelayanan aborsi yang aman,
pelayanan bayi baru lahir/neonatal)
 pengobatan infeksi saluran reproduksi (ISR) dan penyakit menular seksual
(PMS), termasuk pencegahan kemandulan
 Konseling dan pelayanan kesehatan reproduksi remaja (KRR)
 Konseling, informasi dan edukasi (KIE) mengenai kesehatan reproduksi

Mengapa Remaja Perlu Mengetahui Kesehatan Reproduksi.


Remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki informasi yang benar
mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang berhubungan. Dengan
informasi yang benar, diharapkan remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang
bertanggung jawab mengenai proses reproduksi.

Pengetahuan dasar yang perlu diberikan kepada remaja.2

 Pengenalan mengenai sistem, proses dan fungsi alat reproduksi (aspek tumbuh
kembang remaja)
 mengapa remaja perlu mendewasakan usia kawin serta bagaimana
ymerencanakan kehamilan agar sesuai dengan keinginannya dan
pasangannya
 Penyakit menular seksual dan HIV/AIDS serta dampaknya terhadap ykondisi
kesehatan reproduksi
 Bahaya penggunaan obat obatan/narkoba pada kesehatan yreproduksi
 Pengaruh sosial dan media terhadap perilaku seksual
 Kekerasan seksual dan bagaimana menghindarinya
 Mengembangkan kemampuan berkomunikasi termasuk memperkuat
ykepercayaan diri agar mampu menangkal hal-hal yang bersifat negatif
 Hak-hak reproduksi
4. Evidance Based Asuhan Kesehatan Reproduksi Pada Remaja

Kesehatan Reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental, dan sosial secara utuh, yang
tidak semata – mata bebas dari penyakit atau kecatatan, dalam semua hal yang berkaitan
dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya. Tujuan progam kesehatan reproduksi
remaja adalah membantu remaja agar memahami dan menyadari ilmu tersebut sehingga
memiliki sikap dan perilaku sehat dan tentu saja bertanggung jawab kaitannya dengan masalah
reproduksi. Upaya yang dapat dilakukan dapat melalui advokasi, promosi, KIE, konseling dan
pelayananan kepada remaja yang memiliki permasalahan khusus serta pemberian dukungan
pada kegiatan remaja yang bersifat positif.

Tujuan umum kesehatan reproduksi remaja adalah mewujudkan keluarga berkualitas


melalui peningkatan pengetahuan, kesadaran, sikap, perilaku remaja dan orang tua agar peduli,
bertanggung jawab dalam kehidupan berkeluarga, serta pemberian pelayanan kepada remaja
yang memiliki permasalahan khusus.

Tujuan Umum Program kesehatan reproduksi remaja adalah sebagai berikut :


1) Menurunkan AKI dan AKB
2) Mencegah KTD (Kehamilan Tidak Diinginkan)
3) Mencegah komplikasi selama kehamilan
4) Mencegah kelainan bawaan pada bayi
5) Mencegah infeksi neonatal
6) Mencegah stunting dan KEK
7) Mencegah penularan HIV dan IMS dari ibu ke anak
8) Menurunkan risiko kejadian kanker pada anak
9) Menurunkan risiko diabetes tipe 2 dan gangguan kardiovaskuler dikemudian hari

Tujuan khusus program kesehatan repoduksi remaja adalah sebagai berikut :

1. Seluruh lapisan masyarakat mendapatkan informasi tentang KRR. Sasaran tujuan ini
ialah peningkatan cakupan penyebaran informasi KRR melalui media masa.
2. Seluruh remaja di sekolah mendapatkan informasi tentang KRR. Sasaran tujuan ini
ialah peningkatan cakupan penyebaran informasi KRR di sekolah umum, SLTP, SMU,
Pesantren dll.
3. Seluruh remaja dan keluarga yang menjadi anggota kelompok masyarakat mendapat
informasi tentang KRR. Sasaran tujuan ini ialah peningkatan cakupan remaja dan
orang tua yang memperoleh informasi KRR melalui kelompok remaja dan orang tua,
seperti karang taruna, remaja masjid, perusahaan, remaja gereja, PKK, pramuka ,
pengajian, dan arisan.
4. Seluruh remaja di perusahaan tempat kerja mendapatkan informasi tentang KRR.
Sasaran tujuan ini ialah peningkatan cakupan remaja yang memperoleh informasi
dan layanan KRR melalui perusahan di tempat mereka bekerja.

5. Seluruh remaja yang membutuhkan konseling serta pelayanan khusus dapat dilayani.
Sasaran tujuan ini ialah peningkatan jumlah dan pemanfaatana pusat konseling dan
pelayanan khusus bagi remaja.
6. Seluruh masyarakat mengerti dan mendukung pelaksanaan program KRR. Sasarannya
ialah peningkatan komitmen bagi politisi. Toga, toma, serta LSM dalam pelaksanaan
KRR.

Keadaan yang Berpengaruh Buruk Terhadap Kesehatan Remaja

a) Masalah Gizi, Meliputi


1) Anemia
Anemia sagat berpengaruh tehadap kesehatan reproduksi terutama pada wanita.
Kondisi ini akan sangat berbahaya ketika hamil dan melahirkan. Hal tersebut
dapat menyebabkan BBLR (berat bayi kurang dari 2.500gram). Disamping itu
anemia juga dapat mengakibatkan kematian ibu maupun bayi pada waktu proses
persalinan.
2) Kekurangan zat gizi lainnya, seperti kekurangan vitamin, mineral, atau protein,
dan sebagainya yang mengakibatkan berbagai jenis penyakit dan berujung pada
gangguan kesehatan reproduksi.
3) Pertumbuhan yang terhambat pada remaja putri, mengakibatkan panggul sempit
dan berisiko melahirkan BBLR.
4) Penyakit lain, akibat infeksi atau yang berkaitan dengan keturunanan, sangat
mungkin berpengaruh pada kesehatan reproduksi.
b) Masalah Pendidikan, meliputi
1. Buta huruf
Buta huruf mengakibatkan remaja tidak mempunyai akses terhadap informasi
yang dibutuhkan dan mungkin kurang mampu mengambil keputusan yang terbaik
untuk kesehatan dirinya.
2. Pendidikan rendah dapat mengakibatkan remaja kurang mampu memenuhi
kebutuhan fisik dasar ketika berkeluarga dan hal ini akan berpengaruh buruk
terhadap derajat kesehatan diri dan keluarganya.
c) Masalah lingkungan dan pekerjaan antara lain :
1. Lingkungan dan suasana kerja yang kurang memperhatikan kesejahteraan remaja
yang bekerja akan mengganggu kesehatan remaja.
2. Lingkungan sosial yang kurang sehat dapat menghambat bahkan merusak
kesehatan fisik mental dan emosi remaja.
d) Masalah seks dan seksualitas antara lain :
1. Pengetahuan yang tidak lengkap dan tidak tepat tentang masalah seksualitas
misalnya mitos yang tidak benar
2. Kurangnya bimbingan untuk bersikap positif dalam hal yang berkaitan dengan
seksualitas
3. penyalahgunaan ketergantungan NAPZA yang mengarah ke penularan HIV atau
AIDS melalui jarum suntik dan melalui hubungan seks bebas masalah ini semakin
mengkhawatirkan dewasa ini
4. penyalahgunaan seksual
5. kehamilan remaja
6. kehamilan pranikah atau diluar ikatan pernikahan
e) Masalah Kesehatan Reproduksi Remaja

1. Ketidakmatangan secara fisik dan mental


2. Risiko komplikasi dan kematian ibu dan bayi lebih besar
3. Kehilangan kesempatan untuk mengembangkan diri remaja
4. Risiko bertambah untuk melakukan aborsi yang tidak aman.

Berbagai keadaan tersebut dapat dicegah atau diminimalisasi dengan cara memberi
pengetahuan dasar mengenai kesehatan reproduksi pada remaja

Pelayanan Remaja yang Direkomendasikan

a) Konseling , informasi dan pelayanan Keluarga Berencana (KB)


b) Pelayanan kehamilan dan persalinan (termasuk: pelayanan aborsi yang aman,
pelayanan bayi baru lahir/neonatal)
c) Pengobatan infeksi saluran reproduksi (ISR) dan penyakit menular seksual
(PMS), termasuk pencegahan kemandulan
d) Konseling dan pelayanan kesehatan reproduksi remaja (KRR)
e) Konseling, informasi dan edukasi (KIE) mengenai kesehatan reproduksi

Remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki informasi yang benar
mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang berhubungan. Dengan informasi yang
benar, diharapkan remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab
mengenai proses reproduksi.

Anda mungkin juga menyukai