I.PENDAHULUAN
A. Latar belakang.
Pembangunan kesehatan pada kelompok remaja merupakan upaya untuk memenuhi salah
satu hak dasar rakyat yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan
Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H ayat (1) dan Undang-Undang Nomor 26 tahun 2009
tentang Kesehatan, dan Undang- undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia.
Salah satu kegiatan pokok program upaya kesehatan masyarakat sesuai dengan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional tahun 2004/2009 adalah Peningkatan
Pelayanan Kesehatan Dasar yang mencakup sekurang-kurangnya promosi kesehatan,
Kesehatan Ibu dan Anak, Keluarga Berencana, Perbaikan Gizi, Kesehatan Lingkungan,
Pencegahan Penyakit Menular dan Pengobatan Dasar.Program kesehatan remaja merupakan
salah satu program yang terintegrasi dalam pelayanan dasar.Dalam pelaksanaannya perlu
diperhatikan keterpaduan dengan unsur terkait. Kelompok remaja yang semula dianggap
tidak bermasalah karena rendahnya angka kesakitan dan kematian pada kelompok tersebut.
Lambat laun disadari bahwa masalah kesehatan remaja lebih kepada masalah psikososial, dan
bila tidak mendapatkan penanganan yang benar akan mengganggu kesehatan fisik, bahkan
meningkatkan angka kematian remaja.
Sebagai contoh ketergantungan akibat penyalahgunaan NAPZA yang sering berakhir dengan
komplikasi medis sampai kematian, angka kejadian penularan HIV/AIDS melalui IDUs
(injectingdrug users/pengguna jarum suntik) pada penyalahgunaan Napza yang
menunjukkan kecenderungan meningkat.
Contoh lain masalah kesehatan remaja adalah kehamilan remaja, khususnya kehamilan yang
tidak diinginkan (KTD), yaitu kehamilan yang tidak dikehendaki di luar nikah, terjadi karena
kurangnya pengetahuan dan ketrampilan psikososial mencegah hubungan seksual pranikah
atau di luar nikah.
Kehamilan remaja sering mengundang tindakan aborsi, dan karena menurut hukum
merupakan tindakan illegal, dilakukan secara sembunyi-sembunyi oleh tenaga tidak
profesional dan dapat menyebabkan komplikasi sampai kematian.Bahkan bila kehamilan
pada remaja diteruskan, komplikasi kehamilan dan persalinanpun cukup banyak
terjadi.Selain itu kurangnya ketrampilan psikososial untuk mencegah hubungan seksual di
luar nikah dapat berakhir pula sebagai penyakit HIV-AIDS.
Secara umum masalah remaja mempunyai sifat yang sama sebagai manifestasi karakteristik
kedinamisan yang dimilikinya. Sifat ini menimbulkan berbagai risiko yang harus dihadapi
oleh remaja.Tergantung dari adat, kebiasaan, budaya, nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat,
ketersediaan fasilitas untuk memenuhi kebutuhannya, masalah remaja bisa berbeda dari satu
kebupaten dengan kabupaten lainnya. Dengan demikian intervensi ataupun solusinya juga
berbeda, tergantung dari prioritas masalahnya. Salah satu program kesehatan remaja yang
dapat dilakukan adalah melalui peer counselor atau konselor sebaya.
B.Remaja
World Health Organization (WHO) mendefinisikan remaja sebagai individu yang sedang
mengalami masa peralihan yang secara berangsur-angsur mencapai kematangan seksual, jiwanya
berkembang dari kanak-kanak menjadi dewasa dan keadaan ekonomi beralih dari perkembangan
fisik yang meliputi pertumbuhan organ seksual baik yang primer maupun sekunder dan
pertumbuhan otot-otot, tulang, hormon-hormon, serta perkembangan kejiwaan yang meliputi
emosi, intelegensia, sosial dan moral. Perkembangan seksual ditandai oleh berfungsinya alat-alat
reproduksi.
II.KONSEP GENDER
Dalam membahas hal-hal yang berkaitan dengan gender perlu dipahami berbagai istilah atau
terminologi yang sering digunakan, yaitu :
A.Seks dan Gender
Konsep gender memang sulit dipahami, apalagi istilah tersebut masih baru bagi kebanyakan
orang, tetapi istilah ini penting sekali untuk diketahui secara tepat agar kita dapat mengerti
perbedaan antara seks dan gender.
1.Seks.
Jenis kelamin, baik laki-laki atau perempuan adalah karakteristik biologis-anatomis,
khususnya sistem reproduksi dan hormonal, kodrati sebagai karunia Tuhan Yang Maha Kuasa.
a.Laki-laki
Kondisi biologis laki-laki dan dibawa sejak lahir (kodrati)
Contoh : laki-laki dengan alat kelamin/reproduksi laki-laki, yang menyediakan sperma dan
membuahi
b.Perempuan
Kondisi biologis perempuan dan dibawa sejak lahir (kodrati)
Contoh : perempuan dengan alat kelamin/reproduksi perempuan, yang memungkinkan
perempuan mengandung, melahirkan dan menyusui.
2.Gender.
Merupakan pembagian peran, tanggung jawab, fungsi, hak dan kewajiban pada laki-laki maupun
perempuanyang dibentuk dan dikembangkan oleh social, budaya dari sekelompok masyarakat
yang dapat berubah menurut waktu dan tempat serta kondisi setempat.
a.Sifat-sifat atau cirri-ciri berbeda yang dilekatkan pada perempuan dan laki-laki
c.Pandangan masyarakat mengenai apa yang dianggap pantas menjadi peran, tugas dan posisi
i.Konsep gender secara implisit mengandung keterlibatan dunia perempuan dan dunia laki-laki
j.Merujuk pada cara berbeda antara anak perempuan dan anak laki-laki : dibesarkan, diajari
Keadilan gender adalah keadilan (fairnesss, justice) dalam distribusi manfaat dan
tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan, yang didasari atas pemahaman bahwa laki-laki
dan perempuan mempunyai perbedaan kebutuhan dan kekuasaan. Perbedaan ini perlu dikenali
dan diperhatikan untuk dipakai sebagai dasar atas perbedaan perlakuan yang diterapkan bagi
laki-laki dan perempuan.
D.Peran gender
Peran gender adalah peran ekonomi dan social yang dipandang layak oleh masyarakat untuk
diberikan kepada laki-laki atau perempuan. Laki-laki sering diberi produksi/pencari nafkah, yang
cenderung bersifat sekuensial. Sementara perempuan mempunyai peran ganda, yaitu tanggung
jawab terhadap pekerjaan rumah tangga, pencari nafkah tambahan dan kegiatan di masyarakat
yang sering harus dilakukan secara simultan. Peran dan tanggung jawab gender dapat berbeda
pada budaya atau waktu yang berbeda.
Setiap lingkungan social menerapkan peran gender yang memberikan arahan dan melatar-
belakangi perilaku laki-laki dan perempuan. Peran gender ini dipengaruhi oleh berbagai factor,
misalnya tingkat social ekonomi dan perbedaan status, yang dapat menimbulkan hambatan dalam
kehidupan sehari-hari perempuan.
Pada umumnya penerapan peran gender yang kaku dalam suatu lingkungan social akan
mengakibatkan semakin tajamnya pembagian pekerjaaan antara laki-laki dan perempuan, serta
semakin rendahnya kedudukan perempuan.
E.Bias gender.
Bias gender yaitu suatu keadaan yang menunjukkan adanya keberpihakan kepada laki-laki
daripada kepada perempuan. Produk hukum yang lebih memihak kepada laki-laki, sedangkan
perempuan lebih dalam posisi yang dirugikan adalah salah satu contoh dari hal tersebut.
Pada kasus aborsi illegal pihak perempuan mengalami hukuman karena tindakan aborsinya,
sementara laki-laki yang menyebabkan kehamilan tersebut dapat bebas dari tuntutan masyarakat
dan produk hukum itu sendiri.
F.Stereotipi gender.
Stereotipi gender merupakan hal yang dianggap sesuai dan biasa untuk suatu jenis kelamin
(laki-laki atau perempuan). Pada kenyataannya dalam kehidupan sehari-hari baik laki-laki
maupun perempuan secara individu, tidak selalu sesuai dengan peran gender yang stereotipi
tersebut. Misalnya laki-laki diperankan sebagai pencari nafkah, sedangkan perempuan mengurus
anak dan memasak di rumah. Stereotipi gender dipengaruhi oleh budaya setempat dan dijadikan
norma pada lingkungan budaya tersebut.
G.Sub Ordinasi
Yaitu perempuan diposisikan atau ditempatkan sebagai orang kedua setelah laki-laki.
Perempuan dianggap sebagai “milik” keluarga. Saat ia kecil dan belum menikah, perempuan
menjadi “milik” ayah dan harus patuh pada ayah. Setelah ia menikah, ia menjadi “milik” suami.
Ada larangan-larangan dan tabu-tabu khusus yang dituntut untuk dipatuhi perempuan.
H.Beban majemuk.
Beban majemuk ini berkaitan dengan beban yang harus ditanggung oleh seorang
perempuan, dimana perempuan harus bertanggung jawab untuk mengurus anak dan
membereskan semua tugas rumah tangga, misalnya membersihkan rumah, mencuci, mencari air,
memasak. Perempuan sering disibukkan dengan tugas-tugas social dalam masyarakat untuk
mempertahankan kerukunan dan ketentraman hidup bersama.
Suami atau laki-laki secara tradisional dianggap sebagai pihak yang bertanggung-jawab
untuk mencari nafkah bagi keluarga.
I.Marginalisasi
J.Diskriminasi gender.
Diskriminasi atas dasar jenis kelamin seseorang didalam mendapatkan alokasi sumber-
sumber atau manfaat terhadap pelayanan.
K.Analisis gender.
Analisis gender merupakan kajian terhadap perbedaan dan kesenjangan peran laki-laki
dan perempuan, ketidak-seimbangan kekuasaan dalam hubungan mereka, hambatan dan
kesempatan serta dampak perbedaan tersebut terhadap kehidupan mereka.
L.Pengarus-utamaan gender.
Pengarus utamaan gender adalah penerapan kepedulian gender dalam analisis, formulasi,
implementasi dan pemantauan suatu kebijakan dan program dengan tujuan mencegah terjadinya
Pendekatan perempuan dalam pembangunan lebih terfokus pada upaya untuk melibatkan
perempuan dalam sector produksi dengan memperhatikan adanya kebutuhan perempuan yang
khusus dan perbedaan kapasitas perempuan dibandingkan laki-laki.
N.Pendekatan “Gender dan Pembangunan” (Gender and Development/GAD).
Pendekatan gender dan pembangunan ini dilatarbelakangi oleh pemikiran bahwa semua
kebijakandan program pembangunan seharusnya mencerminkan pemahaman tentang adanya
perbedaan kebutuhan dan prioritas yang disebabkan oleh adanya peran gender yang berbeda
antara laki-laki dan perempuan. Pendekatan ini selalu dimulai dengan analisis situasi perempuan
dan laki-laki, dengan memperhatikan dampak dan hubungan gender yang tidak setara.
Pendekatan ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan strategis gender, yang bersifat mendukung
dan memberikan kesempatan kepada perempuan sebagai pihak yang tersisih dan dalam posisi
yang lebih rendah untuk meningkatkan perannya dibidang ekonomi, social, budaya dan politik.
Pendekatan gender dalam kesehatan mengenali bahwa factor social budaya, serta hubungan
kekuasaan antara laki-laki dan perempuan, merupakan factor penting yang berperan dalam
mendukung atau mengancam kesehatan seseorang. Hal ini dinyatakan dengan jelas oleh
WHO dalam Konferensi Perempuan Sedunia ke IV di Beijing pada tahun 1995.
3.Peran dan tanggung jawab social laki-laki dan keterlibatannya dalam kesehatan reproduksi.
remaja.
Hal-hal yang sering dianggap sebagai dampak dari diskriminasi gender dalam kehidupan
1.Ketidak adilan dalam membagi tanggung jawab : pada pergaulan yang terlalu bebas,
remaja puteri selalu menjadi korban dan menanggung segala akibatnya (misalnya dalam kasus
kehamilan yang tidak diinginkan/KTD, putus sekolah, dan lain-lain). Lebih banyak
menyalahkan pihak perempuan, sedangkan remaja puteranya seolah-olah terbebas dari segala
permasalahan tersebut.
2.Ketidak adilan dalam aspek hukum : dalam tindakan aborsi illegal, yang diancam oleh sanksi
dan hukuman adalah perempuan yang menginginkan tindakan aborsi tersebut,sedangkan laki-
laki yang menyebabkan kehamilan tidak tersentuh oleh hukum.
4.Tabu bagi perempuan untuk ikut bertanding yang mengandalkan kekuatan fisik.
V.PENUTUP.
Pengarus utamaan gender diperlukan untuk mengurangi kesenjangan derajat kesehatan antara
laki-laki dan perempuan. Untuk itu diperlukan pula indicator sensitive gender, yang dapat
digunakan sebagai data pembuka wawasan maupun sebagai alat untuk memantau kemajuan
OLEH :
KESGA